Anda di halaman 1dari 5

Retardasi Mental

dr. Ny. Endang Warsiki Ghosali Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.

Retardasi mental atau Keterbelakangan Mental merupakan problem multirasionil yang menyangkut aspek medik, psikologi,pendidikan,perawatan dan sosial. Aspek medik : adanya perubahan-perubahan dasar dalam otak misalnya : perubahan unsur-unsur yang penting di dalam otak, perubahan metabolisme sel-sel otak, kurangnya kapasitas transmisi antar neuron. Aspek psikologi : adanya gangguan perkembangan fisik, intelligensi dan emosi pada bayi sampai anak pra-sekolah; timbulnya rasa rendah diri akibat kemampuannya lebih rendah daripada anak normal. Aspek pendidikan (edukatif) : kesukaran menangkap pelajaran pada anak-anak retardasi mental yang mulai bersekolah sehingga perlu pendidikan khusus yang disebut sekolah luar biasa.

Adapun defmisi dari Intelligensi (Kanner) yakni kemampuan seseorang untuk belajar mengambil keuntungan dari pengalaman, menyesuaikan diri pada keadaan yang baru, mendapatkan cara yang baru untuk menanggapi sesuatu serta dapat ber Aspek perawatan : tidak jarang anak dengan retardasi fikir secara abstrak. mental jenis yang berat atau sangat berat tak mampu Beberapa banyak anak yang tertimpa keterbelakangan menmengurus kebutuhannya sendiri misalnya : makan, tal ini ? Menurut catatan WHO, di Amerika 3% dari pendudukminum, mandi sehingga perlu perawatan khusus untuk nya terbelakang jiwanya; di negeri Belanda 2,6%; di Inggris 1anak ini, yang dengan sendirinya merupakan beban yang 8%; di Asia 3%. Di Indonsia belum ada angka-angka yang sangat berat bagi orang tuanya ataupun perawat yang pasti, tetapi berdasarkan atas hal-hal tersebut diatas diperkimengasuhnya. rakan 3%. Aspek sosial : kurangnya kemampuan daya belajar dan Kebanyakan retardasi mental baru diketahui pada masa daya penyesuaian diri sosial sesuai dengan permintaan sekolah dan frekuensi terbanyak memang didapatkan pada masyarakat sehingga penempatan anak dalam masya- golongan retardasi mental taraf perbatasan (subnormal), urutan rakat selalu kurang memuaskan baik bagi masyarakat, kemudian adalah golongan taraf ringan (debil) sedangkan keluarganya maupun anaknya sendiri. golongan taraf berat dan sangat berat yang paling sedikit Dari segi pembangunan, problema keterbelakangan ini didapatkan. Penilaian anak terus-menerus dilakukan pada masa menyangkut banyaknya tenaga kerja yang tak dapat digunakan sekolah maka golongan subnormal dan debil baru tampak secara efektif untuk pembangunan perekonomian kita akibat gejalanya bila anak sudah mulai sekolah. terbatasnya daya berfikir dan daya penyesuaian diri mereka Anak-anak terbelakang yang tergolong berat ditemukan di sehingga didapatkan banyaknya pengangguran di antara pen- semua lapisan masyarakat, tak memandang kedudukan derita-penderita Retardasi mental ini. sosioekonomi dari orang tua. Tapi yang tergolong ringan Definisi dari retardasi mental adalah keadaan dimana kebanyakan ditemukan pada golongan sosioekonomi rendah.

fungsi intelektual umum berada di bawah normal dan dimulainya selama masa perkembangan individu yang berhubungan dengan terbatasnya kemampuan belajar dan daya penyesuaian diri didalam proses pendewasaan individu tersebut. Klasifikasi retardasi mental menurut Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa (PPDGJ/DSM II 1968) adalah 1. Retardasi mental taraf sangat berat = Idiot (IQ 0-19). 2. Retardasi mental taraf berat = Imbecile berat (IQ 20-35). 3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan (IQ 36-51). 4. Retardasi mental taraf ringan = Debil (IQ 52-67). 5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal (IQ 6885).

54

Cermin Dunia Kedokteran No. 29, 1983

WHO tidak setuju golongan subnormal dimasukkan retar- (a) adanya retardasi mental ringan (kedunguan) yang terdapat dasi mental karena dengan demikian kira-kira 16% dari pendupada anggota keluarga lain (cultural familiar retardates). duk dapat dianggap terbelakang mentalnya. Sebab ini banyak terdapat di Indonesia, melihat struktur masyarakat Indonesia banyak berasal dari golongan sosioekonomi rendah. Karena kurangnya kepandaian Etiologi. mereka maka secara automatis mereka jatuh pada suatu Penyebab retardasi mental dapat dibagi dalam kelompok : (i) tingkatan yang paling bawah yakni yang taraf kehidupBiomedik, dan (ii) sosiokultural, psikologik dan lingkungan. annya berjalan sangat sederhana. (b). adanya gangguan emosi pada anak sehingga anak berfungI. Kelompok Biomedik dapat di bagi menjadi sebab prenatal, si di bawah potensi sebenarnya (misalnya karena penolaknatal dan postnatal. an orang tua, iri terhadap saudaranya dsb.). A. Penyebab Prenatal (c). kurangnya stimulasi pada anak, misalnya : 1. Infeksi ibu : kuman, virus, toxoplasma. kurangnya rangsangan belajar. (a) kuman : tbc, syphilis, meningitis, karena meningococcus. kurangnya pemberian kasih sayang dan perhatian (b) virus rubella, influenza, cytomegalic inclusion orang tua pada anak karena adanya pemisahan orang tua body disease; dengan anak (parental deprivation). 2. Intoxikasi karena : bilirubin (kernicterus), timah, karbon monoxida, post-imunisasi, toxemia gravidarum. 3. Gangguan metabolisme. (a) metabolisme protein : phenylketonuria. (b) metabolisme hidrat arang : galactosemia. (c) metabolisme lemah : Tay-Sach's disease. 4. Bentuk kepala abnormal : Anencephalia, Makrocefalia, Mikrocefalia, Hydrocefalus, Craniostenosis. 5. Kelainan khromosom : Mongolism (sindroma Down), Klinefelter's syndrome. 6. Irradiasi pada kandungan dengan umur kehamilan 2-6 minggu. 7. Malnutrisi ibu, terutama karena defisiensi protein. 8. Endokrin : Hypothyroid ibu menyebabkan kretinism
B. Natal

1. anoxia otak karena asphyxia, misalnya karena partus lama. 2. trauma kelahiran 3. prematuritas/berat badan lahir rendah.
C. Postnatal

1. malnutrisi bayi : Perkembangan inteligensi anak ,sangat dipengaruhi bila defisiensi protein terjadi sejak lahir sampai 2. Retardasi mental berat = Imbicile berat. IQ 20-35, umur umur 2 tahun. mental 2-4 tahun. 2. Infeksi : encephalitis, meningitis, febrile convulsion yang Ciri-cirinya : dapat dilatih dan tak dapat dididik. lama dan sering. dapat dilatih merawat dirinya sendiri; makan, mandi dan 3. Trauma kapitis. berpakaian sendiri. 4. Anoxia otak : karena status epilepticus atau dehydrasi (gas kadang-kadang masih dapat mengenal bahaya dan menjaga troenteritis berat). dirinya. pergerakan motorik biasanya masih terganggu, pergerakan 25% dari retardasi mental mempunyai IQ dibawah 50 dan ada kaku dan spastis. hubungannya dengan sebab-sebab biomedik. biasanya masih didapatkan kelainan kongenital. perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat. II. Kelompok sosiokultural, psikologik dan lingkungan. masih mudah terserang penyakit lain. Ciri-ciri dari kelompok ini : 3. Retardasi mental sedang = Imbecile ringan. IQ 3550, umur tidak ada tanda-tanda dari kelainan struktural otak. mental 4 - 8 tahun. derajat keterbelakangannya masih termasuk ringan (IQ Ciri-cirinya : Dapat dilatih dan dapat dididik (Trainable & diatas 50). Educable) sampai ke taraf kelas II - III SD. 75 % dari jumlah retardasi mental mempunyai IQ diatas 50 dapat dilatih merawat dirinya sendiri misalnya : makan, dan sebagian besar disebabkan karena sebab-sebab mandi dan berpakaian sendiri. sosiokultural. mengenal bahaya dan dapat menyelamatkan diri. Sebab-sebab dari kelompok II: koordinasi motorik biasanya masih sedikit terganggu.

Ciri-ciri tingkatan Retardasi mental. 1. Retardasi mental sangat berat = Idiot. IQ 0 19. Umur mental (mental age) kurang dari 2 tahun. Ciri-cirinya : Tak dapat dilatih dan dididik tidak dapat merawat dirinya sendiri. makan harus disuap. mandi dan berpakaian harus ditolong. tidak mengenal bahaya, tak dapat menjaga diri terhadap ancaman fisik. pergerakan motorik biasanya terganggu, pergerakan kaku atau spastis. biasanya didapatkan kelainan kongential misalnya bentuk kepala abnormal, kelainan fisik pada badan anggota badan seperti badan kecil, bungkuk; bentuk tangan abnormal jari kelingking bengkok (mongolism). perkembangan fisik (duduk, jalan) dan bicara terlambat. Sering tak dapat diajar berbicara, bicara hanya 1 suku kata saja (ma,pa). mudah terserang penyakit lain, misalnya tbc, infeksi lain.

Cermin Dunia Kedokteran No. 29, 1983

55

biasanya masih didapatkan kelainan kongenital. dapat dilatih pekerjaan yang sederhana dan rutin misalnya : menyapu, mencuci piring, membersihkan rumah dsb. bisa menghitung 1 - 20, mengetahui macam-macam warna dan membaca beberapa suku kata. perkembangan fisik dan berbicara masih terlambat. sering tersangkut perkara kriminilkarena mudah disugesti dan penilaian terhadap baik dan buruknya suatu hal masih kurang. 4. Retardasi mental ringan = Debil. IQ 5267, umur mental 8 -11 tahun. Ciri-cirinya : dapat dilatih dan dididik. dapat merawat dirinya dan melakukan semua pekerjaan di rumah. dalam keadaan cocok dapat mencari nafkah - tetapi tak dapat bersaing dengan orang lain dan tak dapat mengurus pekerjaannya dengan bijaksana, sehingga bila ada penghematan tenaga kerja, penderita diberhentikan lebih dahulu. tidak dapat dididik di sekolah biasa tetapi harus di lembaga istimewa atau Sekolah Luar Biasa. pada saat menginjak Taman Kanak-kanak belum tampak kekurangannya, sesudah menginjak Sekolah Dasar tampak kurang kepandaiannya, sehingga sukar untuk naik kelas (kelas I SD - 3 tahun). tak dapat berfikir secara abstrak, hanya hal-hal konkrit yang dapat difahami. kurang dapat membedakan hal-hal yang penting dan remeh atau hal-hal yang baik dan buruk, sehingga mudah tersangkut perkara kriminil. Oleh karena itu perlu pengawasan orang tua dalam melakukan aktivitasnya. koordinasi motorik tidak mengalami gangguan. kelainan kongenital biasanya tidak didapatkan. perkembangan fisik biasanya normal tetapi perkembangan bicara biasanya masih terlambat (biasanya bicara kurang sempurna dan perbendaharaan kata-kata kurang).

berbicara, laporan sosialisasi anak berasal dari orang tua/keluarganya, laporan kemajuan sekolah dari guru, hasil pemeriksaan laboratorium, EEG, foto dsb. Yang perlu diukur tidak hanya mengenai intelligensinya, tetapi juga mengenai adaptasi sosialnya. Kesulitan dalam membuat diagnosa terutama terjadi bila anak masih di bawah 3 tahun, sebab test-test psikologik lebih banyak ditujukan pada anak-anak yang lebih besar dari 3 tahun. Riwayat perkembangan fisik anak normal : 4 bulan : dapat telungkup dan menahan kepala. 10 -17 bulan : dapat berjalan. 18 bulan : dapat menaiki kursi. 2 tahun : dapat berlari. Riwayatnya perkembangan berbicara : 1 tahun : dapat mengucapkan dua patah kata : ma, da, pa. 18 bulan : dapat menyebut 10 kata dan menunjukkan bagian-bagian badan. 2 tahun : dapat menyebut nama-nama benda sekitarnya, dapat membuat kalimat. 2,5 - 3 tahun : dapat menyebut 200 - 300 kata, mengenal kata ganti : saya, dia. Riwayat perkembangan fisik dan berbicara ini dikatakan terlambat bila perkembangan anak lebih lambat dari umur-umur diatas disertai tanda-tanda Minis lainnya misalnya kesukaran dalam melatih dan mendidik anak baik di rumah maupun di sekolah.

Persoalan psikiatri pada anak-anak dengan retardasi mental.

Seorang anak dengan retardasi mental selalu akan menghadapi persoalan baik yang berasal dari dirinya, keluarganya maupun masyarakat di sekitarnya. Kurangnya kemampuan intelektual dan penyesuaian diri 5. Retardasi mental taraf perbatasan = Subnormal = Border-line. anak menyebabkan anak kurang mampu bergaul dengan teIQ 68-85, umur mental 12-16 tahun. man-teman sebayanya sehingga anak sering dipencilkan dari Ciri-cirinya : pergaulan teman-teman seumurnya akibatnya anak bergaul dapat dididik di sekolah biasa, meskipun tiap kelas dicapai atau bermain dengan teman-teman yang lebih muda atau dalam 2 tahun. mengurangi kegiatannya sampai menarik diri dari pergaulan. dapat berfikir secara abstrak. Orang tua atau keluarga sering kecewa terhadap kemampuan dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk. penderita sehingga akhirnya bersikap menolak. Akibat sikap penolakan ini, penderita mengalami kekurangan kasih sayang IQ bukan satu-satunya cara untuk menentukan retardasi mental tetapi harus disesuaikan dengan keadaan klinis. Menen- dan perhatian padahal justru penderita dengan retardasi mental lebih membutuhkan pengertian yang mendalam dan perhatukan diagnosa retardasi mental berarti memikul tanggung tian dari orang tua yang melebihi anak normal. Akibatnya anak jawab terhadap individu, keluarga dan masyarakatnya. Akhirsering mengalami ketegangan, kesedihan, kebingungan, karena akhir ini disarankan agar untuk tiap penderita retardasi kurangnya bimbingan atau tuntunan yang jelas. mental diberi keterangan mengenai 4 macam hal : Hal ini sering menyebabkan anak melakukan tindakan 1. derajat keterbelakangannya. kriminil karena adanya rasa penolakan orang tua dan kurang2. faktor penyebabnya. nya pengertian memilih hal-hal yang baik dan buruk serta 3. gangguan psikiatrik yang menyertainya. kurangnya kemampuan mengontrol diri sendiri. Umumnya 4. faktor psikososiainya. tindakan kriminil yang dilakukan berupa pencurian kecilDiagnosa retardasi mental tidak hanya didasarkan atas test kecilan dan menurut pola yang sama karena mereka tidak psikologik, melainkan juga atas ketentuan lain seperti riwayat mampu melakukan tindakan antisosial yang lebih teratur dan penyakit ibu dan anak, riwayat perkembangan fisik/ lebih komplek.

56

Cermin Dunia Kedokteran No. 29, 1983

Kurangnya kepandaian, ketrampilan, kemampuan bersaing serta daya penyesuaian diri menyebabkan sukarnya menempatkan anak dalam masyarakat sehingga mereka sukar mendapatkan sekolah atau pekerjaan yang layak. Hal ini juga merupakan faktor predisposisi untuk melakukan tindakan kriminil, karena anak merasa ditolak oleh masyarakat juga. Dari hal-hal diatas dapat kita rasakan bahwa anak-anak dengan retardasi mental lebih banyak mengalami stress daripada anak-anak normal. Sehingga tak jarang kadang-kadang emosi anak meledak secara tiba-tiba karena tidak mampunya anak mengatasi stress lagi, selain daya pengontrolan diri memang kurang. PENGOBATAN. 1. Obat-obatan. Anak Retardasi mental biasanya disertai dengan gejala hyperkinetik (selalu bergerak, konsentrasi kurang dan perhatian mudah dibelokkan). Obat-obat yang sering digunakan dalam bidang retardasi mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hyperkinetik, misalnya : Amphetamin dosis 0,2 - 0,4 mg/kg/hari. Imipramin dosis 1,5 mg/kg/hari. Efek sampingan kedua obat diatas dapat menimbulkan convulsi Valium, Nobrium, Haloperidol dsb. dapat juga menekan gejala hyperkinetik. Obat-obatan untuk konvulsi : Dilantin dosis 5 - 7 mg/kg/hari. (Dilantin dapat juga menurunkan gejala hyperkinetik, gejala gangguan emosi dan menaikkan fungsi berfikir). Phenobarbital dosis 5 mg/kg/hari (Phenobarbital dapat menaikkan gejala hyperkinetik). Cofein : baik untuk convulsi dan menurunkan gejala hyperkinetik. Obat-obatan untuk menaikkan kemampuan belajar : Pyrithioxine (Encephabol, Cerebron). Glutamic acid. Gamma amino butyric acid (Gammalon). Pabenol. Nootropil. Amphetamin dsb. Minum kopi tiap pagi bisa menurunkan gejala hyperkinetik, karena kopi mengandung Cofein. 2. Psikoterapi. Psikoterapi dapat diberikan baik pada anaknya sendiri maupun pada orang tuanya. Untuk anak yang terbelakang dapat diberikan psikoterapi individual, psikoterapi kelompok dan manipulasi lingkungan (merubah lingkungan anak yang tidak menguntungkan bagi anak tersebut). Walaupun tak akan dapat menyembuhkan keterbelakangan mental, tetapi dengan psikoterapi dan obatobatan dapat diusahakan perubahan sikap, tingkah laku, kemampuan belajar dan hasil kerjanya. Yang penting adalah adanya ketekunan, kesadaran dan minat yang sungguh dari

pihak terapis (yang mengobati). Terapis bertindak sebagai pengganti orang tua untuk membuat koreksi-koreksi terhadap hubungan yang tak baik ini. Dari pihak perawat diperlukan juga ketekunan dan kesadaran dalam merawat anak-anak dengan retardasi mental serta melaporkan kepada dokter bila dalam observasi terdapat tingkah laku anak maupun orang tua yang negatif, merugikan bagi anak tersebut maupun lingkungannya (teman-teman disekitarnya). Social worker (pekerja sosial) melakukan kunjungan rumah untuk melihat hubungan anak dengan orang tua, saudara-saudaranya maupun dengan masyarakat sekitarnya. Tugasnya utama mencari data-data anak dan orang tua serta hubungan anak dengan orang-orang disekitarnya. Untuk ibu atau orang tua anak dengan retardasi mental dapat diberikan family terapi (terapi keluarga) untuk mengubah sikap orang tua atau saudaranya yang kurang baik terhadap penderita. Dapat diberikan juga terapi kelompok dengan ibu-ibu anak retardasi mental lainnya, seminggu sekali selama 12 kali. Tujuannya untuk mengurangi sikap rendah diri, perasaan kecewa dari ibu tersebut karena ternyata banyak ibu lain yang mengalami nasib serupa, mempunyai anak dengan retardasi mental. Dengan demikian ibu dapat bersikap lebih realistik dan lebih dapat menerima anaknya serta dapat merencanakan program yang baik bagi anaknya. Di luar negeri social worker yang bertugas memberi terapi kelompok untuk ibu-ibu tersebut diatas. 3. Pertolongan dalam bidang pendidikan dan perawatan. Bagi anak terbelakang diperlukan pendidikan khusus yang sesuai dengan derajat keterbelakangannya, misalnya pendidikan luar biasa bagi anak tergolong debil dan imbesil ringan dan sedang. Retardasi mental tingkat perbatasan (subnormal) masih dapat mengikuti Sekolah dasar biasa, sedangkan retardasi mental tingkat berat dan sangat berat tidak dapat mengikuti pendidikan luar biasa; yang diperlukan bagi mereka hanya latihan untuk dapat merawat diri sendiri dan mempunyai kemampuan bergaul dengan anak lain, pelajaran membaca dan berhitung boleh dihilangkan. Tujuan dari Sekolah Luar Biasa tidak berbeda dengan tujuan sekolah untuk anak normal, yakni melatih belajar membaca dan berhitung disertai dengan mengembangkan ketrampilan hubungan sosial anak, ketrampilan tangan sesuai dengan bakat anak dan latihan tanggung jawab dalam masyarakat. Di Indonsia di kota-kota besar telah tersedia banyak sekolah luar biasa tanpa fasilitas penginapan atau dengan fasilitas penginapan bagi anak-anak terbelakang. Ada segi negatif dari perawatan anak di Yayasan Sosial (dengan fasilitas penginapan) yakni : 1. kekurangan akan stimulasi normal karena kurangnya kontak dengan orang lain dan kurangnya variasi dari lingkungan. 2. kurangnya mereka mendapatkan cintakasih dari orang tua karena anak berpisah dengan orang tua. 3. kurangnya kebebasan untuk bergerak.

Cermin Dunia Kedokteran No. 29, 1983

57

Karena itu banyak sarjana menganjurkan pada masyarakat agar suka menerima anak-anak terbelakang ini di tengah-tengahnya, mengingat kurang baiknya efek pada anak tersebut bila di taruh di Yayasan Sosial atau rumah perawatan. Yang terbaik adalah anak tetap sekolah luar biasa atau tinggal di rumah perawatan selama siang hari. Sore hari mereka pulang ke rumah sehingga anak dapat tetap berkumpul dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Dengan sendirinya pada hari-hari libur mereka juga tidak masuk sehingga anak dapat pergi berekreasi dengan seluruh keluarganya. Tapi pada golongan retardasi mental tingkat sangat berat (idiot), terus tinggal di rumah perawatan dapat dipertimbangkan bila di rumah tak ada yang dapat merawat; tetapi menjenguk anak tersebut atau sekali-kali membawa pulang anak ke rumah masih tetap diperlukan agar anak dapat menerima cinta kasih dari orang tua maupun saudara-saudaranya. Prevensi Prevensi dalam bidang retardasi mental dapat : primer : mencegah terjadinya retardasi. sekunder : dapat menemukan kasus sedini mungkin dan pengobatan secepat mungkin. tertier : mengurangi cacat fisik dan kelainan mental bila didapat pada penderita serta mengadakan rehabilitasi dengan cara memberi pekerjaan yang sesuai dengan derajat keterbelakangannya. Untuk melakukan prevensi, perlu diketahui sebab-sebab dan faktor-faktor penyebab timbulnya keterbelakangan mental. Sebab-sebab retardasi mental yang dapat dicegah, antara lain : penyakit infeksi, trauma capitis, gangguan genetik (perkawinan antar keluarga), gangguan metabolisme, kelainan khromosom (mencegah kelahiran pada primi tua atau multipara, dari ibu yang sudah tua lebih dari 37 tahun), keracunan, konvulsi, komplikasi kehamilan. Anak-anak dengan IQ 50 - 69 adalah kurang lebih 3 kali lebih banyak daripada anak-anak dengan IQ kurang dari 50 dan golongan retardasi mental ringan ini kira-kira terdapat 75 % dari semua golongan retardasi mental (IQ 0 - 70). Golongan ini erat hubungannya dengan status sosial, penghasilan, kedudukan sosial, pekerjaan orang tua serta adanya

deprivasi emosional yang dialami oleh anak (kekurangan kasih sayang orang tua). Prevensi retardasi mental dalam tahun-tahun mendatang banyak bergantung atas usaha-usaha : menghilangkan kemiskinan dengan memperbaiki program-program pendidikan, kebudayaan dan kesejahteraan golongan sosioekonomi rendah. perbaikan program pelayanan medik, klinik-klinik kesejahteraan ibu dan anak dan Pusat-Pusat Kesehatan Jiwa. counseling orang tua bagi anak retardasi mental yang disebabkan gangguan emosi. diadakan tempat konsultasi dalam bidang retardasi mental untuk menentukan ada atau tidak adanya retardasi mental dan derajat keterbelakangannya pada anak.

KEPUSTAKAAN 1. Philips J. Prevention and Treatment of Mental Retardation. 3 rd Ed. New York, London : Basic Books Inc, 1966. 2. Noyes AP, Kolb LC, Modern Clinical Psychiatry Philadelphia, London : W.B. Saunders Co, 1963; pp 275 - 292. 3. Freedman et al. Modern Synopsis of Comprehensive Textbook of Psychiatry. Baltimore : The Williams & Wilkins Co, 1972; pp 312 329. 4. Coleman JC. Abnormal Psychology and Modern Life,Bombay : D.B. Taraporevala Sons & Co Private Ltd, 1964; pp 519 - 536. 5. Prasadio T. Gangguan psikiatrik pada anak-anak dengan Retardasi Mental. Disertasi, gelar doktor dalam Ilmu Kedokteran, UNAIR, Surabaya. 1972. 6. Robinson HB et al. Mental Retardation Advanced Child Psychiatry, New York: Literature Seminar 1974. Feb. 7. Menolascimo FJ. Emotional Disturbances in Mentally Retardied Child. Advanced Child Psychiatry, New York : Literature Seminar 1974 Feb. 8. Potter HW. The needs of Mentally Retarded Chidren for child Psychiatry services, Advanced Child Psychiatry. New York Literature Seminar 1974 Feb. 9. George Tarjan, Keeran CV. An overview of Mental Retardation, A Psychiatric Annals reprint, New York : Insight communications Inc, 1974 Feb. 10. Valente M et al. Etiologic Factors in Mental Retardation A Psychiatric Annals reprint. New York : Insight Communications, Inc, 1974 Feb. 11. Simmons JG et al. Treatment and care of mentally retarded A Psychiatric Annals reprint.New York : Insight Communications Inc, 1974 Feb.

58

Cermin Dunia Kedokteran No. 29, 1983

Anda mungkin juga menyukai