Anda di halaman 1dari 10

I.

Definisi OP-Amplifier Sebuah op amp adalah penguat tinggi dc yang berbeda penguatan (berbeda

maksudnya bahwa beberapa sinyal yang tidak sama pada kedua inputannya adalah penguat yang baik). Sebuah op amp tediri dari beberapa transistor dan komponen lainnya yang terintegrasi menjadi sebuah single chip. Yang kita butuhkan tidak hanya mempertimbangkan komponen dalam chip, tetapi bentuk sederhana dari karakteristik terminal. Fokus pada kelakuan dari op amp memberikan kita untuk melihat banyak aplikasi pada rangkaian ini dalam bioinstrumentation. Pada gambar 2.3 dapat dilihat rangkaian ekivalen dari sebuah op amp. Dapat dilihat symbol dari op amp. V1 dan V2 adalah untuk input, Vo adalah output, dan V+ dan V- adalah positip dan negatip sumber tengangan. Gain, yang juga disebut penguatan, adalah definisi sebagai penambahan dari tegangan oleh penguat, yang ditunjukkan dengan perbandingan dari output ke input.

Gambar 1. Op AMP Penguat operasional (Operational Amplifier) atau yang biasa disebut Opamp memiliki dua sambungan input dan satu sambungan output. Salah satu ditandai dengan - dan yang lainnya ditandai dengan +, tanda + mengindikasikan pergeseran fase sebesar nol sedangkan tanda -

mengindikasikan pergeseran fase sebesar 1800. Selain sambungan input dan output, Penguat operasional juga memiliki dua catuan simetris (biasanya 5 V hingga 15 V). Dalam kondisi praktis harga hambatan keluaran Op Amp adalah antara beberapa ohm hingga ratusan ohm pada kondisi tanpa umpan balik. Dengan

diterapkannya umpan balik, maka harga hambatan keluaran akan menurun hingga mendekati kondisi ideal. Op-amp pada dasarnya adalah sebuah differential amplifier (penguat diferensial) yang memiliki dua masukan. Input (masukan) op-amp ada yang dinamakan input inverting dan non-inverting. Op-amp ideal memiliki open loop gain (penguatan loop terbuka) yang tak terhingga besarnya. Seperti misalnya opamp LM741 yang sering digunakan oleh banyak praktisi elektronika, memiliki karakteristik tipikal open loop gain sebesar 104 ~ 105. Penguatan yang sebesar ini membuat op-amp menjadi tidak stabil, dan penguatannya menjadi tidak terukur (infinite). Disinilah peran rangkaian negative feedback (umpanbalik negatif) diperlukan, sehingga op-amp dapat dirangkai menjadi aplikasi dengan nilai penguatan yang terukur (finite). Impedasi input op-amp ideal mestinya adalah tak terhingga, sehingga mestinya arus input pada tiap masukannya adalah 0. Sebagai perbandingan praktis, op-amp LM741 memiliki impedansi input Zin = 106 Ohm. Nilai impedansi ini masih relatif sangat besar sehingga arus input op-amp LM741 mestinya sangat kecil. Ada dua aturan penting dalam melakukan analisa rangkaian op-amp berdasarkan karakteristik op-amp ideal. Aturan ini dalam beberapa literatur dinamakan golden rule, yaitu : Aturan 1: Perbedaan tegangan antara input v+ dan v- adalah nol (v+ - v- = 0 atau v+ = v- ) Aturan 2: Arus pada input Op-amp adalah nol (i+ = i- = 0) Inilah dua aturan penting op-amp ideal yang digunakan untuk menganalisa rangkaian op-amp. Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi, impedansi masukan yang tinggi, impedansi keluaran yang rendah dan lain sebagainya. Berikut ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal: 1. Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL = 2. Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0

3. Hambatan masukan (input resistance) RI = 4. Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0 5. Lebar pita (band width) BW = 6. Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik 7. Karakteristik tidak berubah dengan suhu Kondisi ideal tersebut hanya merupakan kondisi teoritis tidak mungkun dapat dicapai dalam kondisi praktis. Tetapi para pembuat Op Amp berusaha untuk membuat Op Amp yang memiliki karakteristik mendekati kondisi-kondisi di atas. Karena itu sebuah Op Amp yang baik harus memiliki karakteristik yang mendekati kondisi ideal.

II. Parameter OP-AMP Pada keadaan ideal OP-AMP mempunyai sifat- sifat yang penting yaitu : 1. Open loop voltage gain ( AoL ) Penguatan tegangan pada keadaan terbuka ( open loop voltage gain ) untuk frekuensi rendah adalah sangat besar sekitar 100.000 atau

sekitar 100 dB. 2. Input impedance ( Zin ) Impedansi input pada kedua terminal input kondisi open loop tinggi sekali sekitar 1 MW, untuk OP-AMP yang dibuat dari FET, impedansi inputnya sekitar 10 6 MW lebih. 3. Output impedance ( Zo ) Impedansi output pada kondisi open loop rendah sekali, sekitar 100W lebih kecil. 4. Input bias current ( Ib ) Kebanyakan OP-AMP pada bagian inputnya menggunakan transistor bipolar, maka arus bias pada inputnya adalah kecil. Level amplitudonya tidak lebih dari mikro Ampere. 5. Supply voltage range ( Us ) Tegangan sumber untuk OP-AMP mempunyai range minimum dan maksimum yaitu untuk OP-AMP yang banyak beredar dilapangan / dipasaran sekitar 3 V sampai 15 V.

6. Input voltage range ( Ui max ) Range tegangan input maksimum sekitar 1 Volt atau 2 Volt atau lebih dibawah dari tegangan sumber Us. 7. Output voltage range ( Uo max ) Tegangan output maksimum mempunyai range antara 1 Volt atau 2 Volt lebih dibawahnya tegangna sumber ( supply voltage ) Us. Tegangan output ini biasanya tergantung tegangan saturasi OP-AMP. 8. Differensial input offset voltage ( Uio ) Pada kondisi ideal output akan sama dengan nol bila kedua terminal inputnya digraund-kan. Namun pada kenyataannya semua piranti OPAMP tidak ada yang sempurna, dan biasanya terjadi ketidakseimbangan pada kedua terminal inputnya sekitar beberapa millivolt. Tetapi jika input ini dibiarkan untuk dikuatkan dengan OP-AMP dengan model closed loop , maka tegangan output bisa melebihi saturasinya. Karena itu biasanya setiap OP-AMP pada bagian luar dilengkapi dengan rangkaian offset tegangan nol ( zero offset voltage ) 9. Common mode rejection ratio ( CMRR ) Secara ideal OP-AMP menghasilkan output yang proporsional dengan / terhadap beda kedua terminal input, dan menghasilkan output sama dengan nol jika sinyal kedua input simultan yang biasa disebut Common mode . Secara praktik sinyal Common mode tidak diberikan pada inputnya dan dikeluarkan pada outputnya. Sinyal CMRR (Common Mode Rejection Ratio ) selalu diekspresikan dengan rasio dari penguatan sinyal beda OP-AMP dengan harga sebesar 90 dB. 10. Transition frequency ( fT ) Secara umum OP-AMP pada frekuensi rendah mempunyai penguatan tegangan sekitar 100 dB. Kebanyakan OP-AMP mempunyai frekuensi transisi fT setiap 1 MHZ dan penguatan pada harga sebesar 90 dB. 11. Slew rate (s ) Untuk penormalan batas lebar band ( bandwidth limitations ) yang biasa disebut juga sebagai slew rate limiting , yaitu suatu efek untuk membatasi rate maksimum dari perubahan tegangan output piranti

OPAMP. Normalnya slew rate Volt per mikro detik ( V/ S ), dan rangenya sebesar 1 V / S sampai 10 V / S pada OP-AMP yang sudah populer. Efek lain dari slew rate adalah membuat bandwidth lebih besar untuk sinyal output yang rendah dari pada sinyal output yang besar

III. Tegangan Offset Keluaran Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO adalah harga tegangan keluaran dari Op Amp terhadap tanah (ground) pada kondisi tegangan masukan Vid = 0. Secara ideal, harga VOO = 0 V. Op Amp yang dapat memenuhi harga tersebut disebut sebagai Op Amp dengan CMR (common mode rejection) ideal. Tegangan offset keluaran (error voltage) disebabkan oleh arus bias masukkan. Saat kedua masukkan mempunyai tegangan yang sama, keluaran opamp akan nol, tetapi hal ini jarang terjadi, karena pada keluarannya akan selalu muncul tegangan kecil. Keadaan ini dapat dikurangi atau dikoreksi dengan offset milling, diterapkan pada tegangan atau offset masukkan Tetapi dalam kondisi praktis, akibat adanya ketidakseimbangan dan ketidakidentikan dalam penguat diferensial dalam Op Amp tersebut, maka tegangan ofset VOO biasanya berharga sedikit di atas 0 V. Apalagi apabila tidak digunakan umpan balik maka harga VOO akan menjadi cukup besar untuk menimbulkan saturasi pada keluaran. Untuk mengatasi hal ini, maka perlu diterapakan tegangan koreksi pada Op Amp. Hal ini dilakukan agar pada saat tegangan masukan Vid = 0, tegangan keluaran VO juga = 0. Apabila hal ini tercapai, Bila masukan op-amp dihubungkan ke tanah, hampir selalu ada tegangan
offset keluaran, seperti ditunjukkan pada Gambar 1a, karena transistor masukan mempunyai harga VBE yang berbeda. Tegangan offset masukan sama dengan perbedaan

harga-harga VBE ini.

Misalnya, 741C yang lekas mempunyai tegangan offset

masukan kurang lebih 2 mV, yang berarti bahwa VBE satu transistor masukan
berbeda dengan transistor masukan yang lainnya sebesar 2 mV. Harga ini diperkuat

untuk menghasilkan tegangan offset keluaran.


Secara teoritis, perancang dapat menerapkan tegangan 2 mV pada masukan

inverting, seperti ditunjukkan pada Gambar 1b sehingga tegangan offset keluaran untuk 741 yang khas menjadi nol (catatan: offset dapat berpola tambah atau

kurang).

Gambar 1.

(a) Tegangan offset keluaran (b) Membuat tegangan offset keluaran menjadi nol (c) Tahanan kembali dapat membuat tegangan offset keluaran (d) Tahanan-tahanan kembali yang sama mengurangi tegangan offset keluaran

Berikut prosedur yang menjelaskan urutan kerja penolan tegangan keluaran : 1. Pastikan bahwa rangkaian telah dilengkapi dengan kompinen-komponen yang dihutuhkan , termasuk rangkaian penolan (Rangkaian penolan biasanya tidak ditunjukkan dalam diagram skematisnya). 2. Perkecil sinyal masukan sampai nol. Bila resistor masukan seri kira-kira 1% lebih tinggi daripada impedansi sumber sinyal, tak perlu diapa-apakan lagi keadaaan ini. bila resistor seri sama atau lebih kecil daripada impedansi sumber, gantilah setiap sumber resistor pengatur tegangan offset dengan resistor yang sepadan dengan impedansinya. 3. Hubungkan beban pada terminal keluaran 4. Masukan catu DC dan tunggulah beberapa menit agar rangkaian mantap keadaanya. 5. Hubungkan sebuah voltmeter yang peka (mampu memberikan pembacaan beberapa milivolt) adau osiloskop yang dikopel DC pada beban untuk membaca tegangan keluaran (Vout) 6. Putarlah resistor variable sampai Vout terbaca nol

7. Lepaskan setiap komponen tambahan pada masukan dan hubungkan kembali masukan-masukan sumber, pastikan tidak menyentuh resistor pengatur tegangan offset, karena dapat mengubah nilainya

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. Op-Amp (Operational Amplifier). http://elektrokita.blogspot.com/2008/10/op-amp-operational-amplifier.html (diakses pada tanggal 15 November 2011 pukul 22.08) Hutahahean, SL. 2011. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27193/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 30 November 2011 pukul 06.58 WIB) Ikwan. 2009. Operational Amplifier Op Amp. http://x-onemodulelektronik.blogspot.com/2009/03/operational-amplifier-op-amp.html (diakses pada tanggal 30 November 2011 pukul 06.56 WIB) Saputra, Wasana.2008. Rancang Bangun Solar. http://ui.ac.id. (diakses pada tanggal 30 November 2011 pukul 07.01 WIB)

PAPER ELEKTRONIKA INDUSTRI

Oleh : Nurul Ainina 240110090042

LABORATORIUM KELISTRIKAN DAN INSTRUMENTASI TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTA TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2011

Anda mungkin juga menyukai