Anda di halaman 1dari 2

Menteri Pertanian: Fokus Kita Kesejahteraan Petani

Dalam kunjungan kerjanya di Balai Penelitian Tanaman Padi belum lama ini, Menteri Pertanian Dr. Anton Apriantono memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kinerja Badan Litbang Pertanian, meskipun masih banyak masalah yang perlu dipecahkan. Fokus pembangunan pertanian ke depan adalah kesejahteraan petani, katanya dalam pertemuan dengan para peneliti di Sukamandi.

novasi teknologi memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian. Tanpa inovasi, upaya peningkatan produksi tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan. Kenyataannya, swasembada beras yang pernah diraih pada pertengahan 1980-an memang tidak dapat dipisahkan dari inovasi teknologi. Perakitan dan pengembangan varietas unggul yang disertai oleh penerapan teknologi budi daya misalnya, adalah bagian dari inovasi yang berdampak pada peningkatan produksi padi nasional. Dalam perkembangannya, pembangunan pertanian dihadapkan kepada berbagai masalah yang terus berkembang. Peningkatan jumlah penduduk yang menuntut tersedianya bahan pangan dalam jumlah yang terus bertambah adalah bagian dari masalah yang perlu dipecahkan. Konversi lahan pertanian yang terus berlangsung di berbagai tempat dan berdampak terhadap penciutan areal pertanaman

juga perlu dicarikan solusinya. Sebagian petani yang dijerat kemiskinan karena tidak memiliki lahan dalam luasan yang memadai dan tidak pula memiliki modal yang cukup dalam berproduksi termasuk isu sentral yang perlu ditangani. Belajar dari pengalaman masa lalu, masalah dan kendala yang dihadapi petani dalam berusaha tani saat ini dan di masa yang akan datang diharapkan dapat pula diatasi melalui inovasi teknologi. Oleh karena itu, penelitian tentu penting artinya dalam menghasilkan teknologi yang diperlukan. Kinerja dan Fokus Penelitian ke Depan Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Pertanian yang memiliki sejumlah unit kerja penelitian telah dan terus berupaya memecahkan masalah yang dihadapi petani dalam berproduksi. Balai Penelitian

Tanaman Padi (Balitpa) yang berkedudukan di Sukamandi Jawa Barat, misalnya, adalah satu dari beberapa Balai Penelitian Nasional di lingkup Badan Litbang Pertanian yang telah menghasilkan berbagai teknologi perpadian, sebagian di antaranya sudah diadopsi petani. Sebelum dikembangkan kepada petani, teknologi yang dihasilkan oleh unit-unit kerja penelitian dikaji terlebih dahulu kelayakannya oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian yang terdapat di hampir semua propinsi di Indonesia, baik dari aspek teknis maupun sosial dan ekonomi. Balai-balai pengkajian itu juga merupakan bagian dari Badan Litbang Pertanian yang berkedudukan di daerah. Itulah antara lain yang disampaikan Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Achmad Suryana kepada Menteri Pertanian Dr. Anton Apriantono beserta rombongan di Balitpa, Sukamandi, pada 11 Desember 2004 lalu. Kunjungan Menteri Pertanian ke Balitpa kali ini merupakan bagian dari agenda kerja 100 hari pertama Kabinet Indonesia Bersatu setelah dilantik oleh Presiden RI Dr. Susilo Bambang Yudhoyono. Sebagai orang nomor satu di jajaran Departemen Pertanian saat ini, Dr. Anton memiliki otoritas yang tinggi dalam menentukan kebijakan pembangunan pertanian nasional. Beliau tentu punya kiat tersendiri dalam membangun pertanian ke depan.

Didampingi oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Achmad Suryana dan Kepala Balitpa Dr. Irsal Las (kiri), Menteri Pertanian Dr. Anton Apriantono menanam bibit padi varietas unggul baru di Kebun Percobaan Sukamandi, diikuti oleh Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan Dr. M. Djafar Hafsjah (kanan).

Dalam pertemuannya dengan para peneliti, Menteri Pertanian memberikan apresiasi yang tinggi terhadap kinerja Badan Litbang Pertanian, meskipun masih banyak masalah yang perlu dipecahkan. Menurut Menteri, usaha tani padi yang akan dikembangkan hendaknya dapat memberi kesejahteraan kepada petani. Dewasa ini banyak petani padi yang hanya memiliki lahan kurang dari 0,5 ha, yang merupakan dampak dari konversi dan fragmentasi lahan pertanian. Kalau petani hanya punya lahan 0,2 ha, pendapatan mereka dari usaha tani padi di bawah UMR, ujar Menteri. Karena itu, pria yang berpenampilan sederhana ini menghimbau para peneliti dan pejabat di jajaran Badan Litbang Pertanian untuk memikirkan bagaimana cara meningkatkan nilai tambah usaha tani padi. Menteri Pertanian juga mengingatkan pentingnya efisiensi di semua lini, termasuk dalam penelitian. Ini terkait dengan upaya peningkatan pendapatan petani dan daya saing produksi. Kalau teknologi yang dikembangkan tidak efisien tentu petani tidak dapat memperoleh nilai tambah dari usaha taninya. Kita perlu benar-benar efisien dan tidak perlu meneliti yang sudah pernah diteliti, katanya mensinyalir adanya tumpang tindih penelitian antarinstitusi, termasuk di luar Badan Litbang Pertanian. Itu pem-

borosan yang harus dihindari, ujar Dr. Anton menambahkan. Menurut Menteri Pertanian, penelitian hendaklah difokuskan kepada upaya pemecahan masalah riil yang dihadapi petani di lapangan. Kebijakan yang akan disusun harus benar-benar berpihak kepada petani. Banyak orang menilai pertanian identik dengan kumuh. Padahal pertanian tidak hanya bercocok tanam tetapi mencakup berbagai aspek, termasuk agroindustri. Karena itu Dr. Anton bertekad memperbaiki citra pertanian. Ini tentu perlu didukung oleh semua institusi di jajaran Departemen Pertanian dan institusi terkait lainnya. Dalam kunjungan kerja tersebut, Menteri Pertanian juga menggarisbawahi pentingnya penelitian pemanfaatan potensi genetik secara optimal dalam perakitan varietas unggul yang tidak rakus pupuk dalam upaya peningkatan efisiensi sistem produksi. Menteri mengingatkan pula perlunya pengembangan pemanfaatan bahan organik dan menghindari penggunaan pupuk dan pestisida kimia secara berlebihan karena akan mengurangi pendapatan petani dan merusak lingkungan. Turun ke Sawah Sebelum mengakhiri kunjungan kerjanya di Balitpa, Menteri Pertanian

menyaksikan penandatanganan naskah kerja sama alih teknologi dan perbenihan antara Balitpa dengan KP KIAT, PT Syngenta, PT Beras Karya Mandiri, PT Dupont, dan Dinas Pertanian Propinsi Jawa Tengah. Beliau juga turun ke sawah menanam bibit dari benih perdana padi hibrida Hipa-3, Hipa-4, dan varietas unggul tipe baru (VUTB) rakitan Balitpa. Dalam pengujian di berbagai lokasi, Hipa-3 dan Hipa-4 mampu berproduksi di atas 10 t/ha dengan rata-rata 8,0-8,5 t/ha, atau 1020% lebih tinggi daripada hasil padi inbrida varietas IR64. VUTB yang dihasilkan Balitpa mampu pula berproduksi 8,0-10,5 t/ha, sementara varietas IR64 yang dijadikan pembanding hanya memberi hasil 6-7 t/ha. Pengembangan varietas-varietas unggul yang berdaya hasil lebih tinggi ini diharapkan dapat memberi nilai tambah bagi petani sebagaimana yang diisyaratkan Menteri Pertanian (Hermanto). Untuk informasi lebih lanjut hubungi: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Jalan Merdeka No. 147 Bogor 16111 Telepon : (0251) 334089 311432 Faksimile : (0251) 312755 E-mail : crifc@indo.net.id

Anda mungkin juga menyukai