Anda di halaman 1dari 6

BIOETANOL SEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

Desember 27, 2011

MEMBANGUN BISNIS BIOETANOLSEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY Karna Wijaya , Manager Biofuel dan Energi Hidrogen , Pusat Studi Energi UGM

Di antara berbagai jenis biofuel, bioetanol tergolong paling mudah diproduksi. Biaya operasional produksi dan pembuatan instalasinyapun relatif murah akan tetapi keuntungan yang didapat dari bisnis biofuel jenis ini cukup besar. Karena termasuk low tech, maka bioetanol dapat diproduksi oleh siapapun dan dimanapun, asal ada kemudahan akses ke bahan baku. Sebenarnya masyarakat kita telah lama mengenal teknik pembuatan bioetanol, khususnya untuk miras, misalnya ciu, dan arak. Jadi secara teknologi kita tidak punya masalah atau sudah menguasai teknik pembuatan bioetanol sehingga seharusnya kita dapat pula mengembangkan industri bioetanol bersekala besar maupun kelas UMKM atau home industry.

Analisis SWOT pendirian UMKM Bioetanol Sebelum mendirikan UMKM atau usaha home industry sebaiknya dilakukan perencanaan yang matang terlebih dahulu. Sebagai tindakan awal biasanya pelaku

bisnis menjalankan analisis SWOT terhadap usahanya. Analisis SWOT juga dilakukan setelah bisnis berjalan agar perusahaan dapat tetap bersaing. Teknik analisis SWOT dapat dianggap sebagai teknik atau metoda analisis yang paling fundamental, yang bermanfaat untuk melihat suatu permasalahan bisnis/usaha dari 4 bidang yg berbeda. Hasil analisis biasanya adalah rekomendasi untuk mempertahankan kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan tepat, analisis SWOT akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang tidak terlihat selama ini. Untuk membantu membedakan apakah suatu hal dikelompokan ke dalam kekuatan ataukah peluang dapat dilakukan dengan cara melihat asal dari suatu hal tersebut. Hal penting yang harus diingat selama menggunakan analisis SWOT adalah semua yang dituliskan harus berdasarkan fakta. Dalam menganalisis data digunakan teknik deskriptif kualitatif guna menjawab perumusan permasalahan mengenai apa saja yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang ada pada objek penelitian dan apa saja yang menjadi peluang dan ancaman dari luar yang harus dihadapinya (Freddy Rangkuti, 2001). Berikut analisis SWOT yang dapat diterapkan untuk mengembangkan UMKM atau home industry bioetanol. Kekuatan (Strengths): Kepakaran yang dimiliki perusahaan Produk baru atau service yang unik Lokasi perusahaan yang strategis Kualitas produk atau proses Kelemahan (Weaknesses): Minimalnya pengetahuan pemasaran (marketing) Produk yang dihasilkan tidak dapat dibedakan dengan produk pesaing Letak perusahaan atau institusi terpencil

Mutu produk rendah Peluang (Opportunities): Market yang terus berkembang Penggabungan perusahaan Munculnya segmen pasar yang baru Market internasional Pasar yang kosong karena ketidaksanggupan kompetitor memenuhi permintaan pelanggan Ancaman (Threats): Pesaing baru di segmen pasar yang sama Persaingan harga dengan pesaing Pesaing mengeluarkan produk yang lebih bagus kualitasnya Pesaing menguasai pangsa pasar terbesar

Bioetanol dan Pembuatannya

Bioetanol pada dasarnya adalah etanol atau senyawa alkohol yang diperoleh melalui proses fermentasi biomassa dengan bantuan mikroorganisme. Bioetanol yang diperoleh dari hasil fermentasi bisa memilki berbagai macam kadar. Bioetanol dengan kadar 90-94% disebut bioetanol tingkat industri. Jika bioetanol yang diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Umumnya bioetanol jenis ini dipakai untuk campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat

bahan bakar. Kadar bioetanol tingkat ini sangat tinggi, minimal 99,5%. Dewan Standarisasi Nasional (DSN) telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk bioetanol. Saat ini ada dua jenis SNI bioetanol, yaitu SNI DT 27-0001-2006 untuk bioetanol terdenaturasi dan SNI-06-3565-1994 untuk alkohol teknis yang terdiri dari Alkohol Prima Super, Alkohol Prima I dan Alkohol Prima II. Alkohol Prima Super memiliki kadar maksimum 96,8 % dan minimum 96,3 %, sedangkan Prima I dan Prima II minimal 96,1 % dan 95,0 %. Semua diukur pada temperature 15 oC. Untuk mengkonversi biomassa menjadi bioetanol diperlukan langkah-langkah sebagai berikut (Gan Thay Kong, 2010) 1. Proses hidrolisis pati menjadi glukosa. Pada langkah ini pati atau karbohidrat dihancurkan oleh enzim atau asam mineral menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Jika bahan baku yang digunakan buah-buahan mengandung gula tidak perlu dilakukan hidrolisis 2. Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan CO 2. Jumlah dan kadar bioetanol yang dihasilkan sangat tergantung pada proses ini, oleh karena itu proses ini harus dikontrol sehingga dapat dihasilkan bioetanol dalam jumlah banyak dan berkadar tinggi. 3. Proses distilasi untuk memisahkan bioetanol dari air sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95-96%. Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka kedua komponen tersebut dapat dipisahkan melalui teknik distilasi. 4. Proses dehidrasi untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa air di dalam bioetanol sehingga tercapai bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5% ( Fuel Grade Ethanol (FGE)) Bahan baku pembuatan bioetanol (bioetanol generasi pertama) yang banyak terdapat di Indonesia antara lain singkong atau ubi kayu, jagung, ubi jalar, dan tebu. Semuanya merupakan biomassa yang kaya karbohidrat dan berasal dari tanaman penghasil karbohidrat atau pati.

Keunggulan Bioetanol

Bioetanol merupakan zat kimia yang memiliki banyak kegunaan, misalnya : Sebagai bahan kosmetik, sebagai bahan bakar, sebagai pelarut, sebagai bahan minuman keras

Penggunaan bioetanol mengurangi emisi gas CO (ramah lingkungan) secara signifikan, Bioetanol bisa dipakai langsung sebagai BBN atau dicampurkan ke dalam premium sebagai aditif dengan perbandingan tertentu (Gasohol atau Gasolin alcohol), jika dicampurkan ke bensin maka bioetanol bisa meningkatkan angka oktan secara signifikan.

Campuran 10% bioetanol ke dalam bensin akan menaikkan angka oktan premium menjadi setara dengan pertamax (angka oktan 91),

Production cost bioetanol relatif rendah oleh karena itu bioetanol dapat dibuat oleh siapa saja termasuk UMKM dan home industry.

Teknologi pembuatan bioetanol tergolong low technology sehingga masyarakat awam dengan pendidikan terbatas dapat membuat bioetanol sendiri

Sumber bioetanol, seperti singkong, tebu, buah-buahan dan jagung mudah dibudidayakan.

Instalasi dan nilai investasi Untuk pembuatan instalasi bioetanol dengan kapasitas produksi 150 L/hari (kelas UMKM atau home industry), biaya investasi instalasi yang dibutuhkan diperkirakan sebesar Rp. 123.000.000,- . Biaya ini belum termasuk bahan baku. Dengan modal dasar Rp.123.000.000,- maka BEP (Break Event Point) usaha diperkirakan tercapai dalam kurun waktu 7-11 bulan tergantung fluktuasi harga bahan baku dan nilai jual bioetanol. Tabel 1. Spesifikasi Instalasi bioetanol berbahan baku ubi kayu/singkong (Sumber : Dr.Edi Mulyadi, 2011)

Tabel 2. Perkiraan biaya operasional dan total investasi (Sumber Dr.Edy Mulyadi, 2011)

Peluang pasar Bioetanol merupakan bahan kimia yang ramah lingkungan (green chemicals, biodegradable, emisi ramah lingkungan) karena dibuat dari bahan-bahan alam yang edible maupun non edible.Hasil pembakaran bioetanol menghasilkan CO2 yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman sehingga bioetanol sangat menjanjikan sebagai bahan bakar masa depan. Selain sebagai bahan bakar bioetanol digunakan pula dalam

Industri kosmetika Industri farmasi dan kesehatan Rumah tangga dan UMKM (sebagai bahan bakar genset) Pertanian Laboratorium penelitian Bahan baku fine chemicals lainnya seperti bioeter dan biodietilasetat dan sebagainya Mengingat manfaatnya dan pasarnya yang luas maka bioetanol sangat potensial

untuk terus dikembangkan di Indonesia baik sekala industri besar maupun UMKM dan home industry.

MEMBANGUN BISNIS BIOETANOL SEKALA UMKM DAN HOME INDUSTRY

Anda mungkin juga menyukai