240210070046
Kelompok 10
Hasil Pengamatan
Ket:
Hari 0 Rabu, 1Kamis, 2Jumat, 3Senin, 4Selasa, 5 Rabu
Pada Blanko
Grafik
Pertambahan Berat Sampel
60
50
PP 0,1
40
Berat(gram)
PP 0,3
30 LDPE
20 HDPE
PVC
10
0
0 1 2 3 4 5
Hari
Perbesaran
55
PP 0,1
50
Berat(gram)
PP 0,3
LDPE
45 HDPE
PVC
40
0 1 2 3 4 5
Hari
Grafik
Pertambahan Berat Blanko
30
25
PP 0,1
20
Berat(gram)
PP 0,3
15 LDPE
10 HDPE
PVC
5
0
0 1 2 3 4 5
Hari
Perbesaran
30
28
PP 0,1
Berat(gram)
26 PP 0,3
LDPE
24 HDPE
22 PVC
20
0 1 2 3 4 5
Hari
Pembahasan
Praktikum dilakukan untuk menguji permeabilitas uap air oleh plastik. Seperti
kita ketahui plastik merupakan plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak
dalam lembaran-lembaran yang mempunyai ketebalan yang berbeda. Bahan pertama
pembuat plastik adalah resin, baik alami atau sintetik. Istilah plastik mencakup produk
polimerisasi sintetik atau semi-sintetik terbentuk dari kondensasi organik atau
penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain yang sengaja ditambahkan untuk
meningkatkan performa atau ekonomi. Salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan
makanan adalah kontak dengan gas (oksigen) dan kelembaban. Alasan banyak bahan
pangan dikemas dengan plastik adalah mempunyai keunggulan dibanding bahan
pengemas lain karena sifatnya yang ringan, transparan, kuat, termoplatis dan selektif
dalam permeabilitasnya terhadap uap air, O2, CO2 .Sifat permeabilitas plastik terhadap
uap air dan udara menyebabkan plastik mampu berperan memodifikasi ruang kemas
selama penyimpanan (Winarno, 1987).
Kemasan diharapkan mampu melindungi bahan makanan dengan menjaga
oksigen dan kelembaban berada di luar kemasan. Sifat permeabilitas plastik terhadap gas
dan uap air mampu melindungi produk yang dikemas dengan menjaga supaya oksigen
dan uap air tetap berada di luar kemasan, pada kenyataannya ternyata plastik pengemas
tidak secara absolut mampu menahan gas dan uap air tersebut karena film plastik
permeabel terhadap gas dan uap air. Sampel plastik yang digunakan dalam praktikum
adalah PP 0,1; PP 0,3; LDPE; HDPE dan PVC. Masing-masing plastik pengemas
memiliki permeabilitas terhadap gas dan uap air yang berbeda dan besarnya dipengaruhi
oleh faktor jenis plastik, ketebalan plastik, temperatur dn beberapa parameter lainnya.
Permeabilitas plastik terhadap gas dan uap air (Gas or water vapor permeability =
WVP) yang banyak digunakan dalam teknologi pengemasan. Metode yang umum
digunakan untuk mengukur permeabilitas uap ialah dengan metode gravimetri
(pengukuran perubahan berat). Dalam metode ini digunakan suatu desikan yang bisa
menyerap uap air dan menjaga supaya tekanan uap air dan memiliki aw tetap rendah
disimpan dalam suatu wadah yang kemudian ditutup dengan film plastik yang akan
diukur permeabilitasnya. Dari prinsip tersebut, praktikum dilakukan dengan desikan
berupa silica gel yang diketahui dapat menyerap uap air sehingga keadaan lingkungan
RH terjaga.
Praktikum dilakukan dengan menimbang silica gel terlebih dahulu sebanyak 10
gram, kemudian dimasukkan dalam beker glass, dan ditutup dengan sampel plastik oleh
karet gelang. Malam ditimbang dan setelah itu dirapatkan pada plastik yang ada agar
rapat. Setelah malam terpasang kemudia beker glass tersebut ditimbang kembali.
Pengamatan dilakukan setiap hari selama 5 hari namun hari libur tidak dilakukan
pengamatan. Setelah didapat data berat selama 5 hari kemudian dilakukan perhitungan
transmisi uap air. Seharusnya semakin tebal plastik, permeabilitas akan semakin rendah,
Hal inilah yang akan diuji pada praktikum. Pengamatan dilakukan pada sampel dan pada
blanko sebagai pembanding. Pada Blanko tidak diberi Silica Gel. Penggunaan beaker
glass dimaksudkan karena beaker glass terbuat dari kaca yang impermeable terhadap gas
dan uap air.
Dari hasil pengamatan dapat dilihat bahwa pertambahan berat tidak stabil, dan
dari data tersebut dapat diketahui selama penyimpanan terjadi penambahan atau
penurunan berat setiap harinya. Penambahan berat dapat terjadi karena adanya uap air
yang masuk atau terserap ke dalam kemasan karena Silica Gel bersifat menyerap uap air
dari lingkungan. Sedangkan pada kontrol yaitu beaker glass yang tidak berisi silika gel
serta ditutup dengan plastik PE, HDPE, PP, PVC lebih tidak stabil antara penambahan
berat, bahkan ada yang berangsur-angsur berkurang beratnya. Mungkin akibat peletakkan
beaker glass yang berdekatan sehingga silica gel pada sampel lain berpengaruh pada
blanko dan uap air dari dalam beaker glass ikut tertarik keluar sehingga beratnya
berkurang. Walaupun hal ini terjadi, tidak ada masalah penambahan atau pengurangan
berat karena yang dihitung adalah transmisi uap airnya. Ini artinya pada blanko uap air
tertarik keluar sehingga ada plastik yang beratnya menurun. Pada hasil perhitungan
transmisi uap air dapat dilihat bahwa transmisi uap air pada plastik LDPE>PVC>PP
0,3>PP 0,1>HDPE
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui permeabilitas plastik yang
digunakan sebagai penutup. Plastik dengan permeabilitas yang paling kecil berarti paling
baik digunakan untuk mengemas produk yang peka dengan oksigen dan uap air, namun
hasil sampel dibandingkan terlebih dahulu dengan blanko. Menurut Blanko transmisi uap
air pada plastik PVC>HDPE>LDPE>PP 0,1>PP 0,3. Terjadi perbedaan antara blanko dan
sampel. Perbedaan ini seperti yang telah disebutkan mungkin karena fluktuatifnya RH
lingkungan tempat menyimpan sampel sehingga terjadi perbedaan berat. Menurut hasil
pengamtan berarti PE danPP paling baik untuk mengemas karena permeabilitas rendah.
Oleh sebab itu banyak kemasan menggunakan PP dan khususnya LDPE karena sifat ini
selain karena tahan panas. Sedangkan PVC jarang disukai sebagai pengemas.
KESIMPULAN
Buckle, K.A, Edwards, R.A, Fleet, G.H. dan M. Wooton, 1985. Ilmu Pangan. Penerjemah
Hari Purnomo dan Adiono. UI-Press, Jakarta.