Anda di halaman 1dari 3

Diagnosis Diagnosis emboli air ketuban terutama berdasarkan tanda dan gejala.

Manifestasi klasik emboli air ketuban digambarkan sebagai dyspnea yang tiba-tiba dan tidak terduga, kegagalan respiratorik, hipotensi yang diikuti oleh kolaps kardiovaskular, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian. Menurut Morgan, gejala klinik distress pernafasan terjadi pada 51% pasien, hipotensi 27%, abnormalitas koagulopati 12%, dan kejang 10%. Analisis Clarkes national registry menunjukkan gejala klinik emboli air ketuban yang terjadi sebelum persalinan adalah kejang (30%), dyspnea (27%), bradikardi fetal (17%), dan hipotensi (13%) Ada beberapa tanda awal yang sering menggambarkan emboli air ketuban, diantaranya, perasaan gelisah, perubahan prilaku, cemas, kebas, pucat, takipnea, tidak dapat menjawab pertanyaan, kebingungan, persepsi rasa yang buruk. Bouche patofis AFE Tanda awal seringkali terlihat pada elektrokardiogram yang menunjukkan adanya takikardi dan pola ventrikel kanan yang abnormal dan perubahan gelombang ST-T serta pulse oximetry menunjukkan penurunan saturasi oksigen tiba-tiba. Hal ini kemudian diikuti dengan hipotensi yang berat dan kolaps kardiovaskuler yang berhubungan dengan kesulitan bernafas yang berat. Diagnosis definitif biasanya ditentukan dengan ditemukannya komponen cairan ketuban dalam sirkulasi ibu dan dalam arteri kecil, arteriol, dan kapiler dari pembuluh darah paru. Pada ibu yang selamat, diagnosis dapat ditentukan dari identifikasi lanugo atau rambut fetus dan sel-sel squamous fetus pada aspirasi darah dari atrium kanan. Pemeriksaan diagnostik tambahan untuk mengkonfirmasi emboli air ketuban, diamtaranya: Rontgen dada : dapat menunjukkan pembesaran atrium kanan dan ventrikel serta edema paru. Scan paru: menunjukkan gambaran pada beberapa area dari berkurangya radioaktifitas pada lapangan paru. Central venous pressure (CVP) meningkat karena hipertensi pulmonal. Profil koagulasi: faktor- faktor koagulasi darah meningkat, tetapi bukti adanya Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) ditandai dengan kegagalan pembekuan darah, berkurangnya jumlah platelet, berkurangnya fibrinogen, afibrinogenemia,

perpanjangan Protombin Time (PT), dan terdapatnya penurunan produksi fibrin. Rudra indian
critical med

Diagnosis Banding Diagnosis banding emboli air ketuban yang berkaitan dengan hipotensi dan gejala yang berhubungan dengan syok ialah syok sepsis, syok hemoragik, reaksi anafilaksis, infark miokard, dan aritmia jantung, yg berhuungan dengan syok Cuma ini. Tp penjelasannya ga ada. Ga usah aja,y? Prognosis Sampai saat ini, pasien dengan emboli air ketuban memiliki prognosis yang buruk karena emboli air ketuban tidak dapat diprediksi ataupun dicegah. Emboli air ketuban tetap menjadi salah satu komplikasi kehamilan yang paling ditakuti dan mematikan. Prognosis dan mortalitas emboli air ketuban membaik secara signifikan dengan diagnosis yang lebih awal dan penanganan resusitasi cepat dan tepat. Harun toy Emboli air ketuban secara langsung dapat juga menimbulkan sindrom syok paru, diantaranya: 1. Kongesti paru yang mendadak menimbulkan dyspnea dan sianosis 2. Gangguan kongesti menimbulkan gagal janung kanan mendadak sehingga menimbulkan syok kardiogenik 3. Kapiler paru mengalami trombosis atau pembentukan trombus dan diikuti dengan atelektasis yang menyebabkan disfungsi paru yang semakin berat 4. Ekstravasasi cairan yang menimbulkan edema paru 5. Akibat koagulasi intravaskular maka batuk bercampur darah dapat terbentuk 6. Kesadaran turun, koma, dan diikuti kematian akibat gagal jantung dan paru. Proses ini terjadi dengan cepat sehingga penatalaksanaan yang sistematis tidak dapat dilakukan. Penderita kemudian mengalami penurunan kesadaran menjadi koma dan akhirnya meninggal akibat kegagalan fungsi paru dan jantung, manuaba

Daftar pustaka Toy H. Amniotic fluid embolism. Eur J Gen Med 6 (2). 2009. 108-15. Manuaba IBG. Pengantar kuliah obstetri.. Jakarta: EGC. 2007. 886 Rudra A, Chatterjee S, Sengupta S, Nandi B, Mitra J. Amniotic fluid embolism. Indian J Critical Care Med. 2009. 129-35. Bouche C, Casarottto M, Wiesenfield U, Bussani R, Addobati R, Bogatti P. Pathophysiology AFE. 2009.

Anda mungkin juga menyukai