Info Sheet Sistem Informasi Desa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

Sitem Informasi Desa

Membangun Kedaulatan Informasi Menuju Kemandirian Desa Data dan Sistem Informasi Desa
Data desa yang baik dan akurat sangat penting untuk mendukung pembangunan yang lebih efisien dan efektif. Pengalaman ACCESS melakukan participatory poverty assessment dengan pendekatan Community Led Action and Participatory Process (CLAPP), sensus rumah tangga dan pemetaan sosial desa dengan menggunakan indikator kemiskinan lokal merupakan pengalaman sangat positif dimana kondisi sosial desa dapat divisualisasikan sehingga mudah diakses dan dipahami. Warga yang sebelumnya tidak melek data akhirnya memahami bagaimana kondisi desanya. Kenyataan kondisi desa dan kebutuhan pembangunan desa terpetakan lebih konkret ke mana arah yang seharusnya ditempuh oleh pemerintah desa. Peta sosial tersebut menjadi dasar penyusunan perencanaan pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa). Disamping untuk perencanaan, peta sosial ternyata sangat bermanfaat menjadi alat verifikasi program penanggulangan kemiskinan seperti BLT, Raskin, maupun program sejenis. Lahirnya Sistem Informasi Desa (SID) yang semula bernama SISDESA yang dirintis oleh sembilan desa di Bantul, Sleman dan Klaten menambah pengalaman baru yang menarik. Data desa telah menjadi informasi yang berkualitas, akurat dan membuat desa menjadi aktif. Combine Resource Institution (CRI) yang memfasilitasi lahirnya SID. SID dirasakan sangat bermanfaat bagi pemerintah daerah maupun pihak lain dalam mengkoordinasi bencana alam di Yogyakarta dan sekitarnya. Namun SID juga menjadi media komunikasi antara warga dan pemerintahan desa. Dalam perkembangannya ada berbagai terobosan baru yang saling terkait. Diantaranya, warga sudah dapat menyampaikan informasi, komplain atau usulan secara bebas melalui SMS yang terpantau online di Komputer Desa. Pertanggungjawaban Kepala Desa juga dapat diikuti oleh warga melalui Radio Komunitas Desa. SID merupakan system informasi yang mengintegrasikan media-media informasi rakyat baik yang modern maupun tradisional. Disamping perangkat komputer, SID berintegrasi dengan HP, HT, Radio Komunitas, Buletin Warga, dan Papan Informasi. Sistem ini ditopang oleh empat perangkat meliputi perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), perangkat manusia (human ware), dan perangkat sosial (social ware). Desa Terong, Bantul, Yogyakarta, merupakan salah satu perintis SID di mana desa ini pada tahun 2006 hancur dilanda oleh gempa bumi 6,2 skala Richter. Selain rumah dan infrastruktur desa, data-data yang dimiliki oleh pemerintah desa juga hancur tertimpa hujan deras pasca
ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 1

gempa. Kebutuhan memperbaiki data tersebut akhirnya mendorong Desa Terong dan delapan desa lainnya untuk memperbarui sistem data dan informasi yang sudah ada selama ini. Hasilnya, desa menyediakan data dan pelayanan yang mudah dan cepat dengan sistem SID (komputerisasi). Desa Mandalamekar, Kabupaten Tasikmalaya lain lagi ceritanya. Desa ini belajar SID di desa Terong dan aktif mengembangkan untuk informasi pelestarian mata air, hutan, dan tanaman langka desanya, disamping perkembangan ekonomi masyarakat. Kepeduliannya terhadap pelestarian lingkungan dan ekonomi rakyat, menjadikan Desa Mandalamekar banyak dikunjungi oleh para pihak yang ingin melihat bukti nyata. Beberapa pakar Desa Mandalamekar juga diundang Pemerintah Daerah Kalimantan Tengah dan Timur. SID Mandalamekar yang menginformasikan kondisi lingkungan mampu memotivasi kesadaran warga dan menggerakkan aset yang dimiliki desa. Perbaikan jalan desa sepanjang 350 meter secara swadaya dan gotong-royong adalah salah satu bukti Mandalamekar berhasil menggerakkan potensi atau asetnya. (http://mandalamekar.or.id/baca/3686/Kini.Kubangan.Lumpur.Itu.Telah..Menjadi.Jalan.Kemb ali.html). Demikian juga Desa Nglegi, Kabupaten Gunungkidul yang tidak ketinggalan mengembangkan SID untuk penanggulangan kemiskinan warganya. Data kemiskinan yang biasanya diragukan diverifikasi ulang oleh masyarakat desa Nglegi menjadi data yang kemudian diperbarui dan diterima warga. Desa secara partisipatif menyusun kriteria kemiskinan lokal dan dilanjutkan dengan melakukan verifikasi data kemiskinan yang dikeluarkan oleh BPS. Sementara data tersebut disepakati warga untuk kalangan terbatas dan hanya dapat dibuka secara offline. Saat ini sudah lebih dari 20 desa yang mengembangkan SID untuk kemajuan desanya. Mereka tersebar beberapa kabupaten jawa dan luar jawa. Sebagian diantaranya sudah online, namun masih banyak yang masih mengembangkannya secara offline. Cepatnya perkembangan SID di banyak desa lainnya antara lain oleh dua hal, (1) sistem ini dikembangkan atas dasar regulasi pemerintah, yakni Permendagri Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa dan Kelurahan sehingga SID sangat membantu kemudahan implementasinya, dan (2) desa dapat menggunakan dan mengembangkan menjadi informasi lebih luas dan pelayanan warga yang lebih cepat dan mudah. Profil desa yang sebelumnya hanya dibuat jika ada permintaan (ada program) dari pemerintah, akhirnya bermanfaat untuk mendukung pembangunan desa dan diperbaharui setiap saat.

Launching SID

ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 2

Manfaat SID yang dirasakan oleh warga dan pemerintah daerah disikapi positif dan akhirnya resmi di launching dalam acara Jagongan Media Rakyat di Kampus STPMD/APMD Yoyakarta tanggal 23-25 Februari 2012. Bapak DR. Samonangan Ritonga, MSc, Direktur Statistik Ketahanan Sosial, BPS) dan Simon E. Lumban Gaol, Kasubdin III Pendataan Potensi Masyarakat, Ditjen PMD Kementrian Dalam Negeri mengapresiasi SID sebagai media yang sangat bermanfaat bagi desa dan penajaman program pembangunan. Antusias masyarakat terhadap perkembangan masuknya teknologi informasi ke desa sangat positif. Kepala desa maupun warga yang ramai mengunjungi beberapa stand pameran dalam jagongan media rakyat sangat tertarik ingin ikut mengembangkan di masing-masing desanya. Lisensi SID dikembangkan dalam platform sistem perangkat lunak bebas dan terbuka (free and open source software) sehingga dapat digunakan tanpa berbayar, disalin, didistribusikan, dipelajari, dimodifikasi maupun ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan di lapangan. SID yang mudah dan murah bagi desa akan menjadi alternative transformasi media dan informatika di desa. Dalam waktu dekat software ini dapat di download dengan mudah dan dikembangkan di masing-masing desa. Transparansi penyelenggaraan pembangunan desa akan mengalami babak baru dan menjadi peluang bagi program-program yang masuk desa. Pemerintah dan warga akan dapat mengontrol pembangunan lebih baik sehingga program pembangunan dapat lebih efektif dan efisien dilaksanakan.

Mempertemukan Dua Mutiara Pendayagunaan Data Desa


Pengalaman ACCESS yang telah mengembangkan data kemiskinan dan data hasil survey rumah tangga menjadi Peta Sosial Desa yang membangkitkan semangat pembangunan dan rasa memiliki warga terhadap pembangunan sangat menarik ketika dipertemukan dengan pengalaman Combine Resource Institution (CRI) yang memfasilitasi mengembangkan SID. Keduanya sama-sama mendayagunakan data dan profil desa lebih bermanfaat untuk pembangunan dan perbaikan pelayanan kepada warga. Pertemuan ACCESS dan CRI terjadi dalam Lokalatih di Desa Terong tanggal 13-15 Oktober 2011. Sebelas orang tim ACCESS terdiri dari staf ACCESS, mitra ACCESS, dan perwakilan Pemerintah Desa dari Kupang, Dompu, Bantaeng, dan Jeneponto tinggal selama 3 (tiga) hari di Desa Terong, Bantul. Diawali dengan saling bertukar pengalaman seputar pemanfaaran data dan profil desa dan berbuah pada keyakinan bahwa SID sangat mungkin diterapkan di desadesa dampingan ACCESS. Di satu sisi, peta sosial desa sangat mungkin ditambahkan dalam sistem informasi desa. Desa Terong saat ini telah menambahkan data penduduk dalam peta digital dengan memanfaatkan google map. Peta google yang sudah ada bangunan dan infrastruktur dicopy dan ditambahkan data setiap

ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 3

rumah. Terong masih belum selesai membuat peta sosial yang menjelaskan kondisi masingmasing keluarga, sementara ACCESS mengembangakan lebih lanjut peta sosial desa dengan program openstreetmap. Sharing antara keduanya masih terus dikembangkan. Empat desa yang diajak ACCESS ikut dalam lokalatih meliputi Desa Kairane - Kupang, Desa Rappoa - Bantaeng, Desa Gunung Silanu - Jeneponto, dan Desa Nanga Tumpu Dompu. Mereka masih terus belajar mengembangkan SID. Pengembangan SID yang dilakukan oleh empat desa meliputi (1) Update dan input data dasar sesuai dengan KK, NIK, golongan darah, kepemilikan alat komunikasi, potensi desa. Kegiatan ini dilaksanakan secara partisipatif dan melibatkan perangkat desa dan muda-mudi yang memahami komputer; (2) menyesuaikan nama dan alamat desa serta istilah yang digunakan oleh lokal ke dalam software SID, misalnya sebutan Dusun ditempat lain bisa menjadi Pedukuhan, Lorong atau lainnya; (3) SID mulai digunakan untuk pelayanan administrasi desa seperti surat keterangan atau surat pengantar; (4) melakukan ujicoba SID secara online; dan (5) mengisi SID dengan informasi umum lainnya seperti berita, agenda desa, dan informasi penting lainnya.

Meramu data menjadi informasi


Dalam melakukan pendataan dibutuhkan 3 sumber data kependudukan yang bisa menjadi acuan untuk data kependudukan. Ketiga hal tersebut adalah (1) Data Kependudukan dari Kartu Keluarga, (2) Data Kependudukan Profile Desa, dan (3) Sumber dari komunitas yang dibentuk oleh Pemerintah Desa. Ketiga sumber ini sangat penting untuk mendapatkan data-data yang terbaru sekaligus mengklarifikasi data-data yang mungkin sudah tidak sesuai lagi. ACCESS yang sudah lama berproses menghimpun data dasar secara partisipatif lebih diuntungkan untuk melakukan pengembangan lebih cepat. Namun bagi desa yang baru pertamakali dibutuhkan tahapan lebih panjang. Desa Kairane, Kupang, yang pertama menyelesaikan input data dasar karena diuntungkan oleh jumlah penduduknya yang haya 560 jiwa. SID Kairane sudah ujicoba online mulai November 2011. Sedang desa Rappoa, Bantaeng dan Gunung Silanu, Jeneponto sekarang sudah menyelesaikan input data dasar dan tidak lama lagi akan ujicoba online. Sementara desa Nanga Tumpu masih tertinggal karena sedang masa pemilihan kepala desa. Informasi desa Kairane dapat dilihat dalam web: http://kairane-kupang.web.id/

ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 4

Manfaat Bagi Warga


SID untuk Perencanaan Pembangunan SID mampu menyajikan data, informasi dan fakta lapangan yang mampu mempengaruhi keputusan-keputusan yang berpihak berdasarkan kondisi di lapangan. Di Desa Nglegi dan Girikarto, Kabupaten Gunung Kidul misalnya, pemerintah desa bersama warga dan organisasi warga berasamasama menghimpun data-data desa baik berupa potensi maupun tantangan yang dihadapinya. Dengan mengenal lebih jauh tentang desa dan prioritas-prioritas, masyarakat mampu menyuarakan hakhaknya melalui Musrenbang berdasarkan informasi yang ditampilkan di SID.

SID untuk Keterbukaan Informasi


SID membangun budaya keterbukaan informasi desa dan supra-desa. Budaya tersebut mendorong perangkat dan warga untuk melek teknologi informasi. Teknologi informasi bukan sekedar alat atau benda, melainkan mencakup kesatuan cara berpikir, budaya, perilaku, rasa, dan interaksi . Di desa yang telah memiliki SID, pemerintah desanya menyadari pentingnya membagikan informasi yang berkaitan dengan kegiatan warga.

Desa Mandalamekar, Tasikmalaya (Jawa Barat), pemerintah desanya mendistribusikan informasi kegiatan dan perencanaan desa. Melalui radio komunitas, web, brosur, blog dan portal Mandalamekar, pemerintah desa secara mandiri menyiarkan program konservasi alam dan penghijauan di desanya. SID online yang membuka informasi keluar desa dan diakses oleh banyak pihak menjadikan Mandalamekar mendapat penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya sebagai Juara 1 Bidang Keterbukaan Informasi Tahun 2009 dan 2010. Pada Tahun 2009 Mandalamekar juga mendapat dana hibah dari Lembaga Seacology sebagai pemerhati lingkungan dan Tahun 2010 Juara 2 Konservasi Alam dan Penghijauan Tingkat Provinsi Jawa Barat. 2011 kembali mendapat Penghargaan dari
ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 5

Seacology. Keterbuaan informasi oleh SID Mandalamekar telah memotivasi warga meningkatkan partisipasi dan kepedulian lingkungan yang menjadi kebanggaan desa. Desa Melung, Kabupaten Banyumas, juga mulai mereka web SID. Melung yang membuka informasi telah menarik pihak dari seperang pulau untuk ingin tahu lebih banyak. Pemkab Tanah Datar, Sumatra Barat berkenan menghubungi Dinas Kominfo Kabupaten Banyumas untuk menanyakan SID Desa Melung. Pemkab Banyumas sendiri berharap SID dapat menjadi standar untuk desa-desa di Kabupaten Banyumas.

SID untuk Pendataan Kemiskinan


Desa Nglegi dan Desa Girikarto, Gunungkidul melihat SID bermanfaat untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan desa. Dua desa ini mengembangkan parameter kemiskinan desa secara partisipatif. Parameter tersebut kemudian disandingkan untum memverifikasi data kemiskinan BPS yang ada. Misalnya, ada data yang mdnunjukkan warga punya motor tapi tergolong miskin, sebaliknya yang rumahnya dengan lantai tanah, malah tidak tergolong dalam daftar. Pembangunan desa dengan berbagai sumber dana dievaluasi dan disajikan dalam SID untuk mengetahui sejauh mana program berdampai pada penanggulangan kemiskinan dan menyentuh masyarakat miskin. SID juga menjadi alat bagi masyarakat untuk mengontrol program-program pemerintah yang pro warga miskin.

Meningkatkan Kualitas Pelayanan Dasar


SID menjadi instrumen untuk mempercepat kualitas pelayanan dasar (kesehatan, pendidikan). Desa Kairane, Kupang menunjukkan data pendidikan yang dapat digunakan untuk memonitor maupun menganalisis perkembangan pendidikan masyarakat. Desa juga mampu memberikan layanan kependudukan lebih cepat, misalnya Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK), Surat Keterangan Penduduk, Surat Keterangan Miskin (SKM), Surat Keterangan Jaminan Kesehatan dan Sosial (Jamkesos), Surat Keterangan Nikah, Surat Keterangan Asal Usul, Surat Pengantar Pengurusan KTP dan masih banyak lainnya. Seluruh layanan kependudukan dapat dilayani dengan cepat. Warga yang dulu frustasi karena untuk mengurus selembar kertas administrasi di desa harus menunggu berjam-jam bahkan berhari-hari, sekarang dapat selesai dalam waktu kurang dari 5 menit.

ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 6

Di Desa Terong, Bantul sebagai perintis awal, pelayanan warganya sudah jauh lebih maju. SID selain mempercepat pelayanan, juga memudahkan pemerintah desa dan supra desa memperoleh data yang baru. Data-data tentang kependudukan seperti jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan umur, pekerjaan, agama, status pernikahan dan lainnya sudah diperbaharui setiap waktu. Dicontohkan, Pak Ngatiman (55 thn), warga miskin yang mengalami kecelakaan saat bekerja di kebun dalam beberapa menit sudah memperoleh surat-surat yang dibutuhkan untuk keterangan miskin. Bapak yang dikenakan biaya pengobaran rumah sakit sebesar Rp 500.000,- akhirnya dibebaskan karena sudah memperoleh SKM. Desa Terong membuktikan bahwa hanya diperlukan tiga menit untuk memperoleh Surat Keterangan yang dibutuhkan warganya. SID juga bermanfaat untuk menolong jiwa beberapa warganya yang tertimpa musibah kecelakaan atau melahirkan karena informasi golongan darah yang tercantum di SID sangat membantu menemukan siapa yang siap menjadi donor golongan darah tertentu. Warga menyebutnya Bank Darah. (http://terong-bantul.web.id/dbpenduduk/gol_darah/?lang=id)

Informasi Keuangan Desa dan Sumberdaya Desa


Catatan bukti kegiatan administrasi dan transaksi keuangan di tingkat desa terekam pula dalam sistem ini secara harian, bulanan, dan tahunan. Aplikasi SID dapat mencetak secara langsung laporan kas buku kecil sebagai bukti transaksi keuangan desa. Disamping data keuangan, Desa Nglegi, Gunungkidul juga menginformasikan secara transparan kegiatan desa dan bianyanya. Warga atau siapa saja dapat mengakses dengan mudah dan memonitor penggunaan keuangan desa. Cara ini ternyata memberikan peningkatan kepercayaan dari semua pihak, baik dari warganya maupun dari pemerintah di atas desa. SID juga menyimpan dan mengolah data sumber daya untuk mendukung penanggulangan bencana alam. Pengalaman disaster di Yogyakarta menjadi pelajaran untuk mendata sumberdaya untuk penanggulangan bencana maupun sumberdaya lainnya sebagai berikut: Sumber daya komunikasi dan informasi keluarga desa (kepemilikan telepon, akses internet, kepemilikan TV, kepemilikan radio, dan lain-lain). Sumber daya ekonomi keluarga desa (jenis usaha keluarga, keahlian/ketrampilan, jumlah modal, sumber modal, pasar)

ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 7

Sumber daya penanggulangan bencana keluarga desa (kelompok rentan, keahlian, kepimilikan alat transportasi, dan lain-lain). Sumber daya jaminan sosial keluarga desa (penerima raskin, penerima tabung gas, penerima jamkesmas, penerima BLT, terdaftar DPT)

Peluang
SID masih terus dalam pengembangan dan belum terintegrasi dengan pendataan penanggulangan kemiskinan di tingkat pemerintah yang lebih tinggi. Respon yang baik dan manfaat SID yang mulai dirasakan oleh warga, pemerintah desa dan pemerintah yang lebih tinggi seperti kecamatan dan kabupaten, menjadikan peluang SID untuk dikembangkan lebih luas ke desa-desa lain di Indonesia. Desa yang mulai terbuka dan mampu menggunakan teknologi computer dan informasi memiliki peluang berperan lebih banyak untuk meningkatkan efektifitas pembangunan. Sumbangan tersebut tentu sangat berarti bagi kelancaran program daerah maupun nasional yang lebih tepat.

Beberapa SID yang sudah online


http://terong-bantul.web.id/ http://kairane-kupang.web.id/ http://mandalamekar.or.id/ http://melung.or.id/ http://kandangan-temanggung.web.id/ http://girikarto-gunungkidul.web.id/ http://nglegi-gunungkidul.web.id/

ACCESS Tahap II Info Sheet- Sistem Informasi Desa 8

Anda mungkin juga menyukai