Anda di halaman 1dari 3

Allah sudah sangat baik memberikan kehidupan kepada seonggok daging dan memiliki nama yang disebut manusia.

Allah tak pernah menuntut lebih dari apa yang telah diberikannya kepada kita, hanya sebuah ketaatan kita atas ke Mahaan-Nya. Masing masing manusia telah Allah tetapkan siapa saja yang akan ditemuinya selama hidup, siapa saja yang akan menjadi orang yang mungkin membecinya, siapa orang yang akan menjadi pendamping hidupnya yang kemudian kita sebut dengan jodoh, penyakit apa yang akan kita rasakan selama hidup, bahkan sampai berapa lama batas waktu kita hidup didunia ini, semuanya adalah ketentuan yang hanya dimiliki-Nya. Tiada Dzat yang mampu merubah ketentuan dari-Nya, sebab hanya Dia yang Maha Memiliki Kehidupan, Dunia beserta Isinya. Ketika Allah telah menetapkan semua garis garis kehidupan itu untuk kita, masih ada kemungkinan Allah merubahnya ketika kita berusaha dan tetap memasrahkan diri kepada-Nya dan tidak sekalipun menyekutukannya. Sebab Allah telah berjanji dalam Al-Quran Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang ada pada sesuatu kaum sehingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki untuk menimpakan kepada sesuatu kaum bala bencana (disebabkan kesalahan mereka sendiri), maka tiada sesiapapun yang dapat menolak atau menahan apa yang ditetapkanNya itu, dan tidak ada sesiapapun yang dapat menolong dan melindungi mereka selain daripadaNya (Ar-Rad : 11). Jadi, kalau kita sering dengar kata Tidak ada yang tidak mungkin dapat terjadi didunia dan kehidupan ini, ya pernyataan yang sebenarnya sangat sederhana tapi memiliki makna khusus ketika kita memahaminya, Benar saja ketika Allah berkehendak, apa yang menjadi garis hidup di buku kehidupan kita yang telah dibuat-Nya mudah saja Dia rubah sesuai apa yang manusia tanam semasa hidupnya dan bagaimana keras usahanya untuk mencapai sesuatu. Sebab Dia, Sutradara paling abadi yang mempu merubah skenario yang telah kita susun bagus berbingkai emas menjadi skenario yang mungkin sangat menyedihkan seperti yang Allah katakan dalam Al-Quran Allah jualah yang menciptakan langit dan bumi (dengan segala keindahannya) dan apabila Ia berkehendakan (untuk menjadikan) sesuatu, maka Ia hanya berfirman kepadanya: "Jadilah engkau!" Lalu menjadilah ia. (AlBaqarah : 117) Allah tidak akan memberikan cobaan kepada seorang Hamba kecuali ia mampu melewatinya. Tidak ada pula yang Allah ciptakan dalam kehidupan dan dunia ini yang bersifat sia sia, semua punya tujuan baik itu sebuah kesedihan, kehilangan, kebahagiaan, bahkan seekor semut pun diciptakan Allah bukan tanpa tujuan. Banyak orang sekarang yang mampu sejahtera dalam usia muda, mampu memiliki semua apa yang dia inginkan, mampu memiliki pasangan yang sangat didambakan dengan apa yang dimilikinya, mampu berada pada urutan tertinggi di dunia sosialita dan mungkin saja mampu membuat orang lain cemburu dengan apa yang dia miliki sekarang ini. Tapi tak banyak orang yang mampu BERSYUKUR dengan apa yang dia miliki, samapai dia melupakan Allah, lupa

darimana asal udara yang selama hidup ini dia hirup, lupa darimana semua materi berlimpah yang dia miliki, lupa darimana istri/suami yang shaleha/shaleh yang mendampinginya, dan lupa darimana semua jabatan terbaik didunia ini dia peroleh, SEMUANYA DARI ALLAH. Memang benar pernyataan bahawa Apapun yang kita peroleh selama kehidupan ini berjalan sampai akhirnya meninggal dunia, semuanya adalah hasil apa yang telah kita lakukan tapi jangan salah artikan walau itu usaha kita ketika Allah tidak menjatuhkan keridhoan-Nya untuk apa yang kita inginkan apapun yang kita miliki sekarang tidak akan pernah ada. Saya akan bicara soal seorang yang mengkhawatirkan usianya yang sudah cukup terlambat untuk memiliki apa yang dia cita citakan lantas mengabaikan semua kebahagiaan orang tua dan keluarga initinya. Seseorang ini terlalu khawatir dengan kondisi dirinya yang sampai saat ini telah menginjak usia 30 tahun belum bisa memiliki apapun misalnya rumah, mobil atau apalah yang mungkin bisa dijadikan simbol kemapanan seseorang, lantas dia berlaku ekstrem mengabaikan semua kebaikan yang pernah dilakukan oleh orang tua dan saudara saudaranya karena dia berpendapat jika dia terus menjadi donatur untuk keluarganya maka apa yang diinginkannya tidak akan pernah tercapai. Terlalu picik aku rasa caranya berpikir, dia bersikap dan berkata seakan tidak memiliki keimanan kepada Allah. Kita sama sama tahu, kalau setiap orang sudah memiliki bagian masing masing dari rejekinya, rejeki itupun tidak mungkin tertukar. Allah sangat sempurna membaginya, bahkan pembagian rejeki yang sempurna itu tidak akan mampu dilakukan seorang yang jenius sekalipun, dan Allah selalu menghargai setiap kebaikan yang dilakukan Hambanya selama masih berjalan dalam lingkaran keimanan kepada-Nya. Satu kebaikan yang kita lakukan akan menjadi 1000 kali lipat dimata Allah, lantas apa yang pantas kita khawatirkan ketika materi yang kita punya bisa menjadi bagian dari materi orang tua dan keluarga kita atau bahkan orang yang sangat membutuhkan diluar sana? Hasil yang 100 kali lipat tadi akan menjadi jawaban atas apa yang kita perbuat walau kadang tidak datang pada saat yang cepat, namun Allah tidak pernah mengingkari apapun janji-Nya. Semua kembali pada kepasrahan dan keikhlasan kita dalam berbuat kebaikan. Dan khususnya untuk sebuah kebahagiaan orang tua, tidak ada kata kata yang bisa membatalkan setiap kebaikan yang akan kita lakukan kepadanya. Semuanya pantas kita lakukan, bahkan mengorbankan kebahagiaan masa depan pribadi mungkin masih layak dilakukan. Mengapa demikian, karena orang tua tidak pernah mehitung hitung apapun yang pernah diberikannya kepada kita dan ketika kita mampu secara materi mengapa tidak kita lakukan kepada mereka hal yang sama atau bahkan hal yang lebih baik untuk mereka menikmati masa tua yang Indah. Orang tua kita punya masa aktif, tidak lama waktu kita bisa membahagiakan mereka. Anggap saja secara material kita mampu memenuhi keinginan mereka dimulai dari saat kita telah bekerja, secara umum usia orang tua kita 50 60 tahun saat itu, tak banyak waktu kita untuk sekedar membahagiakan mereka walau dengan seadanya. Untuk kita yang muda mungkin masih ada banyak waktu untuk kembali menata hidup lebih baik,

sedang mereka tidak. Tinggalkan senyuman kebahagiaan di bibir, mata dan hati mereka sebelum mereka menghadap Allah dan pada akhirnya kita hanya mampu memberikan untaian Doa untuk mengantarkan mereka ketempat terindahnya Allah yaitu Surga. Toh pada akhirnya, tidak ada pernah kita mendengar seorang anak Jatuh Miskin karena menjadi tulang punggung keluarga. Dari pelajaran diatas, kita dapat menyimpulkan lakukan setiap kebaikan semata mata hanya mengharapkan keridhoan Allah, lakukan dengan sepenuh hati, keikhlasan, kepasrahan dab keyakinan bahwa Allah akan menggantikan sebuah kebaikan kita dengan 1000 kali lipat kebaikan hidup di dunia dan akhirat. Dan pada akhirnya, ketika MEMBERI adalah sebuah KEMULIAAN mengapa harus MENERIMA ? Jadilah manusia yang bermanfaat selagi nafas masih berhembus dan nyawa masih menyatu dengan raga, ketika hasil kebaikan yang kita lakukan tidak nyata di dunia biarkan ia menjadi tabungan akhirat kita MENUJU SURGA-NYA.

Anda mungkin juga menyukai