RESPONSI KASUS ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT HAJI SURABAYA
VARICELLA
KATA PENGANTAR
-1-
Assalamualaikum wr.wb Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nyalah tugas kasus yang berjudul VARICELLA ini dapat diselesaikan
dengan baik. Penyusunan tugas ini merupakan salah satu tugas yang saya laksanakan selama mengikuti kepaniteraan di SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin di RSU HAJI Surabaya. Saya mengucapkan terimakasih kepada dokter pembimbing yaitu dr.S.A. Nurainiwati, Sp.KK. Terimakasih atas bimbingan , saran, petunjuk, dan waktunya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Saya menyadari bahwa penyusunan tugas kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, dengan demikian kritik dan saran selalu saya harapkan. Besar harapan saya semoga tugas kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya. Wassalamualaikum wr.wb
Pembimbing
Penulis
-2-
Responsi kasus dengan judul Varicella telah diperiksa dan disetujui sebagai salah satu tugas pada stase Ilmu Kulit dan Kelamin. Nama : Reni Rifanti NIM : 201120401011070
DAFTAR ISI
-3-
KATA PENGANTAR LEMBAR PENGESAHAN DAFTAR ISI BAB I 1.1 BAB II 2.1 2.2 PENDAHULUAN... Pendahuluan.. . LAPORAN KASUS Identitas Penderita. Anamnesis.. 2.2.1 Keluhan Utama 2.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang. 2.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu 2.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga. 2.2.5 Riwayat Sosial-Ekonomi.. 2.3 Pemeriksaan Fisik. 2.3.1 Status Generalis 2.3.2 Status Dermatologis. 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 Pemeriksaan Penunjang. Resume. Diagnosis. Diagnosis Banding Planning....... 2.8.1 Diagnosis.. 2.8.2 Terapi... 2.9 2.10 BAB III Prognosis Monitoring dan edukasi.
2 3 4 6 6 7 7 7 7 7 7 8 8 8 8 9 10 11 11 11 12 12 12 12 12
TINJAUAN PUSTAKA 13 13
3.1 Definisi
-4-
-5-
BAB I PENDAHULUAN
Varisela sering juga dikenal sebagai chickenpox, merupakan infeksi primer yang sangat menular disebabkan oleh virus Varicella-Zoster (VVZ) yang termasuk dalam keluarga virus herpes.(6,7) VVZ dapat menetap di dalam tubuh selama beberapa dekade dan menjadi aktif kembali menyebabkan herpes zoster (shingles).(8,9) Pada masa anak-anak varisela merupakan penyakit yang sangat menular dan sangat umum ditemukan kasusnya. (8) Sebagian besar kasus varisela terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun.(9) Penyakit ini biasanya ringan, meskipun kadang-kadang terjadi komplikasi serius.(9) Di Indonesia morbiditas varisela sampai saat ini masih tinggi. Umumnya varisela bersifat swasirna, namun dalam keadaan tertentu penyakit ini memerlukan penanganan khusus. Pada golongan tertentu varisela dapat bermanifestasi berat dan sering disertai komplikasi terutama pada usia pubertas dan dewasa, pasien kedua dan berikutnya dalam satu rumah, ibu hamil, neonatus, bayi dengan berat badan rendah, serta pasien imunokompromais. Varisela dapat berakhir fatal pada individu dengan gangguan sistem kekebalan tubuh. Berbagai obat antivirus dapat digunakan untuk menghambat replikasi VVZ yaitu asiklovir, valasiklovir, famsiklovir, foskarnet yang sangat efektif dalam memperpendek masa sakit dan mengurangi jumlah lesi.Penyembuhan umumnya sangat baik dalam kasus-kasus tanpa komplikasi.(7) Di Indonesia vaksinasi varisela belum diwajibkan. Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) 2007 dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2008 telah menganjurkan vaksinasi varisela. Pencegahan dapat juga dilakukan dengan menghindari kontak pasien varisela. Pencegahan varisela mengacu pada ACIP dan Buku Pedoman Imunisasi IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia).(3) Apabila ditinjau dari perjalanan penyakit varisela yang relatif lama, sangatlah kontras dengan tuntutan tanggung jawab di lingkungan pekerjaan atau pendidikan pasien. Hal ini
-6-
BAB II
STATUS PASIEN
2.1
IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Usia Alamat Pendidikan Pekerjaan Agama No RM Tanggal Periksa : Tn. H.B.S : Laki-laki : 39 Tahun : Pandegiling II/26 : SMA : Karyawan Industri : Islam : 662403 : 26 Juni 2013
2.2 ANAMNESIS Keluhan Utama :Lenting-lenting berisi cairan jernih yang tersebar ke seluruh tubuh. Keluhan Tambahan : Gatal pada lenting-lenting
2.2.4 Riwayat Sosial Pasien menyatakan bahwa teman satu kantornya ada yang menderita cacar air. Riwayat imunisasi sebelumnya, pasien tidak hafal.
2.3
PEMERIKSAAN KLINIS
Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan dasar eritematosa, terdapat pustul terutama pada belakang telinga, leher, dada, dan perut., didapatkan pula erosi, dan krusta warna putih dan kuning terutama pada wajah.
-9-
-10-
2.4
2.5
RESUME Pasien datang dengan keluhan terdapat lenting-lenting diseluruh badan. dirasakan sejak 2 hari terakhir. Awalnya tidak enak badan disertai demam dan sakit kepala pada hari sabtu lalu, kemudian hari senin malam langsung seketika timbul lenting-lenting, awalnya di perut dahulu, kemudian menyebar di dada, tangan, sampi kewajah. Selain itu pasien mengalami sejenis sariawan di mulutnya, keluhan ini dirasakan timbul sejak kemarin, sehingga membuat nafsu makan berkurang. Pasien mengatakan hal ini baru dialami pertama kali olehnya. Selama sakit ini pasien belum melakukan pengobatan atau pemberian obat salep maupun minum, hanya menggunakan sabun dettol ketika mandi Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak didapatkan pembesaran kelenjar KGB, Regio : hampir seluruh tubuh (generalisata), Efloresensi : Tampak vesikel-vesikel dengan
-11-
2.6
DIAGNOSIS KERJA
Varicella
2.7
2.8
PLANNING
2.8.1 PEMERIKSAAN ANJURAN Dapat dilakukan percobaan Tzanck dengan cara membuat sediaan hapusan yang diwarnai dengan Giemsa. Bahan diambil dari kerokan dasar vesikel dan akan didapati sel datia berinti banyak.
2.8.2
PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa: 1. Menjelaskan kepada pasien agar jangan mengaruk dan memecahkan lenting-lenting tersebut karena dapat menimbulkan bekas luka garukan di kulit. Menaburkan bedak pada lenting yang belum pecah. 2. Jaga kebersihan badan dengan tetap mandi walaupun masih banyak terlihat lentinglenting. Jangan menggosokkan handuk terlalu kencang. 3. Pasien dianjurkan untuk istirahat dirumah, mengindari kontak dengan kerabat selama beberapa hari untuk mencegah penularan.
-12-
Medikamentosa: Sistemik: Acyclovir 4x200 mg selama 5 hari Erythromycine 3x250 mg selama 5 hari
Topikal : Bedak salisil 2%, taburkan 2x/hari pada lenting yang belum pecah. Gentamisina Sulfat Cream 1%, oleskan 2x/hari pada bekas lenting yang pecah.
2.9 PROGNOSIS Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. 2.10 MONITORING DAN EDUKASI Monitoring keluhan yang diderita serta menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, gejala, pengobatan, serta penularan yang mungkin terjadi. Tetap menjaga kebersihan, dan dilarang untuk menggaruk bagian yang sakit. Untuk mencegah penularan kepada teman atau rekan kerja sebaiknya penderita tidak kerja selama lima hari.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI Varicella (Cacar Air) adalah penyakit infeksi yang umum yang biasanya terjadi pada anak-anak dan merupakan akibat dari infeksi primer Virus Varicella Zoster. Varicella pada anak, mempunyai tanda yang khas berupa masa prodromal yang pendek bahkan tidak ada dan dengan
-13-
Normalnya pada anak, gejala sistemik biasanya ringan. Komplikasi yang serius biasanya terjadi pada dewasa dan pada anak dengan defisiensi imunitas seluler, dimana penyakit dapat bermanifestasi klinis berupa, erupsi sangat luas, gejala konstitusional berat, dan pneumonia. Terdapat kemungkinan fatal jika tidak ada terapi antivirus yang diberikan. 2 Vaksin Live Attenuated (Oka) mulai diberikan secara rutin pada anak yang sehat diatas umur 1 tahun 1995. Setelah itu, insidensi varisella dan komplikasinya mulai menurun di Amerika Serikat. Telah banyak negara bagian yang mewajibkan vaksin ini diberikan sebagai syarat masuk sekolah. 2 Herpes Zooster disebabkan oleh reaktivasi dari Virus Varisela Zooster yang oleh penderita varisela. Herpes Zooster ini ditandai dengan lesi unilateral terlokalisasi yang mirip dengan cacar air dan terdistribusi pada syaraf sensoris. Biasanya lebih dari satu syaraf yang terkena dan pada beberapa pasien dengan penyebaran hematogen, terjadi lesi menyeluruh yang timbul setelah erupsi lokal. Zoster biasanya terjadi pada pasien dengan immunocompromised, penyakit ini juga umum pada orang dewasa daripada anak-anak. Pada dewasa lebih sering diikuti nyeri pada kulit. 1 3.2 EPIDEMIOLOGI Sebelum pengenalan vaksin pada tahun 1995, varisella merupakan penyakit infeksi paling sering pada anak-anak di USA. Kebanyakan anak terinfeksi pada umur 15 tahun, dengan persentasi dibawah 5% pada orang dewasa. Epidemik Varicella terjadi pada musim dingin dan musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Varicella merupakan penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan kematian tinggi pada
-14-
3.3 ETIOLOGI Varicella disebabkan oleh Varicella Zooster Virus (VZV) yang termasuk kelompok Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150 200 nm. Inti virus disebut capsid yang berbentuk icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek (S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekul 100 juta dan disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. 1
-15-
-16-
-17-
Gambar 1. Gejala klinis varicella zoster3 Lain halnya jika lenting cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk lebih dalam sehingga akan mengering lebih lama. kondisi ini memudahkan infeksi bakteri terjadi pada bekas luka garukan tadi. setelah mengering bekas cacar air tadi akan menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa atau dewasa muda, bekas cacar air akan lebih sulit menghilang. 3 Papula di mulut cepat pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus), yang sering menyebabkan gangguan menelan. Ulkus juga dapat ditemukan di kelopak mata, saluran pernapasan bagian atas, rectum dan vagina. 4 Papula pada pita suara dan saluran pernapasan atas kadang menyebabkan gangguan pada pernapasan. Bisa terjadi pembengkakan kelenjar getah bening dileher bagian samping. Cacar air jarang menyebabkan pembentukan jaringan parut, kalaupun ada hanya berupa lekukan kecil di sekitar mata. Luka cacar air bisa terinfeksi akibat garukan dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus. 4
-18-
3.6 DIAGNOSIS Diagnosis klinik varisela pada anak-anak, saat ini variola (smallpox) telah dieradikasi, biasanya tidaklah sulit. Ruam mempunyai karakteristik dan jarangkali dibutuhkan untuk dibedakan dari eksantem enterovral, infeksi S. aureus, rekasi obat, dermatitis kontak dan penyebaran infeksi HSV-1. Diagnosis dengan kultur dari cairan vesikel kurang sensitif untuk HSV atau CMV dan dapat membutuhkan waktu 7 hari. 2 Metode ini telah diganti dengan metode shellvial sensitive dan ebih cepat, dimana hasilnya diberikan dalam waktu 1-3 hari. Deteksi yang lebih cepat, sensitif, dan spedifik dapat membentu sistem dasar kultur dimasa depan sebagaimana pewarnaan PCR multiple menjadi lebih sering untuk digunakan. Mengambil dasar vesikel mungkin dapat menunjukkan sel raksasa multinukleasi, dimana tidak dapat jelas dibedakan
-20-
dari
HSV.
Bagaimanapun,
3.7 DIAGNOSIS BANDING Differensial diagnosis dari infeksi varicella sendiri termasuk infeksi yang dapat menimbulkan vesikular exanthema, seperti infeksi herpes secara umum, hand-foot-mouth infection dan exanthema enteroviral lainnya. Dahulu, variola dan vaccinia merupakan differensial diagnosis yang penting namun infeksi ini sudah sangat jarang ditemukan. Herpes simpleks dapat dibedakan dari pengelompokan vesikelnya, lokasi, dan tes immunoflorescent atau kultur, jika perlu. Tes Tzanck dapat membantu membedakan varicella dengan enteroviral penyebab exanthem lainnya dengan memperlihatkan multinucleated giant cell pada infeksi Herpes zoster. 3 Pemeriksaan Laboratorium Pada pemeriksaan darah tidak memberikan gambaran yang spesifik. Untuk pemeriksaan varicella bahan diambil dari dasar vesikel dengan cara kerokan an dicat dengan Giemsa dan Hematoksilin Eosin, maka akan terlihat sel-sel raksasa (giant cell) yang mempunyai inti banyak dan epitel sel berisi Acidophilic Inclusion Bodies atau dapat juga dilakukan pengecatan dengan pewarnaan imunofluoresen, sehingga terlihat antigen virus intrasel.
-21-
3.8 PENGOBATAN Meskipun vidarabine dan interferon- telah digunakan pada terapi infeksi VZV yang berat, asiklovir tetaplah merupakan obat pilihan. Asiklovir lebih efektif pada infeksi VZV yang berat jika diberikan secara intravena dalam 24 jam setelah timbul ruam. Terapi asiklovir oral dari anak sehat dengan chickenpox sebaiknya dipertimbangkan , terutama pada remaja dan kontak dengan orang rumah secara sekunder, meskipun keuntunggannya tetap ada. Dikarenakan strain resisten asiklovor pada pasiein dengan AIDS, foscaranet harus dipertimbangkan untuk infeksi berat dalam keadaan ini. 3 Untuk herpes zoster, obat pilihan adalah famciclovir dan valacyclovir. Terapi awal dari zoster telah menunjukkan untuk memperpendek perjalan penyakit kutaneus dan menurunkan durasi serta keparahan post herpetil neuralgia. Steorid topikal juga dapat berguna pada uveitis herpetik dan keratitis. Zoster yang sangat nyeri dapat diterapi dengan kompres basah dan analgesik yang menganduk kodein. Gabapentin, analog struktural neurotransmitter gammaaminobutyric acid, berguna dalam mengatasi postherpetic neuralgia. Antihistamin dapat berguna untuk menyingkirkan rasa gatal varisella pada anak-anak. 1 Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah penggarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin. Bisa juga dioleskan losyen kalamin, antihistamin atau losyen lainnya yang mengandung mentol atau fenol. 2 Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya: kulit dicuci sesering mungkin dengan ait dan sabun, menjaga kebersihan tangan, kuku dipotong pendek, pakaian tetap kering dan bersih. 2 Kadang diberikan obat untuk mengurangi gatal (antihistamin). Jika terjadi infeksi bakteri, diberikan antibiotik. Jika kasusnya berat, bisa diberikan obat anti-virus asiklovir. 2
-22-
3.9 KOMPLIKASI Adapun komplikasi yang bisa ditemukan pada cacar air adalah: 5 Pneumonia karena virus Peradangan jantung Peradangan sendi Peradangan hati Infeksi bakteri (erisipelas, pioderma, impetigo bulosa) Ensefalitis (infeksi otak).
3.10 PROGNOSIS Dengan perawatan teliti dan memperhatikan higiene akan memberikan prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul akan menjadi sedikit. 5 Angka kematian pada anak normal di Amerika 5,4 7,5 dari 10.000 kasus varicella. 5 Pada neonatus dan anak yang menderita leukimia, immunodefisiensi, sering menimbulkan komplikasi dan angka kematian yang meningkat. 5 Angka kematian pada penderita yang mendapatkan pengobatan immunosupresif tanpa mendapatkan vaksinasi dan pengobatan antivirus antar 7 27% dan sebagian besar penyebab kematian adalah akibat komplikasi pneumonitis dan ensefalitis. 5
-23-
BAB IV PEMBAHASAN Pada Tn H, 39 th, datang ke Poli RSU Haji Surabaya dengan keluhan utama terdapat lenting-lenting yang tersebar di seluruh tubuh. Setelah dilakukan anamnesis, maka dapat di ambil hasil yaitu, Gejala prodormal yang terjadi pada Tn. H: demam, malaise, sakit kepala, gatal. Eksantem mulai pada kulit kepala berambut atau badan berupa makula eritema yang berkembang cepat menjadi vesikel. Lesi menyebar secara sentrifugal dari sentral ke seluruh bagian tubuh. Terdapat lesi yang mengenai mukosa mulut. Pada kasus ini, diagnosa varicella ditegakan karena dari anamnesa dan pemeriksaan klinis yang ditemukan, sesuai dengan teori yang ada, yaitu pasien mengeluhkan adanya lentingan-lentingan berisi cairan dengan dasar kemerahan yang terasa gatal. Sesuai dengan karakteristik pasien dengan varicella, lentingan ini muncul diawali dari daerah dada yang lama kelamaan menyebar hingga ke wajah, belakang telinga, leher punggung dan kedua ekstremitas. Sebelum keluhan ini muncul, pasien pun mengalami beberapa gejala prodromal sesuai dengan teori yang ada, yaitu adanya demam, sakit kepala dan malaise. Serta didapatkannya gejala berupa lesi pada mukosa mulut, hal ini juga sesuai dengan teori varicella yang menyatakan bahwa lesi dapat muncul di membran mukosa, seperti pada mulut, konjungtiva dan vagina. Pemeriksaan fisik: Pada seluruh tubuh tampak vesikel dikelilingi halo macula eritem, pustul, dan menjadi krusta. Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada seluruh bagian tubuh pasien, ditemukan vesikel dengan penyebaran generalisata (hampir mengenai seluruh bagian tubuh namun masih terdapat kulit yang sehat). Beberapa vesikel masih tampak utuh, namun beberapa lagi tampak terkelupas, cairan keluar dan basah. Beberapa bagian tampak cairan vesikel yang kerluar dan telah mengering membentuk crusta.
-24-
Berikut adalah Perjalanan Penyakit varicella: Masa inkubasi penyakit ini berlangsung 12-24 hari dengan rata-rata 15-18 hari. Gejala prodromal (jarang pada anak-anak) biasanya pada dewasa: demam yang tidak terlalu tinggi, malaise dan nyeri kepala. Gejala awal adalah timbulnya erupsi kulit makula, kemudian papul eritematosa dan dalam waktu beberapa jam berubah menjadi vesikel jernih yang berbentuk oval, tetesan embun (tear drops) pada dasar eritema, berubah menjadi pustule opaque, kemudian dapat menjadi krusta. Sementara proses perubahan berlangsung, timbul lagi vesikel-vesikel yang baru sehingga menimbulkan gambaran polimorfi. Lesi tidak menimbulkan scar, tapi lesi yang besar dan yang menjadi infeksi sekunder dapat sembuh dengan karakteristik bulat dan scar yang melekuk. Penyebarannya terutama di daerah badan dan kemudian menyebar secara sentrifugal ke muka dan ekstremitas, serta dapat menyerang selaput lendir mata (konjungtiva), mulut (bucal mucosa), mukosa intestinal, paru-paru dan saluran napas bagian atas. Jika terdapat infeksi sekunder, maka terdapat pembesaran kelenjar getah bening regional. Biasa disertai dengan rasa gatal. Terdapat fase viremia antara hari ke 4 dan 6 yang menuju hati, spleen, paru dan organ lain. Secondary viremia terjadi pada hari ke 11-20, menyebabkan infeksi pada epidermis dan munculnya lesi kulit. Lebih parah pada bayi <2 minggu, dewasa dan pada pasien immunosuppressed. Pada pasien immunosuppressed (post-transplantation, terapi kostikosteroid, HIV/AIDS), varisela dapat menyebabkan penyakit klinis yang serius dengan extensive cutaneous dan manifestasi sistemik. Varisela dapat diikuti beberapa tahun kemudian dengan Herpes zoster biasanya pada pasien yang imunosupresi. Pada pasien ini terdapat riwayat kontak penularan dari teman kerjanya Pada pemeriksaan penunjang Tzanck test disebut juga tzanck smear atau chickenpox skin test atau hepers skin test. Tzacnk smear ini adalah suatu test dengan cara men scraping dasar dari ulcer untuk melihat tzanck cell (multinucleated cell) atau
-25-
-26-
BAB V KESIMPULAN Infeksi Varisela merupakan infeksi primer disebabkan oleh virus Varicella-Zoster (VVZ). Reaktivasi dari periode laten menyebabkan herpes zoster. Di Indonesia morbiditas varisela masih tinggi. Mayoritas penderita adalah anak-anak dibawah 10 tahun dengan manifestasi klinis ringan. Pada keadaan tertentu penyakit ini memerlukan penanganan khusus (penderita dewasa, ibu hamil, bayi, imunokompromais). Penegakan diagnosa varisela berdasarkan atas anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (Tzank smear, histopatologi, kultur virus, Imunofluoresensi, Serologis dan PCR) Varisela harus dibedakan terutama dengan variola (smallpox), penyakit ini lebih berat, memberi gambaran monomorfik dan penyebarannya dimulai dari bagian akral tubuh. Komplikasi lebih sering terjadi pada penderita dewasa (pneumonia varisela primer dan ensefalitis). Komplikasi yang sering terjadi pada anak adalah infeksi bakterial sekunder. Tujuan penatalaksanaan adalah menurunkan risiko komplikasi, durasi lesi serta jumlah lesi dan mortalitas. Pentalaksanaan umum mencakup terapi simtomatik (antipiretik, antipruritus) dan
penatalaksanaan khusus yang terdiri dari terapi agen antiviral (penatalaksanaan utama) dan vaksinasi (aktif dan pasif). Pada remaja sehat dan dewasa, asiklovir oral kurang dari 24 jam sejak awal lesi kulit terbukti paling efektif menurunkan keparahan (memperpendek masa sakit dan mengurangi lesi kulit) serta menurunkan risiko infeksi sekunder. Asiklovir topikal tidak efektif.
-27-
-28-
tempat suntikan atau diseluruh bagian tubuh, terjadi pada 3-5% kasus. Dengan perawatan yang teliti dan memperhatikan hygiene memberi prognosis yang baik dan jaringan parut yang timbul sangat sedikit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Keempat. Bab Varisela. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 2007 2. Mehta, Parang. Varicella. Emedicine from WebMD. Sept 2007. Diambil dari http://www.emedicine.com/ped/topic2385.htm. Diakses pada tanggal 15 Juli 2013. 3. Rampengan, T.H. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 2005 4. Schachner, Lawrence. Pediatric Dermatology Third Edition. Mosby. 2003 5. Dewi M. Cacar Air (Varicella). Diambil dari Medicastore.com Diakses pada
-29-
-30-