Anda di halaman 1dari 8

Dermovi A.

R 0806349876 Enterpreneurship

1. Entrepreneurship adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan /imbalan moneter dan kepuasan pribadi. Proses entrepreneurhip berlangsung dalam empat fase, yaitu fase conception (saat calon entrepreneur melihat adanya peluang bisnis), fase gestation (ketika peluang yang ada dievaluasi), fase infancy (ketika perusahaan didirikan), dan fase adolescene (saat perusahaan mencapai tahap kematangan). Pembagian ini disebutkan P.D. Reynolds dalam makalah The Role of Entrepreneurship in Economic Systems: Developed Market and Post-Socialist Economies yang dipresentasikan dalam The Second Freiberg Symposium on Economics, Freiberg, 9-11 September 1993. Sebagai tambahan, fase penutupan perusahaan juga telah menjadi subjek lainnya, berdasarkan tingginya penutupan perusahaan yang diobservasi dan perubahan yang terjadi dalam perusahaan keluarga. Tiap fase telah menghasilkan wawasan teoritis dan empirisnya masingmasing.

2. Peranan pemerintah untuk menciptakan entrepreneur dalam membuka usaha baru di Indonesia - Mengajak berbagai pihak untuk menyelenggarakan pendidikan formal maupun informal untuk bidang entrepreneurship baik langsung maupun tidak langsung.

- Membuat aturan atau regulasi berupa UU,PP Kepres, Perda yang dapat menciptakan iklim usaha yang kondusip dan positif bagi warga negaranya agar tumbuh pengusaha yang mandiri dan tangguh. - Memberikan fasilitas-fasilitas dan kemudahan-kemudahan dalam bidang perpajakan, penyaluran kredit, tingkat suku bunga kredit yang rendah, kebijakan dalam bidang moneter sehingga dapat memacu aktivitas dan pertumbuhan ekonomi

- Tidak menumbuhkan nepotisme dalam bidang usaha. Pemerintah memberikan peluang yang sama kepada setiap warga Negara Indonesia untuk menjadi entrepreneur yang ulet, tangguh, mandiri, dan berhasil. - Berani memberantas KKN dalam segala sektor. - Memberikan penghargaan kepada entrepreneur yang baik dan berhasil karena telah membuka lapangan kerja, memutar roda ekonomi, dan membayar pajak sebagai pemasukan APBN.

3. Yang menarik dari menjadi seorang entrepreneur ialah dapat melakukan apapun yg kita mau dengan cara apapun yang kita mau tanpa terbentur peraturan dan birokrasi perusahaan seperti apabila kita bekerja di perusahaan swasta maupun BUMN. Bebas menkreasikan apa yang ingin kita wujudkan dengan cara kita sendiri. Tentu kita harus tetap mematuhi aturan-aturan hokum, namun menjadi entrepreneur tetap lebih bebas dan lebih seru dibandingkan dengan bekerja di perusahaan orang lain. Dengan menjadi entrepreneur kita dapat melihat secara langsung hasil kerja keras kita, dengan itu kepuasan hati akan lebih mudah tercapai, kemandirian juga lebih meyakinkan dengan menjadi entrepreneur, dimana apabila kita bekerja kantoran kemandirian tidak terasah dengan maksimal karena masih ada atasan yang harus kita layani kehendaknya, being your own bos ialah salah satu tujuan saya menjadi entrepreneur.

4. Sebenarnya banyak research yang membuktikan tidak adanya perbedaan antara gender dalam pekerjaan, aktifis-aktifis kesederajatan wanitapun terus menyerukan hal tersebut, namun apabila ditelaah lebih lanjut lagi ke beberapa tingkat kehidupan sehari-hari dapat tercermin bahwa sebenarnya ada perbedaan diantara kedua gender, dari hal-hal dasar dan perilaku masing-masing gender yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di field dan etos kerja yang cocok dengan sifat dasarnya. Misalnya wanita memang lebih teliti dan sensitive (ini berdasarkan research di UK) dengan adanya sifat ini sangat cocok wanita bekerja di bidang kuliner atau property, karena mereka dianggap lebih mengerti terhadap apa yang customer inginkan, sebaliknya mereka cenderung tidak lebih berani mengambil risiko disbanding pria, sehingga tidak dianjurkan untuk bekerja di bidang financial dan perdagangan internasional karena banyaknya risiko yang harus dipikul. Meski begitu pasti ada outlier dari kedua kelompok gender ini yang sukse di bidang lawan gendernya, tidak bisa dioungkiri sangat banyak wanita yang sukses di bidang financial dan sangat banyak pria yang sukses di bidang entertainment ataupun kuliner.

5. Intrapreneur merupakan seorang entrepreneur di dalam suatu perusahaan. Seorang Intrapreneur berusaha mengungkapkan idenya agar diterima oleh perusahaan tempat dia bekerja dengan cara meyakinkan orang tertentu dalam perusahaan tersebut. Hal tersebut berbeda dengan seorang entrepreneur yang tidak terikat dengan suatu perusahaan. Banyak contoh perusahaan BUMN terutama yang membunuh secara tidak langsung intrapreneur dalam perusahaannya, misalnya salah satu BUMN yang bergerak di bidang pelayaran, birokrasi yang tegas dan panjang serta adanya praktek KKn membuat intrapreneur yang seharusnya ada dalam perusahaan tersebut sangat terbatasi dalam berkreasi, ada satu contoh di perusahaan tersebut yang menyebutkan suatu kejadian dimana ada salah satu petingginya yang mencoba membersihkan inefficiency di salah satu perniagaan BUMN tersebut, namun orang tersebut justru diancam diturunkan jabatannya, padahal yang ia lakukan sangat

mulia, hal itu disebabkan karena justru inefficiency tersebut dibuat oleh para direksi agar bisa melakukan arbitrase dan menghasilkan profit dengan merugikan para pelayar. Padahal apabila intrapreneur tersebut dibiarkan bekerja mungki ia dapat menciptaka perusahaan consulting khusus untuk bidang effisiensi, namun kreatifitasnya dipenggal oleh perusahaan yang struktur, birokrasi dan tingkat rutinitasnya sudah sangat tinggi dan kompleks.

7.

Simple Specific Realistic Complete a. Pengenalan mengenai bisnis dan kondisi bisnis kita. Ini berupa uraian mengenai apa dan siapa bisnis atau perusahaan kita, produk atau jasa apa yang kita tawarkan pada pasar, lalu bagaimana kondisi lingkungan industri bisnis kita sekarang, dan bagaimana peluang yang ada. b. Penjelasan tentang pasar sasaran (target market) dan siapa yang menjadi sasaran produk atau jasa kita. Jika memungkinkan, pasar sasaran ini hendaknya detil, seperti misalnya, pembeli produk atau jasa kita itu tinggal di daerah mana, orang muda, oran tua, ibu-ibu rumah tangga, atau pekerja kantoran, berapa besar penghasilannya, dan sebagainya c. Tingkat kompetisi. Bagaimana persaingan dan siaa pesaingnya, dengan cara apa persaingan berlangsung-harga, kualitas, jumlah pembelian atau lainnya d. Cakupan pasar (market share) yang ingin kita raih, dan bagaimana komposisinya saat ini. e. Rencana pemasaran dan penjualan. Di sini diuraikan rencana pemasaran dan penjualan, kapan beriklan, apakah menggunakan sistem direct mail, harga produk, atau jasa. Program pemasaran apa yang akan dilakukan.

f. Operasi. Pada bagian ini dijelaskan bagaimana kita menghasilka suatu produk atau jjasa. Bagaimana penanganan bahan bakunya, mesin produksi, jumlah karyawan, sistem pengepakannya, struktur organisasi usaha, siapa saja orang dan tim ahli yang terlibat, dan lainnya. g. Pengembangan bisnis. Di sini diterangkan bagaimana kita memandang dan ke arah mana bisnis akan kita bawa pergi, apa tujuan jangka panjang, bagaimana cara meraihnya, risiko-risiko apa saja yang akan dihadapi dan bagaimana kita menghadapinya h. Keuangan. Dari usaha tersebut, dibuat rancangan rugi laba, arus kas, dan neracanya. Untuk tahun pertama, dibuat detail perbulan, berikutnya dapat dibuat dalam jangka waktu 3-5 tahunan. Disertakan juga asumsi yang digunakan, misalnya berapa bunga bank yang dipakai (jika kita harus pinjam modal ke bank), berapa jumlah pegawai yang dipekerjakan, target penjualan, dan lainnya. i. Rencana ke luar (exit plan). Ada penjelasan rinci apa yang kita lakukan seandainya usaha tersebut gagal. Apakah usaha itu akan kita jual? Atau, melakukan banting stir produk atau jasanya? Aturan diatas sebenarnya pantas untuk membuat business plan untuk diajukan ke entrepreneur, investor dan supplier, namun mungkin apabila targetnya ialah untuk entrepreneur yang harus lebih ditekankan lagi ialah sisi kreatifitasnya karena kebanyakan entrepreneur sangat menyukai kreatifitas dan hal yang baru. Bila target ialah investor, harus lebih ditekankan lagi kepada rencana keuangannya, semenjanjikan apa proyeknya, manajemen risiko yang digunakan dan rencana financial yang jelas. Terakhir apabila targetnya ialah supplier yang harus ditekankan terutama ialah bagaiman menjamin kelancaran proyek dan kejelasanan arrangement kerja sama antara kita dan supplier. 8. secara umum marketing plan seharusnya selalu mempunyai analisis situasi, strategi marketing, sales forecast dan budget/ anggaran.

Langkah 1 : Analisis situasi. Sebelum menetapkan sasaran, Anda perlu melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan. Biasanya, analisis ini meliputi analisis makro dan analisis mikro. Analisis makro biasanya meliputi analisis SLEPT yaitu Social, Legal, Economic, Political, dan Technological. Sedangkan analisis mikro meliputi analisis Company, Customer, dan Competitor. Analisis Company meliputi analisis kapabilitas perusahaan, analisis Customer meliputi market forecast, segmentasi, informasi tentang perilaku pelanggan dan analisa kebutuhan pasar. Sedangkan analisis persaingan menyangkut kegiatan pesaing.

Langkah ke-2 : Analisis SWOT Analisis SWOT menyangkut 4 hal yaitu Strengh, Weakness, Opportunity, dan Threat. Analisis ini untuk menjawab pertanyaan Where are we now? sehingga dapat menyiapkan sasaran pemasaran lebih tepat.

Langkah ke-3 : Membuat Marketing Strategy Langkah ini paling tidak memuat statement misi, objective dan focus strategy meliputi segment focus dan product positioning. Contoh misi perusahaan adalah untuk menjadi produsen air mineral yang terkemuka. Ini adalah tujuan kualitatif. Sasaran secara kuantitatif (objective) dilakukan dengan memuat tujuan berupa angka-angka seperti target yang ingin dicapai, pertumbuhan, market share dan lain-lain. Strategi ini sering dimuat dalam istilah STP (Segmentation, Targeting, dan Positioning). Strategi pemasaran sering juga diwujudkan dengan taktik pemasaran yang meliputi 4P yaituProduct, Price, Place dan Promotion). Strategi ini kemudian diwujudkan dalam berbagai program pemasaran, yang biasanya meliputi kegiatan promosi, distribusi, dan lain-lain.

Langkah ke-4 : Forecast Langkah ini memuat secara detail penjualan yang direncanakan bulan per bulan sertafollow up dari perencanaan. Normalnya, rencana ini memuat pendapatan per produk, per wilayah, per channel, serta penanggung jawab masing-masing.

Langkah ke-5 : Penentuan budget Langkah ini memuat secara detail biaya-biaya yang dikeluarkan bulan per bulan sertafollow up dari perencanaan. Normalnya, rencana ini memuat program/ taktik pemasaran secara spesifik, siapa penanggung jawab, serta berbagai elemen kegiatan.

Hal yang sering menyulitkan para marketer menyusun marketing plan adalah kurangnya informasi misalnya perilaku pelanggan, siapa pelanggannya. Atau tentang kompetitor, siapa saja mereka, apa kegiatan-kegiatan mereka. Bahkan untuk memotret penjualan perusahaan saja, terkadang data-datanya sulit diperoleh. Kalaupun ada, data-datanya merupakan data yang sangat mentah yang mengharuskan marketer menghabiskan banyak energi dan waktu untuk mengolahnya lebih lanjut.

Karena kurangnya informasi, maka penyusunan Marketing Plan sering hanya dengan menggunakan feeling. Oleh karena itu, agar Marketing Plan tersebut dapat lebih dipertanggungj awabkan, seyogyanya marketer harus melakukan riset tentang informasiinformasi yang akan dibutuhkan untuk menyusun Marketing Plan. 9. Organizational plan atau perencanaan kerja sangat penting bagi perusahaan kecil maupun besar, apabila perusahaan tidak memiliki perencanaan kerja maka alur dan struktur kerja akan berantakan dan akhirnya kinerja perusahaan terseok-seok. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun perencanaan kerja. Tentukan apa yang akan dilakukan perusahaan, list-down apa saja pekerjaan yang akan dikerjakan dan standar prioritasnya, dengan begitu kita dapat melihat jelas apa yang harus kita kerjakan terlebih dahulu. Tentukan tujuan dari kegiatan-kegiatan perusahaan, dengan begitu kita mempunyai benchmark antara apa yang kita lakukan dan apa yang seharusnya kita lakukan.

Tentukan alur kerja, dari sekian banyak pekerjaan tersebut buat alur kerja dari setiap pekerjaan, dengan begitu kita dapat mengorganisir pengerjaan pekerjaan dengan lebih mudah.

Tentukan jadwal, baik dalam skala makro perusahaan ataupun mikro, buat rencana kerja sedisiplin mungkin. Tentukan job description dari pekerja di pekerjaan tertentu dan pilih orang-orang yang pantas untuk pekerjaan-pekerjaan tersebut. Brainstorming, dengan ini kerjasama dapat diperkuat dan motivasi dapat ditingkatkan sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan baik. Pengawasan, meski sudah terlihat efisien pengawasan harus tetap dilakukan agar pekerjaan yang sedang dikerjakan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh perusahaan Evaluasi, diskusikan apa yang perlu ditambah dan dikurangi dalam men-tackle setiap pekerjaan yang ada dalam rencana kerja perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai