Anda di halaman 1dari 5

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No.

3 September 2012; 73 - 77

UNJUK KERJA BURNER SERBUK BATUBARA DENGAN LAJU ALIRAN MASA UDARA 0,85 m3/s DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASA BAHAN BAKAR
M Denny Surindra1) 1) Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Polines Jl.Prof. H. Sudartho, SH, Semarang E-mail: dennysurindra@yahoo.com.sg

Bahan bakar di Indonesia yang ketersediaannya masih melimpah adalah batubara. Batubara yang berupa bongkahan batu sangat sulit untuk diaplikasikan langsung sebagai bahan bakar karena sulit di nyalakan, sulit di kendalikan, mengeluarkan asap dan mengeluarkan abu. Oleh sebab itu bahan bakar batubara membutuhkan alat pembakaran yang khusus yaitu burner. Burner dengan bahan bakar serbuk batubara adalah peralatan mekanik yang berfungsi sebagai penghasil panas dari proses pembakaran cyclon didalam silinder. Prinsip kerjanya adalah serbuk batubara dialirkan melalui feeder kemudian ditiupkan bersama dengan udara pembakar secara tangensial, sehingga serbuk batubara berputar dan terbakar dalam ruang. Dengan memvariasikan bukaan katub feeder dapat menghasilkan energi panas berturut-turut sebesar 2024,9 Kj/s, 2737,58 Kj/s dan 4346,57 Kj/s. Efisensi pembakaran tertinggi pada bukaan katub feeder yang pertama sebesar 71% dan merupakan konsumsi bahan bakarnya paling hemat. Kata kunci : Pembakaran Batubara Cyclo Burner

PENDAHULUAN Bahan bakar yang ketersediaannya di Indonesia masih melimpah adalah batubara. Batubara adalah salah satu bahan bakar fosil. Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Berdasarkan aplikasi sistem database yang dikembangkan oleh Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan NEDO (New Energy and Industrial Technology Development Organization), pada tahun 2008 terjadi perubahan besarnya sumber daya batubara di Indonesia. Jika sebelumnya jumlah sumber daya batubara sebesar 26 miliar ton kini menjadi 65,4 miliar ton. Sedang cadangan dari 2,6 miliar ton menjadi 12 miliar ton. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar masih mengalami beberapa kendala di antaranya yaitu sulit di nyalakan, sulit di kendalikan, mengeluarkan asap dan abu dan membutuhkan alat pembakaran yang khusus. Untuk mengatasi hal tersebut para peneliti telah mengembangkan teknologi pengubahan batubara ke bentuk bahan bakar yang lebih baik dalam penggunaannya. Salah satunya adalah dengan cara membuat batubara menjadi powder atau serbuk.

Proses pengubahan batubara menjadi serbuk atau tepung dilakukan dengan proses menghancurkan batubara dengan alat coal pulverizer atau coal mill sampai mendapat ukuran serbuk batubara yang diinginkan.

Gambar 1. Serbuk Batu Bara

Keunggulan dari penggunaan serbuk batubara sendiri adalah materialnya yang berbentuk serbuk memundahkannya untuk terbakar, akan tetapi untuk membakar batubara serbuk di perlukan alat pembakar atau burner. Serbuk batubara memerlukan perlakuan kusus yaitu dengan proses pembakar siklon atau cyclo, prosesnya adalah batubara 73

Unjuk Kerja Burner Serbuk Batubara Dengan Laju Aliran Masa

(M. Denny S)

ditiupkan bersama dengan udara pembakar secara tangensial, sehingga bubuk batubara berputar dan terbakar dalam ruang siklon tersebut secara intensif disebabkan oleh tingkat turbulensi yang tinggi tercipta dalam ruang bakar siklon sehingga terjadilah pembakaran yang sempurna. Tujuan dalam paper ini adalah mengetahui unjuk kerja burner batubara variasi bukaan katub untuk mendapatkan variasi laju aliran masa bahan bakar dengan laju aliran masa udara konstan 0,85 m3/s. METODOLOGI PENELITIAN Model burner ini berbentuk silinder, terbuat dari bahan lembaran plat yang dirol, disambung dengan feeder yang berfungsi sebagai pengumpan batubara ke dalam ruang silinder dan blower sebagai pendorong batubara serbuk masuk ke ruang silinder sekaligus sebagai pengumpan api yang keluar. Alat ini dirangkai menjadi satu pada posisi vertikal.

akan langsung menyala yang akhirnya menghasilkan panas. Pada desain alat uji Gambar 2, posisi feeder berada di atas dan di lengkapi dengan slide yang di gunakan untuk mengatur masa serbuk batubara yang keluar, sedangkan blower berada di bawah feeder dengan tujuan untuk menyemburkan serbuk batubara yang keluar dari feeder masuk ke ruang burner. Dalam pengujian unjuk kerja burner ini menggunakan laju aliran masa udara konstan sebesar 0,85 m3/s dan memvariasikan bukaan katub feeder sehingga didapatkan variasi laju aliran masa bahan bakar. Bukaan katub feeder untuk mengetahui laju aliran masa bahan bakar dilakukan dalam waktu 1 menit. Adapun variasi laju alairan masa bahan bakar seperti dalam Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengujian laju aliran massa batubara
Bukaan Feeder 1 2 3 m1 (kg) 0,01 5 0,02 3 0,03 4 m2 (kg) 0,01 2 0,02 7 0,03 3 m3 (kg) 0,01 7 0,02 6 0,03 9 m4 (kg) 0,01 3 0,02 8 0,03 8 m5 (kg) 0,01 5 0,02 5 0,03 2 Rata-rata (kg/s) 0,014 0,026 0,035

Gambar 2. Hasil Design Burner

Gambar 3. Pengujian Burner Tabel 2. Hasil pengujian water boiling test dengan variasi bukaan feeder dan laju masa udara 0,85 m3/s
Bukaan Feeder 1 2 3 No T1 (C) 29 40 50 T2 (C) 40 50 60 t (Menit ) 1.00 2.17 3.38 mair (kg) 5 5 5

Prinsip kerjanya adalah serbuk batubara dialirkan melalui feeder kemudian ditiupkan bersama dengan udara pembakar secara tangensial, sehingga serbuk batubara berputar dan terbakar dalam ruang silinder burner tersebut secara intensif sebab tingkat turbulensi yang tinggi tercipta dalam ruang bakar. Dengan adanya api penyalaan awal yang ada didalam burner serbuk batubara

74

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 3 September 2012; 73 - 77

4 5 6 7 1 2 3

60 70 80 90 29 40 50 60 70 80 90 29 40 50 60 70 80 90

70 80 90 98 40 50 60 70 80 90 98. 8 40 50 60 70 80 90 98. 8

4.32 5.06 5.37 5.89 0.71 1.40 2.17 2.77 3.42 4.02 4.45 0.52 1.31 2.22 2.97 3.59 4.58 5.17

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 2

2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7

439.64 648.99 858.34 1067.69 1277.04 1461.26 230.29 439.64 648.99 858.34 1067.69 1277.04 1461.26

864.50 1334.9 2 1708.0 6 2107.0 6 2472.8 1 2737.5 8 436.84 1100.5 0 1861.6 2 2493.3 6 3015.8 9 3844.2 0 4346.5 7

51 49 50 51 52 53 53 40 35 34 35 33 34

4 5 6 7 1 2 3

4 5 6 7

Energi masuk (Qin) Jika diketahui nilai kalor batubara yang digunakan adalah 5700 kcal/kg, akan diperoleh 1 kcal/kg = 4,187 kj/kg NKbb = 5700 kcal/kg = 5700 . 4,187 kj/kg = 23883 kj/kg Dari data pengujian Tabel 2 dan setelah NKbb diketahui, maka diperoleh energi burner, seperti dalam Tabel 3.
Tabel 3. Hasil perhitungan data
Bukaan Feeder No 1 2 3 4 1 5 6 7 1 Qsensibel tiap 100 230.29 439.64 648.99 858.34 1067.69 1277.04 1444.52 230.29 Qin 343.67 747.14 1161.6 0 1484.6 5 1737.5 9 1844.8 1 2024.9 0 438.41 Efisiensi (%) 67 59 56 58 61 69 71 53

ANALISA DAN PEMBAHASAN Pada bukaan katub feeder yang pertama laju aliran masa bahan bakar adalah 0,014 kg/s dan menghasilkan energi panas sebesar 2024,90 Kj/s. Pada bukaan katub feeder yang kedua, laju aliran masa bahan bakar adalah 0,026 kg/s dan menghasilkan energ1 panas sebesar 2737,58 Kj/s, sedangkan pada saat bukaan katub feeder yang ketiga, laju aliran masa bahan bakar adalah 0,035 kg/s dan menghasilkan energi panas sebesar 4346,57 Kj/s. Analisis energi panas tiap bukaan katub feeder Berdasarkan pada hasil perhitungan data Tabel 3, menunjukan bahwa panas sensible yang dipergunakan untuk meningkatkan temperature relative konstan sehingga dapat dianggap tetap sedangkan energi panas yang dihasilkan bahan bakar batubara yang dibakar secara cyclo di dalam burner menunjukan perbedaan antara bukaan feeder 1, 2 dan 3. Hal ini dapat terjadi karena dengan semakin terbukanya katub feeder maka jumlah laju aliran masa bahan bakar akan semakin besar sehingga energi panas yang dihasilkan akan semakin besar pula.

75

Unjuk Kerja Burner Serbuk Batubara Dengan Laju Aliran Masa

(M. Denny S)

Gambar 5. Efisiensi pembakaran tiap keadaan temperature Gambar 4. Energi panas sensible dan energy panas bahan bakar

Analisa efisiensi pembakaran: energi panas sensible dan energi panas bahan bakar. Perubahan temperature tiap kenaikan 100C adalah energi panas yang diserap oleh air. Dengan adanya perubahan temperature air dari 290C sampai 980C dimana air sampai mendidih membutuhkan waktu yang relative sama, maka dapat dianggap bahwa beban air yang dipanaskan dapat dianggap mempunyai temperature awal air dan masa jenis air sama selama dilakukanya penelitian ini. Hal ini dapat diartikan bahwa energi panas sensible untuk menaikan temperature 100C sampai air tersebut mendidih membutuhkan energi panas yang sama. Pada Gambar 5, untuk menunjukan perubahan temperature tiap 100 dituliskan dengan keadaan temperature dengan rincian seperti Tabel 4.
Tabel 4. Keadaan Temperature
Keadaan Temperature 1 2 3 4 5 6 7 T1 (C) 29 40 50 60 70 80 90 T2 (C) 40 50 60 70 80 90 98

Efisiensi bukaan katub feeder yang pertama lebih besar dibandingkan dengan bukaan katub feeder kedua dan ketiga. Bukaan katub pertama dengan laju aliran masa bahan bakar 0,014 kg/s, dari 29 0C sampai air mendidih mempunyai efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan bukaan katub feeder kedua dan ketiga. Pada bukaan katub kedua dengan laju aliran masa bahan bakar 0,026 kg/s, dari 290C sampai air mendidih mempunyai efisiensi lebih rendah dibandingkan dengan bukaan katub feeder pertama dan lebih tinggi jika dibandingkan dengan bukaan katub feeder ketiga yang laju aliran masa bahan bakar 0,035 kg/s. Hal ini menunjukan bahwa pembakaran dari awal memasak air sampai akhir yaitu sampai mendidihnya air, bukaan katub feeder yang pertama lebih hemat jika dibandingkan dengan bukaan katub feeder yang kedua dan yang ketiga. Pada bukaan katub feeder yang ketiga adalah yang paling boros sehingga banyak energi panas yang keluar terbuang ke lingkungan.

Gambar 6. Grafik efisiensi pembakaran

76

Eksergi Jurnal Teknik Energi Vol 8 No. 3 September 2012; 73 - 77

Perbandingan energi panas sensibel dengan energi panas bahan bakar menunjukan efisiensi pembakaran pada burner. Untuk bukaan katub feeder yang pertama mempunyai energi panas bahan bakar sebesar 2024,90 Kj, bukaan katub feeder yang kedua sebesar 2737,58 Kj dan untuk bukaan katub feeder yang ketiga sebesar 4346,57 Kj. Energi panas sensibel yang digunakan untuk mendidihkan air relatif sama yaitu pada bukaan katub feeder yang pertama adalah sebesar 1444.52 Kj dan untuk energi panas sensibel pada bukaan katub feeder kedua dan ketiga sama masing-masing sebesar 1461,26 KJ, sehingga energi panas sensibelnya sama maka pada Gambar 6, dapat ditunjukan bahwa efisiensi burner untuk memanaskan air sampai mendidih pada bukaan katub feeder pertama mencapai 71%, sedangkan pada bukaan katub feeder yang kedua mencapai 53% dan bukaan katub feeder yang ketiga hanya 34%. Dengan demikian pada bukaan katub feeder yang pertama adalah yang paling hemat jika dibandingkan dengan bukaan katub feeder yang lain. KESIMPULAN Dari cyclo burner yang dibuat dan kondisi laju udara bahan bakar tetap sebesar 30 m/s, maka dapat disimpulkan: 1. Energi panas yang dihasilkan bahan bakar tertinggi terjadi pada bukaan katub feeder yang ketiga sebesar 4346.57 Kj dan terendah pada bukaan katub feeder pertama sebesar 1850,31 Kj. 2. Efisensi pembakaran pada bukaan katub feeder yang pertama sebesar 71% dan konsumsi bahan bakarnya paling hemat. REFERENSI Rosbiona Momo, 2002, Karakteristik Tungku Siklon Untuk Batubara Jenis Lignit, Laporan Teknik: Proyek Penelitian Bahan Baru dan Energi Bersih. Affendi, M,. Sugiyatno, Imam Djunaedi, Haifa Wahyu, 2008, Pembangunan Demoplant PLTU Berbasis Tungku Siklon Turbulen Untuk Menunjang Kemandirian Energi Dengan Memanfaatkan Potensi Dalam Negeri, Prosiding Seminar

Nasional Sains dan Teknologi-II 2008, Universitas Lampung. Heru Kuncoro, Samun Triyoko, Andreas Wahyu Hartono, Asmarani Eka Setiawan, 2007, Pengaruh Komposisi Partikel Batubara Dan Prosentase Udara Primer Pada Pembakaran Batubara Serbuk (Pulverized coal), Ekuilibrium, Vol. 6 No. 1, Januari 2007. Tamrin, Budianto Lanya, Dwi Firmayanti, 2008, Rancang Bangun Tungku Portable Bahan Bakar Batubara Yang Aman Untuk Kesehatan Pemakainya, Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian, 18-19 November 2008, Yogyakarta. Tekmira, 2003-2009, Teknologi Pengolahan Dan Pemanfaatan Batubara: Modifikasi Boiler Industri Berbahan Bakar Minyak Menjadi Berbahan Bakar Batubara Menggunakan Pembakar Siklon, Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara. Frank Kreith, 1991, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas, Edisi ketiga, Penerbit Erlangga, Jakarta. Supriyanto, Haifa Wahyu, Imam Junaidi, 2003, Rancangan Scale up Tungku Siklon Batubara Lignit untuk Pembangkit Uap Tenaga Listrik Skala Kecil, Design and Aplication of Technology, Surabaya.

77

Anda mungkin juga menyukai