TATKALA hari hisab tiba, manusia yang tak terhitung jumlahnya rela antri panjang di depan
pintu surga dan neraka. Jantung mereka berdebar dan berdetak tak karuan menunggu hasil
penghitungan amal. Malaikat yang sedang bertugas memanggil mereka satu persatu sambil
menenteng buku catatan amal. Amrozi cs sudah tidak sabar menunggu giliran hisab. Sambil
pegang-pegang jenggot, mereka kelihatan penuh optimisme bisa masuk surga. Orang-orang di
sekitar mereka pun bertanya,
“Kenapa kalian tak takut menghadapi hisab?”
Amrozi cs menjawab,
“Siapa takut? Kami sudah membawa tiket surga. Kalau kalian ingin beli tiket surga,
bergabung saja dengan orang-orang Islam radikal. Mereka jual obralan tiket.”
Hisab berlangsung alot. Saat itu terjadi perdebatan sengit antara Amrozi cs dengan
malaikat. Malaikat bilang,
Tapi Amrozi cs memaksa dimasukkan ke surga dengan dalih telah susah payah ikut
program "bombing training" guna menghancurkan tempat-tempat maksiat. Abdul Aziz alias Imam
Samudra, dengan mata tajamnya, tak sungkan memelototi malaikat sembari teriak kencang
Allahu Akbar. Sementara Amrozi dan Ali Gufron alias Mukhlash cengar-cengir bingung tujuh
keliling mendengar kata-kata malaikat tadi sambil memutar tasbih.
“Hahaha,” malaikat ketawa terbahak-bahak mendengar jawaban konyol Amrozi cs. Sambil
menahan ketawa, malaikat menjawab balik, “Yang boleh amar ma'ruf nahi munkar dengan cara
merusak fasilitas umum itu hanya pemerintah, kalau warga sipil tak boleh dengan cara itu. Heh
dasar kalian sok pahlawan jadi polisi swasta!!!”
Amrozi cs dengan nada lirih dan agak sedikit grogi bertanya, “Masak sih?”
Malaikat menjawab sambil senyum, “Ya iyalah… masak ya iya dong. Mulan aja namanya
diganti Mulan Jamilah, bukan Mulan Jamidong… duren aja dibelah, bukan dibedong.”
Amrozi cs tetap ngotot dan ngeyel agar dimasukkan ke surga. Mereka berdalih,
“Pokoknya kami harus dimasukkan ke surga (yang konon banyak bidadari yang cantik itu),
Amrozi cs berargumen bahwa “Ayat-ayat itu menurut satu versi dalam tafsir al-Qurthubi
menusakh dan mengamandemen ayat-ayat yang turun sebelumnya tentang anjuran mengampuni
orang kafir dan jihad defensif terbatas dari agresi musyrikin, sehingga kesimpulan Amrozi cs jihad
adalah ofensif.”
“Coba dech malaikat Anda rujuk dalam Tafsîr al-Qurthûbi, cetakan Dar al-Sya'bi, vol. II, h.
71, vol. I, h. 62, vol. XVII, h. 203, & vol. XIX, h. 149, vol. II, h. 347, vol. II, h. 35 & vol. V, h.
281, vol. III, h. 216, vol. II, h. 192 & 353.”
"Sial, Amrozi cs berarti memilih jihad ofensif dengan mencari justifikasi dari penafsiran
yang tekstual", keluh malaikat. Malaikat memperingatkan,
“Penafsiran tekstual itu reduktif dan rawan menimbulkan stigma bahwa Islam adalah
agama pedang, agama bom, dan agama kekerasan, seperti stigma negatif kalangan mainstream
Barat. Andaikan nasikh-mansukh kalian terapkan dalam ayat-ayat jihad yang sejatinya turun
secara gradual, sama saja kalian menganggap sebagian ayat al-Quran yang turun pada fase-fase
awal sebagai ayat impoten dan tak punya fungsi sosial untuk konteks kekinian.”
Nah, para pemikir Islam yang kritis dan progresif yang berdiri di barisan antrian hanya
mangguk-mangguk menyetujui statemen malaikat tadi.
Amrozi cs berapologi, “Oke dech, ijtihad kami memang salah, tapi—seperti kata Rasulullah
saw—kami tetap berhak mendapatkan pahala satu (man akhtha`afalahu ajrun wahidun).
Malaikat menimpali,
“Kalian memang mendapatkan pahala satu, tapi pahala itu belum mencukupi untuk
dijadikan modal masuk surga. Pahala kalian yang satu itu tak seberapa jika dibandingkan dengan
dosa kalian akibat membunuh orang-orang Bali dan wisatawan legal yang telah mendapat jaminan
keamanan dari negara. Ingat itu wahai teroris yang berjubah!!! Maukah kalian aku masukkan ke
neraka?”
Amrozi cs, yang kali ini diwakili oleh Ali Gufron, mengutarakan keberatan. Dengan lantang
ia berkilah,
“Kami tidak bermaksud membunuh orang tak berdosa, kami hanya ingin memerangi
kemungkaran. Selain itu, kami juga sudah dieksekusi sebagai balasan perbuatan kami, meski
kami sebenarnya tak rela dengan eksekusi itu.”
“Iya, tapi cara amar ma'ruf nahi munkar kalian, seperti saya katakan tadi, tidak
prosedural,” tegas malaikat.
Malaikat dengan tegas menvonis, “Jadi kalian harus aku masukkan ke neraka dengan dalih
berlapis: 1) tindakan teror bom bali; 2) tidak ikhlas menerima hukuman eksekusi; 3)
menyebarkan wasiat yang provokatif dan berisi pemberontakan terhadap pemerintah.”
[]