Anda di halaman 1dari 3

Perimetri adalah penggunaan alat untuk memeriksa lapangan pandang dengan mata terfiksasi sentral.

Penilaian lapangan pandang merupakan hal yang penting dilakukan pada keadaan penyakit yang memiliki potensi terjadinya kebutaan. Perimetri pertama kali dikenalkan pada pertengahan abad ke-19 oleh Von Graefe berupa tangent screen dan perimeter (Harmen, 2009). Lapangan pandang merupakan luas daerah yang dapat dilihat secara bersamaan dengan satu mata terfiksasi. Batas normal lapang pandang adalah 600 pada daerah superior, 750 pada daerah inferior, 1100 pada temporal dan 600 pada nasal. Metode pemeriksaan lapang pandang terdiri dari perimetri kinetic dan perimetri static (Harmen, 2009). Pada perimetri kinetic (Goldmann, layar tangenat), pasien diinstruksikan agar melihat pada sasaran fiksasi sentral sedangkan objek pemeriksaan bervariasi ukuran dan kecenderungannya (putih atau berwarna) digerakan dari perifer ke arah titik fiksasi sampai pasien memberi tanda bahwa objek pemeriksaan terlihat. Lapangan normal menggunakan objek putih kurang lebih 900 secara temporal, 500 nasal, 500 superior, dan 650 inferior. Kontraksi konsentrik dari lapangan pandang secara binokuler kurang dari 100 merupakan kebutaan (Isselbacher, et al., 1999). Pada perimetri static automatis, fiksasi pasien pada sasaran sentral dalam hemisfer dengan latar belakang putih homogen, sedangkan cahaya ukuran dan kecermelangan yang tetap tidak bergerak ditampilkan pada berbagai titik dalam hemisfer. Kecemerlangan dinaikkan sampai pasien menyadari adanya stimulus di atas latar belakang/ dengan demikian perimetri static mengukur sensitivitas kecermelangan dari berbagai titik di retina (Isselbacher, et al., 1999).

Defek lapangan pandang dapat ditentukan lokasinya berdasarkan anatomi jalan visual. Lesi retina dan saraf optikus mempengaruhi satu dari tiga jenis berkas serabut saraf, mengakibatkan bintik buta (skotoma) disebut (1) sentral/sekosentral, (2) arkuata, atau (3) radial. Hilangnya serabut saraf antara saraf optikus dan macula mnegakibatkan skotoma sentral atau sekosentral, misalnya mengenai pusat lapangan pandang atau meluas diantara bagian tengah dan bintik buta fisiologik (Gbr 3D dan E). Lesi retina temporal di atas dan di bawah berkas makulopapilaris atau yang mengenai saraf optikus superotemporalis atau inferotemporalis mempengaruhi berkas arkuata dan menyebabkan defek lapangan pandang inferonasal atau supranasal, secara berturutturut. Karena defek lapangan pandang seperti ini berbatasan dengan garis tengah horizontal, kadang-kadang berubah sebagai altitudinal (Gbr 3B). Lesi yang mengenai retina nasalis atau serabut saraf optikus mengakibatkan defek lapangan pandang inferotemporal dan superotemporal yang meluas kea rah bintik buta fisiologi (Gbr 3A) (Isselbacher, et al., 1999).

Gambar 3 Jenis-Jenis Hilangnya Lapangan Pandang Monokuler pada Mata Kiri. A. Skotoma arkuata superior (defek berkas serabut saraf inferior). B. Defek lapangan pandang altitudinal inferior mengenai meridian horizontal (defek berkas serabut saraf superior). C. Pembesaran bintik buta pada mata kiri. D. Skotoma sentral, bintik buta yang normal. E. Skotoma sekosentral. F. Hemianopsia temporalis mengenai meridian vertical tetapi dengan melibatkan penglihatan sentral. G. Penyempitan lapangan pandang yang menyeluruh pada 2 isopter. H. Defek lapangan pandang sekrup gabus pad 1 isopter (Isselbacher, et al., 1999).

Lesi pada bagian medial kiasma akan menghilangkan medan penglihatan yang disebut hemianopsia bitemporal, sedangkan lesi pada kedua bagian late

Anda mungkin juga menyukai