RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL
Oleh Hariyanto SMA Negeri 3 Malang
A. MODEL PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL
1. Model Sekolah Baru (Newly Developed SBI)
Dalam model penyelenggaraan ini, SBI didirikan dengan segala isinya yang baru
(siswa, kurikulum, guru, kepala sekolah, sarana dan prasarana, dan dana) dan
bertaraf internasional.
2. Model Pengembangan Sekolah Yang Ada (Exixting Developed SBI)
Pengembangan SBI dilakukan dengan mengembangkan sekolah yang telah ada
saat ini, khususnya sekolah yang memiliki mutu bagus (misalnya sekolah dengan
katogeri mandiri atau SKM), memiliki guru professional, kepala sekolah tangguh,
dan sarana dan prasarana yang memungkinkan dapat dikembangkan lebih
lanjut.
3. Model Terpadu (Integrated SBI)
Model pengembangan SBI di mana sekolah dengan beda jenjang (SD, SMP, SMA,
dan SMK) dibangun secara terpadu dalam satu kompleks dan dipimpin oleh
seorang kepala sekolah atau masing‐masing satuan pendidikan dipimpin oleh
masing‐masing kepala sekolah. Dalam manajemennya terdapat sharing fasilitas
pendidikan akan sangat meringankan karena terdapat sharing biaya modal
(shared capital cost) dan sharing biaya operasional (shared operational cost)
sekaligus.
4. Model Kemitraan (Partnership SBI)
Dalam model ini, SBI dipilih dari sekolah yang ada saat ini (existing) maupun
sekolah baru (newly) untuk bermitra dengan salah satu sekolah di luar
Negeri/Negara maju yang telah memiliki reputasi internasional.
B. MODEL PEMBINAAN PROGRAM RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASONAL
a. Model Terpadu‐Satu Sistem atau Satu Atap‐Satu Sistem
Dalam model pembinaan ini, penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah di dalam satu lokasi dengan
menggunakan system pengelolaan pendidikan yang sama. Penyelengaraan
model ini dapat dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang
mengkorrdinasikan tiga kepala sekolah yang memimpin setiap satuan
pendidikan dasar dan menengah.
b. Model Terpisah‐Satu Sistem atau Tidak Satu Atap‐Satu Sistem
Penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional pada pendidikan dasar dan
menengah di dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan
system pengelolaan pendidikan yang sama. Penyelengaraan model ini dapat
dipimpin oleh seorang direktur/manajer yang mengkorrdinasikan tiga kepala
sekolah yang memimpin setiap satuan pendidikan dasar dan menengah yang
berada pada lokasi yang berbeda.
c. Model Terpisah‐Beda Sistem atau Tidak Satu Atap‐Beda Sistem
Penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional pada pendidikan dasar dan
menengah di dalam lokasi yang berbeda atau terpisah dengan menggunakan
system pengelolaan pendidikan yang berbeda. Penyelengaraan model ini
disarankan pada fase rintisan penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional
yang dalam kurun waktu tertentu harus ditingkatkan secara bertahap ke model
penyelenggaraan satu atap dengan satu system atau model penyelenggaraan
tidak satu atap dengan satu system.
d. Model Entry‐Exit
Penyelenggaraan sekolah bertaraf internasional pada pendidikan dasar dan
menengah dengan cara mengelola kelas‐kelas regular dan kelas‐kelas bertaraf
internasional. Peserta didik pada kelas‐kelas bertaraf internasional yang oleh
karena berbagai alas an tertentu tidak dapat melanjutkan di kelas bertaraf
internasional dapat berpindah ke kelas‐kelas regular. Begitu pula sebaliknya
peserta didik pada kelas‐kelas regular dapat pindah ke kelas‐kelas bertaraf
internasional jika dipandang memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk
masuk ke kelas‐kelas bertaraf internasional.
Sumber: Panduan Penyelenggaran Program SMA Rintisan Bertaraf Internasional, Depdiknas, Dirjen
Mandikdasmen, Direktorat Pembinaan SMA, 2008