Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu, penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation. Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Dalam referat ini, akan dibahas lebih mendalam tentang diagnosis dan tatalaksana Congenital Talipes Equino Varus ini. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV)? 2. Bagaimana penerapan diagnosis dan penatalaksanaan (CTEV)? 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memenuhi persyaratan SMF Ilmu Bedah bagian Ilmu Orthopaedi RSUD dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya dan mengetahui diagnosis dan tatalaksana kasus Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Congenital Talipes Equinovarus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Congenital Talipes Equino Varus Secara umum, Congenital Talipes Equino Varus memiliki beberapa komponen yaitu ankle equinus, heel varus, forefoot adduction dan supination. Congenital talipes equinovarus adalah fiksasi kaki pada posisi adduksi, supinasi dan varus. Tulang kalkaneus, navikular, dan kuboid terrotasi ke arah medial terhadap talus, dan tertahan dalam posisi adduksi serta inversi oleh ligamen dan tendon. Tulang metatarsal pertama dapat lebih fleksi terhadap daerah plantar. Penampilan umum dari Congenital Talipes Equino Varus dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 dan 2. Clubfoot atau Congenital Talipes Equino Varus penampilan umum

2.2Etiologi Penyebab dari Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) hingga saat ini masih belum diketahui. Ada banyak teori yang diajukan terkait dengan keadaan deformitas ini di antaranya karena kelainan vascular, viral genetik, kelainan anatomical, faktor lingkungan dan efek dari posisi neonatus itu sendiri di dalam rahim saat kehamilan. Hingga saat ini, masih timbul perdebatan mengenai teori neuromuscular deformitas. Pada beberapa studi, ditemukan adanya ultrastruktural dan intraselular abnormalitas pada spesimen otot pada Cloobfoot, namun pada studi yang lain tidak ditemukan kelainan serupa (2). Menurut Pandey and Pandey faktor penyebab dari clubfoot atau Congenital Talipes

Equinovarus (CTEV) dapat disimpulkan berdasarkan beberapa kemungkinan teori sebagai berikut.(4) I. Neurogenic theory menurunnya motor unit, di mana jumlah distribusinya pada nervus peroneus pada umumnya kemungkinan bertanggung jawab terhadap manifestasi klinis kelemahan otot. II. Myogenic theory teori ini diajukan berdasarkan kemungkinan munculnya otot yang anomali, sebagai contoh otot accessoria soleus dan otot flexor digitorum accessorious longus,yang dapat menyebabkan deformitas talipes equinovarus. III. Vascular theory terganggunya aliran darah pada arteri tibialis anterior dan percabangannya.. IV. Embyonic theory defek developmental yang muncul hingga 12 minggu kehamilan intrauterin. V. Chromosonal theory adanya beberapa defek chromosonal pada unfertilized germ cells. VI. Osteogenic theory karena suatu sebab yang tidak diketahui, secara umum defek abnormalitas muncul pada usia embrio tujuh hingga delapan minggu di mana dapat menyebabkan terjadinya clubfoot maupun deformitas yang lain. VII. Mechanical block theory karena adanya mechanical obstruction selama periode perkembangan intrauterine seperti intrauterine fibrotic bands, less amniotic fluid, disproportionate uterine cavity dan lain-lain yang dapat menyebabkan munculnya talipes equinovarus.

2.3 Epidemiologi Congenital talipes equinovarus merupakan suatu abnormalitas congenital yang umum dijumpai di dunia pada satu hingga tiga kelahiran untuk setiap seribu kelahiran dengan perbedaan ras dan keadaan geografi(1). Di Eropa, kasus ini muncul pada 1.2 kelahiran untuk 1000 kelahiran hidup dengan perbandingan dua kali pada anak laki-laki daripada perempuan.(2) Dengan teknologi ultrasonografi yang memadai, deformitas ini dapat dikenali pada usia kehamilan delapan belas hingga dua puluh minggu (1).. 2.4 Gambaran Klinis

Gambar 3. penampilan anatomis osteum regio pedis

Secara klinis, gambaran umum yang dapat ditemukan pada Congenital Talipes EquinoVarus (CTEV) adalah sbagai berikut.(6) inversion and adduction of the forefoot; inversion of the heel and hindfoot; equinus (limitation of extension) of the ankle subtalar joint; and internal rotation of the leg. Osteum yang ikut terdampak pada kasus ini adalah os kalkaneus, os talus, dan os naviculare. Pada inspeksi , the down and in penampilan kaki, dapat diamati dengan jelas. Kaki akan terlihat lebih kecil dan lebih fleksibel, tumit yang lebih halus karena kalkaneus yang hipoplastic. Tepi medial dari kaki nampak konkaf dengan kulit medial yang berkerut dalam, dan pada tepi lateral nampak sangat konveks. Tumit biasanya nampak kecildan mengalami rotasi interna, membuat permukaan palmar dari kaki saling bertemu pada kasus bilateral deformities. (6) Pada pengamatan, ditemukan pronounced tightness dari tendo Achiles dengan sangat sedikit dorsoflexi yang membedakan clubfoot dengan metatarsus adductus. Tulang belakang harus diperiksa untuk melihat kemungkinan adanya spina bifida. Sendi lain seperti sendi panggul, lutut, siku dan bahu harus diperiksa untuk melihat adanya subluksasi atau dislokasi (6) Normalnya leher talus tertutup oleh tulang navikular dan badan talus. Maleolus medialis menjadi sulit diraba dan pada umumnya menempel pada tulang navikular. Jarak yang normal terdapat antara tulang navikular dan maleolus menghilang. Tulang tibia kering mengalami rotasi internal.(3) 4

Clubfoot atau Congenital Talipes Equinovarus dapat diklasifikan sebagai tipe ekstrinsik (supple type) dan tipe intrinsik (rigid type). Tipe tipe ekstrinsik (supple type) merupakan tipe yang berat deformitasnya baik secara posisional maupun deformitas dari jaringan yang terdampak. Tipe intrinsik (rigid type) merupakan tipe yang lebih berat di mana manual reduction sangat mustahil untuk dilakukan. Secara umum, struktur anatomi yang mungkin dapat mengalami deformitas pada Congenital Talipes Equinovarus adalah sebagai berikut.(7) Osteum Tibia: kemungkingan mengalami Slight shortening. Fibula: pemendekan umum terjadi. Talus: In equinus in the ankle mortise, dengan badan talus mengalami external rotation, badan talus tertarik lebih anterolateral dan tidak terlindungi dan dapat dipalpasi. Leher dari talus mengalami deviasi medial dan plantarfleksi. Talus dengan struktur tulang di sekelilingnya nampak abnormal. Os calcaneus: nampak adanya Medial rotation, equinus dan adduction deformity. Navicular: Navicular mengalami subluksasi medial di atas caput talar. Cuboid: cuboid mengalami subluksasi medial di atas caputcalcaneus. Forefoot: adduksi and supinasi, pada kasus yang berat biasanya ditemukan cavus dengan dropped first metatarsal. Otot Atrophy otot tungkai bawah, terutama pada otot-otot peroneus communis. jumlah fiber otot umumnya normal, namun fiber ukuran fiber nampak lebih kecil. Triceps surae, tibialis posterior, flexor digitorum longus (FDL), dan flexor hallucis longus (FHL) mengalami kontraktur. Tendon sheaths: Thickening umumnya muncul, terutama pada tibialis posterior and peroneal sheaths. Joint capsules: kontraktur pada posterior ankle capsule, subtalar capsule, and talonavicular dan calcaneocuboid joint capsules umum dijumpai. 5

Ligaments: kontractur dapat dijumpai pada calcaneofibular, talofibular, (ankle) deltoid, long dan short plantar, spring, dan bifurcated ligaments.

Diagnosis Antenatal Congenital talipes equinovarus dapat didiagnosis pada masa antenatal dengan menggunakan teknologi ultrasound. Variasi keakuratan cukup luas dengan menggunakan teknik tersebut. Sebuah studi menemukan bahwa diagnosis dengan ultrasound memiliki angka prositive prediktif sebesar 83% dengan false positif sebesar 17%. Studi yang lain menemukan bahwa derajat deformitas sangat sulit untuk dievallusai sebelum kelahiran. Pada masa kelahiran, sebanyak 26%ditemukan tanpa membutuhkan terapi bedah sementara sebanyak 61% membutuhkan adanya terapi pembedahan. 2.5 Pemeriksaan Penunjang Pada radiografi, clubfoot biasanya menampakkan gambaran paralel axis dari talus dan calcaneus.(6) Posisi kaki selama pengambilan foto radiologis sangat penting. Posisi anteroposterior (AP) diambil dengan kaki fleksi terhadap plantar sebesar 30 dan posisi tabung 30 dari keadaan vertikal. Posisi lateral diambil dengan kaki fl eksi terhadap plantar sebesar 30. Gambaran AP dan lateral juga dapat diambil pada posisi kaki dorsofl eksi dan plantar fleksi penuh. Posisi ini penting untuk mengetahui posisi relatif talus dan kalkaneus dan mengukur sudut talokalkaneal dari posisi AP dan lateral. (3) Garis AP digambar melalui pusat dari aksis tulang talus (sejajar dengan batas medial) serta melalui pusat aksis tulang kalkaneus (sejajar dengan batas lateral). Nilai normalnya adalah antara 25-40. Bila sudut kurang dari 20, dikatakan abnormal. Garis anteroposterior talokalkaneus hampir sejajar pada kasus CTEV. Seiring dengan terapi, baik dengan casting maupun operasi, tulang kalkaneus akan berotasi ke arah eksternal, diikuti dengan talus yang juga mengalami derotasi. Dengan demikian akan terbentuk sudut talokalkaneus yang adekuat. Garis lateral digambar melalui titik tengah antara kepala dan badan tulang talus serta sepanjang dasar tulang kalkaneus. Nilai normalnya antara 35-50, sedang pada CTEV nilainya berkisar antara 35 dan negatif 10.Garis AP dan lateral talus normalnya melalui pertengahan tulang navikular dan metatarsal pertama. Sudut dari dua sisi (AP and lateral)
(2)

ditambahkan untuk menghitung indekstalokalkaneus; pada kaki yang sudah terkoreksi akan memiliki nilai lebih dari 40.Pengambilan foto radiologis lateral dengankaki yang ditahan pada posisi maksimal dorsofleksi adalah metode yang paling dapatdiandalkan untuk mendiagnosis CTEV yang tidak dikoreksi. (3) 2.6 Diagnosis Penegakan diagnosis Congenital Talipes Equinovarus (CTEV) melalui serangkaian anamnesa untuk mengetahui faktor-faktor penyebab dan faktor risiko dari pasien yang kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik untuk memeriksa apakah ada tanda-tanda deformitas yang berhubungan dengan Congenital Talipes Equinovarus (CTEV). Diagnosis diperkuat dengan adanya pemeriksaan penunjang berupa foto polos X-ray regio pedis dengan menemukan tanda-tanda khas dari deformitas ini. 2.7 Penatalaksanaan Tujuan terapi medis adalah untuk mengoreksi deformitas dan mempertahankan koreksi yang telah dilakukan sampai terhentinya pertumbuhan tulang.(3) Penatalaksaan yang dapat diusulkan untuk mereduksi deformitas yang terjadi meliputi penatalaksanaan non bedah dan bedah. A. Penatalaksanaan non bedah Berupa pemasangan splint yang dimulai pada bayi berusia 2-3 hari. Urutan koreksi yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Adduksi kaki depan (forefoot) 2. Supinasi kaki depan 3. Ekuinus Usaha-usaha untuk memperbaiki posisi ekuinus di awal masa koreksi dapat mematahkan kaki pasien, dan mengakibatkan terjadinya rockerbottom foot. Tidak boleh dilakukan pemaksaan saat melakukan koreksi. Tempatkan kaki pada posisi terbaik yang bisa didapatkan, kemudian pertahankan posisi ini dengan menggunakan strapping yang diganti tiap beberapa hari, atau menggunakan gips yang diganti beberapa minggu sekali. Cara ini dilanjutkan hingga dapat diperoleh koreksi penuh atau sampai tidak dapat lagi dilakukan koreksi selanjutnya. Posisi kaki yang sudah terkoreksi ini kemudian dipertahankan selama beberapa bulan. Tindakan operatif harus dilakukan sesegera mungkin saat tampak kegagalan terapi konservatif, yang 7

antara lain ditandai dengan deformitas menetap, deformitas berupa rockerbottom foot, atau kembalinya deformitas segera setelah koreksi dihentikan. Setelah pengawasan selama 6 minggu biasanya dapat diketahui apakah jenis deformitas CTEV mudah dikoreksi atau resisten. Hal ini dikonfi rmasi menggunakan X-ray dan dilakukan perbandingan penghitungan orientasi tulang. Tingkat kesuksesan metode ini 11-58%. (3) Metode Ponseti Berikut ini teknik Ponseti yang umum digunakan untuk mereduksi deformitas pada Congenital Talipes EquinoVarus(CTEV): (3) 1. Deformitas utama pada kasus CTEV adalah adanya rotasi tulang kalkaneus ke arah intenal (adduksi) dan fleksi plantar pedis. Kaki dalam posisi adduksi dan plantar pedis mengalami fleksi pada sendi subtalar. Tujuan pertama adalah membuat kaki dalam posisi abduksi dan dorsofleksi. Untuk mendapatkan koreksi kaki yang optimal, tulang kalkaneus harus bisa dengan bebas dirotasikan ke bawah talus. Koreksi dilakukan melalui lengkung normal persendian subtalus, dapat dilakukan dengan cara meletakkan jari telunjuk operator di maleolus medialis untuk menstabilkan kaki, kemudian mengangkat ibu jari dan diletakkan di bagian lateral kepala talus, sementara melakukan gerakan abduksi pada kaki depan dengan arah supinasi. 2. Cavus kaki akan meningkat bila kaki depan berada dalam posisi pronasi. Apabila ada pes cavus, langkah pertama koreksi kaki adalah mengangkat metatarsal pertama dengan lembut untuk mengoreksi cavusnya. Setelah terkoreksi, kaki depan dapat diposisikan abduksi seperti pada langkah pertama. 3. Saat kaki dalam posisi pronasi, dapat menyebabkan tulang kalkaneus berada di bawah talus. Apabila hal ini terjadi, tulang kalkaneus tidak dapat berotasi dan menetap pada posisi varus, cavus akan meningkat. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya bean-shaped foot. Pada akhir langkah pertama, kaki akan berada pada posisi abduksi maksimal, tetapi tidak pernah pronasi. 4. Manipulasi dikerjakan di ruang khusus setelah bayi disusui. Setelah kaki dimanipulasi, selanjutnya dipasang long leg cast untuk mempertahankan koreksi yang telah dilakukan. Gips dipasang dengan bantalan seminimal mungkin, tetapi tetap adekuat. Langkah selanjutnya adalah menyemprotkan tingtur benzoin 5. Usaha mengoreksi CTEV dengan paksaan melawan tendon Achilles yang kaku dapat

mengakibatkan patahnya kaki tengah (midfoot) dan berakhir dengan terbentuknya deformitas berupa rockerbottom foot. Kelengkungan kaki abnormal (cavus) harus diterapi terpisah seperti pada langkah kedua, sedangkan posisi ekuinusnya harus dapat dikoreksi tanpa menyebabkan patahnya kaki tengah. Secara umum dibutuhkan 4-7 kali pemasangan gips untuk mendapatkan abduksi kaki maksimum. Gips diganti tiap minggu. Koreksi (usaha membuat kaki dalam posisi abduksi) dapat dianggap adekuat bila aksis paha dan kaki sebesar 60 Setelah dapat dicapai abduksi kaki maksimal, kebanyakan kasus membutuhkan tenotomi perkutaneus tendon Achilles secara aseptis. Daerah lokal dianestesi dengan kombinasi lignokain topikal dan infi ltrasi lidokain lokal minimal. Tenotomi dilakukan dengan cara membuat irisan menggunakan pisau Beaver (ujung bulat). Luka pasca-operasi ditutup dengan jahitan tunggal menggunakan benang yang dapat diabsorpsi. Pemasangangips terakhir dilakukan dengan kaki berada pada posisi dorsofl eksi maksimum, kemudian gips dipertahankan hingga 2-3 minggu. 6. Langkah selanjutnya setelah pemasangan gips adalah pemakaian sepatu yang dipasangkan pada lempengan DennisBrown. Kaki yang bermasalah diposisikan abduksi (rotasi ekstrem) hingga 70, kaki sehat diabduksi 45. Sepatu ini juga memiliki bantalan di tumit untuk mencegah kaki terselip dari sepatu. Sepatu digunakan 23 jam sehari selama 3 bulan, kemudian dipakai saat tidur siang dan malam selama 3 tahun. 7. Pada 10-30% kasus, tendon tibialis anterior dapat berpindah ke bagian lateral kuneiformis saat anak berusia 3 tahun. Hal ini membuat koreksi kaki dapat bertahan lebih lama, mencegah adduksi metatarsal dan inversi kaki. Prosedur ini diindikasikan pada anak usia 2-2,5 tahun, dengan cara supinasi dinamik kaki. Sebelum operasi, pasangkan long leg cast untuk beberapa minggu. B. Penatalaksanaan Bedah Beberapa pilihan insisi, antara lain: (3)(7) Cincinnati: berupa insisi transversal, mulai dari sisi anteromedial (persendian navikularkuneiformis) kaki sampai ke sisi anterolateral (bagian distal dan medial sinus tarsal), dilanjutkan ke bagian belakang pergelangan kaki setinggi sendi tibiotalus. Insisi Turco curvilineal medial/posteromedial: insisi ini dapat menyebabkan luka terbuka, khususnya di sudut vertikal dan medial kaki. Untuk menghindari hal ini, beberapa operator memilih beberapa jalan, antara lain:

Tiga insisi terpisah insisi posterior arah vertikal, medial, dan lateral Dua insisi terpisah curvilinear medial dan posterolateral. Banyak pendekatan bisa dilakukan untuk terapi operatif di semua kuadran, antara lain: Plantar: fasia plantaris, abduktor halucis,fleksor digitorum brevis, ligamen plantaris panjang dan pendek Medial: struktur-struktur medial, selubung tendon, pelepasan talonavikular dan subtalar, tibialis posterior, FHL (fleksor halucis longus), dan pemanjangan FDL (fl eksor digitorum longus) Posterior: kapsulotomi persendian kaki dan subtalar, terutama pelepasan ligamen talofi bular posterior dan tibiofi bular, serta ligamen kalkaneofi bular Lateral: struktur-struktur lateral, selubung peroneal, persendian kalkaneokuboid, serta pelepasan ligamen talonavikular dan subtalar Pendekatan mana pun harus bisa menghasilkan pajanan yang adekuat. Struktur-struktur yang harus dilepaskan atau diregangkan adalah: Tendon Achilles Pelapis tendon dari otot-otot yang melewati sendi subtalar Kapsul pergelangan kaki posterior dan ligamen Deltoid Ligamen tibiofi bular inferior Ligamen fibulokalkaneal Kapsul dari sendi talonavikular dan subtalar Fasia plantar pedis dan otot-otot intrinsik. Aksis longitudinal talus dan kalkaneus harus dipisahkan sekitar 20 dari proyeksi lateral. Koreksi yang dilakukan kemudian dipertahankan dengan pemasangan kawat di persendian talokalkaneus, atau talonavikular atau keduanya. Hal ini juga dapat dilakukan menggunakan gips. Luka pasca operasi tidak boleh ditutup paksa. Luka dapat dibiarkan terbuka agar membentuk jaringan granulasi atau nantinya dapat dilakukan cangkok (graft) kulit. Penatalaksanaan dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien : 1. 2. Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi dapat dilakukan hanya melalui prosedur Untuk anak lebih dari 5 tahun, membutuhkan pembentukan ulang tulang/ bony jaringan lunak

10

reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk mengoreksi varus). 3. Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi lateralis atau arthrodesis. Pin untuk fiksator biasanya dilepas setelah 3-6 minggu. Satelah itu, tetap diperlukan perban yang dipasangkan dengan sepatu Dennis Brown selama 6-12 bulan. 2.8 Komplikasi Komplikasi yang dapat timbul pada keadaan deformitas ini adalah sebagai berikut.(3) Infeksi (jarang) Kekakuan dan keterbatasan gerak: kekakuan yang muncul pada awal berhubungan dengan hasil yang kurang baik. Nekrosis avaskular talus: sekitar 40% kejadian nekrosis avaskular talus muncul pada teknik kombinasi pelepasan medial dan lateral. Overkoreksi yang mungkin karena pelepasan ligamen interoseum dari persendian subtalus Perpindahan tulang navikular yang berlebihan ke arah lateral. Adanya perpanjangan tendon.

2.9 Diagnosa Banding Diagnosa banding yang berkaitan dengan Congenital Talipes Equino Varus (CTEV) adalah sebagai berikut.(3)(2) Postural clubfoot Postural clubfoot terjadi karena posisi fetus dalam uterus. Jenis abnormalitas kaki ini dapat dikoreksi secara manual. Postural clubfoot memberi respons baik pada pemasangan gips serial dan jarang relaps. Metatarsus adductus (atau varus) Metatarsus adductus merupakan suatu deformitas pada tulang metatarsal. Forefoot mengarah ke garis tengah tubuh, atau berada pada aposisi adduksi. Abnormalitas ini dapat dikoreksi dengan manipulasi dan pemasangan gips serial. 11

2.10 Prognosis Kurang lebih 50% kasus CTEV bayi baru lahir dapat dikoreksi tanpa tindakan operatif. Teknik Ponseti (termasuk tenotomi tendon Achilles) dilaporkan memiliki tingkat kesuksesan sebesar 89%. Peneliti lain melaporkan rerata tingkat kesuksesan sebesar 10-35%. Sebagian besar kasus melaporkan tingkat kepuasan 75-90%, baik dari segi penampilan maupun fungsi kaki.Tiga puluh delapan persen pasien CTEV membutuhkan tindakan operatif lebih lanjut (hampir dua pertiganya adalah prosedur pembentukan ulang tulang). Rerata tingkat kekambuhan deformitas mencapai 25%, dengan rentang 10-50%. Hasil terbaik didapatkan pada anak-anak yang dioperasi pada usia lebih dari 3 bulan (biasanya dengan ukuran lebih dari 8 cm).(3)

12

BAB III PENUTUP Kesimpulan Congenital Talipes Equino Varus atau yang dikenal dengan Clubfoot bukan merupakan suatu embryonic malformation. Kaki yang normal berkembang menjadi clubfoot saat trimestester kedua selama masa kehamilan. Pada usia kehamilan di bawah 16 minggu, penyakit ini sulit dideteksi dengan ultrasonografi. Oleh sebab itu, seperi displasia panggul dan idiopatic scoliosis, clubfoot dapat digolongkan sebagai developmental deformation. Pengetahuan tentang Congenital Talipes Equino Varus ini penting bagi seorang dokter terutama dokter umum di daerah. Diagnosis yang tepat dapat ditegakkan melalui serangkaian anamnesa, pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik. Dengan demikian, terapi yang sesuai dapat segera dilakukan untuk mengatasi deformitas yang terjadi. Manipulasi dan immobilisasi serial yang dilakukan secara hati-hati diikuti pemasangan gips adalah metode perawatan modern non-operatif. Cara imobilisasi yang saat ini mungkin paling efektif adalah metode Ponseti; metode ini dapat mengurangi perlunya operasi. Walaupun demikian, masih banyak kasus yang membutuhkan terapi operatif. Penatalaksanaan dengan operasi harus mempertimbangkan usia pasien Pada anak kurang dari 5 tahun, koreksi dapat dilakukan hanya melalui prosedur jaringan lunak Untuk anak lebih dari 5 tahun, membutuhkan pembentukan ulang tulang/bony reshaping (misal, eksisi dorsolateral dari persendian kalkaneokuboid [prosedur Dillwyn Evans] atau osteotomi tulang kalkaneus untuk mengoreksi varus). Apabila anak berusia lebih dari 10 tahun, dapat dilakukan tarsektomi lateralis atau arthrodesis. Prognosis bergantung pada berat ringannya kasus, umumnya 50% dapat diatasi dengan metode nonoperatif.

13

DAFTAR PUSTAKA 1. Tillett, R.L., et all. Clinical Outcome of Congenital Talipes Equinovarus Diagnosed Antenatally by Ultrasound. The journal of Bone and Joint Surgery. St Marys Hospital, London, England. http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/82-B/6/876.full.pdf diakses tanggal 14 Februari 2013. 2. Siapkara and Duncan. Congenital talipes equinovarus : A Review Of Current Management.VOL. 89-B, No. 8, AUGUST 2007 http://www.bjj.boneandjoint.org.uk/content/89-B/8/995.full.pdf diakses tanggal 14 Februari 2013. 3. Chandra,Bayu Cahyono. Congenital Talipes Equinovarus (CTEV).CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012. http://www.kalbemed.com/Portals/6/07_191Congenital%20Talipes %20Equinovarus.pdf diakses tanggal 15 Februari 2013. 4. Anonym. Congenital talipes equinovarus (CTEV).http://www.physiopedia.com/Congenital_talipes_equinovarus_%28CTEV%29 diakses tanggal 15 Februari 2013. 5. Orthopediatric Corp. A Patient Guide to Clubfoot.AP08-002. http://www.orthopediatrics.com/docs/Guides/clubfoot.html diakses tanggal 16 Februari 2013 6. Alvin et all. Newborn Foot. Am Fam Physician. 2004 Feb15;69(4):865-872. http://www.aafp.org/afp/2004/0215/p865.html diakses tanggal 17 Februari 2013. 7. Patel, et all. Clubfoot. http://emedicine.medscape.com/article/1237077-overview#a04 diakses tanggal 17 Februari 2013

14

Anda mungkin juga menyukai