Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

Persiapan alat dan bahan: 1. Orang percobaan Tiap kelompok menyiapkan 2 orang percobaan, yang berpuasa 4 jam sebelum percobaan di mulai. 2. Alat-alat Tensimeter dan stetoskop Gelas beaker ukuran 500 cc Gelas ukur ukuran 100 cc

3. Obat-obat Hidroklorotiazid (HCT) 25 mg Furosemid 40 mg Spironolakton Placebo

Cara kerja: 1. Orang percobaan yang telah puasa 4 jam sebelumnya, berbaring dengan tenang. 2. Lakukan pengukuran tekanan darah dan frekuensi nadi. 3. Kosongkan kandung kemih dengan seksama. 4. Segera minum obat diuretik dengan 2 gelas air (400 ml), setelah kandung kemih kosong dan catat kodenya. Selama percobaan orang percobaan tidak boleh minum lagi cairan dalam bentuk air, air the, juice, dll. 5. Tamping urin yang keluar pada 30, 60, dan 90 dalam gelas beaker 500 cc dan ukur jumlahnya dengan menggunakan gelas ukur, serta catat waktu pertama kali berkemih. 6. Ukurlah tekanan darah dan frekuensi nadi tiap 15 menit sampai percobaan selesai. 7. Catat seluruh volume urin yang dikeluarkan selama 1 jam. Bandingkan jumlah urin yang dihasilkan selama 1 jam dari berbagai jenis diuretic Dasar teori: HYDROCHLOROTHIAZIDE

Farmakodinamik: efek yang utama adalah meningkatkan ekskresi natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan

mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Berbeda dengan diuretik penghambat karbonik anhidrase, perubahan keseimbangan asam basa dalam tubuh tidak mempengaruhi efek diuretik tiazid. Derivat tiazid memperlihatkan eeefek penghambatan karbonik anhidrase dengan potensi yang berbeda-beda. Zat yang aktif sebagai penghambat karbonik anhidrase, dalam dosis yang mencukupi memperlihatkan efek yang sama seperti asetazolamid dalam ekskresi bikarbonat. Pada fungsi ginjal, tiazid dapat mengurangi kecepatan filtrasi glomerulus, terutama bila diberikan secara intravena. Efek ini mungkin disebabkan oleh pengurangan aliran darah ginjal. Namunberkurangnya filtrasi ini sedikit sekali mempengaruhi terhadap efek diuretik tizid, dan hanya mempunyai arti klinis bila fungsi ginjal memang sudah kurang. Tiazid disekresi secara aktif oleh tubuli ginjal bagian proksimal. Sekresi ini dapat berkurang dengan adanya antagonis kompetitif seperti probenisid. Tempat kerja utama tiazid adalah di bagian hulu tubuli distal, laju eksresi Na maksimal yang ditimulkan oleh tiazid relatif lebih rendah dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretik lain, hal ini disebabkan 90% Na dalam cairan filtrat telah direabsorpsi lebih dahulu sebelum ia mencapai tempat kerja tiazid. Pada manusia, tiazid menghambat eksresi asam urat sehingga kadarnya dalam darah meningkat. Ada 2 mekanisme yang terlibat 1. Tiazid meninggikan reabsorpsi asam urat di tubuli proksimal, 2. Tiazid mungkin sekali menghambat ekskresi asam urat oleh tubuli. Tiazid dapat meninggikan eksresi ion K terutama pada pemberian jangka pendek, dan mungkin efek ini menjadi kecil bila penggunaannya berlangsung dalam jangka panjang. Ekskresi natrium yang berlebihan tanpa disertai jumlah air yang sebanding, dapat menyebabkan hiponatremi dan hipokloremi, terutama bila penderita tersebut mendapat diet rendah garam. Farmakokinetik: absorpsi tiazid melalui saluran cerna baik sekali. Umumnya efek obat tampak setelah satu jam. Klorotiazid didistribusi ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar darah uri, tetapi obat ini ditimbun dalam jaringan ginjal saja. Bersihan ginjal terhadap obat ini besar sekali. Efek samping: pada penggunaan lama, dapat menyebabkan hiperglikemia, terutama pada penderita diabetes yang laten. Ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini terjadi: 1. Peninggian kadar glukosa plasma 2. Menigkatnya glikogenolisis

3. Berkurangnya glikogenesis Gejala insufisiensi ginjal dapat diperberat oleh tiazid, mungkin karena tiazid langsung mengurangi aliran darah ginjal. Gangguan pembentukan H menyebabkan amoniak tidak dapat diubah menjadi ion amonium dan memasuki darah, ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya depresi mental dan koma pada penderita sirosis hepatis. Suatu reaksi idiosinkrosi yang jarang sekali timbul seperti hepatitis kolestatik. Indikasi: pengobatan udem payah jantung ringan sampai sedang. Ada baiknya bila dikombinasi dengan diuretik hemat kalium indikasi lain adalah hipertensi, baik sebagai obat tunggal atau dalam kombinasi dengan obat hipertensi lain. Pemberian tiazid pada penderita gagal jantung atau hipertensi yang disertai gangguan fungsi ginjal harus dilakukan hati-hati sekali, karena obat ini dapat memperhebat gangguan tersebut akibat peningkatan kecepatan filtrasi glomerulus dan hilangnya natrium, klorida dan kalium yang terlalu banyak. Kontraindikasi: penderita gagal jantung atau hipertensi yang disertai gangguan fungsi ginjal FUROSEMID Tempat kerja utamanya adalah di bagian tebal ansa henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut juga sebagai loop diouretics. Cara kerja: diuretik kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. Pada pemberian IV obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan filtrasi glomerulus. Perubahan hemodinamik ini mengakibatkan menurunnya reabsorpsi cairan dan elektrolit di tubuli proksimal serta meningkatnya efek awal diuresis. Peningkatan aliran darah ginjal ini berlangsung sebentar. Dengan berkurangnya cairan ekstrasel akibat diuresis, maka aliran darah ginjal menurun dan hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya reabsorpsi cairan dan elektrolit ditubuli proksimal. Diuretik kuat meningkatkan ekskresi asam yang dapat dititrasi dan amonia. Fenomena yang diduga terjadi karena efeknya di nefron distal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya alkalosis metabolik. Farmakokinetik: obat ini mudah diserap melalui saluran cerna, dengan derajat yang agak berbeda-beda. Bioavailabilitas furosemid 65% sedangkan bumetanid hampir 100%. Diuretik kuat terikat pada protein plasma secara ekstensif , sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui sistem transport asam organik di tubuli proksimal.

Dengan cara ini obat terakumulasi dicairan tubuli dan mungkin sekali ditempat kerja yang lebih distal lagi. Probenisid dapat menghambat sekresi furosemid. Efek samping: hiperurisemia relatif sering terrjadi, namun pada kebanyakan penderita hal ini hanya merupakan gangguan kimia. Adanya reaksi berupa gangguan saluran cerna, depresi elemen darah, rash kulit, parestesia, dan disfungsi hati. Gangguan saluran cerna lebih sering terjadidengan asam etakrinat daripada furosemid. Furosemid dan tiazid disuga dapat menyebabkan nefritis interstisial alergik yang menyebabkan gagal ginjal reversibel. Juga terjadi penurunantoleransi karbohidrat, tetapi lebih ringan daripada tiazid. Pada dosis berlebihan, pernah dilaporkan hipoglikemia akut dengan mekanisme yang belum diketahui. Asam etakrinat dapat menyebabkan ketulian. Sedangkan pada furosemid dapat menyebabkan ketulian sementara. Ketulian ini mungkin sekali disebabkan oleh perubahan komposisi elektrolit cairan endolimfe. Ototoksisitas merupakan suatu efek samping unit mkelompok obat ini. Diuretik kuat dapat berinteraksi dengan warfarin dan klofibrat. Kontraindikasi: wanita hamil. SPIRONOLAKTON

Cara kerja: mekanisme kerja antagonis aldosteron adalah penghambatan kompetitif terhadap aldosteron. Ini terbukti dari kenyataan bahwa obat ini hanya efektif bila terdapat aldosteron baik endogen maupun eksogen dalam tubuh dan efeknya dapat dihilangkan dengan meninggikan kadar aldosteron. Farmakokinetik: 70% spironolakton oral diserap oleh saluran cerna, mengalami sirkulasi enterohepatik dan metabolisme lintas pertama. Ikatan dengan protein tinggi. Metabolit utamanya adalah kanrenon, memperlihatkan aktivitas antagonis aldosteron dan turut berperan dalam aktivitas biologik spironolakton. Kankrenon mengalami interkonversi enzimatik menjadi kanrenoat yang tidak aktif. Efek samping: efek toksik yang utama dari spironolakton adalah hiperkalemia yang sering terjadi bila obat ini diberikan secara bersama-sama dengan asupan kalium yang berlebihan.

Tetapi efek ini dapat pula terjadi bila dosis biasa diberikan bersama dengan tiazid pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal yang berat. Efek samping lain adalah ginekomastia. Indikasi: hipertensi dsan udem yang refrakter. Biasanya obat ini dipakai bersama diuretik lain dengan tujuan mengurangi ekskresi kalium. Sediaan dan dosis: spironolakton terdapat dalam bentuk tablet 25,50, dan 100 mg. PLASEBO Obat plasebo: berfungsi dengan cara memberikan efek psikologis dan keyakinan untuk sembuh. Efek itu ternyata memiliki kekuatan lebih besar daripada efek bahan-bahan kimiawi dalam obat-obatan sesungguhnya. Efek plasebo lebih menekankan faktor psikologis dan keyakinan untuk sembuh. Namun yang harus diperhatikan dalam penggunaan obat plasebo adalah dorongan psikologis yang harus dilakukan terus menerus. Para peneliti pun setuju bahwa obat plasebo punya beberapa keuntungan dibanding obat asli karena: 1. Mengurangi efek samping bahan kimia yang masuk ke tubuh 2. Mengurangi risiko kecanduan obat atau keracunan 3. Mengurangi biaya pengeluaran untuk penyembuhan penyakit karena harganya yang lebih murah. Plasebo adalah sebuah pengobatan yang tidak berdampak atau penanganan palsu yang bertujuan untuk mengontrol efek dari pengharapan. Istilah plasebo diambil dari bahasa latin yang berarti "I shall please" (saya akan senang) yang mengacu pada fakta bahwa keyakinan akan efektivitas dari suatu penanganan akan dapat membangkitkan harapan yang membantu mereka menggerakkan diri mereka sendiri untuk menyelesaikan problem - tanpa melihat apakah substansi yang mereka terima adalah aktif secara kimiawi atau tidak aktif. Dalam penelitian medis tentang kemoterapi, sebuah plasebo -disebut juga "pil gula"- merupakan zat yang secara fisik menyerupai obat aktif tetapi sebetulnya tidak memiliki kandungan obat yang sesungguhnya. Dengan membandingkan efek dari obat aktif dan plasebo, peneliti dapat menentukan apakah obat memiliki efek khusus di luar yang diharapkan.

Efek placebo: efek plasebo adalah sembuhnya pasien ketika mengonsumsi obat kosong atau plasebo.asil dari penyakit atau proses sakit) dan terjadi walaupun terdapat bukti yang berkebalikan. Biasanya, plasebo biasanya hanya berisi serbuk laktosa yang tidak memiliki khasiat apapun sebagai obat. Efek ini muncul karena pasien yang mendapat plasebo tidak tahu apa yang diminumnya, namun sugesti bisa membuat obat itu benar-benar manjur layaknya obat asli. Selama ini, pil plasebo biasanya dibuat dari gula dan tepung. Tetapi dokter juga menggunakan bahan lainnya termasuk vitamin dan suplemen herbal. Data dan hasil laporan OP 1 dan OP 2 : OP 1 Tekanan darah (mmHg) 130/70 Nadi (kali/menit) 82 Jumlah urin (cc) -

Keterangan

Parameter basal Menit 15 30 45 60 75 90

Setelah minum obat 130/60 130/60 130/60 130/60 130/60 130/90 74 72 71 86 71 79 29 127 453

Pembahasan : OP mendapatkan obat nomor 51 yang menurut tebakan kelompok adalah furosemid, dan tebakan kelompok benar. Kelompok menebak obat nomor 51 sebagai furosemid karena melihat efek fiuretik cukup kuat terutama di menit ke 90, dimana urin yang dikeluarkan OP berjumlah 453cc. Namum efek samping dari obat tidak dirasakan oleh OP kecuali efek diuretik yang kuat.

Kesimpulan: Furosemid merupakan diuretik kuat mempunyai mula kerja dan lama kerja yang lebih pendek dari tiazid. sehingga tidak difiltrasi di glomerulus tetapi cepat sekali disekresi melalui sistem transport asam organik di tubuli proksimal. OP 2 Tekanan darah (mmHg) 130/90 Setelah minum obat 140/90 130/80 150/80 140/90 140/90 140/90 78 80 84 84 88 82 44 110 140 Nadi (kali/menit) 85 Jumlah urin (cc) -

Keterangan

Parameter basal Menit 15 30 45 60 75 90

Kesimpulan : OP mendapatkan obat nomor 43 yang menurut tebakan kelompok adalah placebo, tetapi ternyata obat yang dikonsumsi oleh OP 2 adalah Hidroklorotiazid. Kelompok menebak obat tsb adalah placebo karena OP tidak merasakan efek samping dan tidak adanya pertambahan urin serta tekanan darah dan frekuensi nadi stabil. sehingga tebakan kelompok salah.

Pembahasan : Dapat dilihat data dari kel C yang meminum obat furosemid mengalami peningkatan yang signifikans pada menit ke 60 dimana para OP mengalami volume urin lebih dari 350 cc, sedangkan dengan oat hidroclorotiazid terjadi peningkatan volume urin pada menit ke 30 ke 60 tapi terjadi sedikit penurunan pada menit ke 90. Pada obat spironolakton sama seperti hidroclorotiazid, obat ini terjadi peningkatan pada menit ke 60 tapi mengalami penurunan volume urin pada menit ke 90, dan sebaliknya pada peminum plasebo tidak begitu terjadi perubahan dari menit ke 60 menuju 90. Kesimpulan: Dapat dilihat dari hasil grafik dapat disimpulkan bahwa furosemid merupakan kelompok diuretik yang kuat, hidroclorotiazid merupakan diuretik moderat dan

spironolakton termasuk dalam diuretik lemah yang efeknya tidak begitu terlihat sehingga banyak kelompok yang keliru dengan plasebo. Daftar Pustaka Gunawan SG, Nafrialdi RS, Elysabeth. Farmakologi dan terapi edisi 5. 2007. Jakarta: FK UI.

400

Grafik Hasil Efek Diuretik Obat Praktikum Farmakologi Blok 20


362.625

350

300

250

218.875 200 202.3 184.3

150

152.8 144.8

140.4

120.2 100 78.4 58.75 49.3 106.6

50

0 menit 30 menit 60 menit 90

Plasebo

Spironolakton

Furosemid

Hidroklorotiazid

Anda mungkin juga menyukai