Anda di halaman 1dari 4

Meningkatan Hasil Belajar IPS melalui Metode Quantum Teaching dan Snowball Throwing Oleh : Dra.

Sri yanti Widyaswara LPMP NAD

A. Latar Belakang Makna dan hakikat belajar diartikan sebagai proses membangun makna atau pemahaman terhadap informasi dan pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran (pengetahuan awal), dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap pengetahuan yang sudah di bentukan guru. Buktinya, hasil ulangan siswa berbeda-beda padahal mendapat pengajaran yang sama, dari guru yang sama, dan pada saat yang sama. Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu konsep. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut. Menurut Kurikulum Berbasis Kompetensi yang disempurnakan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan bahwa setiap individu mempunyai potensi yang harus dikembangkan, maka proses pembelajaran yang cocok adalah yang menggali potensi anak untuk selalu kreatif dan berkembang. Namun kenyataan di lapangan belum menunjukkan ke arah pembelajaran yang bermakna. Para pendidik masih perlu penyesuaian dengan KTSP, para guru sendiri belum siap dengan kondisi yang sedemikian plural sehingga untuk menghasilkan pembelajaran yang bermanfaat masih kesulitan. Sistem pembelajaran duduk tenang, mendengarkan informasi dari guru sepertinya sudah membudaya sejak dulu, sehingga untuk mengadakan perubahan ke arah pembelajaran yang aktif, kreatif, menyenangkan (PAKEM) agak sedikit sulit. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) juga tidak lepas dari kecenderungan proses pembelajaran teacher centered. Kondisi demikian tentu membuat proses pembelajaran hanya dikuasai guru. Apalagi pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran sarat materi sehingga siswa dituntut memiliki pemahaman yang holistik terhadap materi yang disampaikan guru.

B.Pendahuluan

Hasil Belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. IPS adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial serta berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia Quantum Teaching dan Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif, baik segi fisik, mental, dan emosionalnya dengan TANDUR (Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) yang diramu dengan kegiatan melempar pertanyaan seperti "melempar bola salju". Jadi yang dimaksud dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing dalam pembelajaran IPS adalah upaya guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran IPS secara holistik, baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

a. Konsep Dasar Pembelajaran IPS Salah satu tugas sekolah adalah memberikan pengajaran kepada siswa. Mereka harus memperoleh kecakapan dan pengetahuan dari sekolah, di samping mengembangkan pribadinya. Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa, yang merupakan proses belajar-mengajar dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan siswa tentang masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Terkait dengan tujuan mata pelajaran IPS yang sedemikian fundamental maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman yang holistik dalam upaya mewujudkan pencapaian tujuan tersebut. b. Ranah Hasil Belajar IPS Pemberian indikator dalam pembelajaran mengacu pada hasil belajar yang harus dikuasai siswa. Dalam pencapaian hasil belajar siswa, guru dituntut untuk memadukan ranah kognitif, afektif, dan psikomotor secara proporsional. Horward Kingsly membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) ketrampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sedangkan Gagne membagi lima hasil belajar, yakni (a) informasi verbal, (b) keterampilan verbal, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) ketrampilan motoris. Dalam dalam sistem pendidikan nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instraksional, menggunakan klasikfikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah pisikmotoris (Nana Sudjana, 2002:22). Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis sintensis, dan evaluasi. Ranah efektif berkenan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotoris berkenan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikmotoris, (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepataan, (e) gerakan keterampilan, (f) gerakan ekspresif dan interpretatif. Berdasarkan konsep di atas maka dapat diperoleh suatu pengertian bahwa hasil belajar IPS adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Derajat kemampuan yang diperoleh siswa diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar IPS. 2. Model Pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing

Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu maka dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia Tenggara melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sehingga orisinilitas konsep ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terhadap hasil-hasil penelitian yang secara variabel berhubungan akan semakin membuktikan akurasi hasil-hasil penelitian sebelumnya. a. Konsep Dasar Quantum Teaching dan Snowball Throwing Quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum Teaching dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus diramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menciptakan suasana belajar. Secara aplikatif, pembelajaran Quantum Teaching berasaskan sistem TANDUR, yakni: Jika dicermati, model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing bertalian erat dengan teori belajar behavioristik dan teori perkembangannya Piaget. Pandangan Behaviouristik, yang melahirkan Teori Belajar Koneksionisme dan Teori Belajar Kondisioning Snowball artinya bola salju sedangkan throwing artinya melempar. Snowball Throwing secara keseluruhan dapat diartikan melempar bola salju. Adapun langkah-langkah pembelajaran Snowball Throwing sebagai berikut: 1) guru menyampaikan materi yang akan disajikan, 2) guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, 3) masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru ke temannya, 4) masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menulis satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah di jelaskan oleh ketua kelompok, 5) kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa lain selama kurang lebih 5 menit. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan pada siswa tersebut untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergiliran, 6) evaluasi, dan 7) penutu. Berdasarkan hasil penelitan yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik simpulan bahwa dalam melalui kolaborasi model pembelajaran Quantum Teaching dan Snowball Throwing terbukti dapat

meningkatkan hasil belajar IPS materi negara-negara Asia tenggara pada siswa kelas VI SD Anjasmoro Semarang. Hal tersebut ditadai dari ketercapaian indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 81,90 dan 87,62 pada siklus II. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar individual, siklus I sebesar 76,19% dan siklus II sebesar 90,48%. Aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian juga aktifitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA

B. Suryosubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2001. Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas. .... 2002. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian Kelas di SD, SDLB, SLB Tingkat Dasar, dan MI. Jakarta: Depdiknas. .............2006. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas. Indra Jati Sidi. 2004. Pelayanan Profesional, Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta: Puskur Balitbang Depdiknas. Nana Sudjana. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Tim MKDK IKIP Semarang. 1990. Psikologi Belajar. Semarang: IKIP Semarang Press.

Anda mungkin juga menyukai