Anda di halaman 1dari 10

BAGIAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT JUNI, 2013

ASPEK PSIKODINAMIKA GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK

OLEH :

DISUSUN OLEH : Dian Astirini Asikin C111 09 125

PEMBIMBING: dr. Merry Tjandra

PEMBIMBING BACA: Dr.Theodorus Singara,Sp.KJ (K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama

: Diian Astirini Asikin

C111 09 125

Judul refarat : Aspek psikodinamika gangguan kepribadian narsisistik Universitas : Universitas Hasanuddin

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Juni 2013 Co-Ass Pembimbing

Dian Astirini Asikin

dr. Merry Tjjandra

Pembimbing Baca

dr. Theodorus Singara,Sp.KJ (K)

PENDAHULUAN Gangguan kepribadian merupakan suatu kelainan kronik yang terjadi pada sekitar 1020% populasi di dunia. Gangguan ini biasanya terjadi dalam waktu lama dan menjadi faktor predisposisi terjadinya kelainan psikiatrik lainnya. Penderita gangguan kepribadian, biasanya tidak menyadari adanya kebiasaan-kebiasaan menyimpang yang dilakukannya dan cenderung menolak pertolongan psikiatrik.1 American Psychiatric Association membagi jenis-jenis gangguan kepribadian ke dalam 3 sub tipe. Kelompok A terdiri atas gangguan kepribadian paranoid, schizoid, dan skizotipal dengan ciri khas aneh dan eksentrik. Kelompok B terdiri atas gangguan kepribadian antisosial, borderline, histrionik dan narsisistik yang bercirikan dramatis, emosional dan tak menentu. Kelompok C terdiri atas gangguan kepribadian avoidant, dependen dan obsesif kompulsif dengan ciri-ciri selalu cemas dan penakut.1-3 Orang dengan kepribadian narsisistik ditandai dengan meningkatnya rasa penting dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap dirinya sebagai orang yang khusus dan penting. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi sangat marah jika ada orang yang berani mengkritik mereka, atau mungkin tampak sama sekali acuh tak acuh terhadap kritik. Yang mencolok adalah perasaan akan kebesaran nama mereka. Persahabatan mereka rapuh dan dapat menyebabkan orang lain marah karena mereka menolak mematuhi aturan perilaku konvensional. Mereka tidak mampu menunjukkan empati, dan berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan mereka sendiri. Seorang narsisistik memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi. Kesulitan interpersonal, penolakan, kehilangan dan masalah pekerjaan adalah stress-stress yang sering dihasilkan oleh orang narsisistik karena perilakunya. Stress-stress yang tidak mampu dihadapi oleh mereka.1-3
Aspek psikodinamika pada kepribadian narsistik dibahas dalam teori yang dikemukakan oleh Kohut dan Kernberg. Kohut percaya bahwa meningkatnya rasa percaya diri yang palsu itu untuk menutupi perasaan tidak aman akan diri sendiri. Perasaan grandiosa (merasa diri hebat) membantu orang dengan kepribadian narsistik untuk menutupi perasaan tidak berharga. Sedangkan teori yang dikemukakan Kerberg memiliki perbedaan-perbedaan yang cukup mendasar dari teori Kohut.3

Penanganan dengan model psikodinamika modern ini membantu pasien untuk menjadi sadar akan perilaku mereka dan belajar cara adaptif dalam berhubungan dengan orang lain. Penanganan ini menekankan pada perilaku interpersonal, dengan menggunakan gaya yang lebih aktif dan konfrontatif dalam mengatasi pertahanan pasien.3

GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISISTIK Definisi Gangguan kepribadian narsisistik merupakan seseorang yang memiliki perasaan diri penting secara berlebihan, arogan, merasa berkuasa serta unik dan hanya dapat dimengerti oleh orang-orang yang sejenis.1,2 Epidemiologi Prevalensi gangguan kepribadian secara global kurang dari 1% populasi. Prevalensinya sekitar 2-16% dalam populasi klinis. Penderita gangguan kepribadian narsisistik yang terdiagnosis 50-75% adalah laki-laki. Onsetnya pada dewasa muda dan seringkali familial.1-4 Gejala klinis Orang dengan gangguan kepribadian narsistik mungkin memiliki perasaan kebesaran akan kepentingan dirinya. Mereka menganggap dirinya sendiri sebagai orang khusus dan mengharapkan terapi yang khusus. Mereka tidak mampu menunjukkan empati dan mereka berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan sendiri. Orang narsisistik sering memanfaatkan orang lain. Mereka memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.1-3 Diagnosis Diagnosis gangguan kepribadian narsisistik didasarkan dari kriteria DSM-IV, yaitu: 1-3 Mempunyai ciri pervasif (mendalam) yang senang melebih-lebihkan sesuatu (dalam bentuk fantasi atau kebiasaan), haus akan perhatian, dan kurangnya empati yang dimulai terjadi sejak dewasa muda dalam berbagai hal yang diindikasikan 5 (lima) atau lebih dari kriteria berikut:

1. Merasa dirinya orang besar (melebih-lebihkan pencapaian atau bakatnya, berharap diakui sebagai superior tanpa prestasi yang sepadan) 2. Preokupasi dengan khayalan menjadi sangat sukses, berkuasa, rupawan 3. Yakin dirinya spesial dan unik, dan hanya bisa dimengerti orang-orang spesial juga 4. Butuh dikagumi secara berlebihan 5. Mengharapkan perlakuan khusus yang tidak semestinya 6. Memanfaatkan orang lain untuk kepentingan diri sendiri 7. Kurang empati 8. Sering iri dengan orang lain atau yakin orang lain iri terhadapnya 9. Bersikap atau berperilaku arogan/menganggap orang lain lebih rendah. Seorang dengan gangguan kepribadian narsisistik menurut Kenberg dapat memiliki kepribadian yang pencemburu dan haus akan perhatian dari banyak orang atau sebaliknya menurut Kohut berkepribadian rapuh, sensitif dan tertutup. Kedua tipe ini disebut tipe Oblivious narcissist dan Hipervigilant narcissist.3 Diagnosis Banding

Gangguan kepribadian borderline, histrionik dan antisosial sering ditemukan bersamasama dengan gangguan kepribadian narsistik, yang berarti bahwa diagnosis banding adalah sukar. Pasien dengan gangguan kepribadian narsistik memiliki kecemasan yang lebih keci daripada pasien dengan gangguan kepribadian ambang dan kehidupan mereka cenderung kurang kacau.

Usaha bunuh diri juga lebih mungkin berhubungan dengan pasien gangguan kepribadian borderline dibandingkan pasien gangguan kepribadian narsistik.

Pasien gangguan kepribadian antisosial memberikan riwayat perilaku impulsif, seringkali disertai dengan penyalahgunaan alkohol atau zat lain, hal tersebut seringkali menyebabkan mereka mendapatkan masalah dengan hukum.

Dan pasien gangguan kepribadian histrionik menunjukkan ciri-ciri eksibisionisme dan manipulativitas interpersonal yang mirip dengan pasien gangguan kepribadian narsitik.1-4

Perjalanan penyakit dan prognosis Gangguan kepribadian narsistik merupakan kondisi kronis dan sukar untuk diobati. Pasien dengan gangguan secara terus menerus berhadapan dengan aliran narsisme mereka yang diakibatkan oleh perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup. Terapi Gangguan kepribadian narsisistik biasanya sulit untuk meminta maupun menerima pertolongan orang lain, bejuang keras untuk tampak pintar, kuat dan superior dibandingkan yang lainnya. Orang narsisistik juga khawatir bila bergantung pada orang lain. Dengan sikap yang demikian maka mereka akan dapat disimpulkan bahwa kelaianan ini berakar dari tantangan terhadap harga diri dan superioritas mereka. Untuk mengatasinya, diperlukan suatu strategi dimana terapis harus dapat menyadari letak kekuatan dan tingkat pengetahuan mereka, mengajak mereka berpartisipasi dalam pemilihan terapi.5 Psikoterapi : Mengobati gangguan kepribadian narsistik sukar, karena pasien harus meninggalkan narsismenya jika ingin mendapatkan kemajuan. Dokter psikiatrik seperti Otto Kernberg dan Heinz Kohut menganjurkan pemakaian pendekatan psikoanalitik untuk mendapatkan perubahan, tetapi banyak penelitian yang diperlukan untuk mengabsahkan diagnosis dan untuk menentukan terapi yang terbaik.3 Farmakoterapi : lithium telah digunakan pada pasien yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran klinis. Karena pasien gangguan kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan terhadap depresi, suatu anti depresan mungkin juga digunakan.4

ASPEK PSIKODINAMIKA Dalam tiga dekade terakhir, terdapat kontroversi mendasar antara model teori gangguan kepribadian narsisistik yang dikemukakan Kohut dan Kernberg. Menurut Kohut, kepribadian narsistik terjadi karena seseorang terfiksasi pada satu fase perkembangan yang membutuhkan respon spesifik dari orang-orang di lingkungannya untuk membentuk pribadi kohesif. Ketika respon yang diharapkan tak kunjung datang, orang ini akan membalikkan perhatian tersebut

kepada dirinya sendiri. Kohut memahami keadaan ini sebagai hasil dari kegagalan rasa empati yang ditunjukkan oleh orang tuanya. Orang tua tidak memberikan respon yang tepat pada masa anak menunjukkan kelebihannya dan membutuhkan rasa kagum dari lingkungannya.3 Oblivious narcissist Kurang tanggap akan reaksi orang lain Arogan dan agresif Ingin menjadi pusat perhatian Memiliki penerima Tidak mudah dijatuhkan oleh kritikan pemancar tapi tidak Hypervigilant narcissist Sangat sensitif terhadap reaksi orang lain Tertutup, pemalu Menghindar dari pusat perhatian punya Menyimak pembicaraan dengan seksama untuk menghindari kritikan Mudah terluka, malu dan merasa terhina

Kohut mengemukakan teori aksis ganda untuk menjelaskan kebutuhan narsistik dan kebutuhan akan suatu objek dapat terjadi pada satu individu yang sama. Pada level tertentu kita membutuhkan pujian dari orang lain untuk memperoleh kebahagiaan.3 Teori Kernberg sangat berbeda dari teori yang dikemukakan Kohut. Perbedaan utama dari kedua teori tersebut berasal dari perbedaan populasi studi mereka, sehingga hasil yang diperoleh Kernberg menjadi lebih agresif dan arogan. Pasien narsisistik yang digambarkan Kohut menunjukkan diri mereka ke dalam bentuk konsep diri ideal mereka untuk menghindari penolakan dari objek luar (orang lain) seperti yang dibayangkan objek tersebut. Saat bersamaan, mereka tidak menerima gambaran diri mereka yang tidak disukai orang dan memproyeksikan diri seperti orang lain. Kernberg beranggapan bahwa kepribadian narsisistik merupakan suatu subtype dari gangguan kepribadian borderline. Pribadi narsistik dilihat sebagai suatu bentuk patologis yang tidak mengalami perkembangan diri yang normal di masa kanak-kanak. Sedangkan Kohut melihat pribadi narsisistik merupakan orang normal yang terfiksasi perkembangannya, seperti seorang anak kecil yang terperangkap dalam tubuh dewasa. Semua perbedaan tersebut terangkum dalam tabel di bawah ini:3 Kohut Kernberg

Dasar teori pada orang yeng relatif memiliki Dasar teori pada campuran antara pasien yang kepercayaan dirinya rendah sampai berlebih- masuk dan keluar RS, sebagian besar primitif, pada semua pasien agresif, arogan, dan merasa diri sangat hebat

yang muncul bersama rasa malu Membedakan antara kepribadian narsisistik Menganggap kepribadian narsistik sebagai dan borderline subkategori kepribadian borderline pertahanan sebagai primitif bagian dan dari

Tidak menetapkan secara mendalam mengenai Menggambarkan kepribadian narsistik karena menekankan hubungan objek

adanya fungsi yang terganggu di dalamnya seorang individu normal

kepribadian borderline

Pendapat lama bahwa narsistik merupakan Berpendapat individu sebagai suatu struktur yang yang sangat patologis yang terdiri atas individu ideal, objek ideal dan individu yang

perkembangannya terfiksir

sebenarnya Melihat sebagai pribadi non defensif Melihat jiwa grandiose sebagai cara bertahan dari kemandirian orang lain Fokus utama pada aspek idealisasi, dengan Menekankan kecemburuan dan agresi agresi konseptual sebagai tambahan pada narsisistik Menerima nilai idealisasi sebagai fase Melihat idealisasi sebagai mekanisme bertahan kemarahan, kecemburuan,

perkembangan normal yang dibentuk untuk terhadap struktur fisik yang hilang

penghinaan dan devaluasi

Selain Kohut dan Kernberg, terdapat ilmuwan lain yang juga tertarik mendalami gangguan kepribadian narsisistik. Diantaranya Rinsley yang berpendapat bahwa seorang narsisistik ditandai dengan pemisahan dua subproses perkembangan sehingga menghasilkan anak yang pseudo-mature yang merasa dapat berpisah secara psikologis dari ibunya namun semua apresiasi yang diperolehnya berhubungan dengan ibunya.3 Rohstein mendefinisikan gangguan kepribadian narsisistik sebagai perasaan sempurna yang merupakan aspek universal dalam psikis seseorang. Kesempurnaan inilah yang dapat membedakan antara ego yang sehat dan ego yang patologis. 3 Modell mendeskripsikan sifat orang narsisistik dengan kepompong karena tidak mau bergaul dengan lingkungannya. Kepompong ini merupakan suatu ilusi akan kesuksesan diri dan

perasaan sebagai yang terhebat karena apresiasi orang tua yang sangat berlebihan akan pencapaian anaknya. Pribadi yang tidak komunikatif dan sulit bergaul menunjukkan rasa takut akan terpinggirkan dalam lingkungannya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Sadock BJ, Sadock VA. Kaplan & Sadocks Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry 10th edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2007 2. Murphy MJ, Cowan RL, Sederer LI. Blueprints Psychiatry 3 rd edition. Massachusetts: Blackwell Publishing; 2004 3. (Buku dari dokter) 4. Kupfer DJ, Brent DA, Lewis DA, Reynolds CF, Thase ME, Travis MJ. Hands-on Advice for Managing Psychiatric Conditions: Oxford Medical Handbook of Psychiatry 1st edition. Oxford: Oxford University Press; 2008 5. Stern TA, Fricchione GL, Cassem NH, Jillinek MS, Rossenbaum JS. Massachusetts General Hospital Handbook of General Hospital Psychiaty 6 th edition. Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.

Anda mungkin juga menyukai