Anda di halaman 1dari 2

Esomeprazole, Cepat dan Tepat Mengatasi Gastroesophageal Reflux (GERD)

Gastroesofageal reflux (GERD) adalah suatu kondisi gangguan saluran pencernaan yang ditandai dengan aliran balik cairan lambung ke esofagus. Gejalanya meliputi heartburn, regurgitasi cairan lambung ke dalam mulut, dan nyeri dada atipikal. Di negara-negara Barat, GERD menjadi gangguan umum dengan angka insiden yang cukup tinggi, yaitu 10-38%. Tingkat keparahan GERD secara langsung berkorelasi dengan derajat dan durasi paparan asam lambung pada esofagus serta pH dari asam lambung itu sendiri. Paparan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi yang cukup serius, seperti striktur esofagus (420%) dan esofagus Barret (15%). Penyembuhan GERD secara langsung berkaitan dengan tingkat keasaman lambung. Efikasi obat antisekretorik asam lambung juga bergantung pada kekuatan dan durasi penekanan produksi asam lambung dalam 24 jam pertama serta lamanya pengobatan. Penghambat pompa proton menjadi terapi lini pertama dan terbukti efektif untuk mengatasi gejala-gejala terkait asam lambung, termasuk GERD. Sejumlah penelitian juga melaporkan bahwa obat golongan penghambat pompa proton terbukti lebih cepat meredakan gejala GERD dan memiliki laju penyembuhan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan obat-obat golongan antagonis reseptor H2. Namun, di antara semua golongan obat penghambat pompa proton, esomeprazole ternyata paling cepat meredakan gejala GERD. Esomeprazole memiliki struktur kimia yang sama dengan obat segolongannya, omeprazole. Obat ini bekerja dengan cara menghentikan jalur akhir sekresi asam lambung, yaitu pompa proton. Pada formula komersial 40 mg, esomeprazole memiliki kemampuan menurunkan produksi asam lambung lebih besar jika dibandingkan dengan penghambat pompa proton lain, seperti omeprazole, lansoprazole dan rabeprazole dalam waktu 24 jam. Sebuah studi yang dilakukan di China tahun 2009 membandingkan keunggulan obat-obat penghambat pompa proton dalam meredakan gejala GERD. Studi randomized ini melibatkan 274 pasien refluks esofagitis erosif yang kemudian diberikan omeprazole, lansoprazole, pantoprazole dan esomeprazole dalam waktu 8 minggu. Hasilnya, esomeprazole mampu meredakan gejala dalam 2 hari pertama setelah pemberian obat jika dibandingkan dengan omeprazole, lansoprazole dan pantoprazole yang baru menunjukkan efek serupa setelah 5 hari. Selain itu, esomeprazole juga mampu meningkatkan pH asam lambung (>4) pada hari pertama pemberian. Esomeprazole memiliki bioavailabilitas sistemik yang lebih besar daripada omeprazole, yaitu mencapai 80%. Metabolisme oleh hati juga berbeda untuk kedua jenis obat ini. Esomeprazole dimetabolisme terutama oleh sitokrom P-450 sedangkan omeprazole dimetabolisme oleh CYP 3A4. Berbeda dengan omeprazole, esomeprazole tidak memiliki interaksi klinis yang signifikan dengan fenitoin dan warfarin. Namun, karena esomeprazole menghambat sekresi asam lambung, obat ini dapat mempengaruhi absorpsi ketokonazole, garam besi, digoksin dan substansi lain yang bioavailabilitasnya sangat bervariasi mengikuti perubahan pH asam lambung.

Secara umum, obat golongan penghambat pompa proton relatif aman. Keluhan diare, sakit kepala dan nyeri abdomen dilaporkan pada 1-5% pasien. Efek samping lain yang dapat timbul berhubungan dengan peningkatan keasaman. Oleh karena keasaman lambung merupakan barrier protektif terhadap invasi bakteri, maka peningkatan pH lambung akibat obat ini menyebabkan peningkatan jumlah bakteri lambung walaupun tidak memiliki signifikansi klinis. Selain itu, beberapa studi melaporkan adanya peningkatan resiko infeksi saluran pernapasan dan pneumonia nosokomial di antara pasien yang menggunakan penghambat pompa proton. Hingga saat ini, belum ada laporan keamanan penggunaan obat ini pada wanita hamil. Regimen esomeprazole yang dianjurkan untuk mengobati GERD meliputi beberapa jenis. Untuk mengobati esofagitis erosif, diberikan dosis obat sebanyak 20-40 mg/hari selama empat hingga delapan minggu, sedangkan untuk fase maintenance penyembuhan selama enam bulan berikutnya diberikan esomeprazole sebanyak 20 mg/hari. Untuk mengeradikasi H. pylori, terapi mencakup esomeprazole 40 mg/hari, serta amoksisillin 1000 mg dan klaritromisin 500 mg masing-masing dua kali sehari yang diberikan selama sepuluh hari. Jika pasien mengalami gangguan fungsi hati, dosis esomeprazole tidak boleh melebihi 20 mg/hari. Esomeprazole tersedia dalam bentuk kapsul salut enterik 20 dan 40 mg. Dosis esomeprazole harus diminum paling tidak satu jam sebelum makan dan dapat diminum dengan jus orange, apel atau yogurt tanpa merusak selubung kapsul.

Anda mungkin juga menyukai