Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA MASA ANTENATAL DENGAN KECEPATAN SEKRESI ASI POST PARTUM PRIMIPARA

(RELATION THE TREATMENT OF BREAST AT A PERIOD OF ANTENATAL WITH VELOCITY OF SECRETION OF PRIMIPARA MOTHERS MILK AFTER CHILDBIRTH) Asti Melani Astari1*), Djuminah2)
1)

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Jl. Veteran Malang 65145
2)

RSU Dr Saiful Anwar Malang

Jl. Jaksa Agung Suprapto No 2 Malang 65333


*)

e-mail: astariasti@yahoo.com.sg

1. prevalensi 2. latar belakang full 3. instrument 4. hasil standar masing-masing uji statistic 5. Tabel Karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan dan pekerjaan 6. ABSTRAK Salah satu penentu optimalnya tumbuh kembang bayi saat lahir adalah nutrisi yang baik. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi baru lahir sampai usia 6 bulan. Diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui bayinya, salah satunya dengan melakukan perawatan payudara pada masa antenatal. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya hubungan perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum di RSU Dr Saiful Anwar Malang. Penelitian ini merupakan deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Adanya hubungan perawatan payudara pada masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum diuji menggunakan uji chi-square, korelasi spearman dan odds ratio. Hasil analisis statistik mengenai kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum sebagian besar menunjukkan sekresi yang tergolong cepat atau kurang dari 24 jam (53,3%) terutama pada kelompok ibu yang melakukan perawatan payudara. Hasil uji chi-square (2 = 8,571 dan p = 0,003) menunjukkan ada hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI. Hasil uji korelasi (r = 0,535 dan p = 0,002) menunjukkan adanya perawatan payudara pada masa antenatal, akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau kurang dari 24 jam dengan peluang (odds ratio) 11 kali lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal. Kata kunci: perawatan payudara masa antenatal, sekresi ASI

ABSTRACT Good nutrition in infancy foster optimal growth and development. Human milk contains all the nutritional needs for the first 6 months of life. Breastfed exclusively for the first 6 months of life but that needed by correct management or efforts, so that every mother can suckle their baby, which one of them by doing the treatment of breast at a period of antenatal. The purpose of this research is to know about the existence of relation the treatment of breast at a period of antenatal with velocity of secretion of primipara mothers milk after childbirth in RSU Dr Saiful Anwar Malang. This study is descriptive research using cross sectional approach. The existence of relation the treatment of breast at a period of antenatal with velocity of secretion of primipara mothers milk after childbirth (post partum) tested by using chi-square tests, spearman correlation and odds ratio. The findings were identified that most velocity of secretion primipara mothers milk after childbirth most showing pertained secretion quickly or less than 24 hours (53,3%). From examination result with Chi-Square test (2 = 8,571 dan p = 0,003) showing that there is relation between the treatment of breast at a period of antenatal with velocity of secretion of primipara mothers milk after childbirth in RSU Dr Saiful Anwar Malang. The result of correlation test (r = 0,535 and p = 0, 002), show that existence of treatment of breast at a period of antenatal, will make the secretion of primipara mothers milk after childbirth (post partum) tend to quicker or less than 24 hour with opportunity (odds ratio) 11 times quicker better than the mother which do not do the treatment of breast at a period of antenatal. Keywords: treatment of antenatal breastcare, secretion of mothers milk

LATAR BELAKANG Salah satu penentu optimalnya tumbuh kembang bayi saat lahir adalah nutrisi yang baik. Air susu ibu (ASI) merupakan nutrisi terbaik bagi bayi baru lahir sampai bayi usia 6 bulan. ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan yang terbaik yang dapat diberikan oleh seorang ibu kepada anak yang baru dilahirkannya, selain komposisinya sesuai pada setiap tumbuh kembang bayi, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai penyakit infeksi. Pemberian ASI mempunyai pengaruh emosional yang luar biasa yang memengaruhi hubungan batin ibu dan anak serta perkembangan jiwa anak. Demikian juga terdapat hubungan yang bermakna antara menyusui dengan penjarangan kelahiran. Dipandang dari sudut ekonomi pemberian ASI juga sangat menguntungkan baik bagi keluarga maupun untuk negara (Lowdermilk, 2003). Melihat begitu pentingnya ASI bagi bayi diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar, agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya, menyusui merupakan proses alami, tetapi banyak kesulitan yang ditemui seorang ibu dalam pelaksanaannya. Oleh sebab itu sebaiknya ibu hamil diberikan bimbingan persiapan menyusui, yang mana dapat menunjang keberhasilan menyusui (Soetjiningsih, 1997). Hasil wawancara dengan perawat jaga di ruang rawat gabung RSU Dr Saiful Anwar Malang didapatkan bahwa masih ada ibu post partum primipara pada hari ke 2 ASI nya belum keluar. Penyebab tidak cepatnya sekresi ASI post partum salah satunya adalah tidak adekuatnya perawatan payudara semasa

hamil yang bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempercepat sekresi ASI (Lowdermilk, 2003). Pada lokarkarya manajemen laktasi, dianjurkan persiapan fisik payudara untuk laktasi, yaitu melakukan pengurutan payudara dengan tangan. Bertujuan untuk membuang sekresi pertama kolostrum dan sisa sel dari sistem duktus untuk memungkinkan aliran yang cukup, juga dimaksudkan untuk menghilangkan sumbatan air susu. Serta peradangan yang menyertainya dan mencegah timbulnya mastitis (Lokakarya Manajemen Laktasi, Perinasi-Path Edisi pertama 1991). Salah satu solusi untuk keberhasilan menyusui yaitu diperlukan perawatan payudara sejak dini secara teratur. Perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup. Tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setalah menyusui. Kebersihan atau hygiene payudara juga harus diperhatikan, papila harus disiapkan agar menjadi lentur, kuat dan tidak ada sumbatan (Nichols, 2000).

METODE Jenis penelitian adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sample menggunakan purposive sampling dengan jumlah sample sebanyak 30 orang, yang terbagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok 1 adalah ibu yang melakukan perawatan sebanyak 15 orang, kelompok 2 adalah ibu yang tidak melakukan perawatan payudara sebanyak 15 orang. Karakteristik responden meliputi: 1) ibu yang melahirkan dengan usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat badan anak lebih dari 2500 gr; 2) ibu yang tidak mengonsumsi obat-obatan atau jamu yang mempunyai efek memperlancar ASI sebelum melahirkan dan selama diobservasi; 3) Ibu dengan bentuk puting yang normal, tidak pendek atau datar dan tidak terbenam (inverted). Penelitian dilakukan di Ruang Rawat Gabung (R.10) RSU Dr Saiful Anwar Malang pada Februari 2008. Analisis data yang dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum dilakukan dengan menggunakan uji chi-square, yang dilengkapi dengan koefisien korelasi spearman yang menunjukkan besarnya hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Responden Berdasar Usia, Pendidikan Dan Pekerjaan Tabel 1. Karakteristik responden berdasar usia, pendidikan dan pekerjaan

No

Usia (Tahun)

Jumlah

Prosentase

1 2 3

< 20 21-25 26-30

10

33,3% 40% 26,7%

Dari tabel 1 didapatkan karakteristik responden berdasarn usia sebagian besar adalah kurang dari 20 tahun sebanyak 10 orang (33,3%). Pada karakteristik responden berdasar pendidikan sebagian besar adalah lulusan SMA sebanyak .orang (33,3%). Pada karakteristik responden berdasar pekerjaan sebagian besar sebagai ibu rumah tangga sebanyak .orang (66,7%).

Sekresi air susu ibu primipara post partum yang berada di RSU DR Saiful Anwar Malang yang lebih dari 24 jam (lambat) ada sebanyak 14 orang (46.7%), sedangkan yang sekresi ASI nya kurang dari 24 jam (cepat) ada 16 orang (53.3%) . Dengan rincian pada tabel berikut : Tabel 1. Deskripsi Sekresi Air Susu Ibu Post Partum

Sekresi Air Susu Ibu Post Partum

Kelompok Tidak dirawat Dirawat 3 20.0% 12 80.0% 15 100.0%

Total

Sekresi air susu ibu post partum

Lambat

Frekuensi %

11 73.3% 4 26.7% 15 100.0%

14 46.7% 16 53.3% 30 100.0%

Cepat

Frekuensi %

Total

Frekuensi %

Persentase (%) Sekresi air susu ibu post partum

90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Tidak diraw at 26.7% 20.0% 73.3%

80.0%

Belum Sudah

Diraw at

Perawatan Payudara

Gambar 1. Grafik Sekresi Air Susu Ibu Post Partum 1. Berdasarkan hasil pengujian diperoleh Chi-Square (2=8.571) dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.003 yang lebih kecil dari alpha 0.05, dengan korelasi (r= 0.535 dan p=0.002<0.05). hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum mempunyai keeratan hubungan yang signifikan (bermakna), dengan arah korelasi yang positif. Artinya, adanya perawatan payudara pada masa antenatal, akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau kurang dari 24 jam. Namun, sebaliknya tanpa adanya perawatan payudara pada masa antenatal, maka akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih lambat atau lebih dari 24 jam. Tabel 2. Perhitungan Manual Uji Chi-Square Perawatan Payudara Tidak Dirawat >24 jam <24 jam Dirawat >24 jam <24 jam Jumlah 4 12 30 8 8 30 -4.00 4.00 16.0000 16.0000 2.00000 2.00000 8.571429 11 3 7 7 4.00 -4.00 16.0000 16.0000 2.28571 2.28571 Oi Ei Oi-Ei (Oi-Ei)2 2=

(Oi - Ei) 2 Ei

2. Berdasarkan Rasio prevalensi dengan tingkat kepercayaan 95% (=5%) didapat nilai Rasio Prevalensi 2,8. hal ini menunjukkan bahwa Nilai Rasio Prevalensi > 1, yang berarti menunjukkan

bahwa perawatan payudara masa antenatal mempengaruhi kecepatan sekresi ASI.seperti yang terlihat pada perhitungan berikut ini : RP = A / ( A + B ) = 12 / 15 = 0,8 = 3 C / ( C + D ) = 4 / 15 0,266 3 X 95% = 2,8

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian penting yang harus diperhatikan. Sebagai persiapan untuk menyusui, sehingga tidak mendapatkan kesulitan dalam menyusui bila sekresi ASI cepat. Perawatan payudara adalah usaha untuk memperlancar aliran ASI, dan mencegah masalahmasalah yang mungkin muncul pada saat menyusui seperti puting nyeri atau lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat. Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan tetapi juga dilakukan setelah melahirkan. Menurut Soetjiningsih (1997), perawatan payudara dilakukan sehari dua kali saat mandi dan bila ada masalah dengan menyusui juga dilakukan dua kali sehari. Menurut Gulardi H. Wiknyosastro (1991) dijelaskan bahwa perawatan yang dilakukan pada payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu, sehingga setelah melahirkan ibu dapat sesegera mungkin memberikan ASI kepada bayinya. Perawatan payudara yang dilakukan selama hamil atau pada masa antenatal menurut Soetjiningsih (1997) mempunyai banyak manfaat, antara lain menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan punting susu, melenturkan dan menguatkan punting susu sehingga memudah-kan bayi untuk menyusui, merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi banyak dan lancar, dapat mendeteksi kelainan-kelaianan payudara secara dini dan melakukan upaya untuk mengatasinya, mempersiapkan mental (psikis) ibu untuk menyusui. Berdasarkan hasil penelitian tentang perawatan payudara pada masa antenatal pada pasien ibu primipara post partum di RSU Dr Saiful Anwar Malang diketahui bahwa 87,6% kelompok ibu primipara post partum yang melakukan perawatan payudara secara rutin melakukan perawatan payudara pada masa antenatal 2 kali sehari, namun hanya 1 orang (6,6%) yang ASI nya sudah keluar pada masa antenatal. Sedangkan pada kelompok ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal, seluruhnya memang tidak melakukan pearwatan secara rutin 2 kali sehari, sehingga seluruh ibu tersebut ASI nya belum keluar pada masa antenatal. Salah satu faktor penyebab tidak cepatnya sekresi ASI post partum diduga disebabkan oleh kurang adekuatnya perawatan payudara semasa hamil yang bertujuan untuk memperlancar sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga mempercepat sekresi ASI. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa 80% ibu primipara post partum yang melakukan perawatan payudara ASI nya sudah keluar setelah melahirkan, sedangkan pada kelompok ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal hanya 26,7% ibu yang ASI nya sudah keluar setelah melahirkan. Kondisi tersebut diduga dapat disebabkan oleh banyak faktor lain

yang dapat mempengaruhi kecepatan sekresi ASI pada ibu post partum, diantaranya adalah faktor kesiapan ibu secara mental dan psikologis untuk menyusui setelah melahirkan, kemudian adanya pengetahuan yang baik tentang persiapan menyusui, asupan gizi atau kecukupan nutrisi makanan yang seimbang yang telah dikonsumsi oleh ibu selama hamil, faktor kesehatan atau tidak mengalami gangguan berupa suatu penyakit yang dapat mempengaruhi pengeluaran (sekresi) ASI setelah melahirkan, dan sebagainya. Pengeluaran (sekresi) ASI diduga juga dapat disebabkan oleh faktor lainnya selain perawatan payudara, karena meskipun ibu telah melakukan perawatan payudara, namun ternyata ada juga yang sekresi ASI nya masih belum keluar ketika sebelum melahirkan dan bahkan ada 20% yang belum juga keluar saat setelah melahirkan. Jika dikaitkan dengan perawatan ketika masa antenatal, maka hal itu diduga dapat disebabkan oleh faktor rendahnya kerutinan dalam melakukan perawatan payudara, atau kurang optimalnya dalam melakukan perawatan payudara yang dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka tentang bagaimana cara melakukan perawatan payudara secara benar, dan sebagainya. Selain itu juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain selain perawatan payudara masa antenatal, terutama dari faktor ibu yang meliputi kondisi puting susu, kondisi saluran susu dan kondisi psikis ibu untuk meningkatkan kecepatan sekresi ASI nya pada saat setelah melahirkan (Nichols, 2000). Analisa hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan sekresi ASI pada ibu primipara post partum mempunyai keeratan hubungan yang signifikan (bermakna), dengan arah korelasi yang positif. Artinya, adanya perawatan payudara pada masa antenatal, akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau kurang dari 24 jam. Namun, sebaliknya tanpa adanya perawatan payudara pada masa antenatal, maka akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih lambat atau lebih dari 24 jam. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan payudara secara rutin pada masa antenatal sangat berpengaruh terhadap kelancaran sekresi atau keluarnya ASI lebih cepat setelah ibu melahirkan. Hal ini juga didukung oleh nilai odds ratio yaitu sebesar 11,0, dimana hal ini menunjukkan bahwa perawatan payudara pada masa antenatal dapat menyebabkan ibu berpeluang 11 kali dapat memberikan ASI kepada bayinya setelah melahirkan (post partum), dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan perawatan payudara dengan baik ketika masa antenatal. Artinya adanya perawatan payudara yang dilakukan dengan baik selama masa hamil atau pada masa antenatal akan dapat mempercepat sekresi (pengeluaran) ASI ibu ketika sudah melahirkan. Selain faktor perawatan payudara pada masa anternatal, kecepatan sekresi ASI pada ibu post partum tersebut juga dipengaruhi oleh faktor psikologis dari ibu, dimana menurut (Soetjiningsih, 1997). Bila keadaan psikologi ibu tidak stabil maka akan mempengaruhi prolaktin sehingga dapat mempengaruhi produksi ASI. Persiapan psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena keputusan atau sikap ibu yang positif dapat menunjang keberhasilan menyusui. Sikap ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: adat/kebiasaan/kepercayaan menyusui setiap daerah,

pengalaman menyusui sebelumnya, pengetahuan tentang menyusui yang benar dan manfaat ASI. Selain itu, tanpa adanya pendidikan yang baik termasuk mengenai perawatan payudara pada masa antenatal, maka para ibu yang sebagian ada yang hanya berpendidikan sekolah dasar dan SMP, sehingga diduga mereka akan lebih mengutamakan pengetahuan yang mereka peroleh dari orangtua mereka (kebiasaan nenek moyang), atau mengikuti kebiasaan (adat) yang sering dilakukan oleh para ibu di lingkungan sekitarnya, atau sekedar mengikuti nalurinya saja, sehingga perawatan payudara pada masa antenatal cenderung kurang diperhatikan dengan baik. Akibatnya setelah melahirkan (post partum), hampir semua ibu yang tidak melakukan perawatan payudara saat antenatal, ASI nya masih belum keluar. Apabila ibu tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal dengan baik, maka dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain dapat menyebabkan payudara menjadi bengkak, puting susu lecet/luka ketika menyusui bayi, puting susu datar atau mendalam sehingga ibu akan kesulitan dalam memberikan ASI setelah melahirkan, dapat menyebabkan radang payudara (mastitis), atau saluran susu tersumbat sehingga air susu menjadi tersumbat dan tidak dapat keluar dengan lancar terutama setelah melahirkan (Nichols, 2000). Oleh karena itu para ibu hamil ketika masa antenatal atau sebelum melahirkan memerlukan manajemen laktasi, karena pada penerapannya lebih menganjurkan dalam persiapan fisik payudara untuk laktasi, yaitu melakukan pengurutan payudara dengan tangan. Selain itu, manajemen laktasi juga bertujuan untuk membuang sekresi pertama kolostrum dan sisa sel dari sistem duktus untuk memungkinkan aliran yang cukup, juga dimaksudkan untuk menghilangkan sumbatan air susu. Serta peradangan yang menyertainya dan mencegah timbulnya mastitis (Lokakarya Manajemen Lactasi, Perinasi-Path Edisi pertama 1991). Dengan demikian, agar ibu postpartum dapat berhasil menyusui, maka diperlukan perawatan payudara sejak dini secara teratur, karena perawatan selama kehamilan bertujuan agar selama masa menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setalah menyusui. Namun, para ibu post partum harus tetap memperhatikan kebersihan/hygiene payudara, papila harus disiapkan agar menjadi lentur, kuat dan tidak ada sumbatan, sehingga sekresi ASI akan lancar dan dapat diberikan kepada bayi setelah melahirkan.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian sebagai berikut: 1) sekresi ASI primipara post partum yang > 24 jam pada kelompok ibu yang melakukan perawatan payudara adalah lambat, sedangkan yang sekresi ASI primipara post partum yang < 24 jam pada kelompok ibu yang melakukan perawatan payudara adalah cepat. Pada kelompok ibu yang tidak melakukan perawatan payudara, sebagian besar sekresi ASI lambat: 2) responden dengan sekresi ASI lambat pada kelompok yang melakukan perawatan payudara kemungkinan penyebabnya adalah faktor lain seperti psikologis; 3) hasil uji chi-square menunjukkan bahwa ada hubungan antara perawatan payudara masa antenatal dengan kecepatan

sekresi ASI pada ibu primipara post partum di ruang rawat gabung (ruang 8 dan 10) Rumah Sakit Umum Daerah dr. Saiful Anwar Malang. Hasil uji korelasi (r=0. 535 dan p=0. 002). Artinya adanya perawatan payudara pada masa antenatal, akan menyebabkan sekresi ASI pada ibu post partum cenderung lebih cepat atau kurang dari 24 jam dengan peluang (odds ratio) 11 kali lebih cepat dibandingkan dengan ibu yang tidak melakukan perawatan payudara pada masa antenatal. Rasio prevalensi dengan hasil 2.8. menunjukkan nilai Rasio Prevalensi > 1, berarti variable (perawatan payudara masa antenatal) merupakan faktor resiko timbulnya efek yang berarti perawatan masa ante natal mempengaruhi kecepatan sekresi ASI.

DAFTAR PUSTAKA Lowdermilk, D.L. Perry, S.E. (2003). Maternity nursing. Sixth Edition. St.Louis : Mosby Year Book inc.

Lokakarya Manajemen Lactasi. (1991). Kumpulan makalah simposium laktose POGI. Perinasi-Path Edisi pertama Nichols, F.H. & Humenick, S.S. (2000). Childbirth education (2nded), Philadelphia : W.B Saunders Company.

Nursalam. (2003). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Sudigdo Saatroasmoro., Sofyan Ismael. (2003). Dasar dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta : Sagung Seto

Soetjiningsih. (1997). ASI Petunjuk untuk tenaga kesehatan. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai