Bab 10 Penginderaan Jauh
Bab 10 Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh
2012
Penginderaan Jauh
10.1. Pendahuluan
10
Teknologi penginderaan jauh (remote sensing) berkembang dengan pesat sejak eksplorasi antariksa berlangsung sekitar tahun 1960-an dengan mengorbitnya satelit-satelit Gemini, Apollo, Sputnik, Solyus. Kamera yang mengambil gambar permukaan bumi dari satelit memberikan informasi berbagai gejala dipermukaan bumi seperti geologi, kehutanan, kelautan dan sebagainya. Teknologi pemotretan udara yang berkembang bersamaan dengan era eksplorasi antariksa seperti sistim kamera majemuk, multispectral scanner, vidicon, radiometer, spectrometer diikut sertakan dalam misi antariksa tersebut pada tahap berikutnya. Pada tahun 1972 satelit ERTS-1 (sekarang dikenal dengan Landsat) untuk pertama kali diorbitkan Amerika Serikat. Satelit ini dikenal dengan satelit sumber alam karena fungsinya adalah untuk memetakan potensi sumber alam dan memantau kondisi lingkungan. Para praktisi dari berbagai bidang ilmu mencoba memanfaatkan data Landsat untuk menunjang program pemetaan, dalam waktu singkat disimpulkan bahwa data satelit tersebut potensial untuk menunjang program pemetaan dalam lingkup sangat luas. Sejak itu berbagai satelit sejenis diorbitkan oleh negara-negara maju lain, seperti SPOT oleh Perancis, IRS oleh India, MOSS dan Adeos oleh Jepang, ERS-1 oleh MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa) dan Radarsat oleh Kanada. Pada sekitar tahun 2000 sensor berketelitian tinggi yang semula merupakan jenis sensor untuk mata-mata/intellegence telah pula dipakai untuk keperluan sipil dan diorbitkan melalui satelitsatelit Quickbird, Ikonos, Orbimage-3, sehingga obyek kecil di permukaan bumi dapat pula direkam. Penggunaan data satelit penginderaan jauh di bidang kebumian telah banyak dilakukan di negara maju untuk keperluan pemetaan geologi, eksplorasi mineral dan energi, bencana alam dan sebagainya. Di Indonesia penggunaan dalam bidang kebumian belum sebanyak di luar negeri karena berbagai kendala, diantaranya data satelit cukup mahal, memerlukan software khusus dan paling utama adalah ketersediaan sumberdaya manusia yang terampil sangat terbatas. Dalam pembahasan ini akan lebih ditekankan pada pengenalan informasi geologi dan kondisi lingkungan geologi yang dalam beberapa hal berkaitan dengan penggunaan data satelit penginderaan jauh.
138
2012
panjang gelombang (spectral range), mengapa dipakai dalam sistim perekaman citra dan bagaimana responnya terhadap benda di permukaan bumi.
Gambar 10-1. Komponen Penginderaan Jauh: 1. Sumber Energi (matahari); 2. Target (obyek di permukaan bumi); 3. Atmosfir (media transmisi); dan 4. Sensor (alat perekam).
Resolusi spasial menunjukkan tingkat kerincian/ketelitian suatu obyek yang ditangkap oleh sensor. Semakin rinci suatu obyek maka akan semakin tinggi pula resolusi spasial yang diperlukan. Sebagai contoh, pemetaan penggunaan lahan memerlukan resolusi spasial lebih tinggi daripada sistem pengamatan cuaca berskala besar.
139
2012
Resolusi spektral menunjukkan lebar kisaran dari masing-masing band spektral yang diukur oleh sensor. Untuk mendeteksi kerusakan tanaman dibutuhkan sensor dengan kisaran band yang sempit pada bagian merah. Resolusi temporal menunjukkan interval waktu antar dua pengukuran yang berurutan. Untuk memonitor perkembangan kebakaran hutan maka diperlukan pengukuran setiap jam, sedangkan untuk memonitor produksi tanaman membutuhkan pengukuran setiap musim, sedangkan pemetaan geologi hanya membutuhkan sekali pengukuran.
2 Platform
Ground-Based Platforms: sensor diletakkan di atas permukaan bumi dan tidak berpindah-pindah. Sensornya biasanya sudah baku seperti pengukur suhu, angin, pH air, intensitas gempa dll. Biasanya sensor ini diletakkan di atas bangunan tinggi seperti menara. Aerial platforms: biasanya diletakkan pada pesawat terbang, meskipun platform airborne lain seperti balon udara, helikopter dan roket juga bisa digunakan. Digunakan untuk mengumpulkan citra yang sangat detail dari permukaan bumi dan hanya ditargetkan ke lokasi tertentu. Dimulai sejak awal 1900-an. Satellite Platforms: sejak awal 1960 an sensor mulai diletakkan pada satelit yang diposisikan pada orbit bumi dan teknologinya berkembang pesat sampai sekarang. Banyak studi yang dulunya tidak mungkin menjadi mungkin.
3 Komunikasi dan pengumpulan data Pengiriman data yang dikumpulkan dari sebuah sistem Penginderaan Jauh kepada pemakai kadang-kadang harus dilakukan dengan sangat cepat. Oleh karena itu, pengiriman, penerimaan, pemrosesan dan penyebaran data dari sebuah sensor satelit harus dirancang dengan teliti untuk memenuhi kebutuhan pemakai. Pada ground-based platforms, pengiriman menggunakan sistem komunikasi ground-based seperti radio, transmisi microwave atau computer network. Bisa juga data disimpan pada platform untuk kemudian diambil secara manual. Pada aerial Platforms, data biasanya disimpan on board dan diambil setelah pesawat mendarat. Dalam hal satellite Platforms, data dikirim ke bumi yaitu kepada sebuah stasiun penerima. Berbagai cara transmisi yang dilakukan: 1. langsung kepada stasiun penerima yang ada dalam jangkauan, 2. disimpan on board dan dikirimkan pada saat stasiun penerima ada dalam jangkauan, terus menerus, yaitu pengiriman ke stasiun penerima melalui komunikasi satelit berantai pada orbit bumi, atau 3. kombinasi dari cara-cara tersebut. Data diterima oleh stasiun penerima dalam bentuk format digital mentah. Kemudian data tersebut akan diproses untuk pengkoreksian sistematik, geometrik dan atmosferik dan dikonversi menjadi format standard. Data kemudian disimpan dalam tape, disk atau CD. Data biasanya disimpan di stasiun penerima dan pemproses, sedangkan perpustakaan lengkap dari data biasanya dikelola oleh pemerintah ataupun perusahaan komersial yang berkepentingan. 4 Radiasi Elektromagnetik Berangkat dari bahasan kita di atas mengenai komponen sistem Penginderaan Jauh, energi elektromagnetik adalah sebuah komponen utama dari kebanyakan sistem Penginderaan Jauh untuk lingkungan hidup, yaitu sebagai medium untuk pengiriman informasi dari target kepada sensor. Energi elektromagnetik merambat dalam gelombang dengan beberapa karakter yang bisa diukur, yaitu: panjang gelombang/wavelength, frekuensi, amplitudo, kecepatan. Amplitudo adalah tinggi gelombang, sedangkan panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak. Frekuensi adalah jumlah gelombang yang melalui suatu titik dalam satu satuan waktu. Frekuensi tergantung dari kecepatan merambatnya gelombang. Karena kecepatan energi
140
2012
elektromagnetik adalah konstan (kecepatan cahaya), panjang gelombang dan frekuensi berbanding terbalik. Semakin panjang suatu gelombang, semakin rendah frekuensinya, dan semakin pendek suatu gelombang semakin tinggi frekuensinya. Energi elektromagnetik dipancarkan, atau dilepaskan, oleh semua masa di alam semesta pada level yang berbedabeda. Semakin tinggi level energi dalam suatu sumber energi, semakin rendah panjang gelombang dari energi yang dihasilkan, dan semakin tinggi frekuensinya. Perbedaan karakteristik energi gelombang digunakan untuk mengelompokkan energi elektromagnetik. 5 Gelombang Elektromagnetik Gelombang elektromaknit adalah gelombang yang merambat secara kontinu dalam gerak yang harmonis. Sumber dari gelombang ini secara alami adalah sinar matahari, selain dapat pula dibuat secara artifisial seperti pada penginderaan dengan gelombang radar (gelombang mikro). Selang panjang gelombang elektromaknit mulai dari sekitar 0.3 nm sampai orde meter yang meliputi gelombang ultra ungu sampai radio (gambar 10.2).
Gambar 10-2. Selang panjang gelombang elektromaknit, Jendela Atmosfir dan Sistem Penginderaan Jauh (Film berwarna, Film Infra Merah, Landsat MSS, Landsat TM, SPOT, NOAA AVHRR, ERS SAR)
Gambar 10-3
141
2012
Tidak semua gelombang elektromaknit dapat dipakai dalam sistim perekaman data karena sebagian dari selang panjang gelombang tersebut tidak dapat diteruskan (ditrasmit) ke permukaan bumi. Perambatan gelombang ke permukaan bumi dipengaruhi oleh proses yang terlihat pada gambar 10-3. Penghalang yang membendung jalannya gelombang tersebut di antaranya adalah massa gas yang terdapat di atmosfir seperti O2, H2O, CO2. Oleh karena itu ada celah-celah dimana transmisi gelombang berjalan penuh. Celah tersebut dikenal sebagai jendela atmosfir (atmospheric window) seperti dapat dilihat pada gambar 10-3. dan gambar 10-4
Berdasarkan distribusi jendela atmosfir tersebut sistim penginderaan jauh dipilih dan ditentukan secara operasional. Susunan semua bentuk gelombang elektromagnetik berdasarkan panjang gelombang dan frekuensinya disebut spectrum elektromagnetik. Gambar spectrum elektromagnetik di bawah disusun berdasarkan panjang gelombang (diukur dalam s atuan m) mencakup kisaran energi yang sangat rendah, dengan panjang gelombang tinggi dan frekuensi rendah, seperti gelombang radio sampai ke energi yang sangat tinggi, dengan panjang gelombang rendah dan frekuensi tinggi seperti radiasi X-ray dan Gamma Ray. Radio : Radio energi adalah bentuk level energi elektromagnetik terendah, dengan kisaran panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai kurang dari satu meter. Penggunaan paling banyak adalah komunikasi, untuk meneliti luar angkasa dan sistem radar. Radar berguna untuk mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3D permukaan bumi, mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub dan memonitor lingkungan. Panjang gelombang radar berkisar antara 0.8 100 cm. Microwave : Panjang gelombang radiasi microwave berkisar antara 0.3 300 cm. Penggunaannya terutama dalam bidang komunikasi dan pengiriman informasi melalui ruang terbuka, memasak, dan sistem Penginderaan Jauh aktif. Pada sistem Penginderaan Jauh aktif, pulsa microwave ditembakkan kepada sebuah target dan refleksinya diukur untuk mempelajari karakteristik target. Sebagai contoh aplikasi adalah Tropical Rainfall Measuring Missions (TRMM) Microwave Imager (TMI), yang mengukur radiasi microwave yang dipancarkan dari atmosfer bumi untuk mengukur penguapan, kandungan air di awan dan intensitas hujan. Infrared : Radiasi infrared (IR) bisa dipancarkan dari sebuah obyek ataupun dipantulkan dari sebuah permukaan. Pancaran infrared dideteksi sebagai energi panas dan disebut thermal infrared. Energi yang dipantulkan hampir sama dengan energi sinar nampak dan disebut dengan reflected IR atau near IR karena posisinya pada spektrum elektromagnetik berada di dekat sinar nampak. Panjang gelombang radiasi infrared berkisar antara 0.7 300 m, dengan spesifikasi: near IR atau reflected IR: 0.7 3 m, dan thermal IR: 3 15 m Untuk aplikasi PJ untuk lingkungan hidup
Copyright@2012 By Djauhari Noor
142
2012
menggunakan citra Landsat, Reflected IR pada band 4 (near IR), band 5, 7 (Mid IR) dan thermal IR pada band 6, merupakan karakteristik utama untuk interpretasi citra. Sebagai contoh, gambar berikut menunjukkan suhu permukaan laut global (dengan thermal IR) dan sebaran vegetasi (dengan near IR). Visible : Posisi sinar nampak pada spectrum elektromagnetik adalah di tengah. Tipe energi ini bisa dideteksi oleh mata manusia, film dan detektor elektronik. Panjang gelombang berkisar antara 0.4 to 0.7 m. Perbedaan panjang gelombang dalam kisaran ini dideteksi oleh mata manusia dan oleh otak diterjemahkan menjadi warna. Di bawah adalah contoh komposit dari citra Landsat Thematic Mapper. Ultraviolet, X-Ray, Gamma Ray: Radiasi ultraviolet, X-Ray dan Gamma Ray berada dalam urutan paling kiri pada spectrum elektromagnetik. Tipe radiasinya berasosiasi dengan energi tinggi, seperti pembentukan bintang, reaksi nuklir, ledakan bintang. Panjang gelombang radiasi ultraviolet berkisar antara 3 nm-0.4 _m, sedangkan X-Ray 0.03 3 nm, dan Gamma ray < 0.003nm. Radiasi UV bisa dideteksi oleh film dan detektor elektronik, sedangkan X-ray dan Gamma-ray diserap sepenuhnya oleh atmosfer, sehingga tidak bisa diukur dengan Penginderaan Jauh.
Sensor yang dapat digunakan untuk perekam data dapat berupa multispectral scanner, vidicon atau multispectral camera. Rekaman data pada umumnya disimpan sementara di dalam alat perekam yang ditempatkan di satelit kemudian dikirimkan secara telemetri ke stasiun penerima bumi sebagai data mentah (raw data). Di stasiun bumi data mengalami pemrosesan awal (preprocessing) seperti proses kalibrasi radiometri, koreksi geometri sebelum dikemas dalam bentuk format baku yang siap untuk dipakai pengguna (users). Pengguna data pada umumnya adalah masyarakat umum dengan tidak ada pengecualian apakah militer, sipil, instansi pemerintah atau swasta. Pemesanan dapat dilakukan langsung kepada stasiun penerima (user services) atau melalui agen/distributor lain.
143
2012
Gambar 10-6. Gambaran perbedaan nilai resolusi spasial data penginderaan jauh.
Selain resolusi spasial data penginderaan jauh mengenal suatu istilah lain yaitu resolusi spektral. Data penginderaan jauh yang menggunakan satu band pada sensornya hanya akan memberikan satu data intensitas pantul pada tiap pixel. Apabila sensor menggunakan 5 band maka data pada tiap pixel akan menghasilkan 5 nilai intensitas yang berbeda. Dengan menggunakan banyak band (multiband) maka pemisahan suatu obyek dapat dilakukan lebih akurat berdasarkan nilai intensitas yang khas dari masing-masing band yang dipakai. Sebagai ilustrasi resolusi spektral diperlihatkan pada gambar 10-7.
Gambar 10-7. Diagram yang menunjukkan resolusi spektral dari data penginderaan jauh multispectral.
144
2012
145
2012
Band 1 (0.45-0.52 _m; biru) - berguna untuk membedakan kejernihan air dan juga membedakan antara tanah dengan tanaman. Band 2 (0.52-0.60 _m; hijau) - berguna untuk mendeteksi tanaman. Band 3 (0.63-0.69 _m; merah) - band yang paling membedakan tipe tanaman, lebih daripada band 1 dan 2. berguna untuk
Band 4 (0.76-0.90 _m; reflected IR) - berguna untuk meneliti biomas tanaman, dan juga membedakan batas tanah-tanaman dan daratan-air. Band 5 (1.55-1.75 _m; reflected IR) menunjukkan kandungan air tanaman dan tanah, berguna untuk membedakan tipe tanaman dan kesehatan tanaman. Juga digunakan untuk membedakan antara awan, salju dan es. Band 7 (2.08-2.35 _m; reflected IR) berhubungan dengan mineral; ration antara band 5 dan 7 berguna untuk mendeteksi batuan dan deposit mineral. Band 6 (10.4-12.5 _m; thermal IR) - berguna untuk mencari lokasi kegiatan geothermal, mengukur tingkat stress tanaman, kebakaran, dan kelembaban tanah.
Pengetahuan mengenai perbedaan spectral signature dari berbagai bentuk di permukaan bumi memungkinkan kita untuk menginterpretasi citra. Tabel di sebelah kanan sangat berguna dalam menginterpretasi vegetasi dari citra Landsat TM. Ada dua tipe deteksi yang dilakukan oleh sensor: deteksi pasif dan aktif. Banyak bentuk Penginderaan Jauh yang menggunakan deteksi pasif, dimana sensor mengukur level energi yang secara alami dipancarkan, dipantulkan, atau dikirimkan oleh target. Sensor ini hanya bisa bekerja apabila terdapat sumber energi yang alami, pada umumnya sumber radiasi adalah matahari, sedangkan pada malam hari atau apabila permukaan bumi tertutup awan, debu, asap dan partikel atmosfer lain, pengambilan data dengan cara deteksi pasif tidak bisa dilakukan dengan baik. Contoh sensor pasif yang paling dikenal adalah sensor utama pada satelit Landsat, Thematic Mapper, yang mempunyai 7 band atau channel. Sedangkan pada deteksi aktif, Penginderaan Jauh menyediakan sendiri sumber energi untuk menyinari target dan menggunakan sensor untuk mengukur refleksi energi oleh target dengan menghitung sudut refleksi atau waktu yang diperlukan untuk mengembalikan energi. Keuntungan menggunakan deteksi pasif adalah pengukuran bisa dilakukan kapan saja. Akan tetapi sistem aktif ini memerlukan energi yang cukup besar untuk menyinari target. Sebagai contoh adalah radar Dopler, sebuah sistem ground-based, radar presipitasi pada satellite Tropical Rainfall Measuring Mission (TRMM), yang merupakan spaceborne pertama yang menghasilkan peta 3-D dari struktur badai.
146
2012
Analisa geomorfologi biasanya dilakukan berdasarkan metoda analisa visual. Analisa visual untuk geomorfologi didasarkan atas unsur unsur dasar dari citra. Pengetahuan tentang daerah yang di analisa menjadi faktor yang sangat penting untuk mencapai hasil yang maksimal. Sebagai contoh tekstur suatu obyek juga akan berguna untuk membedakan obyek obyek yang mungkin terlihat sama jika penentuan hanya didasarkan pada satu kriteria saja, yaitu tonanya saja. (karena air dan tutupan lahan kemungkinan bisa mempunyai nilai kecerahan (brightness) yang sama, akan tetapi teksturnya sangat berbeda. Asosiasi diantara beberapa kriteria yang terdapat dalam citra dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam analisa citra. Dengan demikian, analisa citra secara visual dengan menerapkan kriteria dari berbagai sifat dasar yang terdapat pada citra akan menjadi kunci dalam keberhasilan penafsiran. Cara kedua dilakukan melalui ekstraksi otomatis dari obyek dengan memakai cara dan formula tertentu dengan menggunakan software yang ada (digital processings). Kedua cara di atas mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga pemilihan penggunaan kedua metoda tersebut perlu dipertimbangkan secara seksama sesuai dengan keperluaannya. Dalam bidang kebumian, geologi pada khususnya, interpretasi dan analisis secara visual menempati bagian paling utama dalam mendapatkan informasi geologi dibandingkan metoda pemrosesan digital misalnya automatic extraction. Meskipun demikian penerapan pemrosesan digital, dalam batas tertentu, sangat membantu kelancaran analisis visual. Data geologi yang diberikan citra inderaja dapat bersifat tidak jelas, dapat pula berupa data baru yang tidak dapat diperoleh dari survei konvensional. Oleh sebab itu penggunaan data inderaja seyogyanya dipakai sebagai pelengkap, penunjang bentuk survei yang lazim dipakai. Seyogyanya data inderaja sebagai data sementara (tentatif) yang perlu divalidasi dan dikonfirmasi lebih lanjut di lapangan. Berikut akan dibahas bagaimana data dan informasi geologi dapat diperoleh dari citra penginderaan jauh.
147
2012
dicirikan oleh bentuk (shape), pattern (pola) yang khas dari suatu aliran lava, sedangkan endapan piroklastik dicirikan oleh tekstur citra yang relatif kasar. Pada gambar 10-11 diperlihatkan suatu aliran lava baru (warna biru kehijauan) dan aliran lava tua (merah-merah muda) dengan bentuk dan pola aliran yang khas. Gambar 10-12 adalah citra dari komplek pegunungan Sibualbuali, Padangsidempuan yang memperlihatkan lokasi dari pusat pusat fumarol yang berkorelasi dengan segment-segment sesar semangko. Gambar 1013 adalah citra dari komplek gunungapi Dieng, Wonosobo yang memperlihatkan sebaran dari beberapa kerucut gunungapi dengan derajat erosi yang berbeda beda. Berdasarkan perbedaan tingkat derajat erosi dapat dipakai untuk menafsirkan sejarah pembentukan dan perkembangan gunungapi di daerah tersebut. Pada gambar 10-14 adalah citra dari sebaran kerucut gunungapi di daerah Garut, Jawa Barat. Pada citra tampak sebaran beberapa kerucut gunungapi dengan derajat erosi yang berbeda beda serta batas sebaran tubuh gunungapi yang masih dapat dideliniasi. Pada daerah komplek gunungapi yang telah mengalami proses erosi lanjut, pemetaan geologi gunungapi menjadi lebih sukar karena bentuk morfologi yang masih ideal sudah tidak dapat dikenal dengan baik. Meskipun demikian dalam hal tertentu jejak tubuh gunungapi masih dapat diperkirakan seperti diperlihatkan pada gambar 10-13 dan 10-14
Gambar 10-9 Kaldera Tengger dengan tubuh kerucut tua (A) dan Kerucut muda (B).
B A
Morfologi gunungapi Kaldera Tengger dapat dikenal dan di-deliniasi berdasarkan bentuk dan teksturnya. Pada citra kerucut tua (A) dikenal melalui ekspresi derajat erosi yang kasar (bertektur kasar) dan kerucut muda (B) dengan derajat erosi yang relatif halus (bertekstur halus).
Gambar 10-10 Komplek gunungapi aktif dengan aliran lava, piroklastik dan gunungapi aktif. Citra dari suatu komplek gunungapi aktif yang memperlihatkan bentuk-bentuk dari aliran lava yang dicirikan oleh bentuk (shape), pattern (pola) yang khas dari suatu aliran lava, sedangkan endapan piroklastik dicirikan oleh tekstur citra yang relatif kasar.
148
2012
Gambar 10-11 Aliran lava dari erupsi samping Gunung Ceremai, Jawa Barat. Pada gambar diperlihatkan suatu aliran lava baru (warna biru kehijauan) dengan derajat erosi halus (tekstur halus) dan aliran lava tua (merah-merah muda) dengan bentuk dan pola aliran yang khas.
Sipirok
Gambar 10-12 Citra Landsat MSS Fumarola dari Gunungapi Sibual-buali, Padangsidempuan serta kenampakan dari sebagian segment sesar Sumatera. Gambar citra dari komplek pegunungan Sibualbuali, Padangsidempuan yang memperlihatkan lokasi dari pusat pusat fumarol yang berkorelasi dengan segment-segment sesar semangko. Sesar Semongko dikenali melalui adanya kelurusan kelurusan (kelurusan-kelurusan).
G.Sibualbuali
Gambar 10-13 Komplek gunungapi dari Pegunungan Dieng Gambar citra Landsat MSS dari komplek gunungapi Dieng, Wonosobo yang memperlihatkan sebaran dari beberapa kerucut gunungapi dengan derajat erosi yang berbeda beda (Kerucut gunungapi dikenali melalui tekstur/derajat erosinya). Berdasarkan perbedaan tingkat derajat erosi dapat dipakai untuk menafsirkan sejarah pembentukan dan perkembangan gunungapi di daerah tersebut.
149
2012
Gambar 10-14 Sebaran kerucut gunungapi di daerah Garut Gambar citra Landsat MSS dari sebaran kerucut gunungapi di daerah Garut, Jawa Barat. Pada citra tampak sebaran beberapa kerucut gunungapi (garis kuning) dengan derajat erosi yang berbeda beda serta batas sebaran tubuh gunungapi yang masih dapat dideliniasi.
b. Batuan karbonat yang umumnya keras biasanya menempati topografi tinggi, dikenal dengan baik apabila menunjukkan bentuk morfologi karst. Breksi juga menempati topografi tinggi, homogen dan memperlihatkan tekstur topografi kasar-sangat kasar. c. Bidang perlapisan seringkali dapat dikenal dari kesejajaran jejak bidang perlapisannya. Kemiringan bidang perlapisan dapat dikenal dari bentuk morfologi messa, cuesta atau hogback tergantung pada besarnya sudut kemiringan bidang perlapisan tersebut. d. Sumbu lipatan dapat dikenal dari punggungan atau lembah berbentuk bulat, lonjong atau tapal kuda (horse shoe shapes). e. Struktur sesar dapat dikenal dengan baik pada citra yang diperlihatkan oleh beberapa kenampakan di antaranya adanya pergeseran bidang perlapisan, kelurusan topografi dalam skala regional, gawir topografi, kelurusan segmen sungai, pergeseran aliran sungai, orientasi bukit dan gejala geologi lain dan sebagainya. Kelurusan topografi yang berpola teratur menunjukkan adanya suatu pola rekahan pada batuan/kelompok batuan. Kenampakan gejala geologi tersebut di atas diperlihatkan pada gambar 10-15 sampai dengan 10-22 di bawah ini.
150
2012
Gambar 10-15. Morfologi lipatan (perbukitan homoklin) yang dicirikan oleh perbukitan yang memanjang Barat Timur dengan ekspresi topografi sedang kasar, tersusun dari batupasir, serpih, perselingan batupasir dan lempung dan endapan aluvial. A = ditafsirkan sebagai endapan aluvial, memperlihatkan tekstur halus dengan relief topografi yang rendah. B = ditafsirkan sebagai batupasir, memperlihatkan relief yang tinggi dengan tekstur sedang. C = ditafsirkan sebagai serpih sisipan batupasir yang memperlihatkan bentuk topografi sedang, dan tekstur topografi kasar. D = ditafsirkan sebagai perselingan batupasir dan lempung (serpih), menempati topografi sedang, dan memperlihatkan tekstur topografi kasar. Jurus perlapisan berarah Barat Timur sesuai dengan arah perbukitan, sedangkan arah kemiringan ke arah Utara (atas), didasarkan atas bentuk-bentuk segitiga pada batupasir B.
A B C
Gambar 10-16. Morfologi lipatan yang dicirikan oleh susunan topografi yang terdiri dari perselingan antara lembah dan pematang bukit memanjang saling sejajar. Morfologi lembah ditempati oleh jenis batuan lunak yang mudah tertoreh dan pematang bukit ditempati oleh lapisan batuan yang lebih keras. Arah memanjang dari bentuk morfologi ini merupakan jejak dari bidang perlapisan.
B A A A C
B D
A = ditafsirkan sebagai batupasir dengan relief topografi tinggi dan tekstur kasar. B = ditafsirkan sebagai batulempung dengan relief topografi rendah, tekstur halus. C = ditafsirkan sebagai batugamping dengan relief topografi tinggi dan tekstur kasar. D = ditafsirkan sebagai antiklin diekspresikan oleh bentuk shoe-shape)
Gambar 10-17. Morfologi lipatan (perbukitan sinklinantiklin) yang dicirikan oleh susunan topografi yang terdiri dari perselingan antara lembah dan pematang bukit. Arah memanjang dari bentuk morfologi ini merupakan jejak dari bidang perlapisan (jurus perlapisan). Struktur sinklin antiklin ditafsirkan berdasarkan bentuk dan pola ekspresi topografinya .
151
2012
Gambar 10-18. Morfologi lipatan (perbukitan homoklin) yang dicirikan oleh perbukitan yang memanjang dengan ekspresi topografi sedang kasar, tersusun dari batuan lempung sisipan batupasir, batupasir, batugamping, dan breksi. A = ditafsirkan sebagai lempung sisipan batupasir, memperlihatkan tekstur halus dengan relief topografi yang rendah. B = ditafsirkan sebagai batupasir, memperlihatkan relief yang tinggi dengan tekstur sedang.
B A
C = ditafsirkan sebagai batugamping / batuan karbonat yang memperlihatkan bentuk morfologi karst, tekstur topografi kasar. D = ditafsirkan sebagai brelsi, menempati topografi tinggi, homogen dan memperlihatkan tekstur topografi kasar-sangat kasar.
Gambar 10-19. Morfologi lipatan yang dicirikan oleh ekspresi tografi yang bertekstur kasar (A), tekstur sedang (B) dan ekspresi topografi karst (C). A = ditafsirkan sebagai batupasir, pada citra diperlihatkan dengan tekstur yang kasar, bentuk ekspresi flat iron (bentuk segitiga). B = ditafsirkan sebagai batulempung, pada citra diekspresikan oleh tekstur yang halus-sedang, ekspresi topografi rendah. C = ditafsirkan sebagai batugamping / batuan karbonat yang memperlihatkan bentuk morfologi karst.
Pada citra terlihat ekspresi dari jejak jejak perlapisan yang berarah baratlaut tengggara (A), sedangkan di bagian selatan (B) jejak perlapisan yang berarah barat timur. Adanya sungai-sungai bawah tanah diekspresikan oleh pola pengaliran sungai yang tidak begitu dominan, hanya ada satu saluran sungai yang tampak, yaitu C.
152
2012
Gambar 10-21. Morfologi perlipatan sinklin dan antiklin dapat dikenali dari bentuk-bentuk punggungan atau lembah berbentuk memanjang. Arah memanjang dari bentuk morfologi ini merupakan perbukitan yang tersusun dari batuan sedimen dengan jurus perlapisan searah dengan arah perbukitannya. Arah kemiringan lapisan ditafsirkan berdasarkan pola dan rona tona pada citra. Sumbu lipatan antiklin dan sinklin didapatkan setelah diketahui arah kemiringan dari lapisan lapisan batuan yang ada pada citra.
Gambar 10-22. Morfologi sedimen terlipat dengan struktur geologi yang rumit (komplek) di daerah Majenang, Jawa Tengah.
A = ditafsirkan sebagai endapan Aluvial, dengan ekspresi topografi mendatar dengan tekstur halus dan rona warna biru. B = ditafsirkan sebagai perselingan batupasir dan lempung, dengan ekspresi topografi perbukitan dan lembah memanjang dari baratlaut ketenggara, bertekstur sedang sampai kasar. Bentuk dari pola perbukitan yang terpotong oleh sesar-sesar yang berarah Utara Selatan dan baratlaut tenggara.
C = ditafsirkan sebagai batulempung dengan tekstur halus sedang dengan ekspresi topografi rendah.
Gambar 10-23. Morfologi Kubah Garam (kiri) dan sedimen terlipat dengan struktur geologi antikllin (kanan).
153
2012
Gambar 10-25
Citra daerah Anatolia Bagian Timur, Turki yang memperlihatkan bentangalam tektonik (relief orde-2) yang diekspresikan oleh bentuk, tekstur dan rona warna serta adanya lineament-lineament yang mewakili sesar-sesar anjak dan mendatar.
154
2012
Gambar 10-26 Citra wilayah pegunungan Alpen, Itali yang memperlihatkan kenampakan bentangalam tektonik (relief orde-2) yang diekspresikan oleh bentuk, tekstur dan rona warna dari pegunungan Alpine.
Gambar 10-27 Citra wilayah Jazirah Arab yang memperlihatkan kenampakan bentangalam tektonik (relief orde-2) yang diekspresikan oleh bentuk, tekstur, rona warna dan lineament produk Tumbukan Lempeng.
155
2012
Pada gambar 10-28 hingga gambar 10-31 memperlihatkan bentangalam tektonik (morfologi perlipatan dan patahan) yang merupakan tipe yang umum dari deformasi tektonik. Pada umumnya bentangalam tektonik diekpresikan oleh adanya perbedaan relief yang cukup signifikan sehingga memungkinkan adanya perbedaan ekosistem. Sebagai contoh, pegunungan yang berada pada iklim semi-arid akan tampak pada citra vegetasi yang lebat (bertona gelap pada citra band sinar tampak) dan pada cekungan yang berdekatan memperlihatkan tona yang terang. Dengan demikian kekontrasan akan tampak jelas pada citra hitam-putih. Terrain pegunungan terlihat dengan jelas pada Landsat, HCMM, dan citra Radar melalui bayangannya yang disebabkan oleh variasi tona yang berhubungan dengan kelerengan / posisi matahari. Gambar 10-28 (kiri) adalah morfologi hogbag yang merupakan bagian dari bentangalam tektonik yang terdapat di pegunungan Rocky Colorado, USA. Gambar tersebut diambil dari udara melaui kockpit pesawat. Pada gambar tampak morfologi hogbag dicirikan oleh perbukitan berbentuk linear dengan kemiringan lapisan batuannya yang curam. Pada gambar tampak juga adanya pergeseran bukit (offset) yang menandai adanya patahan/sesar. Gambar 10-28 (kanan) adalah kenampakan morfologi tektonik yang diambil dari satelit dimana morfologi hogbag merupakan bagian dari jalur pegunungan lipatan Rocky Mountains.
Gambar 10-28 Kenampakan morfologi perlipatan dan patahan yang terbentuk oleh tumbukan lempeng
Gambar 10-29 adalah morfologi tektonik yang terdapat di pegunungan Zagros, Iran yang tersusun dari perlipatan batuan sedimen berupa sinklin-antiklin. Pola perlipatan tampak dengan jelas melalui bentuk dan pola lipatan sinklin dan antiklinnya yang berbentuk shoe shape. Kemiringan lapisan batuannya dapat dikenali melalui bentuk flat iron (bentuk -bentuk segitriga). Adapun tipe perlipatannya berbentuk lipatan sungkup, dengan pola sebaran berbentuk ellipsoide. Gambar 10-30 adalah citra yang memperlihatkan jalur pegunungan Appalachian dengan segmen yang cukup luas. Pada citra tampak beberapa bentuk perbukitan lipatan yang saling menutup dengan skala yang lebih kecil. Sebagaimana diketahui bahwa pegunungan Appalachian merupakan pegunungan yang terkenal dan terbentuk sebagai hasil orogenesa. Gambar 10-31 Citra Landsat yang memperlihatkan sebagian dari sayap pegunungan di bagian barat Pakistan yang merupakan pegunungan lipatan hasil tumbukan yang kuat antara subkontinen India dan Asia Selatan. Pada citra diperlihatkan jalur pegunungan lipatan Sulaiman yang berupa offset antiklin (beberapa tertutup), menghasilkan perbukitan (lembah mendatar ditempati perulangan sinklin). Sesar Kingri memotong pada bagian tengah citra (terlihat
156
2012
dengan adanya garis yang tidak kontinu). Blok kearah barat (kiri) bergerak relative ke arah utara terhadap blok dibagian timur.
Gambar 10-29 Kenampakan morfologi tektonik yang terdapat di pegunungan Zagros, Iran, yang tersusun dari perbukitan lipatan sinklin - antilin.
Gambar
10-30:
Citra yang memperlihatkan suatu jalur pegunungan Appalachian dengan segmen yang cukup luas, pada citra tampak beberapa bentuk perbukitan lipatan yang saling menutup dengan skala yang lebih kecil. Sebagaimana diketahui bahwa pegunungan Appalachian merupakan pegunungan yang terkenal dan terbentuk sebagai hasil orogenesa.
157
2012
Gambar 10-31: Citra Landsat yang memperlihatkan sebagian dari sayap pegunungan di bagian barat Pakistan yang merupakan pegunungan lipatan hasil tumbukan yang kuat antara sub-kontinen India dan Asia Selatan. Pada citra diperlihatkan jalur pegunungan lipatan Sulaiman yang berupa offset antiklin (beberapa tertutup), menghasilkan perbukitan (lembah mendatar ditempati perulangan sinklin). Sesar Kingri memotong pada bagian tengah citra (terlihat dengan adanya garis yang tidak kontinu). Blok kearah barat (kiri) bergerak relative ke arah utara terhadap blok dibagian timur.
158
2012
Secara umum wilayah pantai dan pesisir dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok dalam kaitannya dengan proses pembentukannya. Pengelompokan secara garis besar dapat dilakukan sebagai berikut: a. Proses endogenik: pantai gunungapi, pantai terangkat (uplifted) dan tilted (miring); b. Proses eksogenik: aktivitas laut (oseanografi), proses sedimentasi dari darat dan laut dan gabungan keduanya; c. Proses biogenik: pembentukan terumbu karang dan hutan bakau. Kenampakan pada citra Landsat seperti terlihat pada gambar 10-36 dan 10-37.
terraces
Gambar 10-32. Morfologi undak pantai (beach terraces) di Pulau Larat, Maluku
Gambar 10-33 Morfologi endapan kipas aluvial S.Jeneberang, Makassar dan alur sungai purba
Gambar 10-34. Morfologi punggung pematang pantai (beach ridges) pantai selatan Jawa Tengah
Gambar 10-35. Morfologi perselingan pematang pantai (beach ridge) di Lokseumawe, Nangroe Aceh Darussalam.
159
2012
160
2012
Gambar 10-38. Pola aliran sungai yang mengikuti pola Sesar Sumatera. Tampak lineament-lineament dari sesar yang juga merupakan saluran-saluran sungai.
aliran
sungai
Luwuk,
Gambar 10-40 Genangan banjir (rona warna: hijau muda biru), disepanjang aliran sungai. Terletak di Pantai Barat Nangroe Aceh Darussalam.
161
2012
Gambar 10-41. Pencemaran waduk Saguling oleh enceng gondok (rona warna : merah) dibagian hulu dari reservoir bendungan Saguling, Jawa Barat. Bagian selatan (kiri bawah, rona warna merah kecoklatan) merupakan morfologi berbukitan, bertekstur kasar dengan ekspresi topografi berupa bukit berelief tinggi yang ditempati oleh batu breksi. Rona warna coklat kekuningan, tersebar secara spoted, ditafsirkan sebagai morfolog intrusi. Rona warna biru kehijauan dengan ekspresi topografi landai datar, merupakan batuan sedimen lunak (lempung?).
Gambar 10-42 Kenampakan pola aliran sungai dendritik pada citra Landsat daerah Dirty Bend, Utah.
Gambar 10-43 Kenampakan pola aliran sungai dendritik pada citra Landsat daerah Peru.
162
2012
Gambar 10-44 Kenampakan bentangalam karst yang terdapat di pegunungan Alpen di Croatia (Dinaric Alps of Croatia), merupakan batugamping berumur Mesozoik yang terbentuk akibat pelarutan batugamping.
Gambar 10-45
Kenampakan bentangalam karst yang memperlihatkan bentuk tekstur dan rona warna yang khas.
163
2012
Gambar 10-46 Peta Perbandingan Tinggi dan Lebar Lembah serta Gradient Sungai pada Sesar Lembang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
164