Anda di halaman 1dari 73

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN NO.

A 1 DRAFT DPR B RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 2 Menimbang: a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; a. bahwa pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa bagi seluruh rakyat Indonesia; Perbaikan rumusan USUL PEMERINTAH C Tetap KETERANGAN D Tetap

b.

bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat; bahwa pendidikan kedokteran sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional diselenggarakan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan, penelitian, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan dokter yang bermutu, kompeten, profesional, bertanggung jawab, beretika, bermoral, humanistis, dan berjiwa sosial tinggi yang dilandasi

b. bahwa dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya bidang kesehatan, pemerintah wajib mengupayakan penyelenggaraan sistem pendidikan yang mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan di bidang kesehatan dan sekaligus pemerataan pelayanan kesehatan.

Perbaikan rumusan

c.

c. bahwa pendidikan kedokteran sebagai bagian dari pelayanan kesehatan merupakan salah satu jenis pendidikan di bidang kesehatan yang wajib diselenggarakan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan untuk menumbuhkembangkan penguasaan, pemanfaatan, penelitian, serta pemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menghasilkan dokter dan dokter gigi yang bermutu, kompeten, profesional, bertanggung jawab, beretika, bermoral, humanis, dan berjiwa sosial tinggi yang dilandasi dengan wawasan kesehatan nasional untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang.

Perbaikan rumusan

Comment [s1]: 8 feb - Pemb karena masih ada perbedaan p DPR

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 1

NO. A

DRAFT DPR B dengan wawasan kesehatan untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam menghadapi globalisasi di segala bidang;

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

d.

bahwa upaya melakukan penataan pendidikan kedokteran untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada huruf c belum diatur secara komprehensif dalam peraturan perundang-undangan; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Pendidikan Kedokteran.

d.

bahwa upaya penataan pendidikan kedokteran untuk mencapai tujuan pemerataan hak warga Negara dalam memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan belum diatur secara komperehensif dalam peraturan perundangundangan;

Perbaikan rumusan

e.

Tetap;

Tetap

Mengingat:

Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28C ayat (1) dan Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Tetap

Tetap

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN: UNDANG-UNDANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

Tetap

Tetap

Menetapkan:

TENTANG

Tetap

Tetap

10 11 12

Tetap Tetap Alternatif 1 : 1. Pendidikan Kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi

Tetap Tetap Perbaikan rumusan Pendidikan kedokteran bersifat spesifik karena


Page 2

1.

Pendidikan Kedokteran adalah pendidikan formal yang terdiri atas pendidikan akademik dan pendidikan profesi

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A

DRAFT DPR B yang diselenggarakan oleh fakultas kedokteran dan terakreditasi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademik dan/atau profesi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

USUL PEMERINTAH C yang selanjutnya disebut pendidikan kedokteran adalah pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi.

KETERANGAN D tidak dapat dipisahkan antara pendidikan akademik dan profesi karena keduanya merupakan satu kesatuan. Pendidikan kedokteran tidak perlu dinyatakan secara tegas sebagai pendidikan formal karena pendidikan kedokteran merupakan bagian dari jenjang pendidikan tinggi yang memang sudah merupakan pendidikan formal.

Alternatif 2 : 1. Pendidikan Kedokteran atau pendidikan kedokteran gigi yang selanjutnya disebut pendidikan kedokteran adalah pendidikan profesi yang terdiri atas tahap akademik dan profesi sebagai satu kesatuan pada jenjang pendidikan tinggi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi di bidang kedokteran atau kedokteran gigi 13

2.

Peserta didik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Mahasiswa Kedokteran, adalah peserta didik yang mengikuti proses pendidikan akademik, profesi, residensi, magang, untuk mencapai kompetensi dokter atau dokter spesialis-subspesialis yang disyaratkan.

2.

Peserta didik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Mahasiswa Kedokteran adalah peserta didik yang mengikuti proses pendidikan akademik dan profesi untuk mencapai kompetensi dokter atau dokter gigi.

Perbaikan rumusan

1 4 14

3.

Peserta didik pendidikan kedokteran profesi lanjutan, yang selanjutnya disebut Residen adalah peserta didik pendidikan kedokteran spesialis-subspesialis yang mengikuti proses pendidikan akademik dan profesi untuk mencapai kompetensi dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis.

Penambahan pengertian tentang peserta didik : Dalam pendidikan kedokteran terdapat jenjang pendidikan yaitu pendidikan kedokteran dan kedokteran spesialis-subspesialis. pendidikan kedokteran spesialis-subspesialis juga perlu diatur sebagai bagian dari pendidikan kedokteran sehingga perlu menambahkan rumusan baru mengenai residen. Di dalam batang tubuh tidak pernah disebut kata sarjana kedokteran dan di usulan pemerintah pun hanya sekali disebut sehingga tidak memerlukan pengertian di dalam ketentuan umum. Penyesuaian rumusan dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang praktik kedokteran
Page 3

15

3.

Sarjana Kedokteran adalah Mahasiswa Kedokteran yang telah menyelesaikan program pendidikan akademik di bidang kedokteran baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia. Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialissubspesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialissubspesialis lulusan Pendidikan Kedokteran baik di 4.

Dihapus

16

4.

Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter subspesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis, dan dokter gigi subspesialis lulusan pendidikan

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A

DRAFT DPR B dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia.

USUL PEMERINTAH C kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 5. Program internsip adalah pemandirian profesi dokter untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara terintegrasi, komprehensif, mandiri serta menggunakan pendekatan kedokteran keluarga, dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan dengan praktik di lapangan. Tetap

KETERANGAN D

Penambahan rumusan baru

17

18

5.

Pendidik Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Pendidik, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya pada bidang ilmu kedokteran dan/atau bidang ilmu tertentu yang bertugas untuk mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarkan teknologi di bidang kedokteran melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat termasuk pelayanan kesehatan.

6.

Rumusan tetap, tetapi menjadi berubah nomor

19

6. Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Tenaga Kependidikan, adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran.

7.

Tenaga Kependidikan Pendidikan Kedokteran, yang selanjutnya disebut Tenaga Kependidikan adalah seseorang yang berdasarkan pendidikan dan keahliannya mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran, baik di fakultas kedokteran atau kedokteran gigi maupun di rumah sakit pendidikan.

Perbaikan rumusan dan nomor urut berubah Memperjelas bahwa tenaga kependidikan tidak hanya ada di penyelenggara pendidikan kedokteran tapi juga di RSP

20

7.

Standar Nasional Pendidikan Kedokteran adalah bagian dari standar nasional pendidikan tinggi yang merupakan kriteria minimal dan harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran.

8. Standar Nasional Pendidikan Kedokteran Indonesia adalah Standar Pendidikan Dokter dan Standar Pendidikan Dokter Gigi yang merupakan kriteria minimal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di Indonesia.

Perbaikan rumusan dan nomor urut berubah Secara prinsip standar pendidikan kedokteran sejalan dengan standar pendidikan tinggi namun demikian standar pendidikan kedokteran mempunyai kekhususan tersendiri sehingga mengusulkan agar kata standar nasional pendidikan tinggi dihapus. Perbaikan rumusan dengan menambah kata dokter gigi karena dokter tidak sama dengan dokter gigi, keduanya memiliki standar kompetensi tersendiri Nomor urut berubah
Page 4

21.

8.

Standar Kompetensi Dokter adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam Pendidikan Kedokteran.

9. Standar Kompetensi Dokter dan Standar Kompetensi Dokter Gigi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam Pendidikan Kedokteran.

Comment [A2]: 8 feb - Pena masukan DPR : Standar kompet dieksplisitkan karena berbeda d pendidikan dokter

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A 22

DRAFT DPR B 9. Kurikulum Pendidikan Kedokteran, selanjutnya disebut Kurikulum, adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. 10. Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat pelayanan kesehatan, pendidikan, dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan lainnya secara multiprofesi. 10. Tetap

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D Rumusan tetap, tetapi nomor berubah

23

11.

Rumah Sakit Pendidikan adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

Perbaikan rumusan dengan menyesuaikan pada undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit

24

12.

Wahana pendidikan kedokteran adalah fasilitas pelayanan kesehatan selain rumah sakit pendidikan atau fasilitas lain yang digunakan sebagai tempat penyelenggaraan pendidikan kedokteran. Kolegium kedokteran dan Kolegium Kedokteran Gigi yang selanjutnya disebut kolegium adalah badan yang dibentuk oleh organisasi profesi untuk masing-masing cabang disiplin ilmu yang bertugas mengampu cabang disiplin ilmu tersebut.

Penambahan substansi baru

25

13.

Penambahan substansi baru, secara prinsip kedua rumusan baru ini berdasar pada UU Praktik Kedokteran. Nomor urut berubah

26

11.

Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan walikota, serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang pendidikan nasional. Pasal 2

14. Tetap

Rumusan tetap, tetapi nomor berubah

27

12.

15. Tetap

Rumusan tetap, tetapi nomor berubah

28

13.

16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan nasional. Tetap

Penyesuaian rumusan dengan UU Kementerian Negara Tetap

29

Comment [A3]: 8 feb - Cuku pendidikan saja karena urusan diatur tersendiri (dalam RUU di melibatkan bagian kebudayaan

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 5

NO. A 30

DRAFT DPR B Pendidikan Kedokteran sebagai bagian dari Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

USUL PEMERINTAH C Pendidikan Kedokteran merupakan bagian dari Pendidikan Tinggi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

KETERANGAN D Perbaikan rumusan

Comment [A4]: DPR mengk perubahan redaksional dan se pemerintah Formatted: Left

31 32 33 34 35 36 37 38

Pasal 3 Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran berasaskan: a. manfaat; b. kemanusiaan; c. keseimbangan; d. tanggung jawab; e. kesetaraan; f. kesesuaian kurikulum; dan f.

Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap relevansi / kesesuaian dengan kebutuhan

Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Diganti dengan relevansi/kesesuaian dengan kebutuhan, karena semua proses pendidikan by nature selalu mengacu pada kurikulum dan setiap lulusan pendidikan kedokteran harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu serta teknologi. Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas relevansi adalah lulusan pendidikan kedokteran harus relevan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu serta teknologi.

39 40

g. afirmasi.

Tetap h. kebenaran ilmiah

Tetap Penambahan substansi baru mengenai asas kebenaran ilmiah, karena dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran harus berbasis pada metode ilmiah. Penjelasan : Yang dimaksud dengan asas kebenaran ilmiah

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 6

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D adalah dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran harus berbasis pada metode ilmiah (evidence based science) baik substansi maupun metodologi pembelajaran. Tetap Tetap Perbaikan rumusan dengan menambah kata berbudaya menolong. Penjelasan: Yang dimaksud dengan berbudaya menolong dalam ketentuan ini adalah setiap lulusan pendidikan kedokteran diharapkan memiliki kepedulian terhadap sesama yang diwujudkan dalam sikap tolong menolong dalam rangka penyelamatan jiwa dan/atau pencegahan kecacatan. Perbaikan rumusan dengan menambah kata dokter gigi dan dokter gigi spesialissubspesialis

41 42 43

Pasal 4 Pendidikan Kedokteran bertujuan: a. menghasilkan lulusan yang bermutu dan beretika, berdedikasi tinggi dan profesional, serta berorientasi pada kebutuhan masyarakat; dan a.

Tetap Tetap menghasilkan lulusan yang bermartabat, bermutu, berbudaya menolong, beretika, berdedikasi tinggi, profesional, serta berorientasi pada keselamatan pasien dan kebutuhan masyarakat, mampu beradaptasi dengan lingkungan sosial; dan

Comment [A5]: 8 Feb DPR perubahan redaksional dan se pemerintah

44

b. memenuhi kebutuhan dokter dan dokter spesialissubspesialis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

b.

memenuhi kebutuhan dokter dan dokter spesialissubspesialis serta dokter gigi dan dokter gigi spesialissubspesialis di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB II PENYELENGGARA PENDIDIKAN KEDOKTERAN

Comment [s6]: 8 feb - Dipe merupakan perubahan substan mencapai kesepakatan

45

Jika sistematika disetujui dengan memisahkan antara penyelenggara dengan penyelenggaraan, Pemerintah merasa perlu menambah beberapa substansi baru Penambahan substansi baru ini diperlukan mengingat bahwa pendidikan kedokteran harus dilakukan dengan tiga pilar penyelenggaraan pendidikan kedokteran yang membedakan dengan pendidikan lain. Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

46

Bagian Kesatu Tiga Pilar Penyelenggara Pendidikan Kedokteran

47 48 (1)

Pasal 4A Dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A penyelenggara pendidikan kedokteran bekerja sama dengan kolegium dan

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 7

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C rumah sakit pendidikan. Penjelasan Dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran, kolegium memiliki peranan sebagaimana telah diatur dalam UndangUndang mengenai Praktik Kedokteran (penyusunan standar pendidikan, standar kompetensi, dan penerbitan setifikat kompetensi).

KETERANGAN D

49

(2) Pendidikan kedokteran diselenggarakan melalui program studi oleh fakultas di suatu universitas atau institut sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Program studi pendidikan kedokteran tidak mungkin dapat melaksanakan keseluruhan pendidikan kedokteran tanpa adanya fakultas yang memiliki manajemen, fasilitas, dan SDM yang diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran. Penjelasan : Yang dimaksud dengan fakultas dalam ketentuan ini adalah fakultas kedokteran atau fakultas kedokteran gigi.

50

(3) Dalam hal program studi kedokteran dan program studi kedokteran gigi didirikan untuk pertama kali, program studi tersebut dapat diampu di bawah fakultas lain yang serumpun paling lama 2 (dua) tahun hingga terbentuknya fakultas kedokteran atau fakultas kedokteran gigi. Pasal 4B (1) Dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A penyelenggara pendidikan kedokteran bekerja sama dengan kolegium dan rumah sakit pendidikan.

Penambahan substansi baru dengan tujuan untuk mempermudah pendirian program studi pertama kalinya.

51 52

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penjelasan : Dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran, kolegium memiliki peranan sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang mengenai Praktik Kedokteran (penyusunan standar pendidikan, standar kompetensi, dan penerbitan setifikat kompetensi). Penambahan substansi baru
Page 8

53
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(2)

Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan rumah sakit pendidikan milik

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C penyelenggara pendidikan yang bersangkutan atau afiliasi dengan rumah sakit milik pihak lain.

KETERANGAN D

54 55

Pasal 4C Pendidikan kedokteran spesialis-subspesialis diselenggarakan melalui program studi masing-masing bekerjasama dengan kolegium terkait dan rumah sakit pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Pasal 4D (1) Pendidikan kedokteran subspesialis merupakan pendalaman ilmu kedokteran (fellowship) yang diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan kedokteran, rumah sakit pendidikan, dan kolegium. (2) Penyelenggaraan pendidikan kedokteran spesialissubspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi standar pendidikan kedokteran spesialissubspesialis dan standar kompetensi dokter spesialissubspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis. BAB II PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEDOKTERAN Bagian Kesatu Pembukaan dan Penutupan BAB III Tetap Bagian Kedua Persyaratan Pembukaan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Tetap (1) Perguruan tinggi yang membuka program studi kedokteran dan/atau kedokteran gigi harus membentuk fakultas kedokteran dan/atau kedokteran gigi.

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

56 57

58

Penambahan substansi baru

59

Diubah menjadi BAB III sistematika DIM Pemerintah

sesuai

usulan

60

Diubah menjadi bagian kedua dari BAB II tentang Penyelenggara Pendidikan Kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Tetap Perbaikan rumusan

61 62

Pasal 5 (1) Perguruan Tinggi yang memenuhi persyaratan dapat membuka fakultas kedokteran. (2) Selain membentuk fakultas kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perguruan Tinggi juga dapat membentuk fakultas kedokteran yang menyelenggarakan ilmu-ilmu kesehatan lainnya.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

63

Dipindahkan tempatnya menjadi pasal tersendiri pada Pasal 5A DIM Pemerintah dengan perbaikan rumusan.

Page 9

NO. A 64

DRAFT DPR B (3) Persyaratan pembukaan fakultas kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit menyediakan: a. tenaga pendidik yang tersertifikasi; (2)

USUL PEMERINTAH C Fakultas kedokteran dan/atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan paling sedikit sebagai berikut: a. tenaga pendidik kependidikan; yang tersertifikasi dan tenaga

KETERANGAN D Ayat (3) usulan DPR diubah menjadi ayat (2) DIM Pemerintah Penambahan substansi tenaga kependidikan

65

Penjelasan Setiap Fakultas Kedokteran harus memiliki tenaga pendidik yang memiliki kompetensi di bidang pendidikan kedokteran (medical education). 66 67 b. gedung untuk penyelenggaraan pendidikan; c. laboratorium biomedik, keterampilan Klinis, dan kesehatan masyarakat; dan Tetap c. laboratorium biomedik, laboratorium keterampilan klinis, laboratorium humaniora dan laboratorium kesehatan masyarakat; dan d. memiliki atau bekerja sama dengan Rumah Sakit Pendidikan. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur oleh Menteri. Pasal 5A . 71 Selain membentuk program studi kedokteran dan/atau kedokteran gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1), fakultas dapat membentuk program studi lain yang serumpun Bagian Ketiga Perizinan Pasal 5B (1) Pembukaan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin Menteri sesuai peraturan perundang-undangan. Untuk memperoleh izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) penyelenggara pendidikan kedokteran mengajukan Penambahan pasal, Pindahan dari DIM 63 Tetap Perbaikan redaksional

68

d. rumah Sakit Pendidikan

Penyelenggara pendidikan kedokteran tidak harus memiliki rumah sakit pendidikan Perbaikan rumusan

69

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pembukaan fakultas kedokteran diatur dengan Peraturan Pemerintah.

70

Penambahan pasal, Pindahan dari DIM 63

72

Penambahan substansi baru

73 74

Penambahan pasal, Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

75
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(2)

Penambahan substansi baru


Page 10

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C permohonan pembukaan fakultas kedokteran dan/atau fakultas kedokteran gigi ke Menteri disertai dengan surat rekomendasi dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

KETERANGAN D

76

Bagian Keempat Misi Publik Penyelenggara Pendidikan Kedokteran (Fungsi Sosial Penyelenggara Pendidikan Kedokteran) Pasal 5C Penyelenggara pendidikan kedokteran wajib bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat. Penjelasan Yang dimaksud dalam ketentuan ini penyelenggara pendidikan kedokteran wajib memiliki misi dan visi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di lingkungannya berada.

Diubah menjadi bagian keempat dari BAB II tentang Penyelenggara Pendidikan Kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Penambahan pasal Tambahan rumusan baru untuk memberikan penekanan bagi setiap penyelenggara pendidikan kedokteran agar memiliki komitmen untuk bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat melakukan pembangunan kesehatan di wilayahnya.

77 78

79 80

Pasal 5D Setiap penyelenggara pendidikan kedokteran wajib memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan kedokteran bagi calon peserta didik yang akan mengabdikan diri di daerah sesuai dengan program pemerintah tentang prioritas penempatan dokter dan dokter gigi. Penjelasan Pemberian kesempatan bertujuan untuk memberikan peluang lebih besar (kuota) bagi putra daerah yang akan mengabdikan diri dalam pembangunan kesehatan di daerah asal (afirmatif), dengan tetap mengikuti proses seleksi.

Penambahan pasal Komitmen penyelenggara pendidikan kedokteran juga untuk berkontribusi dalam pembangunan kesehatan di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan terluar.

81 82 83 Pasal 6 (1) Fakultas Kedokteran yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 harus ditutup.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Bagian Kelima Penutupan Program Studi Tetap (1) Penyelenggara pendidikan kedokteran yang tidak lagi memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 atau proses penyelenggaraan pendidikan tidak

Penambahan bagian baru sesuai dengan usul sistematika DIM Pemerintah Tetap Perbaikan rumusan

Page 11

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan harus ditutup.

KETERANGAN D

84

(2) Ketentuan mengenai penutupan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Pasal 6A Ketentuan lebih lanjut mengenai pembukaan dan penutupan program studi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5B dan Pasal 6 diatur oleh Menteri. Bagian Kedua Sumber Daya Manusia Bagian Ketujuh Sumber Daya Manusia

Dihapus karena sudah terakomodir dalam Pasal 6A usulan Pemerintah Penambahan pasal Penambahan substansi baru

85 86

87

Diubah menjadi bagian ketujuh dari BAB II tentang Penyelenggara Pendidikan Kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah. Diubah menjadi bagian keempat dari BAB III tentang Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah. Tetap

88

Paragraf 1 Calon Mahasiswa Kedokteran

Bagian Keempat Seleksi Penerimaan Calon Mahasiswa Kedokteran dan Residen

89 90

Pasal 7 (1) Calon Mahasiswa Kedokteran penerimaan dan tes psikometri. harus lulus seleksi (1) Calon Mahasiswa penerimaan.

Tetap Kedokteran harus lulus seleksi Perbaikan rumusan

Penjelasan ayat (1) Yang dimaksud dengan seleksi penerimaan dalam ketentuan ini dapat meliputi uji kognitif, tes bakat, dan kepribadian. 91 (2) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjamin adanya kesempatan bagi calon mahasiswa kedokteran dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan masyarakat berpenghasilan rendah. (3) Seleksi penerimaan mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui jalur khusus. (2) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjamin adanya kesempatan bagi calon mahasiswa kedokteran dari daerah sesuai dengan kebutuhan daerahnya, kesetaraan gender, dan masyarakat berpenghasilan rendah. Seleksi penerimaan mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan melalui jalur khusus. Tetap

92

(3)

Tetap

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 12

NO. A 93

DRAFT DPR B (4) Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditujukan untuk menjamin penyebaran lulusan yang merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (4)

USUL PEMERINTAH C Seleksi penerimaan calon mahasiswa kedokteran melalui jalur khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan dengan beasiswa dan ikatan dinas yang ditujukan untuk menjamin penyebaran lulusan yang merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), (2), (3), dan (4) diatur oleh Menteri. Pasal 7A Jumlah mahasiswa yang diterima harus sesuai dengan kapasitas yang dihitung berdasarkan jumlah dosen dan dosen klinik, jumlah dan variasi pasien, dan sarana dan prasarana pendidikan, dan pelayanan kesehatan komunitas. Pasal 7B Ketentuan lebih lanjut mengenai kapasitas dimaksud dalam Pasal 7A diatur oleh Menteri. Pasal 7C (1) Peserta PPDS atau PPDGS yang selanjutnya disebut Residen merupakan dokter atau dokter gigi peserta pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi lanjutan atau spesialis-subspesialisasi yang telah: a. memiliki surat tanda registrasi; dan b. lulus seleksi (2) Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan prinsip afirmatif, transparan, berkeadilan, dan kuota bagi peserta PPDS atau PPDGS asal daerah. sebagaimana

KETERANGAN D Perbaikan rumusan karena penerimaan jalur khusus tidak menjamin penyebaran kecuali melalui program beasiswa atau ikatan dinas.

94

(5)

Penambahan substansi baru

95 96

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Ketentuan ini untuk mencegah penerimaan mahasiswa melebihi kapasitas yang ditujukan hanya untuk kepentingan finansial penyelenggara pendidikan kedokteran Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

97 98

99 100

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Ketentuan dalam pasal ini diperlukan oleh karena perbedaan persyaratan dan tata cara dibandingkan dengan penerimaan mahasiswa Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Sesuai dengan komitmen untuk pemerataan kesempatan belajar dan pemerataan pelayanan kesehatan Penambahan substansi baru

101 102 103

104

(3)

Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara seleksi yang berkaitan dengan afirmasi diatur lebih lanjut oleh peraturan menteri

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 13

NO. A 105 106

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C Pasal 7D (1) Setiap calon residen penerimaan residen. (2) harus lulus seleksi calon

KETERANGAN D Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

107

Seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memperhatikan adanya syarat pengalaman pelayanan klinis paling sedikit 1 (satu) tahun.

Penambahan substansi baru Syarat pengalaman klinis diperlukan untuk memasuki dunia pendidikan spesialissubspesialisasi Penjelasan: Jangka waktu 1 (satu) tahun hanya digunakan untuk memberi pelayanan kesehatan diluar proses administrasi. Penambahan substansi baru Ketentuan ini mendukung komitmen pemerataan pelayanan kesehatan, khususnya di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan dan kepulauan terluar. Tetap Perbaikan rumusan Mengingat kepentingan kebutuhan nasional, maka WNA harus diberi kuota maksimum, dan tidak menerima fasilitas subsidi dari pemerintah

108

(3)

Calon residen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diutamakan yang pengalaman klinisnya dilaksanakan di puskesmas daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan kepulauan terluar.

109 110 (1) Warga negara kedokteran.

Pasal 8 asing dapat menjadi mahasiswa (1)

Tetap Warga negara asing dapat menjadi Mahasiswa Kedokteran dengan memperhatikan kuota yang ditetapkan oleh Menteri.

Penjelasan ayat (1) Penetapan kuota bagi warga negara asing bertujuan untuk memperbesar peluang bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengikuti pendidikan kedokteran serta dalam rangka percepatan pemenuhan kebutuhan dokter. 111 (2) Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib membayar penuh dan tidak dapat menerima subsidi pendidikan kedokteran dari pemerintah Indonesia. Warga negara asing yang menjadi mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh penyelenggara pendidikan kedokteran. Penambahan substansi baru

112

(2) Warga negara asing yang menjadi mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan khusus yang ditetapkan oleh fakultas kedokteran.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(3)

Perbaikan rumusan

Page 14

NO. A 113 114

DRAFT DPR B Pasal 9 Ketentuan lebih lanjut mengenai calon mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8 diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah. Paragraf 2 Mahasiswa Kedokteran Pasal 10 Mahasiswa Kedokteran terdiri atas: Dihapus Dihapus (4)

USUL PEMERINTAH C Dihapus Ketentuan lebih lanjut mengenai warga negara asing sebagaiman dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri. Dihapus

KETERANGAN D

Perbaikan rumusan dengan mengubah menjadi ayat (4)

115

Bagian Kelima Mahasiswa Kedokteran Dan Residen

Diubah menjadi bagian kelima dari BAB III tentang penyelenggaraan pendidikan sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah.

116 117

118 119 120

a. mahasiswa kedokteran jenjang pendidikan akademis; b. mahasiswa kedokteran jenjang pendidikan profesi; dan c. mahasiswa kedokteran jenjang pendidikan lanjutan atau spesialis-subspesialis. Paragraf 3 Hak dan Kewajiban Mahasiswa profesi

Dihapus Dihapus Dihapus

Dihapus karena penjenjangan pendidikan sudah terakomodir dalam usulan pemerintah mengenai pendidikan kedokteran pada DIM No. 250 Konkordan dengan DIM No. 115 Konkordan dengan DIM No. 115 Konkordan dengan DIM No. 115

121

Paragraf 1 Hak dan Kewajiban Mahasiswa

Diubah menjadi paragraf 1 bagian kelima tentang Mahasiswa Kedokteran Dan Residen sesuai usul sistematika DIM Pemerintah Tetap Tetap Perbaikan rumusan

122 123 124

Pasal 11 (1) Setiap mahasiswa kedokteran berhak: a. memperoleh pelindungan hukum dalam mengikuti proses belajar mengajar baik di fakultas kedokteran maupun di Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan a.

Tetap Tetap memperoleh pelindungan hukum pada saat mengikuti kegiatan akademik profesional kedokteran baik penyelenggara pendidikan, rumah sakit pendidikan maupun di jejaring fasilitas pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

125

b.

memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan bagi Mahasiswa Kedokteran jenjang pendidikan profesi lanjutan atau spesialis-subspesialis.

Dihapus

Dihapus karena pengaturan hanya ditujukan untuk mahasiswa kedokteran. Sejalan dengan ketentuan umum, mahasiswa kedokteran merupakan peserta didik pada pendidikan
Page 15

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D kedokteran tahap I dan tahap II bukan lanjutan (spesialis-subspesialisasi).

126

b.

memperoleh hak cuti akademik dan jam pendidikan klinis yang tidak melebihi 48 jam dalam seminggu memperoleh asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, dan asuransi tanggung gugat dari penyelenggara pendidikan kedokteran; dan tidak mendapatkan kekerasan fisik dan psikologis selama mengikuti pendidikan kedokteran. Tetap Tetap

Penambahan substansi

127

c.

Penambahan substansi

128

d.

Penambahan substansi

129 130

(2) Setiap Mahasiswa Kedokteran berkewajiban: a. aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan metode pembelajaran; dan mengikuti seluruh rangkaian Pendidikan Kedokteran. c.

Tetap Tetap

131 132

b.

Tetap menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta disiplin praktik kedokteran; mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan penyelenggara pendidikan kedokteran, rumah sakit pendidikan, dan wahana pendidikan lainnya; dan menghormati hak pasien dan menjaga keselamatan pasien. Paragraf 2 Hak dan Kewajiban Residen Pasal 11A (1) Setiap peserta PPDS atau PPDGS berhak: a. memperoleh insentif di Rumah Sakit Pendidikan; b. memperoleh hak cuti akademik dan jam pendidikan klinis yang tidak melebihi 48 jam dalam seminggu;

Tetap Penambahan substansi

133

d.

Penambahan substansi

134 135

e.

Penambahan substansi Penambahan substansi

136 137 138 139

Penambahan substansi

Penambahan substansi Penambahan substansi

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 16

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

140

c. peserta PPDS atau PPDGS jenjang pendidikan profesi lanjutan berhak memperoleh dana bantuan pendidikan dari pemerintah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; d. memperoleh asuransi kesehatan, kecelakaan kerja, dan asuransi tanggung gugat dari penyelenggara pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi; dan e. tidak mendapatkan kekerasan fisik dan psikologis selama mengikuti pendidikan kedokteran. (2) Setiap peserta PPDS atau PPDGS berkewajiban: a. aktif mengembangkan potensi dirinya sesuai dengan metode pembelajaran.

Penambahan substansi

141

Penambahan substansi

142

Penambahan substansi

143 144

Penambahan substansi Penambahan substansi

145 146

b. mengikuti seluruh rangkaian Pendidikan Kedokteran; c. menjaga etika profesi dan etika rumah sakit serta disiplin praktik kedokteran; d. mengikuti tata tertib yang berlaku di lingkungan penyelenggara pendidikan kedokteran rumah sakit pendidikan, dan wahana pendidikan lainnya; dan e. menghormati hak pasien dan menjaga keselamatan pasien. Paragraf 4 Pendidik Paragraf 1 Pendidik

Penambahan substansi Penambahan substansi

147

Penambahan substansi

148

Penambahan substansi

149

Diubah menjadi paragraf 1 dari bagian ketujuh tentang sumber daya manusia Bab II tentang Penyelenggara sesuai dengan usul sistematika DIM Pemerintah Tetap Tetap

150 151 (1) Pendidik terdiri atas:

Pasal 12

Tetap Tetap

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 17

NO. A 152 a. dosen; dan

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C Tetap

KETERANGAN D Tetap Penjelasan ayat (1) huruf a Yang dimaksud dengan dosen dalam ketentuan ini adalah dosen sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai guru dan dosen. Perbaikan rumusan

153

b.

dokter pendidik klinis.

b. dosen klinis. .

154

(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Tetap

Penjelasan huruf b Yang dimaksud dengan dosen klinik dalam ketentuan ini adalah dosen yang melakukan pendidikan klinik dan pelayanan klinik yang dapat berasal dari fakultas kedokteran/kedokteran gigi, rumah sakit pendidikan atau wahana pendidikan lainnya Tetap Penjelasan: Bagi dosen yang bekerja di penyelenggara pendidikan kedokteran milik swasta, pengangkatan dan pemberhentian dilakukan oleh pejabat penyelenggara pendidikan kedokteran yang bersangkutan sesuai ketentuan.

155

(3)

Dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diangkat dan diberhentikan oleh pejabat yang berwenang setelah memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya: a. memiliki spesialis ijazah dokter spesialis atau dokter gigi

Penambahan substansi baru

156

Penambahan substansi baru Usulan perubahan klausul: a) ijazah dan/atau sertifikat kompetensi dokter spesialis atau dokter gigi spesialis

157

b. memiliki kemampuan dasar sebagai pendidik klinik yang diperoleh dari penyelenggara pendidikan kedokteran/kedokteran gigi yang terakreditasi; dan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Penambahan substansi baru Usulan perubahan klausul: b) memiliki kompetensi formal dalam pendidikan
Page 18

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D kedokteran dan/atau pengakuan kompetensi di bidang pendidikan kedokteran

158

c. memiliki surat tugas sebagai dokter di rumah sakit pendidikan.

Penambahan substansi baru Usulan perubahan klausul: c) memiliki kewenangan klinik di RSP dan/atau wahana pendidikan lainnya

159

Usulan penambahan klausul: d) Khusus dosen klinik yang berasal dari keilmuan biomedik, kedokteran komunitas, dan humaniora kedokteran yang bekerja di RSP dan/atau wahana pendidikan lainnya harus memiliki kompetensi formal dalam bidang masing-masing (3) Dokter pendidik klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berasal dari kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya selain di bidang pendidikan nasional. Dihapus Dihapus

160

161

(4)

Ketentuan lebih lanjut mengenai dosen klinis diatur oleh Menteri.

Penambahan substansi baru

162 163

Pasal 13 (1) Dokter pendidik klinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) dapat diangkat menjadi dosen setelah memenuhi persyaratan dan melalui proses penyetaraan.

Dihapus Dihapus

Dihapus Dihapus karena istilah dokter pendidik klinis sudah menjadi dosen klinis dan statusnya sama antara dosen klinis yang berasal dari fakultas maupun rumah sakit pendidikan adalah sama. Dihapus, Konkordan dengan DIM No. 160

164

(2) Dokter pendidik klinis yang sudah menjadi dosen, mempunyai hak dan kewajiban yang setara dengan dosen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a.

Dihapus

165 166
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Pasal 13 (1) Dosen Klinis baik yang berasal dari penyelenggara pendidikan kedokteran maupun rumah sakit pendidikan

Penambahan rumusan menjadi ayat (1) Pasal 13 Penambahan rumusan menjadi ayat (1) Pasal 13
Page 19

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C mempunyai hak, kewajiban, dan jenjang karir profesi yang sama.

KETERANGAN D

167

(3) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan

(2)

Hak dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sebagai berikut:

Perbaikan rumusan

168

a. memperoleh gaji dan tunjangan sebagai dosen klinis yang dibayarkan oleh institusi asal; b. memperoleh insentif kinerja atas pelayanan klinis dan pendidikan yang dilakukan; dan c. memiliki jenjang karir profesi dosen klinis yang terdiri atas lektor, profesor muda, profesor madya, dan profesor sesuai ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 14 Dokter pendidik klinis yang sudah menjadi dosen wajib mengikuti sertifikasi sebagai dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Kewajiban dosen klinis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-kurangnya sebagai berikut:

Perbaikan rumusan

169

Perbaikan rumusan

170

Perbaikan rumusan

171 172

Perbaikan rumusan

173

a. mengikuti sertifikasi dosen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. mengembangkan kemampuan akademik dan profesi untuk meningkatkan kompetensi; c. melaksanakan penelitian; dan tugas pelayanan, pendidikan, dan

Penambahan rumusan

174

Penambahan rumusan

175

Penambahan rumusan

176 177 (4)

d. melakukan kegiatan pengabdian masyarakat. Ketentuan lebih lanjut mengenai hak, kewajiban, dan jenjang karir profesi diatur oleh Menteri.

Penambahan rumusan Penambahan rumusan

178

Pasal 15

Dihapus

Dihapus

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 20

NO. A 179

DRAFT DPR B (1) Dokter pendidik klinis dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan akademik untuk memenuhi kualifikasi doktor. (2) Dokter pendidik klinis yang telah memenuhi kualifikasi doktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diangkat menjadi guru besar. Pasal 16 (1) Pendidik harus mengembangkan kemampuan akademik dan profesi untuk meningkatkan kompetensi. Dihapus

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D Dihapus karena sudah tertampung dalam DIM No. 76 164

180

Dihapus

Dihapus karena sudah tertampung dalam DIM No. 76 164 Dihapus Dihapus karena sudah tertampung kewajiban dosen klinis huruf b. Pasal 16 dalam

181 182

Dihapus Dihapus

183 184 (2) Pengembangan kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama antara fakultas kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan.

Perbaikan rumusan dan diubah menjadi Pasal sendiri.

Pengembangan kemampuan akademik dan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) huruf b menjadi tanggung jawab bersama antara penyelenggara pendidikan kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan. Tetap Tetap

185

Pasal 17

186

Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis ilmu kedokteran dapat menjadi pendidik tamu sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Paragraf 5 Tenaga Kependidikan

Warga negara asing yang mempunyai kompetensi dan kualifikasi akademis ilmu kedokteran dapat menjadi pendidik tamu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

187

Paragraf 2 Tetap

Diubah menjadi paragraf 2 dari bagian ketujuh tentang sumber daya manusia Bab II tentang Penyelenggara sesuai dengan usul sistematika DIM Pemerintah Tetap Perbaikan rumusan dengan mengacu kepada UU Sisdiknas

188 189

Pasal 18 (1) Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran dibantu oleh Tenaga Kependidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap Penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di fakultas kedokteran atau kedokteran gigi dan rumah sakit pendidikan dibantu oleh Tenaga Kependidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dihapus

190

(2) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari pegawai negeri sipil dan/atau
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Dihapus karena tanpa disebutkan secara tegas pun tidak akan mengubah arti.
Page 21

NO. A

DRAFT DPR B nonpegawai negeri sipil.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

191

(3) Tenaga Kependidikan nonpegawai negeri sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diangkat dan diberhentikan oleh pimpinan fakultas kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dihapus

Dihapus sudah terakomodir dalam DIM No. 84 187

192 193

Pasal 19 Tenaga Kependidikan bertugas membantu penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di fakultas kedokteran dan/atau Rumah Sakit Pendidikan.

Tetap Tenaga Kependidikan bertugas membantu penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran di fakultas pendidikan kedokteran/kedokteran gigi dan/atau Rumah Sakit Pendidikan dan fasiitas pelayanan kesehatan jejaringnya. Bagian Kesatu Standar Nasional Pendidikan Kedokteran Indonesia, Standar Kompetensi Dokter/Dokter Gigi dan Kurikulum Perbaikan rumusan

Tetap

194

Bagian Ketiga Kurikulum

Diubah menjadi bagian kesatu dari BAB III tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran sesuai dengan usulan sistematika DIM Pemerintah. Tetap Perbaikan rumusan dengan menyesuaikan dengan undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran yang mengatur bahwa standar pendidikan profesi dokter dan standar kompetensi dokter disusun oleh Kolegium dan disahkan oleh Konsil kedokteran. Penambahan substansi baru

195 196

Pasal 20 (1) Kurikulum disusun, dikembangkan, dan disahkan oleh suatu badan standarisasi berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran dan Standar Kompetensi Dokter. (1)

Tetap Kurikulum pendidikan kedokteran/kedokteran gigi dikembangkan oleh penyelenggara pendidikan kedokteran/kedokteran gigi yang bersangkutan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan kedokteran Indonesia dan standar kompetensi dokter Indonesia untuk setiap program studi.

197

(2) Pengembangan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diarahkan untuk menghasilkan dokter dalam rangka: a. pemenuhan pelayanan kesehatan di tingkat primer secara umum; b. pemenuhan kebutuhan dokter di daerah tertentu; dan c. pemenuhan kebutuhan dokter pendidik, peneliti dan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

198

Penambahan substansi baru

199 200

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru


Page 22

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C pengembang ilmu.

KETERANGAN D

Penjelasan: Dalam mengembangkan kurikulum, penyelenggara pendidikan kedokteran dapat memilih salah satu kriteria dokter di atas sebagai kompetensi pokok (core competency) lulusannya, atau menyediakan ketiganya untuk dipilih oleh peserta didik. 201 (2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. Dihapus Dihapus, karena Sisdiknas disesuaikan dengan UU

202 203

Pasal 21 Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) paling sedikit meliputi prinsip metode ilmiah, ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik, ilmu humaniora kedokteran, ilmu kedokteran komunitas, dan ilmu kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan kemajuan ilmu kedokteran serta sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran dan Standar Kompetensi Dokter. Pasal 22 Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan muatan lokal, potensi daerah dan mahasiswa kedokteran untuk memenuhi kebutuhan dokter dan dokter spesialissubspesialis. Pasal 23 (1) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) terdiri atas:
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 paling sedikit meliputi prinsip metode ilmiah, ilmu kedokteran dasar, ilmu kedokteran klinik, ilmu bioetika dan humaniora kedokteran, ilmu kedokteran komunitas, dan ilmu kesehatan masyarakat yang disesuaikan dengan kemajuan ilmu kedokteran serta sesuai dengan Standar Pendidikan kedokteran dan Standar kompetensi dokter dan dokter gigi. Tetap Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan disesuaikan dengan kemajuan ilmu kedokteran, muatan lokal, potensi daerah dan mahasiswa kedokteran untuk memenuhi kebutuhan dokter, dokter spesialis dan subspesialis Tetap Tetap

UU Sisidiknas pasal 29 (4) Kerangka dasar dan struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan dengan mengacu pada Standar Pendidikan Profesi Dokter. Tetap Perbaikan rumusan

204 205

Tetap Perbaikan rumusan

206 207

Tetap Tetap

Page 23

NO. A 208 a.

DRAFT DPR B pendidikan kedokteran; dan

USUL PEMERINTAH C Tetap

KETERANGAN D Tetap Penjelasan Yang dimaksud dengan standar nasional pendidikan kedokteran dalam ketentuan ini sama dengan standar pendidikan profesi dokter yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

209

b.

pendidikan dokter spesialis-subspesialis.

b.

pendidikan dokter spesialis dan subspesialis serta dokter gigi spesialis-subspesialis Standar Nasional Pendidikan Kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit memuat standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter dan dokter gigi, Rumah Sakit Pendidikan, wahana pendidikan lain, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

Perbaikan rumusan dengan menambah kata dokter gigi spesialis-subspesialis Perbaikan rumusan dengan dengan DIM No. 97 210 menyatukan

210

(2) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a paling sedikit memuat:

(2)

211

a.

standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter, Rumah Sakit Pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala; pengembangan kurikulum, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan; dan

Dihapus

Dihapus karena sudah dipindah ke DIM No 96 209.

212

b.

(3)

standar nasional pendidikan kedokteran Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum, pendidik, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. pemantauan, pelaporan pencapaian, dan pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran Indonesia dilakukan dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

Perbaikan rumusan dan diubah menjadi ayat (3)

213

c.

pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, pemantauan dan pelaporan pencapaiannya Pendidikan Kedokteran dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

(4)

Perbaikan rumusan dan diubah jadi ayat (4)

214

(3) Standar Nasional Pendidikan Kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit memuat:

(5)

Standar pendidikan dokter spesialis-subspesialis dan dokter gigi spesialis-subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b paling sedikit memuat:

Perbaikan rumusan dan diubah jadi ayat (5)

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 24

NO. A 215

DRAFT DPR B a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter spesialis-subspesialis, Rumah Sakit Pendidikan, Pendidik, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan;

USUL PEMERINTAH C a. standar isi, proses, kompetensi lulusan dokter spesialis dan subspesialis, Rumah Sakit Pendidikan, wahana pendidikan lainnya, Pendidik, Tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan spesialis dan subspesialis; Dihapus

KETERANGAN D Perbaikan rumusan dengan penyesuaian untuk residensi

216

b. penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala; c. standar kontrak kerja sama antara Rumah Sakit Pendidikan dengan mahasiswa pendidikan spesialis-subspesialis;

217

b. standar kontrak kerja antara Rumah Sakit Pendidikan dengan residen pendidikan spesialis dan fellow subspesialis. Penjelasan Yang dimaksud dengan Fellow dalam ketentuan ini adalah peserta didik untuk program pendidikan kedokteran subspesialissubspesialis

Standarisasi kontrak antara penyelenggara pendidikan kedokteran dengan rumah sakit pendidikan ditujukan untuk dapat memastikan bahwa penyelenggaraan pendidikan kedokteran dapat berjalan dengan baik

218

d. standar pola pemberian insentif untuk mahasiswa pendidikan spesialis-subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan;

c. standar pola pemberian insentif untuk residen pendidikan spesialis dan fellow subspesialis atas kinerjanya sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

Standarisasi pola pemberian insentif bagi residen dan fellow ditujukan untuk memastikan adanya remunerasi yang tepat bagi pemberi pelayanan kesehatan.

219

e. pengembangan kurikulum, Pendidik, Tenaga Kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan; f. pengembangan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran, pemantauan dan pelaporan pencapaiannya Pendidikan Kedokteran dalam rangka penjaminan dan pengendalian mutu pendidikan.

Tetap

Tetap

220

Tetap

Tetap

221 222

Pasal 23A Standar pendidikan dokter spesialis-subspesialis atau dokter gigi spesialis-subspesialis disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia. Penjelasan:
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru dengan penyesuaian terhadap undang-undang nomor 29 Tahun 2004 tentang praktik Kedokteran

Page 25

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C Yang dimaksud dengan Konsil Kedokteran Indonesia dalam ketentuan ini adalah Konsil Kedokteran Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang mengenai praktik kedokteran.

KETERANGAN D

223 224

Pasal 24 Standar Kompetensi Dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) paling sedikit memuat: a. etika, moral, medikolegal, profesionalisme, dan keselamatan pasien; b. komunikasi efektif; c. keterampilan klinis; d. landasan ilmiah ilmu kedokteran; e. pengelolaan masalah kesehatan; f. pengelolaan informasi; dan g. pengembangan wawasan dan pengembangan diri.

Tetap Tetap

Tetap Tetap

225

Tetap

Tetap

226 227 228 229 230 231 232 233

Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Pasal 24A Standar kompetensi dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) paling sedikit memuat: a. b. profesionalisme; penguasaan ilmu pengetahuan kedokteran dan kedokteran gigi; pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik; pemulihan fungsi stomatognatik; kesehatan gigi dan mulut masyarakat; dan

Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

Comment [s7]: Perlu diberi komunikasi efektif yang dimaks

234 235

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

236 237 238

c. d. e.

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 26

NO. A 239 240 241

DRAFT DPR B f.

USUL PEMERINTAH C manajemen praktik kedokteran gigi. Pasal 24B Penetapan dan perubahan standar kompetensi dokter atau dokter gigi disusun disusun oleh kolegium kedokteran atau kolegium kedokteran gigi, asosiasi institusi pendidikan kedokteran atau asosiasi institusi pendidikan kedokteran gigi, dan disahkan oleh KKI.

KETERANGAN D Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

242 243

Pasal 25 Fakultas kedokteran wajib menerapkan kurikulum berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Kedokteran dan Standar Kompetensi Dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1). (1) Fakultas kedokteran yang tidak menerapkan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; b. penutupan sementara; dan c. pencabutan izin. (1)

Tetap Penyelenggara pendidikan kedokteran wajib menerapkan kurikulum berdasarkan Standar nasional pendidikan kedokteran Indonesia dan standar kompetensi dokter/dokter gigi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22. Program Studi Kedokteran dan Kedokteran Gigi yang tidak menerapkan kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenakan sanksi berupa: Tetap Tetap Tetap Pasal 25A Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan dan evaluasi penerapan standar nasional pendidikan, kurikulum, dan standar kompetensi dokter/dokter gigi serta penindakan pelanggaran diatur oleh Menteri. Perbaikan rumusan

Tetap

244

(2)

Perbaikan rumusan

245 246 247 248 249

Tetap Tetap Tetap Penambahan substansi Perbaikan rumusan

250

Bagian Keempat Jenjang Pendidikan Kedokteran Pasal 26

Bagian Kedua Jenjang Pendidikan Kedokteran Tetap

Diubah menjadi bagian kedua dari BAB III sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah. Tetap

251

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 27

NO. A 252

DRAFT DPR B (1) Jenjang Pendidikan Kedokteran terdiri atas: (1) Tetap

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D Tetap Penjelasan: Sistem Pendidikan Kedokteran adalah satu kesatuan akademik profesi Perbaikan rumusan

253

a.

program pendidikan akademik; dan

a. pendidikan akademik profesi tahap I; penjelasan: Yang dimaksud dengan pendidikan akademik profesi tahap I dalam ketentuan ini adalah pendidikan kedokteran tahap I yang akan menghasilkan lulusan dengan gelar Sarjana Kedokteran (SKed) atau Sarjana Kedokteran Gigi (SKG).

254

b.

program pendidikan profesi.

b. pendidikan akademik profesi tahap II; penjelasan: Yang dimaksud dengan pendidikan akademik profesi tahap II dalam ketentuan ini adalah pendidikan kedokteran setelah pendidikan tahap I yang diikuti oleh para sarjana kedokteran atau sarjana kedokteran gigi dalam rangka pemahiran profesi yang akan menghasilkan lulusan dengan gelar dokter Magister Kedokteran (dr.MKed) atau dokter gigi Magister Kedokteran Gigi (drg.MKG).

Perbaikan rumusan Usulan penambahan klausul: Level Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia untuk profesi dokter dan dokter gigi adalah level 8. Perlu ada kesepakatan tentang waktu pemberlakuan semua institusi pendidikan dokter dan dokter gigi agar dapat menghasilkan lulusan yang mencapai learning outcomes level 8 untuk pendidikan dokter dan dokter gigi Perlu ada sistem penjaminan mutu yang baik untuk memastikan lulusan dokter dan dokter gigi yang memenuhi kualifikasi level 8

255

c. pemandirian/internsip bagi dokter MKed; penjelasan: Yang dimaksud dengan Pemandirian/internsip adalah program pra registrasi berupa penempatan dokter di fasilitas pelayanan kesehatan diatur oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan, di bawah pembinaan dan supervisi Kementerian Pendidikan Nasional, organisasi profesi asosiasi institusi pendidikan kedokteran Indonesia, dan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Penambahan substansi baru Penjelasan: Internsip dimasukkan pada RUU Dikdok untuk memperkuat aspek afirmasi (sebagai payung hukum) Internsip masuk pada ranah pendidikan non formal

Page 28

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C organisasi profesi kedokteran d. pendidikan akademik profesi lanjutan; dan penjelasan: Yang dimaksud dengan pendidikan akademik profesi lanjutan dalam ketentuan ini adalah pendidikan spesialissubspesialisasi bidang kedokteran. Dokter spesialis-subspesialis berhak mengajukan disertasi dan memperoleh gelar doktor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

KETERANGAN D

256

Penambahan substansi baru Usulan penambahan klausul: Level Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia untuk pendidikan spesialis adalah level 9. Perlu ada kesepakatan tentang waktu pemberlakuan semua institusi pendidikan dokter dan dokter gigi agar dapat menghasilkan lulusan yang mencapai learning outcomes level 9 untuk pendidikan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis Perlu ada sistem penjaminan mutu yang baik untuk memastikan lulusan dokter spesialis dan dokter gigi spesialis yang memenuhi kualifikasi level 9

257

e. Setiap dokter spesialis dapat memperdalam ilmunya melalui pelatihan pendidikan subspesialis.

Usulan penambahan klausul: Pendidikan subspesialis adalah pendidikan non formal yang tidak terstruktur dan tidak berjenjang, serta diselenggarakan oleh profesi Sistem penjaminan mutu pendidikan spesialis dan sub spesialis harus sama dan akan dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM)

258

f.

pendidikan akademik lanjutan

Penambahan substansi baru

penjelasan: Yang dimaksud dengan pendidikan akademik lanjutan dalam ketentuan ini meliputi pendidikan strata magister dan doktor bidang biomedik kesehatan masyarakat, manajemen kesehatan, humaniora, dan bidang lain yang serumpun. 259
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(2)

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemandirian/internsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur oleh

Penambahan substansi baru


Page 29

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

KETERANGAN D Penjelasan: Aturan operasional terkait implementasi internsip akan diatur lebih lanjut melalui Peraturan Pemerintah Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 121-123 250-253 Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 121-123 250-253 Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 121-123 250-253 Tetap Perbaikan rumusan

260

(2) Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri atas: a. dokter dan dokter gigi; dan b. dokter spesialis-subspesialis spesialis-subspesialis. Pasal 27 dan dokter gigi

Dihapus

261 262 263 264

Dihapus Dihapus Tetap Program pendidikan akademik profesi lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan kedokteran yang terakreditasi dengan nilai tertinggi untuk program studi pendidikan kedokteran bekerja sama dengan kolegium kedokteran dan rumah sakit pendidikan.

Program pendidikan profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2) huruf b dapat diselenggarakan oleh fakultas kedokteran yang dikelola swasta.

Penjelasan Yang dimaksud dengan Penyelenggara pendidikan kedokteran dalam ketentuan ini meliputi penyelenggara pendidikan kedokteran milik pemerintah maupun swasta 265 Bagian Ketiga Penjaminan Mutu Penambahan substansi baru menjadi bagian ketiga dari BAB III penyelenggaraan sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah. Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

266 267 (1)

Pasal 27A Setiap penyelenggaraan pendidikan kedokteran wajib mengembangkan Sistem Penjaminan Mutu. Sistem Penjaminan Mutu dilakukan secara internal dan eksternal. Penjaminan mutu internal dilakukan melalui evaluasi diri, audit akademik yang dilakukan unit penjaminan mutu institusi bekerja sama dengan kolegium kedokteran atau kedokteran gigi.

268

(2)

Penambahan substansi baru

269

(3)

Penambahan substansi baru

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 30

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

270

(4)

Penjaminan mutu eksternal dilakukan oleh melalui lembaga akreditasi eksternal pendidikan kedokteran dan kedokteran gigi yang diakui oleh pemerintah. atau monitoring dan evaluasi Akreditasi dilakukan oleh lembaga akreditasi mandiri yang diakui oleh pemerintah.

Penambahan substansi baru

271

(5)

Penambahan substansi baru Penjelasan: Sistem penjaminan mutu eksternal program studi kedokteran, kedokteran gigi, spesialis dan sub spesialis akan dilakukan oleh Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Penambahan substansi baru

272

(6)

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem penjaminan mutu, diatur dengan peraturan Menteri. Bagian Kesepuluh Penelitian dan Pengembangan di Bidang Kesehatan

273

Penambahan substansi baru menjadi bagian kesepuluh BAB III Penyelenggaraan sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah. Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

274 275 (1)

Pasal 27B Penyelenggara pendidikan kedokteran wajib melaksanakan penelitian kedokteran meliputi antara lain penelitian biomedik, klinis, epidemiologi, humaniora, dan kependidikan kedokteran. Penelitian kedokteran yang menggunakan manusia dan hewan percobaan sebagai subjek penelitian harus mendapatkan persetujuan etik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggaraan penelitian kedokteran mengacu kepada Peraturan Perundangan yang berlaku. Pemerintah memberikan bantuan untuk penyediaan sumber daya manusia dan sarana prasarana penelitian. Bagian Keenam Rumah Sakit Pendidikan Dan Wahana Pendidikan Lainnya

276

(2)

Penambahan substansi baru

277

(3)

Penambahan substansi baru

278

(4)

Penambahan substansi baru

279

Bagian Kelima Rumah Sakit Pendidikan


DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Diubah menjadi bagian keenam bab II tentang penyelenggara pendidikan kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah
Page 31

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

280

Paragraf 1 Umum Pasal 28 Tetap Tetap

281

282

(1)

Rumah sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penetapan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2)

Tetap

Tetap

283

(2)

Penetapan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakaaan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setelah berkoordinasi dengan Menteri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Perbaikan rumusan

284

(3)

Perbaikan rumusan Penjelasan: Aturan lebih lanjut terkait RSP milik Kemdikbud akan dituangkan dalam SOP (aturan Dirjen Dikti) sedangkan RSP milik Kemkes, Pemda, TNI/Polri, Kementerian lain dan Swasta akan dituangkan dalam SKB antara Kemdikbud dan pihak-pihak yang tersebut diatas Tetap

285

Pasal 29

Tetap

286

Persyaratan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) paling sedikit : a. memiliki teknologi kedokteran yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; b. mempunyai Pendidik dengan kualifikasi dokter spesialissubspesialis sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c. mempunyai program penelitian secara rutin; dan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

287

Tetap

Tetap

288

Tetap

Tetap

289

Tetap

Tetap
Page 32

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

290

d. memenuhi standar nasional Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Tetap

Tetap

291 292 293

e. memiliki izin operasional rumah sakit yang masih berlaku; f. terakreditasi secara nasional dan/atau internasional; dan

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

g. memiliki perjanjian kerja sama dengan penyelenggara pendidikan kedokteran. Pasal 30 (1) Rumah sakit pendidikan harus dievaluasi secara berkala setelah memenuhi persyaratan dan standar yang ditetapkan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang kesehatan. Pasal 30 Standar Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) paling sedikit: a. memiliki standar peralatan medis; b. memiliki standar pelayanan rumah sakit; dan c. memiliki dokter dan dokter klinis. (2) Tetap Standar rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) paling sedikit: a. standar visi, misi, komitmen, dan persyaratan; b. standar manajemen dan administrasi; c. standar sumber pendidikan klinik; daya manusia untuk program

294 295

Tetap Penambahan substansi baru

296 297

Tetap Diubah menjadi ayat (2)

298 299 300

Perbaikan rumusan Perbaikan rumusan Perbaikan rumusan

301

d. standar penunjang pendidikan; dan

Penambahan substansi baru

302

e. standar perancangan dan pelaksanaan pendidikan klinis yang berkualitas. Pasal 30A

program

Penambahan substansi baru

303 304
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru


Page 33

Rumah sakit pendidikan harus mengutamakan mutu pelayanan

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C dan keselamatan pasien dalam melaksanakan pendidikan kedokteran.

KETERANGAN D

305 306 307 308 309 310 311

Pasal 31 Rumah Sakit Pendidikan mempunyai fungsi di bidang: a. pelayanan kesehatan; b. pendidikan; dan c. penelitian. Pasal 32 (1) Rumah Sakit Pendidikan dibidang pelayanan kesehatan bertugas: a. menyelenggarakan layanan medis, penunjang medis, administrasi dan manajemen; dan memberikan pelayananan kesehatan sekunder dan tersier.

Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap (1) Rumah Sakit Pendidikan di bidang pelayanan kesehatan bertugas: Tetap

Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Perbaikan rumusan

Comment [s8]: 8 feb - Kata dipisah karena merupakan kata

312

Tetap

313

b.

Tetap

Tetap

314

(2) Tugas di bidang pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan.

(2)

Tugas di bidang pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

Perbaikan rumusan

Comment [A9]: DPR mengk perubahan redaksional dan se pemerintah

315 316 317

Pasal 33 (1) Rumah Sakit Pendidikan dibidang pendidikan bertugas: a. menyelenggarakan pendidikan klinis kedokteran;

Tetap Tetap a. menyelenggarakan pendidikan klinis kedokteran dengan tetap mengutamakan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien;

Tetap Tetap Perbaikan rumusan

318

b. mengaplikasi, menerapkan dan mempromosikan keterampilan dan keahlian klinik dari dokter;
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap
Page 34

NO. A 319

DRAFT DPR B c. mendukung perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan dan melakukan koreksi dalam proses pendidikan profesi kedokteran; dan d. sebagai pusat etika kedokteran. Tetap

USUL PEMERINTAH C Tetap

KETERANGAN D

320 321

Tetap Tetap

Tetap Tetap

(2) Tugas di bidang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab Menteri. Pasal 34 (1) Rumah Sakit Pendidikan di bidang penelitian bertugas: a. menapis dan mengadopsi teknologi kedokteran; b. melakukan penelitian dan/atau pengembangan ilmu kesehatan; c. mengembangkan pusat unggulan; dan d. mengembangkan penelitian dalam satu kesatuan tujuan kemajuan Pendidikan Kedokteran dan ilmu biomedis. (2) Tugas di bidang penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama antara Menteri dan menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan serta berkoordinasi dengan menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang riset dan teknologi.

322 323 324 325

Tetap

Tetap

Tetap Tetap

Tetap Tetap

326 327

Tetap Tetap

Tetap Tetap

328

(2)

Tugas di bidang penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab bersama antara Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan serta berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan tugas dan tanggung jawabnya di bidang riset dan teknologi. Pasal 34A

Perbaikan rumusan

Comment [s10]: Konsistens

329

Penambahan substansi baru Catatan: Apakah badan penyelenggaraan rumah sakit pendidikan harus berupa badan hukum yang terpisah dari institusi pendidikan? - Sebaiknya diperbolehkan berupa satu badan hukum Penambahan substansi baru
Page 35

330
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(1)

Rumah sakit pendidikan dapat dimiliki oleh penyelenggara pendidikan dan/atau pihak lainnya sesuai ketentuan

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C peraturan perundang-undangan.

KETERANGAN D

331

(2)

Dalam hal rumah sakit pendidikan milik penyelenggara pendidikan, bentuk kerjasama di atur dengan peraturan internal.

Penambahan substansi baru

332

(3)

Dalam hal rumah sakit pendidikan merupakan milik pihak lain, bentuk kerjasamanya harus tertuang dalam perjanjian kerjasama. Pasal 34B

Penambahan substansi baru

333 334 335

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

Jenis-jenis rumah sakit pendidikan terdiri atas: a. Rumah sakit pendidikan utama;

Penjelasan: Yang dimaksud dengan rumah sakit pendidikan utama dalam ketentuan ini adalah rumah sakit yang memiliki kerjasama dengan penyelenggara pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi atau sebagian besar modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar pendidikan kedokteran. 336 b. Rumah sakit pendidikan afiliasi; dan Penambahan substansi baru

penjelasan Yang dimaksud dengan rumah sakit pendidikan afiliasi dalam ketentuan ini adalah rumah sakit khusus atau umum dengan unggulan tertentu yang menjadi pusat rujukan pelayanan medik tertentu yang memiliki kerjasama dengan penyelenggara pendidikan dan rumah sakit pendidikan utamanya dalam menyelenggarakan pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi modul pendidikan tertentu secara utuh dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar pendidikan kedokteran. 337
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

c.

Rumah sakit pendidikan satelit

Penambahan substansi baru


Page 36

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C penjelasan Yang dimaksud dengan rumah sakit pendidikan satelit dalam ketentuan ini adalah rumah sakit yang memiliki kerjasama dengan penyelenggara pendidikan kedokteran dan rumah sakit pendidikan utama sebagai rumah sakit jejaring pendidikan yang menyelenggarakan pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi atau sebagian modul pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan standar pendidikan kedokteran. Pasal 34C (1) Wahana pendidikan lainnya meliputi: a. puskesmas; b. laboratorium; dan c. fasilitas kesehatan lain. (2) Wahana pendidikan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki kerjasama dengan penyelenggara pendidikan kedokteran.

KETERANGAN D

338 339 340 341 342 343

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

344

Paragraf 2 Kerja Sama Penyelenggara Pendidikan Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan Pasal 35 (1) Setiap Rumah Sakit Pendidikan hanya dapat bekerja sama dengan 1 (satu) fakultas kedokteran. (1) Pasal 35 Setiap Rumah Sakit Pendidikan utama hanya dapat bekerja sama dengan 1 (satu) penyelenggara pendidikan kedokteran sebagai rumah sakit pendidikan utamanya. Selain kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), rumah sakit pendidikan utama dapat menjadi rumah sakit afiliasi bagi penyelenggara pendidikan kedokteran lainnya. Dalam hal rumah sakit pendidikan tidak menjadi rumah sakit pendidikan utama, dapat menjadi rumah sakit satelit bagi paling banyak 3 (tiga) penyelenggara pendidikan kedokteran.

Penambahan paragraf baru sesuai dengan usulan sistematika DIM Pemerintah

345 346

Tetap Penambahan substansi baru

347

(2)

Penambahan substansi baru

348

(3)

Penambahan substansi baru

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 37

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

349 350 (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus terintegrasi secara manajerial dan finansial. (1)

Pasal 35A Kerja sama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 harus dilaksanakan secara terintegrasi.

Penambahan substansi baru Perbaikan rumusan. Integrasi finansial akan sulit dilakukan mengingat antara penyelenggara pendidikan kedokteran dan rumah sakit memiliki satuan kerja yang berbeda (kementerian pendidikan nasional dan kementerian kesehatan). Penambahan substansi baru

351

(2)

Integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan integrasi fungsional di bidang manajerial.

Penjelasan Integrasi yang dilakukan merupakan integrasi fungsional yang meliputi integrasi strategis atau operasional. Integrasi strategis dilakukan dalam bentuk perencanaan strategis, monitoring, dan evaluasi bersama antara penyelenggara pendidikan kedokteran dan rumah sakit pendidikan. 352 (3) Selain integrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penyelenggara pendidikan kedokteran dan rumah sakit pendidikan beserta jejaringnya dapat melakukan integrasi struktural. Penambahan substansi baru Penjelasan: Aturan terkait pengangkatan pimpinan Rumah Sakit Pendidikan akan diatur oleh Undangundang yang berlaku (apakah berlaku untuk semua RSP yang dibangun Dikti saja atau RSP dengan kepemilikan yang berbeda-beda) Dihapus Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 161 328 Dihapus karena sudah tertampung dalam Pasal 4A usul Pemerintah

353 354

Pasal 36 (1) Fakultas kedokteran dapat bekerja sama dengan lebih dari 1 (satu) Rumah Sakit Pendidikan. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa afiliasi dengan rumah sakit milik swasta, rumah sakit umum daerah, rumah sakit milik kementerian lain dan rumah sakit milik lembaga pemerintah nonkementerian. Bagian Keenam Kerja Sama
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Dihapus Dihapus

355

Dihapus

356

Dihapus

Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi


Page 38

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

357 358

Pasal 37 (1) Fakultas kedokteran dapat melakukan kerja sama dengan lembaga lain dan rumah sakit, baik di dalam maupun di luar negeri. (2) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan ke dalam bentuk perjanjian kerja sama. (3) Perjanjian kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat: a. maksud dan tujuan;

Dihapus Dihapus

Dihapus Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi

359

Dihapus

Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi Dihapus karena sudah diatur dalam RUU Pendidikan Tinggi

360

Dihapus

361

Dihapus

362

b. ruang lingkup;

Dihapus

363 364

c. hak dan kewajiban; dan d. kewenangan dan tanggung jawab.

Dihapus Dihapus

365

(4) Perjanjian kerja sama yang dilakukan dengan lembaga pendidikan tinggi luar negeri harus memperhatikan prinsip-prinsip lokal.

Dihapus

366

Paragraf 3 Hak Dan Kewajiban Penyelenggara Pendidikan Kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan Pasal 35B Dalam penyelenggaraan kerjasama, penyelenggara pendidikan kedokteran berhak: a. mengizinkan dosen klinis penyelenggara pendidikan kedokteran yang bersangkutan untuk bekerja di rumah sakit pendidikan lain; dan

Penambahan substansi baru

367 368

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

369

Penambahan substansi baru

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 39

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

370

b.

mendapatkan fasilitas pendidikan di rumah sakit pendidikan yang bersangkutan. Pasal 38

Penambahan substansi baru

371 372

Pasal 38 Fakultas kedokteran dalam perjanjian kerja sama wajib:

Dalam penyelenggaraan kerjasama, penyelenggara pendidikan kedokteran berkewajiban: Tetap

Perbaikan rumusan

373

a.

mengirimkan Mahasiswa Kedokteran untuk melakukan pembelajaran, penelitian dan/atau bekerja di Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung rumah sakit tersebut; membayar biaya operasional yang diperlukan dalam praktik di Rumah Sakit Pendidikan; dan mengatur pelaksanaan Pendidikan Kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Tetap

374

b. c.

Tetap

Tetap

375

Tetap

Tetap Penjelasan: Rumah Sakit Pendidikan menjalankan pendidikan kedokteran sesuai dengan kurikulum fakultas kedokteran.

376 377

Pasal 39 Rumah Sakit Pendidikan dalam perjanjian kerja sama berhak: a. menentukan jumlah Mahasiswa Kedokteran yang dapat melakukan pembelajaran, penelitian dan/atau bekerja di Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung; dan mengatur pelaksanaan Pendidikan Kedokteran yang disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal 40

Pasal 39 Dalam penyelenggaraan kerjasama, rumah sakit pendidikan berhak: Tetap Perbaikan rumusan

378

Tetap

379

b.

Tetap

Tetap

380

Pasal 40

Tetap

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 40

NO. A 381

DRAFT DPR B Rumah Sakit Pendidikan wajib:

USUL PEMERINTAH C Dalam penyelenggaraan kerjasama, rumah sakit pendidikan berkewajiban: a. meningkatkan daya saing mutu Pendidikan Kedokteran dan mutu pelayanan bersama dengan penyelenggara pendidikan kedokteran; dan meningkatkan kompetensi Mahasiswa Kedokteran dan/atau Mahasiswa Kedokteran Gigi secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran; Tetap Tetap

KETERANGAN D Perbaikan rumusan

382

a. meningkatkan daya saing Pendidikan Kedokteran dan mutu pelayanan;

Perbaikan rumusan

383

b. meningkatkan mutu kompetensi Mahasiswa Kedokteran sesuai dengan Standar Kompetensi Dokter;

b.

Perbaikan rumusan

384 385

c. menjalankan tata kelola yang efisien; d. meningkatkan manajemen Rumah Sakit Pendidikan dengan peningkatan pendayagunaan dan pembinaan sumber daya manusia; e. menyiapkan kondisi dan tata guna bangunan yang memadai sebagai Rumah Sakit Pendidikan; f. menyediakan fasilitas peralatan Pendidikan Kedokteran sesuai dengan perkembangan teknologi kedokteran dan kebutuhan masyarakat berdasarkan fungsi dan kualifikasinya; g. meningkatkan dan mengembangkan fasilitas Rumah Sakit Pendidikan; h. memenuhi pedoman standarisasi Rumah Sakit Pendidikan; dan i. meningkatkan penelitian profesi dokter di Rumah Sakit Pendidikan.

Tetap Tetap

386

Tetap

Tetap

387

Tetap

Tetap

388

Tetap

Tetap

389 390

Tetap i. meningkatkan penelitian profesi dokter kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan. Paragraf 4 Kerjasama Penyelenggara Pendidikan Kedokteran Dengan Wahana Pendidikan Lainnya Pasal 40A Perbaikan rumusan

Tetap

391

Penambahan substansi baru

392

Penambahan substansi baru

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 41

NO. A 393

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C Penyelenggara pendidikan kedokteran dalam perjanjian kerja sama berkewajiban: a. mengirimkan Mahasiswa Kedokteran untuk melakukan pembelajaran, penelitian dan/atau bekerja di wahana pendidikan lainnya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung rumah sakit tersebut; b. membayar biaya operasional yang diperlukan dalam praktik di wahana pendidikan lainnya; dan c. mengatur pelaksanaan Pendidikan Kedokteran dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 40B Penyelenggara pendidikan kedokteran berhak sesuai

KETERANGAN D Penambahan substansi baru

394

Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru

395

Penambahan substansi baru

396 397

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

398 399

b.

mengizinkan dosen klinis penyelenggara pendidikan kedokteran yang bersangkutan untuk bekerja di wahana pendidikan lain; dan mendapatkan fasilitas pendidikan di wahana pendidikan lain yang bersangkutan. Pasal 40C

Penambahan substansi baru

400

b.

Penambahan substansi baru

401 402

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

Dalam perjanjian kerja sama wahana pendidikan lainnya berhak menentukan jumlah Mahasiswa Kedokteran yang dapat melakukan pembelajaran, penelitian dan/atau bekerja di wahana pendidikan lainnya sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. Pasal 40D Dalam perjanjian kerja sama wahana pendidikan lainnya berwajiban: a. menjalankan tata kelola yang efisien;
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

403 404

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru


Page 42

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

405 406

b. meningkatkan manajemen wahana pendidikan lainnya dengan peningkatan pendayagunaan dan pembinaan sumber daya manusia; c. menyiapkan kondisi dan tata guna bangunan yang memadai sebagai wahana pendidikan lainnya; d. menyediakan fasilitas peralatan Pendidikan Kedokteran sesuai dengan perkembangan teknologi kedokteran dan kebutuhan masyarakat berdasarkan fungsi dan kualifikasinya; e. meningkatkan dan mengembangkan pendidikan lainnya; dan fasilitas wahana

Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru

407

Penambahan substansi baru

408

Penambahan substansi baru

409 410

f. menggunakan standar prosedur operasional pelayanan yang disepakati bersama dengan penyelenggara pendidikan kedokteran. Bagian Ketujuh Lulusan Bagian Ketujuh Uji Kompetensi

Penambahan substansi baru

411

Diubah menjadi bagian ketujuh dari BAB III tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah

412

Pasal 41

Tetap Tetap

413

(1) Mahasiswa Kedokteran yang telah menyelesaikan pendidikan akademik dan pendidik profesi wajib mengikuti uji kompetensi dokter sebelum disumpah sebagai dokter.

(1)

Mahasiswa Kedokteran yang telah menyelesaikan pendidikan wajib mengikuti uji kompetensi dokter yang bersifat nasional sebelum mengangkat sumpah sebagai dokter.

Perbaikan rumusan

Penjelasan: Uji kompetensi dapat terdiri atas 2 tahapan yaitu uji kompetensi akademik dan uji kompetensi akademik-profesi. Dipikirkan beda uji negara yang dulu bukan uji nasional yang sekarang. 41 (2) Pelaksanaan uji kompetensi dokter sebagaimana (2) Pelaksanaan uji kompetensi dokter/dokter gigi Perbaikan rumusan
Page 43

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A 4

DRAFT DPR B dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh fakultas kedokteran bekerja sama dengan suatu badan independen yang mempunyai kompetensi bidang kedokteran.

USUL PEMERINTAH C sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh kolegium kedokteran/kedokteran gigi bekerja sama dengan penyelenggara pendidikan kedokteran.

KETERANGAN D

Pasal 41A 415 416 417 Ketentuan lebih lanjut mengenai uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur oleh Menteri. Bagian Keenam Kepaniteraan Klinik Pasal 41B 418 (1) Dalam rangka menjalankan kepaniteraan klinik, mahasiswa kedokteran diberi kewenangan di bawah supervisi untuk melakukan pelayanan kesehatan. (2) 420 Mahasiswa kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetap harus mematuhi ketentuan kode etik dokter, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur keprofesian. Bagian Kedelapan Internsip

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

419

Penambahan substansi baru

421

Diubah menjadi bagian kedelapan dari BAB III tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Penambahan substansi baru Perbaikan rumusan

422 423 (3) Mahasiswa Kedokteran yang telah disumpah sebagai dokter wajib melaksanakan ikatan dinas, atau mengikuti wajib kerja sarjana, atau mengikuti pegawai tidak tetap. (2) 424

Pasal 41C (1) Setiap dokter yang telah mengangkat sumpah dokter wajib mengikuti program internsip dalam rangka pemahiran kemandirian. Dokter yang telah mengikuti program internsip atas biaya pemerintah wajib memenuhi ikatan dinas untuk melakukan pelayanan kesehatan di daerah. Pelaksanaan lebih lanjut mengenai program internsip dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

Penambahan substansi baru

425

(4) Ketentuan mengenai ikatan dinas, atau wajib kerja sarjana, atau pegawai tidak tetap diatur dengan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(3)

Perbaikan rumusan
Page 44

NO. A

DRAFT DPR B Peraturan Pemerintah.

USUL PEMERINTAH C perundang-undangan.

KETERANGAN D

426

Bagian Kesembilan Program Pendidikan Dokter Spesialis dan Subspesialis Residensi PPDS

Diubah menjadi bagian kesembilan dari BAB III tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Penambahan substansi baru

Pasal 41D 427 (1) 428 Dalam rangka program pendidikan dokter/dokter gigi spesialis-subspesialis, penyelenggara pendidikan kedokteran dapat mendidik dokter spesialis dan subspesialis residen di rumah sakit pendidikan dan/atau jejaringnya. Residen Dokter spesialis dan subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang akan menyelesaikan pendidikannya, dapat ditempatkan di rumah sakit jejaring pelayanan untuk jangka waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan. Dalam hal adanya peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan, penyelenggara pendidikan kedokteran dapat meningkatkan kapasitas penerimaan calon mahasiswa dan residen dokter spesialis dan subspesialis atas permintaan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan. Bagian Kedua Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan Tetap (1) Beasiswa dapat diberikan kepada mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan kedokteran dalam bentuk beasiswa ikatan dinas atau beasiswa bersyarat dalam rangka pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan kedokteran dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Penambahan substansi baru

(2) 429

Penambahan substansi baru

(3) 430

Penambahan substansi baru

431

Bagian Kedelapan Beasiswa dan Bantuan Biaya Pendidikan Pasal 42 (1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan dapat diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran untuk menjamin pemerataan kesempatan memperoleh Pendidikan Kedokteran.

432 433

Diubah menjadi bagian Pendanaan sesuai usul Pemerintah Tetap

kedua Bab IV sistematika DIM

Perbaikan rumusan untuk dapat menampung semua jenis bantuan/beasiswa

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 45

NO. A 434

DRAFT DPR B (2)

USUL PEMERINTAH C Bantuan biaya hidup diberikan kepada dokter yang sedang menjalani internship dalam bentuk bantuan bersyarat.

KETERANGAN D Penambahan substansi baru

435

(2) Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk beasiswa ikatan dinas atau beasiswa bersyarat. (3) Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk bantuan bersyarat. (4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari: a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah; b. fakultas kedokteran; atau c. pihak lain. Pasal 43 (1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan yang bersumber dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (4) huruf a, diberikan kepada Mahasiswa Kedokteran dengan kewajiban ikatan dinas untuk ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (4) huruf b diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan fakultas kedokteran. (3) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (4) huruf c diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain. Pasal 44 (1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan dapat diberikan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Dihapus

436

Dihapus

437

Tetap

Tetap

438 439 440 441 442

Tetap b. penyelenggara pendidikan kedokteran; atau Tetap Tetap Tetap Perbaikan rumusan

Tetap

Tetap Tetap Tetap

443

(2)

Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (1) dan ayat (2) huruf b diberikan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan penyelenggara pendidikan kedokteran. Tetap

Perbaikan rumusan

444

Tetap

445 446

Tetap (1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan dapat diberikan

Tetap Perbaikan rumusan dengan menambah kata


Page 46

NO. A

DRAFT DPR B kepada Pendidik untuk menjamin pemerataan kesempatan memperoleh peningkatan kualifikasi dan kompetensi.

USUL PEMERINTAH C kepada Pendidik dan/atau Tenaga Kependidikan untuk menjamin pemerataan kesempatan memperoleh peningkatan kualifikasi dan kompetensi. Tetap

KETERANGAN D tenaga kependidikan

447

(2) Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk beasiswa ikatan dinas atau beasiswa bersyarat. (3) Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk bantuan bersyarat. (4) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari: a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah; b. c. fakultas kedokteran; atau pihak lain. Pasal 45 (1) Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan dapat diberikan kepada Tenaga Kependidikan untuk menjamin pemerataan kesempatan memperoleh peningkatan kualifikasi dan kompetensi. Beasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk beasiswa ikatan dinas atau beasiswa bersyarat. Bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk bantuan bersyarat. Beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari: a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah; b. fakultas kedokteran; atau Dihapus Dihapus b.

Tetap

448

Tetap

Tetap

449 450 451 452 453 454

Tetap Tetap penyelenggara pendidikan kedokteran; atau Tetap Perbaikan rumusan

Tetap Tetap

Tetap Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451 Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451

455

(2)

Dihapus

Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451

456

(3)

Dihapus

Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451 Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451 Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451 Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451
Page 47

457

(4)

Dihapus

458 459

Dihapus Dihapus

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A 460 c. pihak lain.

DRAFT DPR B Dihapus

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D Dihapus karena sudah terakomodir dalam DIM No. 207-213 444-451 Dihapus Dihapus karena aturan generiknya sudah diatur dalam UU kepegawaian.

461 462

Pasal 46 Dalam hal Pemerintah atau Pemerintah Daerah kekurangan Pendidik, dan/atau Tenaga Kependidikan, penerima beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (4) huruf c dan Pasal 45 ayat (4) huruf c harus mendahulukan kepentingan nasional. Pasal 47 Ketentuan lebih lanjut mengenai beasiswa dan bantuan biaya pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 sampai dengan Pasal 46 diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB III PENDANAAN

Dihapus Dihapus

463 464

Tetap Tetap

Tetap Tetap

465

BAB IV PENDANAAN Bagian Kesatu Umum

Diubah menjadi bab IV sistematika DIM Pemerintah

sesuai

usulan

466 467 468 (1) Pasal 48 Setiap fakultas kedokteran wajib menentukan dan menyampaikan satuan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi, biaya operasional, dan biaya perawatan secara transparan. (1)

Penambahan bagian sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Tetap Perbaikan redaksional, dengan menghilangkan jenis-jenis biaya oleh karena tidak diatur lebih lanjut sesuai usulan DIM pemerintah

Tetap Setiap penyelenggara pendidikan kedokteran wajib menyampaikan satuan biaya penyelenggaraan pendidikan kedokteran per mahasiswa secara transparan kepada Menteri. Rumah Sakit Pendidikan dan wahana pendidikan lain wajib menyampaikan satuan biaya penyelenggaraan pendidikan kedokteran per mahasiswa secara transparan kepada menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

469

(1) Rumah Sakit Pendidikan wajib menentukan dan menyampaikan satuan biaya yang dikeluarkan untuk biaya investasi, biaya operasional, dan biaya perawatan secara transparan.

(2)

Perbaikan redaksional, dengan menghilangkan jenis-jenis biaya oleh karena tidak diatur lebih lanjut sesuai usulan DIM pemerintah Usulan DJA Kemkeu: Dihapus karena penyelenggara pendidikan kedokteran telah mencakup fakultas kedokteran, rumah sakit pendidikan dan wahana pendidikan lain yang norma pengaturannya ada dalam ayat (1) Perbaikan rumusan dengan menambahkan
Page 48

470

(2) Fakultas kedokteran dan/atau Rumah Sakit Pendidikan


DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

(3)

Menteri menetapkan besaran maksimal biaya pendidikan

NO. A

DRAFT DPR B menetapkan besaran biaya pendidikan bagi Mahasiswa Kedokteran warga negara asing.

USUL PEMERINTAH C yang harus dibayar oleh setiap mahasiswa kedokteran warga negara Indonesia dan warga negara asing atas usul penyelenggara pendidikan kedokteran.

KETERANGAN D bahwa ketentuan tersebut berlaku juga bagi warga negara indonesia. Usulan perubahan klausul dari DJA Kemkeu: Menteri menetapkan standar penghitungan satuan biaya penyelenggaraan pendidikan kedokteran per mahasiswa Alasan: Menteri Pendidikan tidak berwenang menetapkan besaran nominal satuan biaya penyelenggaraan pendidikan kedokteran per mahasiswa untuk penyelenggara yang bukan merupakan instansi pemerintah, oleh karena itu diusulkan Menteri menetapkan standar/norma penghitungan, yang diharapkan dapat mengontrol agar biaya dimaksud tidak terlalu membebani mahasiswa. Selain itu, sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, penyelenggara pendidikan harus berprinsip nirlaba.

471

(3) Besaran biaya pendidikan untuk fakultas kedokteran wajib digunakan untuk pengembangan fakultas kedokteran.

(4)

Besaran Alokasi dan penerimaan biaya pendidikan untuk penyelenggara pendidikan kedokteran wajib digunakan untuk pengembangan penyelenggara pendidikan kedokteran. Bagian Ketiga Tanggung Jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah

Perbaikan rumusan

472

Perbaikan rumusan sesuai dengan usulan sistematika DIM Pemerintah. Bagian ini semula merupakan bab IV dalam draft usulan DPR. Penambahan substansi baru

Pasal 48A 473 474 (1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah mengalokasikan anggaran untuk penyelenggara pendidikan kedokteran milik pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penambahan substansi baru Penjelasan: Aturan lebih lanjut terkait pendanaan pendidikan kedokteran akan dituangkan dalam Peraturan Pemerintah
Page 49

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C (2) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), rumah sakit pendidikan sebagai salah satu pilar penyelenggara pendidikan kedokteran mendapat tambahan bantuan biaya operasional dari Pemerintah yang paling sedikit sebesar 10% dari keseluruhan penerimaan kelas III (tiga) yang dilakukan berdasarkan tarif yang ditetapkan oleh Pemerintah di rumah sakit pendidikan tersebut. Penjelasan ayat (2) Bantuan 10 30 % digunakan untuk membiayai tenaga pendidik dan kependidikan, membiayai pendidikan spesialis-subspesialis, membiayai penunjang pendidikan.

KETERANGAN D Penambahan substansi baru Penjelasan:: Prioritas anggaran pemerintah saat ini untuk pendidikan kedokteran. Pemerintah perlu memberikan subsidi untuk pendidikan dokter spesialis sesuai kemampuan. Usulan perubahan klausul oleh DJA Kemkeu: Alternatif 1: Tambahan biaya operasional bagi rumah sakit pendidikan dapat dialokasikan dari pendapatan atas pelayanan kelas III rumah sakit tersebut yang tarifnya ditetapkan oleh Pemerintah Keterangan: Tambahan biaya operasional dapat dialokasikan dari pendapatan (PNBP) yang dikelola oleh Rumah Sakit. Pendidikan atas pelayanan kelas III yang tarifnya ditetapkan oleh pemerintah (Jamkesmas), dengan demikian tidak menjadi tambahan pagu yang bersifat on top

475

Alternatif 2: Tambahan biaya operasional bagi rumah sakit pendidikan dapat dialokasikan Pemerintah dari pendanaan. Keterangan: alternatif 2 berisi norma bahwa tambahan biaya operasional bagi rumah sakit pendidikan merupakan realokasi untuk penyelenggara pendidikan kedokteran dari pagu belanja Kementerian Kesehatan.
Page 50

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A 476 477

DRAFT DPR B Pasal 49 (1) Biaya investasi untuk fakultas kedokteran menjadi tanggung jawab Menteri. (2) Biaya investasi untuk Rumah Sakit Pendidikan menjadi tanggung jawab menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang kesehatan. (3) Biaya investasi untuk rumah sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit Pendidikan menjadi tanggung jawab menteri yang tugas dan tanggung jawab di bidang kesehatan terhadap rumah sakit tersebut. Pasal 50 (1) Biaya investasi, biaya operasional, dan biaya perawatan di fakultas kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan yang dikelola oleh swasta menjadi tanggung jawab penyelenggara. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan pendanaan kepada fakultas kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan yang dikelola oleh swasta. (1) Dihapus

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

Dihapus karena sudah terakomodir dalam Pasal 48A ayat (1)

478

Dihapus

479

Dihapus

480 481

Tetap Biaya investasi, biaya operasional, dan biaya pemeliharaan di penyelenggara pendidikan kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan/Wahana Pendidikan lain yang dikelola oleh swasta menjadi tanggung jawab penyelenggara. Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan bantuan pendanaan kepada penyelenggara pendidikan kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan yang dikelola oleh swasta. Perbaikan rumusan

Tetap

482

(2)

Perbaikan rumusan

483

(3) Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan pendanaan kepada fakultas kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan. BAB IV PEMERINTAH DAN PEMERINTAH DAERAH Pasal 51 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mendukung penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran yang baik dan bermutu. (2) Pemerintah dan Pemerintah Daerah mengembangkan fungsi Rumah Sakit Pendidikan.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Dihapus

484

Dihapus

485 486

Dihapus Dihapus

487

Dihapus
Page 51

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

488 489

Pasal 52 Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan beasiswa kepada mahasiswa kedokteran yang berprestasi. Pasal 53 (1) Pemerintah Daerah memberikan beasiswa khusus kepada masyarakat berdasarkan kuota yang diberikan oleh fakultas kedokteran.

Dihapus Dihapus

490 491

Tetap (1) Pemerintah Daerah memberikan beasiswa khusus kepada mahasiswa yang berasal dari daerah setempat berdasarkan kuota yang diberikan oleh penyelenggara pendidikan kedokteran. Ketentuan mengenai kuota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Tetap Perbaikan rumusan

Tetap

492

(2) Ketentuan mengenai kuota sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 54 (1) Masyarakat dapat berperan serta dalam penyelenggaraan dan pengawasan Pendidikan Kedokteran. (2) Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui: a. bantuan pendanaan untuk kemajuan Pendidikan Kedokteran;

(2)

Perbaikan rumusan

493

Tetap

494 495

Tetap Tetap

Tetap Tetap

496

Tetap

Tetap

497

Tetap

Penjelasan Yang dimaksud dengan bantuan pendanaan untuk kemajuan pendidikan kedokteran dalam ketentuan ini antara lain bantuan dana untuk penelitian dan pengembangan kesehatan. Tetap Tetap Penambahan substansi baru

498 499 500

b. c.

penyediaan rumah sakit swasta menjadi Rumah Sakit Pendidikan; bantuan pelatihan; dan/atau

Tetap Tetap d. bantuan beasiswa untuk peserta didik dan tenaga pendidik; dan/atau

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 52

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

501 502

d.

bantuan lainnya.

Tetap BAB VI PEMBINAAN PENYELENGGARA PENDIDIKAN KEDOKTERAN Pasal 54A (1) Pembinaan akademik dilakukan oleh menteri bersamasama dengan asosiasi institusi pendidikan kedokteran/kedokteran gigi. Pembinaan teknis keprofesian dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan bersama-sama dengan organisasi profesi, dan asosiasi rumah sakit pendidikan.

Tetap Penambahan substansi baru sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah

503

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

504 (2) 505

Penambahan substansi baru

506

(3) Pendanaan terkait pembinaan program pendidikan menjadi tanggung jawab bersama kementerian pendidikan nasional dan kementerian kesehatan. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang pembinaan program pendidikan kedokteran diatur dalam Peraturan Pemerintah. BAB VII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 55 Rumah Sakit Pendidikan yang sudah ada sebelum UndangUndang ini diundangkan harus menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang ini, paling lambat dalam waktu 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan

Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru

507 508 BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 55 Rumah Sakit Pendidikan yang sudah ada sebelum UndangUndang ini diundangkan harus menyesuaikan dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang ini, paling lambat dalam waktu 2 (dua) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 56 (1) Fakultas kedokteran yang sudah ada sebelum Undangundang ini diundangkan harus menyesuaikan diri dengan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Diubah menjadi bab VII sistematika DIM Pemerintah Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

sesuai

usulan

509 510

511 512

Pasal 56 (1) Penyelenggara pendidikan kedokteran yang sudah ada sebelum Undang-undang ini diundangkan harus

Perbaikan rumusan Perbaikan rumusan

Page 53

NO. A

DRAFT DPR B ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang ini, paling lambat 7 (tujuh) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.

USUL PEMERINTAH C menyesuaikan diri dengan ketentuan yang berlaku dalam Undang-Undang ini, paling lambat 2 (dua) 3 (tiga) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Dihapus

KETERANGAN D

513

(2) Fakultas Kedokteran harus menyediakan Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf d paling lambat 10 (sepuluh) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 57 Semua peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksana yang berkaitan dengan penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum dibentuk atau diganti dengan peraturan perundang-undangan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini.

514 515

Tetap Tetap

Tetap Tetap

516

BAB VIII SANKSI ADMINISTRATIF PASAL 57B

Penambahan substansi baru sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Penambahan substansi baru

517 518

(1)

Setiap penyelenggara pendidikan kedokteran yang menyelenggarakan pendidikan kedokteran tanpa memiliki atau bekerja sama dengan rumah sakit pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4B ayat (2) dikenakan sanksi adminitratif berupa peringatan tertulis dua (2) kali berturut-turut dalam kurun waktu enam (6) bulan sebelum ditetapkan pencabutan izin penyelenggaraan. Setiap penyelenggara pendidikan kedokteran yang tidak memberikan kesempatan mengikuti pendidikan kedokteran bagi calon peserta didik yang memenuhi persyaratan dan akan mengabdikan diri di daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5D dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis dua (2) kali berturut-turut dalam kurun waktu enam (6) bulan sebelum ditetapkan pencabutan sementara izin penyelenggaraan. Setiap penerima beasiswa dan/atau bantuan hidup Penambahan substansi baru

519

(2)

(3)
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Penambahan substansi baru


Page 54

NO. A 520

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C pendidikan kedokteran yang tidak melaksanakan kewajiban dalam rangka penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41C ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis dua (2) kali berturut-turut dalam kurun waktu enam (6) bulan sebelum ditetapkan penundaan atau pencabutan surat tanda registrasi paling lama 5 (lima) tahun dan mengembalikan biaya beasiswa dan/atau bantuan hidup berikut dendanya sebagaimana tertulis dalam kontraknya. BAB IX KETENTUAN PIDANA Pasal 57C

KETERANGAN D

521

Penambahan substansi baru sesuai usulan sistematika DIM Pemerintah Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru

522 523 (1) Setiap orang institusi yang menyelenggarakan Pendidikan Kedokteran tanpa memperoleh izin pendirian dari Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5B ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (satu sepuluh miliar rupiah). (2) Penyelenggara Pendidikan Kedokteran yang tidak menutup program studinya setelah izin pendiriannya dicabut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (satu sepuluh miliar rupiah). (3) Setiap penyelenggara pendidikan kedokteran yang tidak menyampaikan satuan biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk setiap mahasiswa kepada Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (1) dikenakan sanksi administratif. (4) Setiap rumah sakit dan wahana pendidikan lainnya yang tidak menyampaikan satuan biaya pendidikan yang dikeluarkan untuk setiap mahasiswa kepada Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (2) dikenakan sanksi administratif. dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 10.000.000,00 (sepuluh miliar
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

524

Penambahan substansi baru

Penambahan substansi baru

525

Penambahan substansi baru

526

Page 55

NO. A

DRAFT DPR B rupiah).

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

527

(5) Setiap orang yang menarik biaya pendidikan kedokteran biaya tidak resmi di luar biaya pendidikan kedokteran yang telah ditetapkan oleh Menteri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (satu sepuluh miliar rupiah).

Penambahan substansi baru CATATAN: Apakah pasal ini disesuaikan dengan RUU Pendidikan Tinggi?

528 529 (1)

Pasal 57D Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5B ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 48 ayat (1), Pasal 48 ayat (2), dan Pasal 48 ayat (3) dilakukan oleh korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya, pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga) kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam 57C ayat (1), Pasal 57C ayat (2), Pasal 57C ayat (3), Pasal 57C ayat (4), dan Pasal 57C ayat (5).

Penambahan substansi baru Penambahan substansi baru CATATAN: Bagaimana ketentuan sesuai perundangundangan (membedakan pidana perorangan dan korporasi)?

530

(2) Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha; dan/atau b. pencabutan status badan hukum BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 58 Peraturan Pemerintah dan peraturan pelaksana lainnya yang diperintahkan Undang-Undang ini harus diselesaikan paling lama 12 (dua belas) bulan terhitung sejak tanggal UndangUndang ini diundangkan. Pasal 59 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Penambahan substansi baru

531

BAB X Tetap Tetap Tetap

Diubah menjadi Bab X sesuai sistematika usulan DIM Pemerintah Tetap Tetap

dengan

532

533

534 535

Tetap Tetap

Tetap Tetap
Page 56

NO. A 536

DRAFT DPR B Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta pada tanggal ...

USUL PEMERINTAH C Tetap

KETERANGAN D Tetap

537

Tetap

Tetap

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

538

SUSILO BAMBANG YUDHOYONO Diundangkan di Jakarta pada tanggal ... MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

Tetap

Tetap

PATRIALIS AKBAR 539 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN ... NOMOR ... PENJELASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR ... TAHUN ... TENTANG PENDIDIKAN KEDOKTERAN UMUM Tetap Tetap

540

Tetap

Tetap

541

I.

Tetap

Tetap

Pendidikan kedokteran merupakan salah satu unsur perwujudan tujuan negara yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melalui Sistem Pendidikan Nasional yang berkesinambungan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012 Page 57

NO. A

DRAFT DPR B Gerakan reformasi di Indonesia telah mendorong prinsip demokrasi, desentralisasi, keadilan, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungannya dengan Pendidikan Kedokteran, prinsip-prinsip tersebut akan memberikan dampak yang mendasar pada materi, proses, dan manajemen sistem Pendidikan Kedokteran. Dalam rangka menghadapi tantangan dan tuntutan perkembangan masyarakat, ilmu pengetahuan, teknologi, informasi serta globalisasi perlu dilakukan pembaharuan Pendidikan Kedokteran secara terencana, terarah, dan berkesinambungan agar mampu menghasilkan dokter dan dokter gigi yang baik dan bermutu, kompeten, profesional, bertanggung jawab, memiliki etika dan moral dengan memadukan pendekatan humanistik terhadap pasien dan berjiwa sosial tinggi sebagai komponen utama pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pembaruan Pendidikan Kedokteran dilakukan melalui penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran yang terarah, terukur, dan terkoordinasi. Untuk itu diperlukan rencana strategi dan penyelenggaraan pendidikan kedokteran yang meliputi seleksi peserta didik, proses belajar mengajar, pendidik dan tenaga kependidikan, kurikulum, jenjang pendidikan, rumah sakit pendidikan, kerja sama, dan beasiswa yang diselenggarakan secara komprehensif. Dalam praktiknya berbagai peraturan perundangundangan yang terkait dengan sistem pendidikan nasional belum mengatur secara spesifik dan komprehensif mengenai penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran. Berdasarkan pertimbangan tersebut diperlukan suatu Undang-Undang yang secara khusus dan komprehensif mengatur tentang Pendidikan Kedokteran. Dalam Undang-Undang ini diatur prinsip-prinsip penyelenggaraan Pendidikan Kedokteran yang mengedepankan nilai manfaat, kemanusiaan, keseimbangan, tanggung jawab, kesetaraan, kesesuaian kurikulum, dan afirmasi dengan tujuan untuk menghasilkan dokter dan dokter gigi yang berkualitas

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 58

NO. A

DRAFT DPR B dan beretika, berdedikasi tinggi dan profesional, serta berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Untuk itu, kurikulum yang diterapkan dalam pendidikan kedokteran adalah kurikulum berbasis kompetensi dan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan muatan lokal, potensi daerah dan mahasiswa kedokteran untuk memenuhi kebutuhan dokter dan dokter spesialis-subspesialis. Jenjang Pendidikan Kedokteran yang meliputi pendidikan akademis dan pendidikan profesi membutuhkan sarana rumah sakit dengan standar persyaratan tertentu yang dapat digunakan sebagai sarana praktik bagi Pendidikan Kedokteran yakni Rumah Sakit Pendidikan. Untuk memenuhi kebutuhan Rumah Sakit Pendidikan tersebut, diperlukan kerja sama fakultas kedokteran dengan Rumah Sakit Pendidikan yang memuat secara jelas dan tegas serta berkepastian hukum hak dan kewajiban masing-masing pihak, sehingga para pihak dapat memperoleh manfaat positif dari kerja sama tersebut. Hubungan kerja sama antara fakultas kedokteran dan Rumah Sakit Pendidikan harus harmonis dan terintegrasi secara manajerial dan finansial. Untuk menjamin pemerataan lulusan terdistribusi ke seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka perlu adanya suatu kebijakan ikatan dinas, atau wajib kerja sarjana, atau pegawai tidak tetap. Ini membutuhkan pendanaan dalam bentuk beasiswa atau bantuan biaya pendidikan. Pendanaan yang dimaksud dapat berasal dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau lembaga lain dengan mengedepankan kepentingan nasional.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

542 543

II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Asas penyelenggaraan pendidikan berlaku untuk penyelenggaraan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap Tetap

Tetap Tetap

544

Tetap tinggi juga Pendidikan

Tetap

Page 59

NO. A

DRAFT DPR B Kedokteran, meliputi: asas kebenaran ilmiah, otonomi keilmuan, kebebasan akademik, kejujuran, dan keadilan.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

545

Pasal 3 Huruf a Yang dimaksud dengan asas manfaat adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan kedokteran harus memberikan manfaat yang sebesarbesarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Tetap

Tetap

546

Huruf b Yang dimaksud dengan asas kemanusiaan adalah bahwa penyelenggaraan pendidikan kedokteran tetap memperhatikan keselamatan manusia. Huruf c 542. Yang dimaksud dengan asas keseimbangan adalah dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran tetap menjaga keserasian dan keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat. 543. Yang dimaksud dengan asas tanggung jawab adalah dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran dilandasi oleh upaya untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, berkompetensi, profesional, beretika, bermoral, humanistik, dan berjiwa sosial dalam menghadapi tantangan perubahan lokal, nasional, dan global. Yang dimaksud dengan asas kesetaraaan adalah kesetaraan mutu lulusan antarfakultas. Huruf f Yang 544. dimaksud

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

547

Huruf d

Tetap

Tetap

548

549

Huruf e

Tetap

Tetap

Tetap dengan asas kesesuaian

Tetap
Page 60

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

NO. A

DRAFT DPR B kurikulum adalah bahwa kurikulum harus disusun dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan berbagai daerah. Huruf g Yang dimaksud afirmasi adalah diantaranya adanya kuota bagi daerah sulit, kesempatan yang sama untuk gender, dan masyarakat yang secara ekonomi kurang mampu.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

550

551

Tetap

Tetap

552

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Jalur khusus antara lain dilakukan melalui sistem kuota. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 8 Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Huruf a
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

553

Tetap

Tetap

554

Tetap

Tetap

555

Tetap

Tetap

556

Tetap

Tetap

557

Tetap

Tetap

558

Tetap

Tetap

559

Tetap

Tetap

560

Tetap

Tetap

561

Tetap

Tetap
Page 61

NO. A

DRAFT DPR B Yang dimaksud dengan Mahasiswa Kedokteran jenjang pendidikan akademis adalah mahasiswa yang setelah lulus menyandang gelar sarjana kedokteran.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

562

Huruf b Yang dimaksud dengan Mahasiswa Kedokteran jenjang pendidikan profesi adalah mahasiswa yang setelah lulus menyandang gelar dokter.

Tetap

Tetap

563

Huruf c Yang dimaksud dengan Mahasiswa Kedokteran jenjang pendidikan profesi lanjutan atau spesialis-subspesialis adalah mahasiswa yang setelah lulus menyandang gelar dokter spesialissubspesialis.

Tetap

Tetap

564

Pasal 11 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas.

Tetap

Tetap

565

Huruf b Insentif diberikan honor atau gaji. dalam bentuk

Tetap

Tetap

566

Ayat (2) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

567

Pasal 12 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan dosen adalah pendidik pendidikan kedokteran yang tugas utamanya mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

Page 62

NO. A

DRAFT DPR B dan teknologi melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dosen dalam hal ini mencakup dosen dalam bidang ilmu kedokteran/kesehatan dan dosen dalam bidang ilmu pengetahuan tertentu yang menunjang penyelenggaraan pendidikan kedokteran, misalnya sosiologi, antropologi, dan psikologi.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

568

Huruf b Yang dimaksud dengan dokter pendidik klinis adalah dokter yang mempunyai kompetensi dan memiliki kewenangan untuk mengajar dalam penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Rumah Sakit Pendidikan.

Tetap

Tetap

569

Ayat (2) Peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk pendidik pendidikan kedokteran antara lain Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.

Tetap

Tetap

570

Ayat (3) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

571

Pasal 13 Ayat (1) salah satu cara yang dilakukan dalam proses penyetaraan yaitu dengan cara menambahkan mata kuliah pedagogi sebagai kualifikasi untuk menjadi dosen.

Tetap

Tetap

572

Ayat (2) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

573

Ayat (3) Peraturan dimaksud perundang-undangan adalah Undang-Undang yang yang

Tetap

Tetap

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 63

NO. A

DRAFT DPR B mengatur guru dan dosen.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

574

Pasal 14 Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.

Tetap

Tetap

575

Pasal 15 Cukup jelas.

Tetap

Tetap

576

Pasal 16 Cukup jelas.

Tetap

Tetap

577

Pasal 17 Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.

Tetap

Tetap

578

Pasal 18 Ayat (1) Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah Undang-Undang yang mengatur guru dan dosen.

Tetap

Tetap

579

Ayat (2) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

580

Ayat (3) Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah Undang-Undang yang mengatur ketenagakerjaan.

Tetap

Tetap

581

Pasal 19 Cukup jelas.

Tetap

Tetap

582

Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Yang dimaksud dengan metode ilmiah meliputi metodologi penelitian, filsafat ilmu, berpikir kritis,
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

583

Tetap

Tetap

Page 64

NO. A

DRAFT DPR B biostatistik, dan evidence-based medicine. Yang dimaksud dengan ilmu kedokteran dasar meliputi fisika medik, biologi medik, kimia medik, anatomi, histologi, biokimia, biologi sel dan molekuler, fisiologi, mikrobiologi, imunologi, parasitologi, patologi, dan farmakologi. Yang dimaksud dengan ilmu kedokteran klinik meliputi ilmu penyakit dalam beserta cabangcabangnya, ilmu bedah, ilmu penyakit anak, ilmu kebidanan dan kandungan, ilmu penyakit saraf, ilmu kesehatan jiwa, ilmu kesehatan kulit dan kelamin, ilmu kesehatan mata, ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan, radiologi, anestesi, ilmu kedokteran forensik dan medikolegal. Yang dimaksud dengan ilmu humaniora kedokteran meliputi ilmu perilaku, psikologi kedokteran, sosiologi kedokteran, antropologi kedokteran, agama, etika dan hukum kedokteran, bahasa, Pancasila serta kewarganegaraan. Yang dimaksud dengan ilmu kedokteran komunitas adalah ilmu yang terdiri atas ilmu kesehatan masyarakat, ilmu kedokteran pencegahan, epidemiologi, ilmu kesehatan kerja, ilmu kedokteran keluarga, dan pendidikan kesehatan masyarakat. Yang dimaksud dengan ilmu kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang usia hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan melakukan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisasi untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perseorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, diagnosis dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang dapat mendukung setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat di dalam menjaga

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 65

NO. A kesehatannya. 584 Pasal 22 Cukup jelas. Pasal 23 Cukup jelas. Pasal 24 Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas. Pasal 26 Ayat (1) Huruf a

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

Tetap

Tetap

585

Tetap

Tetap

586

Tetap

Tetap

587

Tetap

Tetap

588

Tetap

Tetap

Cukup jelas. 589 Huruf b Penyelenggaraan program pendidikan profesi dilakukan setelah menempuh jenjang pendidikan akademik. 590 Ayat (2) Cukup jelas. 591 Pasal 27 Cukup jelas. Pasal 28 Ayat (1) Yang dimaksud dengan rumah sakit meliputi Rumah sakit umum, rumah sakit daerah, rumah sakit internasional, rumah sakit khusus, rumah sakit milik lembaga tertentu, dan rumah sakit swasta, serta pusat kesehatan masyarakat, fasilitas pelayanan kesehatan lain (misalnya: klinik dan balai pengobatan) dan laboratorium.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012 Page 66

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

Tetap

592

Tetap

Tetap

NO. A

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

593

Ayat (2) Peraturan perundang-undangan dimaksud adalah undang-undang yang mengatur rumah sakit.

Tetap

Tetap

594

Ayat (3) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

595

Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas. Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas. Pasal 34 Cukup jelas. Pasal 35 Ayat (1) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

596 597

Tetap Tetap

Tetap Tetap

598

Tetap

Tetap

599

Tetap

Tetap

600

Tetap

Tetap

601

Tetap

Tetap

602

Ayat (2) Yang dimaksud manajerial dan finansial harus terintegrasi adalah tata kelola manajerial dan finansial di bawah satu kendali.

Tetap

Tetap

603

Pasal 36 Cukup jelas. Pasal 37


DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

604

Tetap

Tetap
Page 67

NO. A Ayat (1)

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

Cukup jelas. 605 Ayat (2) Cukup jelas. 606 Ayat (3) Cukup jelas. 607 Ayat (4) Yang dimaksud dengan prinsip-prinsip lokal antara lain dengan mengutamakan kepentingan nasional. Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap Tetap

608

Pasal 38 Cukup jelas. Pasal 39 Huruf a Cukup jelas.

Tetap

Tetap

609

Tetap

Tetap

610

Huruf b Peraturan perundang-undangan yang dimaksud adalah undang-undang yang mengatur sistem pendidikan nasional dan undang-Undang yang mengatur praktik kedokteran.

Tetap

Tetap

611

Pasal 40 Cukup jelas. Pasal 41 Cukup jelas. Pasal 42 Ayat (1) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

612

Tetap

Tetap

613

Tetap

Tetap

614

Ayat (2) Yang dimaksud beasiswa ikatan dinas


DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap
Page 68

NO. A

DRAFT DPR B adalah setiap lulusan mahasiswa kedokteran wajib dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimaksud beasiswa bersyarat adalah setiap lulusan mahasiswa kedokteran ditempatkan di daerah sesuai kebutuhan daerah tertentu.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

615

Ayat (3) Yang dimaksud bantuan bersyarat adalah setiap lulusan mahasiswa kedokteran diperbantukan di daerah sesuai dengan kebutuhan daerah tertentu.

Tetap

Tetap

616

Ayat (4) Huruf a Cukup jelas.

Tetap

Tetap

617

Huruf b Cukup jelas.

Tetap

Tetap

618

Huruf c Pihak lain meliputi orangperseorangan atau kelompok masyarakat ataupun yang berasal dari dunia usaha dan dunia industri baik negeri maupun swasta.

Tetap

Tetap

619

Pasal 43 Cukup jelas Pasal 44 Ayat (1) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

620

Tetap

Tetap

621

Ayat (2) Yang dimaksud beasiswa ikatan dinas adalah setiap Pendidik wajib dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

Page 69

NO. A

DRAFT DPR B Yang dimaksud beasiswa bersyarat adalah setiap Pendidik ditempatkan di daerah sesuai kebutuhan daerah tertentu.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

622

Ayat (3) Yang dimaksud bantuan bersyarat adalah setiap Pendidik diperbantukan di daerah sesuai dengan kebutuhan daerah tertentu.

Tetap

Tetap

623

Ayat (4) Huruf a Cukup jelas.

Tetap

Tetap

624

Huruf b Cukup jelas.

Tetap

Tetap

625

Huruf c Pihak lain meliputi orangperseorangan atau kelompok masyarakat ataupun yang berasal dari dunia usaha dan dunia industri baik negeri maupun swasta.

Tetap

Tetap

626

Pasal 45 Ayat (1) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

627

Ayat (2) Yang dimaksud beasiswa ikatan dinas adalah setiap Tenaga Kependidikan wajib dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang dimaksud beasiswa bersyarat adalah setiap Tenaga Kependidikan ditempatkan di daerah sesuai kebutuhan daerah tertentu.

Tetap

Tetap

628

Ayat (3) Yang dimaksud bantuan bersyarat adalah


DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap
Page 70

NO. A

DRAFT DPR B setiap Tenaga Kependidikan diperbantukan di daerah sesuai dengan kebutuhan daerah tertentu.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

629

Ayat (4) Huruf a Cukup jelas.

Tetap

Tetap

630

Huruf b Cukup jelas.

Tetap

Tetap

631

Huruf c Pihak lain meliputi orangperseorangan atau kelompok masyarakat ataupun yang berasal dari dunia usaha dan dunia industri baik negeri maupun swasta.

Tetap

Tetap

632

Pasal 46 Cukup jelas. Pasal 47 Cukup jelas. Pasal 48 Cukup jelas. Pasal 49 Ayat (1) Yang dimaksud dengan biaya investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

Tetap

Tetap

633

Tetap

Tetap

634

Tetap

Tetap

635

Tetap

Tetap

636

Ayat (2) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

637

Ayat (3) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

638

Pasal 50
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap
Page 71

NO. A Cukup jelas. 639 Pasal 51 Cukup jelas. Pasal 53 Ayat (1)

DRAFT DPR B

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

Tetap

Tetap

640

Tetap Yang dimaksud dengan beasiswa khusus adalah beasiswa yang diberikan kepada mahasiswa kedokteran yang lahir di daerah tertentu, menyelesaikan pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di daerah kelahirannya, dan setelah lulus dari pendidikan kedokteran kembali ke tempat kelahirannya.

Tetap

641

Ayat (2) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

642

Pasal 54 Ayat (1) Cukup jelas.

Tetap

Tetap

643

Ayat (2) Huruf a Cukup jelas.

Tetap

Tetap

644

Huruf b Cukup jelas.

Tetap

Tetap

645

Huruf c Cukup jelas.

Tetap

Tetap

646

Huruf d Yang dimaksud dengan bantuan lainnya adalah masyarakat dapat memberikan bantuan penyelenggaraan pendidikan kedokteran berupa penyediaan sarana dan prasarana seperti peyediaan lahan, peralatan yang menunjang penyelenggaraan
DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Tetap

Tetap

Page 72

NO. A

DRAFT DPR B pendidikan kedokteran.

USUL PEMERINTAH C

KETERANGAN D

647

Pasal 55 Cukup jelas. Pasal 56 Cukup jelas. Pasal 57 Cukup jelas. Pasal 58 Cukup jelas.

Tetap

Tetap

648

Tetap

Tetap

649

Tetap

Tetap

650

Tetap

Tetap

651

Pasal 59 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR ...

Tetap

Tetap

652

Tetap

Tetap

DIM Pemerintah 2517 Januari 2012

Page 73

Anda mungkin juga menyukai