Anda di halaman 1dari 27

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

METODA PENAFSIRAN CITRA SATELIT UNTUK PEMETAAN GEOLOGI


___________________________________________________________________________

1.

PENDAHULUAN
Penggunaan data penginderaan jauh dalam bidang kebumian pada dasarnya adalah

mengenal dan memetakan obyek dan parameter kebumian yang spesifik, menafsirkan proses pembentukannya dan menafsirkan kaitannya dengan aspek lain. Data penginderaan jauh dicirikan oleh data yang dikumpulkan dari suatu daerah yang sangat luas dalam waktu yang sangat singkat. Data yang diperoleh adalah data hasil radiasi dan emisi energi elektromagnetik yang berasal dari semua obyek yang ada dipermukaan bumi dan direkam diatas pita magnetik. Penafsiran geologi melalui citra satelit merupakan suatu pekerjaan analisa yang didasarkan kepada gambar permukaan bumi yang terekam oleh citra satelit, sedangkan informasi geologi dapat diketahui berdasarkan hubungan antara geologi dengan obyek gambar yang tidak lain adalah hasil radiasi dan emisi energi elektromagnetik. Penafsiran citra adalah suatu teknik membaca sejumlah informasi serta melakukan analisa geologi diatas selembar citra. Hal yang terpenting dalam mengenal obyek-obyek geologi sebagai kunci adalah menentukan mana informasi yang bersifat pasti dan mana yang diperkirakan. Hal ini diperlukan karena setiap permasalahan yang timbul dari hasil analisa, maka prosedur yang harus ditempuh adalah kembali lagi ke sumber data aslinya sehingga dapat dilakukan analisa ulang. Unsur unsur dasar penafsiran citra secara visual dapat dilihat pada Tabel 1-1. Proses identifikasi, pemetaan, korelasi dan penafsiran geologi dari citra adalah suatu pekerjaan yang sangat rumit dan komplek. Dan pekerjaan ini membutuhkan kesabaran dalam membuat keputusan, dan kemampuan melakukan evaluasi yang bermakna dari berbagai jenis informasi yang berbeda beda. Dengan demikian, penafsiran geologi dari citra harus didekati secara integral dimana penafsiran geologi hanya dapat dicapai jika seluruh perhatian dicurahkan pada kenampakan dan penyebaran singkapan, struktur geologi detail, bentangalam, drainase, vegetasi, soil, dan kadangkala mempertimbangkan juga kenampakan areal pemukiman, tataguna lahan maupun sebaran dari populasi penduduk. Dan seorang ahli geologi bidang penginderaan jauh minimal harus mempunyai pengetahuan mengenai ilmu pedologi, botani maupun geografi.

1 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi Tabel 1-1 Unsur Unsur Dasar Penafsiran Citra Secara Visual Unsur unsur dasar Tona Hitam dan Putih (Black and White Tone) Warna (Color) Stereoscopic Parallax Ukuran (Size) Bentuk (Shape) Tekstur (Texture) Pola (Pattern) Tinggi (Height) Bayangan (Shadow) Lokasi (Location) Asosiasi (Association) Peta Geologi Data Geologi

2012

Sebaran spasial tona dan warna Berdasarkan analisa unsurunsur utama Unsur-unsur kontekstual Data geologi sekunder

Pada umumnya dalam sebuah foto/citra terdapat beberapa inter-relasi yang sangat erat antara sejumlah faktor dan unsur-unsurnya. Hal ini mengharuskan seorang ahli geologi bidang penginderaan jauh dapat memilah-milah unsur-unsur yang cukup banyak, mengidentifikasi masing-masing unsur, dan mengetahui hubungan diantara unsur tersebut, mengkompilasi seluruh data yang terkumpul untuk membuat peta, dan penafsirkannya kedalam geologi. Selama proses mengenal dan menafsir unsur-unsur kenampakan geologi sudah tentu akan melibatkan kelompok subyek yang berbeda. Sedapat mungkin pertimbangan harus dilakukan sebelum pemisahan ditentukan dan setiap waktu akan menjadi satu catatan tersendiri bahwa akan terjadi beberapa unsur yang berasosiasi sangat erat dan saling tumpang tindih (overlap). Hal ini juga menjadi jalan keluar bahwa kehadiran dari kenampakan unsur-unsur geologi secara relatif tidak mengindikasikan sesuatu yang penting pada setiap unsur geologi yang teramati pada citra. Dalam beberapa kasus, struktur geologi direfleksikan oleh penyesuaian topografi terhadap jenis batuan dan struktur. Beberapa contoh yang sering dijumpai adalah antara lain: punggungan bukit dari jurus perlapisan batuan, perbukitan antiklin dan kubah, sinklin dan cekungan depresi (low lands) atau lembah, gawir sesar, dataran pantai, bukit intrusi dike, cinder cone (kerucut gunungapi), plateau lava. Secara umum untuk mengenali dan menafsirkan kenampakan tersebut pada citra tidak begitu sulit. Analisa dan identifikasi detail dan satuan pemetaan geomorfologi, berdasarkan pada bentuk alam darat, litologi, struktur dan proses. Perbedaan citra dari peta topografi tentu terletak pada kualitas dan kejelasan feature alam yang diamati. Kelurusan akan tampak lebih jelas dan lebih detail bahkan pada daerah yang kelihatan mulus pada peta topografi. Begitu pula sungai-sungai lebih tampak jelas,

2 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

mana yang berair mana yang berupa lembah kering. Selain itu pola kontur pada peta topografi akan tampak lebih bervariasi dan lebih detail pada citra, yang selain akan berupa variasi litologi juga berupa tutupan vegetasi, lingkungan binaan manusia, dan lainnya. Dalam interpretasi citra (dalam bentuk cetakan/paper print), hal yang paling penting adalah mengamati karakter-karakter citra yang muncul pada hasil cetakan (fotomorfik), yaitu rona warna, pola, tekstur, bentuk, ukuran, bayangan, dan situasi geografi. a. Rona Warna (Tone) adalah suatu ukuran dari jumlah relatif sinar yang dipantulkan oleh suatu obyek dan direkam oleh citra. Umumnya berupa warna palsu (false color composite); misalnya daerah hutan yang seharusnya berwarna hijau, pada citra warna akan tampak berwarna merah atau lainnya (tergantung pada band gelombang yang dipilih). Warna adalah suatu pengenalan unsur yang mungkin dapat sangat bermanfaat, jika tidak bermanfaat, untuk keperluan dalam kriteria penafsiran Cetakan foto/citra yang berbeda kemungkinan dapat juga memberikan warna atau rona yang berbeda walau pada objek yang sama. b. Bentuk (Shape) adalah salah satu unsur/elemen didalam penafsiran geologi, terutama dalam arti yang lebih luas sangat berarti, karena ekspresi topografi atau relief topografi akan memberikan pandangan yang lebih luas dalam hubungan masing-masing bentuk dalam kontek ilmu geologi. Dalam hal ini bentuk sangat penting untuk mengenal bentuk bentangalam konstruksional seperti kerucut gunungapi, kubah, teras sungai, meander sungai. Bentuk juga sangat penting untuk membedakan satuan batuan seperti misalnya formasi batuan yang berbentuk pungggung yang terjal dengan formasi batuan yang berbentuk bukit yang landai.

Pada umumnya banyak kenampakan geologi dapat diidentifikasi terutama dari bentuknya saja. Beberapa contoh seperti struktur kubah yang tererosi, Cinder cones, sand dunes, kipas aluvial, dan lipatan yang menunjam. Bentuk kipas aluvial yang tersusun dari endapan yang tidak terkonsolidasi relatif mudah dikenal dari bentuknya yang menyerupai kipas. Pada umumnya bentuk asli dari endapan kipas aluvial masih belum lapuk dan belum mengalami kerusakan oleh proses tererosi atau ditutupi oleh endapan lainnya. Perbedaan erosi dapat dipertimbangkan sebagai kunci dalam mengenal dan mengidentifikasi lapisan batuan. Secara umum batuan yang resisten terhadap erosi akan membentuk bentangalam yang lebih menonjol atau topografi yang lebih tinggi dibandingkan dengan batuan yang kurang resisten terhadap erosi

3 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

dan biasanya membentuk lembah (topografi yang lebih rendah). Contoh batupasir yang berbentuk bukit dan serpih yang berbentuk lembah. Apabila korelasi antara litologi dan topografi tidak mencerminkan kondisi resistensi batuan, seperti misalnya pergeseran yang disebabkan oleh suatu patahan dimana batuan yang kurang resisten membentuk topografi yang tinggi (bukit) dan batuan yang resisten disebelahnya membentuk topografi yang lebih rendah. Jika batuan dapat diidetifikasi dengan kriteria lain, maka hubungan antara keberadaan topografi terbalik (reverse topography) dan litologi dapat diidentifikasi. Suatu lipatan yang menunjam yang melibatkan beberapa perlapisan yang resistensi batuannya berbeda seringkali diperlihatkan oleh bukit dan lembah yang berbentuk zig zag. Apabila lipatan tidak menunjukkan menunjaman maka lembah dan bukit akan berbentuk sejajar atau paralel. Jenjang gunungapi (volcanic neck) adalah satu contoh batuan yang sangat resisten yang berada pada bagian inti (pipa gunungapi) yang tersisa karena badan gunungapinya telah sepenuhnya tererosi. Di beberapa tempat dibumi sering dijumpai kenampakan suatu bukit yang terisolasi yang berdiri sendiri dan disekelilingnya terdapat endapan material hasil peneplenisasi. Bentuk sisa bukit yang terisolasi seperti ini disebut dengan monadnocks. Intrusi batuan beku dapat berbentuk seperti dinding tembok yang berbentuk bukit dan biasanya melintang dan memotong daerah sekitarnya. Zona patahan seringkali diekspresikan dalam bentuk topografi positif sehingga seringkali membingungkan dengan kenampakan dyke. Topografi yang relatif lebih tinggi pada suatu zona patahan seringkali dapat dijelaskan oleh bukti bahwa disepanjang zona patahan mengalami silisifikasi karena adanya pengendapan air bawah tanah dimana konsentrasi silika lebih resisten terhadap erosi dibandingkan dengan batuan yang ada diselilingnya. Bentangalam juga sangat penting di dalam mengenal dan memetakan sejumlah struktur geologi. Sebagai contoh adalah serangkaian perbukitan dan lembah yang terbentuk oleh perselingan antara satuan batuan yang resisten dan yang tidak resisten mungkin akan berakhir secara tiba-tiba disepanjang suatu garis linear. Garis semacam ini seringkali ditafsirkan sebagai jejak dari suatu patahan.

4 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

c. Pola (Pattern) adalah susunan ruang beberapa objek alam dalam urutan dan susunan tertentu, misalnya pola belang-belang selang-seling antara punggungan pasir di pantai dengan rawa belakang, pola perkebunan karet yang lurus dan teratur, pola aliran sungai, pola lingkungan binaan manusia, dan sebagainya. d. Texture (Tekstur) didefinisikan oleh Colwell (1952, p.358) sebagai frekuensi perubahan rona warna di dalam gambar / citra dan dihasilkan dari satu agregat dari satu satuan kenampakan obyek yang masing-masing individunya sulit untuk dipisahkan di atas foto. Tekstur (Textures) adalah kekasaran suatu objek pada hasil cetakan. Misalnya daerah padang rumput akan tampak halus dibandingkan dengan hutan heterogen, atau daerah batu lempung akan tampak lebih halus dibandingkan dengan daerah endapan volkanik, walaupun mungkin mempunyai rona yang sama. e. Ukuran (Size) adalah dimensi volume objek yang diamati dalam tiga dimensional. Secara praktis dapat diperkirakan dengan membandingkan terhadap objek yang telah dikenal; atau dengan membandingkan terhadap peta topografi daerah yang sama (jika tersedia). 2. MENGENAL DAN MENAFSIR OBYEK OBYEK GEOLOGI PADA CITRA Kondisi geologi suatu daerah biasanya sangat komplek, oleh karena itu untuk memperoleh hasil penafsiran yang maksimal diperlukan suatu penafsiran yang sifatnya analisis. Berikut ini beberapa obyek geologi yang yang bisa dikenal dan ditafsirkan diatas selembar citra. A. Struktur Patahan (Sesar) Seringkali suatu patahan dicirikan oleh suatu kelurusan yang dikenal sebagai lineament. Pada dasarnya lineament itu sendiri tidak selalu berbentuk garis lurus (linear). Suatu patahan yang besar dapat memberikan bentuk yang linear dan sangat tipis, terutama apabila patahan itu terjadi di daerah yang morfologinya berbukit bukit atau berupa dataran aluvial. Kelurusan itu sendiri tidak selalu berkaitan dengan patahan dan tidak dapat dipakai sebagai bukti adanya patahan. Jadi hanya kelurusan-kelurusan yang diakibatkan oleh

5 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

pergerakan tektonik saja yang dapat menunjukan suatu kenampakan tertentu yang bisa dipakai sebagai indikator suatu patahan atau sesar. 1) Penafsiran patahan berdasarkan jejak-jejak lapisan. Adanya perbedaan jejak-jejak lapisan dapat dikembangkan untuk mengenal suatu patahan, yaitu: (a). Pergeseran suatu jejak lapisan (displaced structural pattern of bedding trace); (b). Jejak perlapisan yang terputus (bedding trace off set); (c). Jejak perlapisan yang membentuk sudut lancip (acute angel of bedding trace); (d). Pola jejak perlapisan yang berbeda (different pattern of bedding trace); (e). Jejak perlapapisan yang menghilang pada satu sisi (no pattern on one side of bedding trace). a. Bergesernya suatu lapisan dapat membentuk beberapa lipatan kecil yang terputus pada suatu zona. Adanya bentuk bentuk pola yang tidak harmonis ini dipakai sebagai dasar untuk menentukan suatu patahan (gambar 1-1) b. Jejak perlapisan yang terputus. Hilangnya atau terputusnya suatu jejak perlapisan disuatu tempat oleh suatu kelurusan (lineament) atau oleh suatu zona yang linear (gambar 1-2). c. Jejak lapisan membentuk sudut Lancip. Pertemuan jejak lapisan yang membentuk sudut lancip dapat dipakai sebagai petunjuk untuk menentukan suatu sesar naik atau lipatan rebah (gambar 13). d. Pola jejak-jejak lapisan yang berbeda. Pola perlapisan yang berbeda kenampakannya pada salah satu sisi lineament (gambar 1-4). Adanya perbedaan pola lapisan juga dapat sebagai petunjuk adanya suatu ketidak selarasan (unconformity). e. Pola jejak lapisan yang hilang pada salah satu sisi lineament. Hilangnya pola disuatu tempat secara tiba-tiba dapat disebabkan oleh perbedaan litologi, seperti misalnya antara aluvial dengan batuan beku atau dengan batuan klastik produk gunungapi (gambar 1-5).

6 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

F Dispdisledddceddisplaced structural pattern Displaced structural pattern

Gambar 1-1. Pergeseran jejak-jejak lapisan yang disebabkan oleh struktur geologi (displaced structural pattern of bedding trace)
F

Succession of breaks

Gambar 1-2. Jejak-jejak lapisan yang terputus atau tidak menerusnya jejak lapisan oleh suatu kelurusan (succession of breaks of bedding trace)

7 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Acute angle

Gambar 1-3. Jejak-jejak lapisan yang membentuk sudut lancip (acute angel of bedding trace)

Different pattern of bedding trace


F

Gambar 1-4. Jejak-jejak lapisan yang memperlihatkan pola yang berbeda (Different pattern of bedding trace)

8 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

No pattern on one side


F

Gambar 1-5. Jejak-jejak lapisan yang hilang pada salah satu sisi lineament (No pattern on one side of bedding trace) Contoh mengenal dan menafsir patahan pada citra:

Jejak jejak lapisan

Jejak jejak lapisan

F Gambar 1-6. Patahan (sesar) yang ditafsirkan berdasarkan pada tidak menerusnya jejak-jejak lapisan dan adanya pergeseran jejak-jejak lapisan (succession of break and displaced of structural pattern).

9 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

F2 F3
Jejak jejak lapisan

F1

Jejak jejak lapisan

Gambar 1-7. Patahan yang ditafsirkan oleh adanya pergeseran jejak-jejak lapisan (F2 dan F3) dan jejak-jejak lapisan yang hilang pada salah satu sisi lineament (F1).

F1

Jejak jejak lapisan

Jejak jejak lapisan

Gambar 1-8.

Jejak-jejak lapisan yang terputus atau tidak menerusnya jejak lapisan oleh suatu kelurusan (succession of breaks of bedding trace).

10 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

2). Penafsiran patahan berdasarkan arah kemiringan dan inklinasi Perbedaan arah kemiringan dan inklinasi pada daerah yang berdampingan dapat dipakai petunjuk adanya suatu patahan (sesar) diantara kedua daerah tersebut.

Gambar 1-9. Penafsiran patahan (sesar) berdasarkan arah kemiringan sama, inklinasi berbeda.

Gambar 1-10. Penafsiran patahan (sesar) berdasarkan arah kemiringan yang berbeda.

11 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Inklinasi besar

Inklinasi kecil

Gambar 1-11. Penafsiran patahan berdasarkan kemiringan lapisan (inklinasi) yang berbeda. 3). Penafsiran patahan berdasarkan perbedaan warna Untuk mendeliniasi jenis batuan adalah dengan cara melihat penyebaran warna yang ada pada citra, akan tetapi umumnya citra mempunya probalitasnya warna yang sangat bervariasi. Adanya pergeseran yang terjadi pada batuan dasar dapat juga dipakai sebagai pengenal perkembangan dari suatu patahan / sesar.

Napal

Batupasir

Batugamping Konglomerat Lempung

A. Pergeseran warna yang seragam pada kedua sisi lineament

B. Perbedaan warna dikedua sisi lineament

Gambar 1-12. Penafsiran patahan didasarkan informasi spektral. ( Gambar 1-12A. Pergeseran dari zona warna yang homogen; Gambar 1-12B. Perbedaan warna pada kedua sisi lineament).

12 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

B. Struktur Perlipatan Kenampakan suatu lapisan batuan pada citra merupakan informasi kunci yang sangat penting untuk mengetahui suatu bentuk lipatan. Analisa jenis lipatan akan menjadi lebih akurat lagi, terutama pada satuan batuan yang homogen sudut kemiringan lapisannya tampak jelas di kedua sayapnya. 1). Penafsiran struktur lipatan berdasarkan suksesi dan kemiringan lapisan Ada 2 pola perlapisan, yaitu pola perlapisan yang berbentuk oval dan yang berbentuk paralel, seperti yang diperlihatkan pada gambar 1-13. Pola perlapisan yang berbentuk cekung dapat dipakai sebagai petunjuk bahwa lipatannya berbentuk asimetri. Metoda superimpose dari peta topografi dan citra satelit dapat juga dipakai untuk menentukan jurus dan kemiringan lapisan, metoda ini adalah metoda yang konvensional.

Gambar 1-13. Kenampakan pola perlapisan yang berbentuk oval atau berbentuk sepatu (shoeshape) menjadi ciri dari struktur lipatan. 2). Penafsiraan struktur perlipatan berdasarkan suksesi lapisan Kasus ini seringkali dijumpai pada citra, penelusuran perlapisan tidak melibatkan gawirgawir lapisan tertentu. Pada daerah yang relatif agak datar, seperti perbukitan dengan daerah dataran aluvial umumnya sering dijumpai. Kedua lipatan baik sinklin maupun antiklin dapat diketahui dari citra.

13 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Aluvium

Aluvium

Aluvium

Gambar 1-14. Kenampakan pola perlapisan yang berbentuk oval yang mencirikan pola struktur antiklin disertai dengan kubah garam /saltdome (bagian kiri citra) dan bagian tengah adalah struktur sinklin berdasarkan suksesi lapisan dimana punggungan bukit dengan daerah dataran aluvial, bagian kanan struktur antiklin dengan pola punggungan punggungan bukit paralel. C. Identifikasi Litologi dan Deliniasi Sebaran Batuan Identifikasi obyek dan parameter jenis-jenis batuan (kelompok batuan) dan penyebaran satuan batuan pada citra dilakukan secara fotomorfik artinya mengandalkan apa yang nampak pada citra, dengan menggunakan unsur-unsur dasar penafsiran citra yaitu rona warna, tekstur, bentuk, pola, ukuran, dan asosiasi. Warna/rona merupakan unsur yang paling dominan digunakan untuk mengenali persebaran batuan atau mendeliniasi dalam penafsiran visual ini. Tampilan citra yang komposit akan lebih mempermudah untuk mengenali satuan batuan. Citra komposit merupakan citra yang mampu memperlihatkan perbedaan informasi geologi maupun geografi yang sangat jelas dan citra komposit ini telah dibuktikan sebagai citra yang paling baik untuk pemetaan fenomena geologi.

14 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Penarikan (deliniasi) batas sebaran batuan (litologi) atau satuan batuan pada citra dapat dilakukan dengan mendasarkan sifat-sifat dari fotomorfik citra, yaitu antara lain mendasarkan pada kenampakan rona warna yang sama, tekstur yang sama, pola atau bentuk yang sama, atau berdasarkan hubungan diantara asosiasi rona warna, tekstur dan bentuk obyek geologi di dalam citra. Berikut ini beberapa contoh penarikan (deliniasi) batas persebaran batuan atau satuan batuan yang tampak pada suatu citra, yaitu : 1) Penarikan batas litologi (batuan) berdasarkan rona warna dan tekstur (gambar 1-15)
breksi

batupasir

C
batugamping

Lempung/napal/lanau

Gambar 1-15. Penarikan batas dan sebaran batuan berdasar kepada rona warna dan tekstur. Litologi A = Breksi B = Batugamping C = Batupasir D = Lanau s/s Lempung Identifikasi Citra Rona warna coklat bertekstur sedang agak kasar dengan pola yang tidak teratur Rona warna coklat tua, bertekstur kasar dan topografi kasar yang memperlihatkan bentuk morfologi karst. Rona warna coklat muda merah bata, setempat setempat berwarna kehijauan, bertekstur kasar dan topografi berupa punggungan punggungan bukit. Rona warna coklat muda, bertekstur halus sedang dan relief topografi relatif datar.

15 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

2) Penarikan batas dan penyebaran batuan berdasarkan rona warna dan tekstur (gambar 1-16).

aluvium

batugamping

Jejak Perlapisan

Jejak Perlapisan

Gambar 1-16. Penarikan batas dan sebaran batuan berdasar pada rona warna dan tekstur. Litologi A = Aluvium Identifikasi Citra Rona warna biru tua dan warna merah tersebar secara acah (spotted), tekstur halus, meyebar dari barat timur. Rona warna pada citra dipengaruhi oleh lahan buatan (landuse) berupa ladang. sawah, dan pemukiman. Rona warna didominasi oleh warna biru muda dan warna merah tersebar secara acak (spotted), tekstur kasar dengan topografi yang memperlihatkan bentuk morfologi karst. Rona warna merah diselingi oleh warna abu-abu kebiruan, bertekstur sedang kasar, dicirikan oleh jejak-jejak lapisan yang berarah barat timur. Rona warna abu-abu kebiru-biruan diselingi oleh warna merah, bertekstur sedang dan dicirikan oleh jejak jejak lapisan yang berarah barat timur.

B = Batugamping

C = Batupasir ssp Lempung

D = Batupasir s/s Lempung

16 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

3). Penarikan batas dan penyebaran satuan batuan berdasarkan rona warna, tekstur, dan jejak-jejak lapisan.

A
Jejak Perlapisan

batupasir napal

E
Jejak Perlapisan

batulanau

C
lempung

Batugamping

Gambar 1-17. Penarikan batas dan sebaran batuan berdasar kepada rona warna dan tekstur. Litologi Identifikasi Citra Rona warna coklat coklat tua, bertekstur kasar dan dicirikan oleh jejak-jejak perlapisan berbentuk segitiga-segitiga (flat iron) yang merupakan ciri khas dari batupasir, relief berupa punggungan punggungan bukit. Rona warna coklat muda kemerahan, tekstur halus sedang relief topografi landai. Rona warna coklat kemerah-merahan, tekstur halus, dengan relief topografi datar. Rona warna biru kehijauan, tekstur sedang kasar, dan relief topografi yang khas dari morfologi karst. Rona warna coklat kemerahan, tekstur halus sedang, relief topografi datar dan dicirikan oleh adanya jejak-jejak lapisan yang ditafsirkan sebagai perselingan lanau, gamping, dan napal.

A = Batupasir

B = Batulanau

C = Batulempung D = Batugamping

E = Napal s/s Lanau

17 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

B A

Gambar 1-18.

Penarikan (deliniasi) batas dan sebaran batuan berdasar kepada tekstur yang tampak pada citra SRTM. Satuan batuan A berbeda dengan satuan batuan B dan C. Perbedaan ini didasarkan pada kenampakan citra dimana batuan A bertekstur kasar, batuan B tampak bertekstur sedang, sedangkan batuan C memperlihatkan tekstur citra yang sangat kasar. Batas A , B dan C juga dapat ditafsir sebagai batas sesar dengan indikasi kemiringan (inklinasi) lapisan yang berbeda.

Gambar 1-19. Penarikan batas dan sebaran batuan berdasar kepada tekstur dan rona warna. Pada citra hanya ada 2 rona warna yang dapat kita identifikasi, yaitu warna hijau daun dan hijau tosca, sedangkan berdasarkan kenampakan teksturnya dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan. yaitu batuan A memperlihatkan tekstur yang halus, batuan B bertekstur sedang dan batuan C bertekstur kasar.

18 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

3.

METODA PENAFSIRAN CITRA SATELIT


Metoda penafsiran dapat dibagi menjadi beberapa tahap atau tingkatan dari suatu

proses pekerjaan. Ada beberapa perbedaan teknis yang terdapat dalam penafsiran citra, misalnya dalam mengidentifikasi bentuk topografi atau mengenal struktur patahan atau sumbu lipatan di atas selembar citra. Untuk yang pertama dapat dilakukan oleh orang yang dilatih dalam kurun waktu tertentu, sedangkan untuk yang kedua, hanya dapat dilakukan oleh orang yang mempunyai latar belakang geologi. Proses penafsiran dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian pertama adalah tahap dasar dan kedua adalah tahap analisis. Pada tahap pertama diperlukan kesepakatan terlebih dahulu oleh semua penafsir mengenai informasi kunci yang ada di dalam citra sebagai suatu fakta yang dibuktikan di lapangan dan dipakai sebagai bukti untuk analisa geologi pada tahap analisis. Pada tahap analisis, kemampuan penafsir sangat besar dibandingkan pada tahap pertama. Sebagai contoh, sumbu lipatan biasanya tidak terlihat di dalam citra, namun demikian seorang penafsir harus mengetahui keberadaan dari sumbu lipatan tersebut dan dapat menentukan dimana lokasi sumbu lipatan tersebut berada, yaitu dengan melihat sejumlah tanda dari perlapisan batuan secara sintetik. Pengetahuan yang memadai serta pengalaman geologi lapangan sangat membantu untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Sebagai contoh hasil dari setiap penafsiran dapat dilihat pada gambar 1-21, 122, 1-23, 1-24 dan 1-25. Gambar tersebut merupakan gambar hasil penafsiran citra SPOT di daerah Pamekasan Madura.
Tabel 1-2 Prosedur Penafsiran Citra TAHAP AWAL (DASAR)

Step Pertama Step Kedua

Mencari bukti-bukti dan fakta-fakta geologi Mencari bentuk-bentuk kenampakan geologi sebagai informasi kunci
TAHAP ANALISA

Step Pertama Step Kedua

Mencari penyebaran batuan dan struktur geologi (peta struktur hasil penafsiran dan peta penyebaran batuan hasil penafsiran) Menyiapkan peta penyebaran batuan dan penampang geologi

19 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Citra Satelit

Tahap Penafsiran Awal Data Geologi Sekunder Tahap Analisis Tahap Pengecekan Lapangan

Validasi Data

Analisa Laboratorium

Peta Geologi

Gambar 1-20. Diagram alir proses penafsiran citra satelit untuk pemetaan geologi

TAHAP DASAR

Step Pertama : Pada tahap ini hanya fakta-fakta yang berhubungan dengan geologi saja yang dipilih dan diambil sebagai bukti yang terlihat pada citra, sebagai contoh adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar 1-22. Bukti-bukti inilah yang kemudian oleh penafsir dipakai untuk menganalisa struktur geologi serta penyebaran batuan. Titik-titik kunci ini harus terlebih dahulu di cek di lapangan untuk lebih meyakinkan dalam melakukan penafsiran. Step Kedua : Semua kenampakan pada citra yang mempunyai hubungan dengan geologi harus diambil dan data datanya boleh dimasukan meskipun kenampakan geologinya kurang baik. Hal yang terpenting pada tahap ini adalah menghubungkan bidang-bidang perlapisan yang sama yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu gambaran dari bentuk-bentuk struktur geologi maupun penyebaran batuan dalam citra (gambar 1-23)

20 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

TAHAP ANALISIS

Step Pertama : Pada tahap ini penyebaran batuan dan struktur geologi di analisa. Data yang dipakai adalah data yang berasal dari hasil penafsiran tahap awal, sedangkan yang menjadi pokok permasalahan adalah struktur geologi dan batuan (stratigrafi). Proses penafsiran struktur geologi diperlihatkan pada gambar 1-24 dimana patahan dapat diketahui dari bentuk pola penyebaran lapisan batuan yang tidak menerus. Adanya kelurusan (lineament) dapat juga dipakai sebagai indikator suatu patahan yaitu apabila jejak-jejak perlapisan (bedding trace) pada kedua sisi lineament tersebut membentuk suatu anomali. Perlipatan dapat dikenali dari bentuk-bentuk pola perlapisannya, misalnya pola perlapisan yang berbentuk oval (shoe shape) biasanya merupakan ciri dari suatu struktur lipatan yang menunjam. Arah kemiringan lapisan pada salah satu sayap lipatan dapat dipakai sebagai bukti untuk mengetahui apakah lipatan tersebut berupa sinklin atau antiklin. Informasi mengenai jenis atau macam batuan dapat diketahui berdasarkan warna yang terlihat pada citra. Sebagaimana diketahui bahwa gambar spektral yang ada pada citra satelit sangat dipengaruhi oleh kondisi permukaan bumi sehingga ada hubungan antara kondisi permukaan bumi dengan jenis batuan. Dengan demikian batuan dapat dikenali dan ditelusuri berdasarkan penyebaran warna yang terlihat di dalam citra dan hal ini dikenal sebagai salah satu metoda analisa dalam penginderaan jauh. Gambar 1-25 memperlihatkan proses penafsiran batuan. Pada citra, tanah yang tidak bervegetasi (bare soil) akan terlihat berwarna kuning keputihan dan batuan berwarna hijau sedangkan hutan berwarna merah. Susunan warna yang ada pada citra umumnya dipengaruhi oleh warna yang berasal dari penggunaan lahan buatan (landuse), sehingga dalam melakukan penafsiran harus diperhatikan dengan seksama unsur unsur geologi yang dapat diamati pada citra. Step Kedua : Pada tahap ini akan dihasilkan suatu peta geologi sementara. Informasi tatanan batuan (stratigrafi) yang bisa di dapat dari citra sangat terbatas sekali, sehingga data yang berasal dari peta geologi atau data hasil studi geologi regional dapat dipakai sebagai acuan. Batas batuan yang terlihat dalam citra harus dibandingkan dengan stratigrafi yang ada pada peta geologi. Nama Formasi atau kelompok batuan yang berasal dari lokasi tipe sangat dibutuhkan pada proses penafsiran.

21 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Tujuan utama pada tahap analisa adalah melakukan suatu analisa yang baru atau meningkatkan arti data yang berasal dari citra. Survei lapangan pada daerah yang belum diteliti akan memakan waktu yang lebih lama, namun demikian metoda pemetaan yang menggunakan teknik penginderaan jauh akan lebih cepat dan keakuratan hasil penafsiran tetap terjaga.

Gambar 1-21.

Citra SPOT HRV, Band 3,2,1 (R,G,B) Daerah Pamekasan Madura, Jawa Timur

22 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Gambar 1-22. Penafsiran Tahap Dasar / Awal. Unsur-unsur yang ditafsirkan disini adalah unsur-unsur yang terlihat dalam citra dan yang dipakai sebagai dasar dalam geologi. Dari data citra SPOT HRV Band 1,2,3 = B, R, G terlihat dengan jelas bentuk dan pola penyebaran batuan, sehingga dapat dideliniasi penyebaran.

23 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Gambar 1-23. Penafsiran Tahap Dasar / Awal. Unsur-unsur geologi yang terpilih pada step pertama sedapat mungkin dihubungkan dengan bentuk-bentuk yang mempunyai pola yang sama. Pola pola yang terbentuk dari hasil korelasi jejak lapisan ini sangat penting untuk analisa struktur geologi

24 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Gambar 1-24. Tahap Analisis (Permasalahan Struktur Geologi). Patahan / sesar dianalisa berdasarkan perbedaan jejak lapisan. Adanya beberapa jenis batuan dapat diketahui berdasarkan kenampakan spektral yang berbeda. Penentuan adanya patahan didasarkan atas warna yang berbeda atau jejak lapisan yang tidak menerus. Struktur lipatan diketahui berdasarkan pola dari jejak-jejak lapisan dan besarnya arah penunjaman ditentukan oleh bentuk struktur antiklin dan struktur sinklin.

25 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

Gambar 1-25. Tahap Analisis (Permasalahan Litologi/Sebaran Batuan). Satuan batuan yang homogen ditentukan berdasarkan kenampakan rona warna (spektral) yang ada dalam citra. Informasi struktur geologi secara sintetik dapat untuk menentukan batas batuan.

26 Copyright 2012@Djauhari Noor

Metoda Penafsiran Citra Satelit Untuk Pemetaan Geologi

2012

CITRA SRTM (SHUTTLE RADAR TOPOGRAPHY MISSION)

Gambar 1-26. Citra SRTM Daerah Pamekasan Madura, Jawa Timur

27 Copyright 2012@Djauhari Noor

Anda mungkin juga menyukai