Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Imamat 20:27 "Apabila seorang laki-laki atau perempuan dirasuk arwah atau
roh peramal, pastilah mereka dihukum mati, yakni mereka harus dilontari dengan
batu dan darah mereka tertimpa kepada mereka sendiri.
Aku ingin anda mengetahui bahwa aku datang dari garis keturunan orang-
orang terkutuk, yang berkuasa atas negeri ini karena mereka adalah tukang
tenung dan tukang sihir. Bahkan, ibu pertama kaum kami muncul dari dalam air
di pusat sungai Zaire delapan generasi yang lalu. Kulitnya tertutup sisik tanah liat
berwarna putih, yang akan gugur bila disentuh. Dan ia dijumpai oleh ayah
pertama dari kaum kami, yang adalah pemburu dan tukang sihir yang kuat. Dan
ketika ia menjumpainya saat berburu, ia membawanya pulang dan wanita itu
menjadi istrinya. Tidak seorango\pun yang tahu apa tepatnya yang menarik
sehikngga ayah pertama kami menjadikan wanita itu istrinya. Mungkin saja
kekuatan sihirnya dan pertemuan di saat ia adalah pemburu yang kesepian.
Dan untuk jangka waktu yang lama, sepanjang hidupnya di desa, ia memilikki
kedudukan yang terpandang sebagai ahli nujum dan peramal. Tidak seorang pun
yang perduli akan asal muasalnya. Mereka mengaguminya karena ilmu gaibnya
yang dapat menyembuhkan orang. Setiap kali ada masalah di desa, maka orang
akan memanggilnya minta tolong. Bila terjadi krisis, maka ia akan mengadakan
perjalanan di bawah air sungai Zaire selama dua bulan, dan berminggu-minggu
kemuadian muncul lagi dengan membawa seluruh jawaban-jawaban yang
dibutuhkan. Orang-orang gentar terhadapnya, dan tidak seorangpun tampaknya
perduli kemana saja ia pergidi bawah air, atau putri siapakah ia. Akan tetapi pada
suatu hari, ia menghilang ke dalam air dan tidak pernah menampakkan dirinya
kembali, dan hal tersebut menjadikan banyak orang kecewa.
Semua informasi ini kuperoleh dari ayahku, karena ia sedang melatihku untuk
menjadi seorang tukang sihir dan pemimpin yang besar, yang secara langsung
mewarisi kuasa-kuasanya. Sepanjang sejarah keluarga kami, kami ditakuti oleh
kaum-kaum lainnya di Zaire, karena kekuatan sihir kami, dan karena cara nenek
moyang kami memanfaatkan pengaruh mereka melalui kuasa-kuasa tersebut di
daerah mereka. Ayahku, yang juga seorang dukun sangan percaya akan adanya
pertalian dengan dengan roh-roh nenek moyang. Aku ingat bahwa suatu kali ia
meninggalkan rumahnya yang kemudian dijaga oleh bibiku. Ketika ia kembali
beberapa hari kemudian, bibiku sedang pergi ke desa, dan ayahku menemukan
tikus-tikus sedang berpesta pora menghabiskan tepungnya. Ayahku menjadi
begitu marah pada tikus-tikus itu sehinggal ia mulai memukul dan membakar
mereka saat ia mengusirnya keluar rumah. Beberapa hari kemudian, ayahku
berangkat kerja, Ketika ia tersandung dan kemudian menemukan dirinya berada
di dalam sebuah dunia yang lain, tanpa melakukan usaha apapun juga untuk
dapat sampai di situ.
Ketika aku baru berusia tiga hari, ayahku mulai memperkenalkan ilmu sihir
kepadaku dengan melakukan beberapa upacara. Ia mengisolir diriku dalam
sebuah ruangan yang sangat khusus yang hanya boleh dimasuki olehnya dan ikan
duyung itu sendiri. Ia membawa ikan duyung itu untuk menyusui dan
membesarkan diriku, sebagai pengganti ibuku. Ibuku tidak mempunyai
kesempatan untuk membesarkan diriku sampai aku berusia empat tahun.
Kadang-kadang beberapa tetangga kami sempat melihat skilad ikan duyung
tersebut saat ia menyelinap masuk dan keluar rumah kami. Ayahku melakukan
segala sesuatu ini karena ia tidak ingin kehilangan diriku ladi setelah ia
kehilangan dua belas anak-anaknya yang lain. Ia terutama menginginkan aku
untuk menjadi penerusnya (setelah ia mati) di dalam kuasa-kuasa sihir.
Pada usia yang masih sangat dini itu, ia memberikan sihir tingkat pertama
kepadaku. Caranya ialah dengan menyuruh aku berjalan di bawah kakinya tiga
kali sehari, mengantukkan kepalanya kekepalaku tiga kali dan meludah ke dalam
mulutku tiga kali. Akibatnya, aku dilengkapi kuasa untuk menyelinap ke dalam
rumah-rumah orang lain pada malam hari tanpa diketahui, di dalam bentuk
semut, kecoa atau lalat sebelum aku berusia sembilan tahun.
Nenekku yang juga terlibat di dalam sihir dan tenung, membantu ayahku
untuk membentuk nasibku. Segera setelah nenek menerima surat ayahku yang
mengabarkan bahwa ia telah memilikki bayi laki-laki, langsung saja nenekku
memotong batang sejenis phon yang berduri, membubuhkan sihir yang khusus
ke atasnya san merebusnya terlebih dahulu dalam sebuah kuali tradisional
sebelum menanamnya di sekitar rumahnya. Pada saat itu aku baru berusia satu
bulan. Pohon tersebut langsung tumbuh, cerita ayahku dan mereka yang lain
yang merupakan saksi mata, dan nenekku meberi pohon itu namaku ‘Mukendi”.
Hal ini menandakan bahwa seluruh hidupku tersimpan di dalan pohon tersebut.
Nenekku haru menjaga pohon itu dengan sangat hati-hati dan tidak seorangpun
diijinkan menyentuhnya, karena bila satu helai daun pohon tersebut gugur,
berarti salah satu bagian tubuhku akan merasa sakit. Bila pohon itu ditebang itu
berarti aku harus mati.
Ilmu sihir tingkat kedua ini menyebabkan aku sangat sadar akan segala
sesuatu yang terjadi dalam dunia sihir. Kami tidak dapat secara langsung
memakan manusia, tetapi kami dapat mengubah mereka menjadi binatang untuk
disembelih dan dimakan, atau bahkan ditransport dan dijual di pasar-pasar yang
jauh. Dengan pengetahuan semcam ini, kami bahkan mengambil janin dari
beberapa wanita yang sedang hamil dan mengubahnya menjadi telur untuk
dimakan. Akibatnya, seorang wanita akan menjadi mandul atau keguguran.
Suatu saat, ayahku sedang berjalan-jalan bersama ibuku dan melihat seorang
pria yang berbadan besar, dan ia berkata kepada ibuku: Pria itu sangat kuat. Aku
membutuhkan orang semacam itu untuk menjaga keluargaku di saat aku sedang
bepergian.”
Tudingan Jari
Suatu hari, majikan ayahku yang adalah orang kulit putih, mengancam akan
memecat ayahku karena ia hanya bekerja sedikit sekali selama ia mempersiapkan
diriku. Dan seperti singa yang terluka, ayahku mengutukinya.
"Lihat nanti!" ayahku berkata sambil menudingkan jarinya kepada orang kulit
putih tersebut.
Ketika majikan ayahku itu sampai di rumah hari itu, dengan sangat terkejut ia
menemukan keempat putrinya sedang mengeliat-ngeliat di lantai dengan tanpa
daya; seluruh tulang belulang mereka telah lenyap dari tubuh mereka. Sekali lagi
kekuatan sihir ayahku berhasil. Ayahku telah menyimpan tulang putri-putri
tersebut di dalam rumah kami. Saat mendengak kabar itu, seorang imam telah
dipanggil untuk menengok putri-putri itu, mencari tahu dimana kami tinggal, dan
dengan mengendarai mobilnya mengkonfrontasi ayahku. Ayahku menganggap
serius dampratan imam tersebut, menudingkan jarinya dengan cara yang sama
seperti sebelumnya sambil berkata, “Lihat saja juga!”, saat imam tersebut
memasuki mobilnya meninggalkan kami. Belum jauh mobilnya berjalan dari
rumah kami ketika musibah itu menimpa. Imam itu mati dalam kecelakaan yang
fatal di jalan saat mobilnya berguling-guling beberapa kali , sampai akhirnya
berhenti dalam keadaan rusak berat.
Sebagai seorang anak Allah, aku ingin mengingatkan anda agar tidak
menudingkan jari untuk menuduh orang lain, karena dengan berbuat demikian
anda singkatnya telah mengalihkan mereka kepada setan. Mereka dapat saja
mati atau dihancurkan, akan tetapi darah mereka ditanggungkan di atas kepala
anda. Seperti yang diketahui, roh-roh jahat itu berada di mana saja di mana tidak
terdapat keselamatan. Jadi bila anda menudingkan jari ke arah orang lain ketika
anda sedang marah, maka perkataan apapun yang anda ucapkan, akan
ditangkap oleh roh-roh jahat yang berkeliaran di situ, untuk menjalankan
keinginan anda sesuai dengan perkataan tersebut, digabungkan lagi dengan
keinginan setan. Dengan tudingan jari dan kata-kata yang buruk, anda telah
membuka pintu bagi roh-roh jahat untuk menyerang dan menguasai orang lain.
Tetapi bila anda berjalan di hadapan Tuhan dengan tidak bersalah , dan anda
menikmati keamanan perlindungannya, maka anda tidak dapat diserang,
terutama bila anda tidak melakukan apapun juga yang dapat mengakibatkan
serangan tersebut. Berhentilah menuding dengan jari anda. Bila anda memiliki
kebiasaan itu, maka Allah aka meminta pertanggungjawaban anda untuk
kehancuran hidup orang-orang lain. Gossip, kemarahan dan fitnah adalah pintu-
pintu yang lain yang dapat dimanfaatkan setan untuk memasuki kehidupan orang
lain. Bila anda seorang Kristen yang sudah lahir baru dan anda biasa melakukan
hal-hal ini, maka anda harus betobat dan meminta Allah untuk megubah anda
dengan kekuatan-Nya menjadi manusia baru (Yes. 58:9).
Ketika aku berusia empat tahun, ayahku memperkenalkan aku kepada ilmu
sihir tingkat tiga. Hal ini melibatkan ayahku, nenekku dan diriku sendiri yang
pergi ke dalam hutan belukar untuk menjalankan beberapa upacara. Kami berdiri
berhadapan dalam keadaan telanjang sambil membaca mantera, dan seketika itu
juga sebuah sarang semut muncul dari dalam tanah. Kemudian setelah kami
terus menerus membaca mantera, sarang semut itu membuka mulutnya dan
diriku diletakkan di dalamnya, dan aku dibiarkan sendirian di dalam liang itu
selama empat hari.
Setelah keluar dari sarang semut itu, aku sekali lagi ditempatkan di bagian
atas pondok rumput ilalang kami, sedang di bawahku dinyalakan api sampai aku
menjadi kering sama sekali. Dan ketika aku bertanya kepada ayahku mengapa ia
melakukan semuanya itu, inilah yang dikatakannya:
Sedangkan nenekku berkata: “Kamu lihat bahwa banyak orang di desa ini
yang tidak menyukai ayahmu, dan kami melindungimu terhadap mereka.”
Pada tingkatan sihir ini, yang merupakan tingkatan yang sangat tinggi dalam
dunia sihir, aku tidak dapat mengendalikan diriku sendiri. Aku sepenuhnya berada
di bawah pengarahan dan keinginan setan, dan ia bahkan dengan tiba-tiba saja
dapat mendorong aku untuk membunuh orang-orang yang aku cintai, yang
sebenarnya tidak ingin kusakiti, termasuk ayah, ibu, anak-anak, atau sanak
keluarga yang lain. Tingkatan ini juga melengkapi aku dengan dasar dan
hubungan dengan tukang-tukang sihir yang lain di dunia sihir. Kekuatan sihir ini
bertindak seperti dasar atau pusat yang dapat dipergunakan oleh tukang-tukang
sihir yang lain guna perkerjaan mereka di dalam kegelapan. Ayahku berusaha
keras membawaku ke dalam kedewasaan roh kegelapan, dengan cara
mewujudkan atas diriku banyak hal-hal gaib.
Ketika aku pergi ke sekolah, ayahku dapat mengulurkan tangannya yang tidak
tampak untuk mencekik guruku apabila ia memukul aku. Ayahku juga dapat
mengirimkan kerumunan lebah untuk menyengat seluruh sekolah bila aku
dipulangkan ke rumah karena suatu kesalahan yang kuperbuat. Tetapi selama
waktu itu, aku menyadari banwa anak-anak Kristen yang sejati dari rumah-rumah
Kristen yang sejati, tidak pernah diganggu oleh lebah-lebah itu, atau serangan
lain apapun yang dikirimkan ayahku. Anak-anak tersebut berada di bawah suatu
perlindungan ilahi yang asing bagiku, demikian juga orang-orang Kristen lain
yang kutemui saat aku dewasa.
Aku telah begitu yakin akan kekuatan ayahku sehingga aku bahkan
memutuskan untuk membuat kawan-kawan mainku menjadi kagum, dengan
menancapkan sebatang besi di mataku untuk untuk memamerkan bagaimana
aku dapat menariknya keluar secara gaib tanpa rasa sakit ataupun pendarahan.
Tetapi aku terkejut sekali bahwa ternyata aku gagal, dan di akhirnya menangis
kesakitan karena besi tersebut tidak tidak dapat keluar dari rongga mataku yang
telah rusak. Tidak lama kemudian, ayahku tiba di situ. Ia mulai tertawa ketika ia
berhasil menarik besi tersebut dari mataku. Ayah kemudian mengeluarkan
seluruh mataku dari rongganya, memeriksanya, dan mengeluarkan luka tersebut,
kemudian dengan ahlinya meletakkan di atas kakiku. Lalu ia mengembalikan
mataku ke dalam rongganya, tetapi rasa sakit yang amatb sangat itu tetap ada,
bukan di mataku tetapi di kakiku. Dan setelah ayah meludah ke atas luka itu,
barulah kakiku sembuh. Ia dapat saja memindahkan seluruh rasa sakit tersebut
kepada salah satu paisennya agar aku dapat sembuh.
Ayahku benar-benar melakukan banyak uji coba atas diriku untuk menguji
kedewasaanku dalam pengetahuan sihir. Misalnya, suatu kali ayah menjatuhkan
sebuah benda, dan menyuruhku memungutnya. Ketika aku sedang
melakukannya, ayah mengayunkan parangnya kepadaku sehingga aku terluka
parah. Kemudian ketika ia meludah keatas luka tersebut, secara tiba-tiba luka itu
sembuh. Ayah sering memotong diriku atau memukulku dengan keras dengan
tongkat-tongkat yang besar, dan bertanya apakah aku merasa sakit. Sampai pada
suatu hari aku sama sekali tidak merasa sakit, bahkan walaupun ayah
melemparkan aku ke bawah. Aku akan segera melompat lagi, berlari dan tertawa.
Ayah sekarang menjadi sangat senang melihatku menjadi dewasa di dalam hal-
hal dari setan.
Aku juga teringat ketika menyaksikan ayahku pada suatu hari bertengkar
dengan seorang pria muda disekitar perkampungan kami. Pria itu menjadi sangat
kasar kepada ayahku. Kemudian terjadi caci maki di antara keduanya, dan
dengan naik darah ayahku, mulailah ia mengutuk dan berkata bahwa pria itu
akan mati. Dan pria itu sungguh-sungguh mati. Hari berikutnya, ayahku
menghadiri upacara pemakaman pria tersebut, di mana ia membual, “Kalian lihat,
aku katakan kepada pria muda itu agar jangan bermain-main dengan aku,”
katanya. “Kalian lihat, sekarang ia mati.”
Tetapi suatu hal yang menarik terjadi setelah ayahku pulang dari pemakaman
itu, yang menjadi teka-teki bagiku. Ketika ayahku pulang, ia berkata kepadaku
bahwa pria muda tersebut telah menjadi budaknya, dan aku sungguh-sungguh
melihatnya bekerja di kebun kami. Ia mengerjakan seluruh pekerjaan kemu kami,
tetapi tidak seorangpun dapat melihatnya kecuali mereka yang sudah masuk ilmu
sihir yang dalam.
Aku berusia sembilan tahun ketika ayah memperkenalkan ilmu sihir tingkat
empat kepadaku. Ayahku juga membawaku menuju sungai Kasailubilashi di mana
ia berseru-seru dengan suara nyaring sambil meludah ke dalam sungai dan hutan
belukar di sekitarnya, “Aku tidak membutuhkan apapun milik Allah karena aku
tidak punya masalah dengan semua milik Allah itu. Tetapi aku hanya
membutuhkan hal-hal yang dimiliki manusia, baik dari dalam air maupun dari
dalam hutan belukar ini."
Setelah ayahku berhenti berbicara, maka semua jenis makhluk keluar dari
dalam air, termasuk ikan, kuda nil dan buaya. Demikian juga dari dalam hutan
belukar muncullah antara lain pepohonan, rumput dan serangga-serangga.
Kemudian ayah memecahkan kesunyian dengan berseru kembali, “Aku juga ingin
melihat bahwa segala sesuatu yang telah muncul ini harus berbaris di belakang
pemiliknya masing-masing.”
Pada saat itu aku melihat banyak orang-orang yang sudah tua berbaris di
samping segala yang telah muncul tadi. Semua mereka dalam keadaan telanjang.
Dan tiba-tiba satu di antara orang-orang itu mengkonfrontasi ayahku dan mulai
berkeluh kesah dengan nada pahit, “Kau Mulamba Alexander, kami berikan kau
kuasa atas diri kami untuk melindungi kami, bukan untuk mempermalukan kami
di depan seorang anak kecil seperti ini,” katanya.
Jawabnya, “Pertama, mereka tidak boleh kasar terhadap kita, dan mereka
juga harus memperbaharui kesetiaan dan penyerahan mereka kepada kita. Aku
memanfaatkan kesempatan tadi untuk mengambil dari mereka sebagai korban;
pria, wanita dan anak-anak yang akan dilahirkan dalam keluarga mereka pada
generasi ini atau yang akan datang. Setiap binatang hidup yang mereka
serahkankepada kita melambangkan seorang manusia yang termasuk atau
dilahirkan dalam keluarga mereka. Sedangkan tepung kanji, minyak sawit dan
uang, mewakili kekayaan keluarga mereka yang telah kuhambat dan kurampas
dari generasi mereka dan generasi yang akan datang. Dengan menyerahkan
semua itu kepada kita, maka berarti mereka secara mutlak memberi ijin kepada
kita untuk mengendalikan kehidupan dan kekayaan keluarga mereka.”
Ini merupakan suatu pelajaran bagi yang berguna bagi mereka yang terus
memuja dan berkorban kepada arwah nenek moyang. Alkitab mengingatkan kita
bahwa di antara kita dan mereka yang telah mati tidak terdapat hubungan
apapun juga.
Saudara misanku yang bernama Mpoyi telah mati saat ia menebang sebuah
pohon yang dipergunakan para tukang sihir sebagai penjara. Mengulang kembali
kisahnya sebelum ia mati, ia mengatakan bahwa segera setelah pohon tersebut
roboh, ia mendengar suara-suara yang menyambut dengan gembira apa yang
telah dilakukannya, dengan berseru, “Terimakasih banyak, kau telah
membebaskan kami dari penjara ini.”
Aku berhasil memotong puncak atap, dan itu berarti bahwa aku memiliki
kekuatan untuk menang dan memimpin daerah kami. Saat aku berdiri di puncak
atap, ayah menyuruhku memandang ke langit dan menghitung jumlah bintang
yang ada. Aku melihat bahwa bintang-bintang itu terbagi menjadi dua garis yang
bersilang dan membentuk salib. Aku berhasil menghitung semuanya. Itu berarti
bahwa aku sekarang memiliki kualifikasi untuk mengendalikan dan menguasai
semua keluarga-keluarga yang ada di daerah kami. Segera setelah aku turun dari
atap, ayah melepaskan kekuatannya kepadaku dengan menyuruhku lewat di
antara kedua kakinya lagi
Ketika aku masih berhamba pada setan, aku mengetahu bahwa bila aku ingin
memiliki memiliki kekuatan atau berkat seseorang, maka aku harus lewat di
antara kedua kakinya saat orang itu berjalan, atau lewat melalui lengan
kanannya.
Hal ini menunjukkan kepadaku bahwa ayah takut kepada Allah. Dan karena
sekarang aku telah menjadi anak Allah yang hidup, maka pewahyuan dalam
Yoh.1:1-14 menjadi jelas bagiku. Karena apa yang dimiliki Allah adalah milik
Yesus. Jadi pada kenyataannya ayahku takut kepada Yesus, Putra Allah yang
benar, yang adalah Firman Allah.
Kejadian tersebut adalah agar aku dapat merebut seluruh kekuatan sihirnya,
dan menaklukkannya. Keesokan harinya, wanita tersebut datang dan memohon
agar aku mengembalikan pakaiannya. Aku melemparkan pandangan yang
merendahkan dirinya saat aku menyerahkan pakaiannya dengan tangan kiriku,
untuk menunjukkan kepadanya bahwa dengan sesungguhnya ia tidak mempunyai
arti apa-apa di depanku.
Itulah hidupku yang dahulu. Aku menjalaninya dengan tubuhku yang ada saat
ini. Aku hidup untuk memberikan kesaksian bahwa, kecuali mereka yang telah
mengenal Kristus, manusia itu sesungguhnya bagaikan permainan saja dalam
tangan ayahku. Ia melakukan apa saja yang diinginkannya terhadap mereka, dan
celakalah barangsiapa yang mencari gara-gara dengannya! Dengan
bertumbuhnya diriku, aku mengagumi kekuatan-kekuatan gaib ayahku yang tidak
tertandingi di seluruh desa kami. Sebagian besar apa yang ditunjukkannya adalah
sehubungan dengan profesiku sebagai ahli waris sihir ayahku. Aku hidup bagi
setan dan berada di bawah kehendaknya sejak lahir.