Anda di halaman 1dari 28

Referat

PROFIL KELAINAN ORGAN DALAM PADA KASUS KEKERASAN DI INSTALASI KEDOKTERAN FORENSIK RSSA MALANG PERIODE JANUARI 2010 - JUNI 2013

Disusun oleh : Septy Aulia Rahmy Muizzatulihda Morsid Rajvickhrem Rajendran Nidia Astiani Vinda Ayu Prastika 0810710103 0810714023 0810714031 0910713055 0910710129

Pembimbing: dr. Eriko Prawestiningtyas , SpF

LABORATORIUM KEDOKTERAN FORENSIK RSU Dr. SAIFUL ANWAR FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dalam menyelesaikan suatu perkara terutama suatu tindak pidana, tidak jarang penyidik membutuhkan bantuan para ahli dalam bidang pengetahuan masing-masing. Bilamana bantuan ini berhubungan dengan bidang kedokteran, maka sudah selayaknya bahwa yang diminta bantuan adalah seorang dokter. Salah satu peranan dokter di lapangan adalah ikut menegakkan keadilan yang diwujudkan dalam bentuk visum et repertum. Tidak jarang dokter dihadapkan untuk ikut memeriksa korban yang menderita luka atas permintaan penyidik. 1 Luka didefinisikan sebagai rusaknya jaringan tubuh yang disebabkan oleh trauma. Ada bermacam-macam penyebab luka, yaitu yang disebabkan oleh tembakan, aliran listrik, persentuhan dengan benda tumpul, benda tajam, bahan kimia, dan sebagainya.1 Luka merupakan salah satu kasus tersering dalam kedokteran Forensik. Luka bisa terjadi pada korban hidup maupun korban mati. Dalam sebuah survey di sebuah rumah sakit di selatan tenggara kota London dimana didapatkan 425 pasien yang dirawat oleh karena kekerasan fisik yang disengaja. Beberapa jenis senjata digunakan pada 68 dari 147 kasus penyerangan di jalan raya, terdapat 12 % dari penyerangan menggunakan besi batangan dan pemukul baseball atau benda-benda serupa dengan itu, lalu di ikuti dengan penggunaan pisau 18%. 1 Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan. Faktor lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. Kekuatan dari masa dan kecepatan yang sama yang terjadi pada daerah yang lebih kecil menyebabkan pukulan yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energi kinetik terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin bahkan tidak menimbulkan memar. Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan menyebabkan penekanan, penarikan,

perputaran, luka iris. Kerusakan yang terjadi tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya tetapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada torsi mungkin tidak memberikan efek pada jaringan adiposa namun menyebabkan fraktur spiral pada femur. 2 Jumlah kejahatan di Indonesia meningkat 15 persen pada tahun 2006. Selama 2006, jumlah kejahatan meningkat dari 256.543 (tahun 2005) menjadi 296.119. Peningkatan kejahatan yakni sekitar 15,43 persen. Jumlah penduduk yang beresiko terkena kejahatan rata-rata 123 orang per 100.000 penduduk Indonesia di 2006. Bila dibandingkan tahun 2005 terjadi kenaikan 1,65 persen.1,2 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada makalah ini adalah bagaimana profil kelainan organ dalam pada kasus kekerasan di instalasi kedokteran forensik RSSA Malang periode Januari 2010 Juni 2013. 1.3 Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui profil kelainan organ dalam pada kasus kekerasan di instalasi kedokteran forensik RSSA Malang periode Januari 2010 Juni 2013.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dalam ilmu perlukaan (traumatologi) dikenal trauma tumpul dan trauma tajam. Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan (discontinous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang.3 Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. Hal ini disebabkan oleh bendabenda yang mempunyai permukaan tumpul, seperti batu, kayu, martil, terkena bola, ditinju, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu-lintas, dan lain-lain sebagainya. Trauma tumpul dapat menyebabkan tiga macam luka yaitu luka memar (contusio), luka lecet (abrasio) dan luka robek (vulnus laceratum).3 Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Trauma tajam dibagi menjadi tiga yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus punctum) dan luka bacok (vulnus caesum).3 2.2 Trauma Tumpul Kekerasan tumpul dapat terjadi karena 2 sebab yaitu alat atau senjata yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan yang lain, orang bergerak ke arah objek atau alat yang tidak bergerak. Sekilas nampak sama dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil pada kedua mekanisme itu. Derajat luka, perluasan luka serta penampakan dari luka yang disebabkan oleh benda tumpul bergantung kepada:4 1. 2. 3. 4. 5. Kekuatan dari benda yang mengenai tubuh Waktu dari benda yang mengenai tubuh Bagian tubuh yang terkena Perluasan terhadap bagian tubuh yang terkena Jenis benda yang mengenai tubuh

Organ atau jaringan pada tubuh mempunyai beberapa cara menahan kerusakan yang disebabkan objek atau alat, daya tahan tersebut menimbulkan

berbagai tipe luka. Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tumpul ( blunt force injury), yaitu : 1. Luka lecet (abrasion) : tekan, geser & regang 2. Luka memar (contussion) 3. Luka robek, retak, koyak (laceration) 2.2.1 Luka Lecet/ Abrasi Luka lecet (abrasion) adalah jenis kekerasan benda tumpul ( blunt force injury) yang merusak lapisan atas kulit (epidermis). Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena pembuluh darah terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan menyebabkan daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat jaringan. Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal, perabaan seperti kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi sesudah kematian berwarna kekuningan jernih dan tidak ada perubahan warna. 2,4 Ada 3 jenis luka lecet (abrasion), yaitu : 1. Luka lecet (abrasion) tekan. Ada 3 sifat luka lecet (abrasion) tekan, yaitu : Makin coklat luka makin keras perabaannya, makin lama & kuat penekanannya. Kadang sesuai dengan bentuk bendanya. Eritem, vesikel tanda intravital. 2. Luka lecet (abrasion) geser. Ada 2 sifat luka lecet (abrasion) geser, yaitu : Epidermis tergeser seperti ombak. Arah pergeseran sesuai dengan arah pengumpulan epidermis. 3. Luka lecet (abrasion) regang. Luka lecet (abrasion) regang letaknya sesuai dengan garis kulit. Ada 4 ciri-ciri luka lecet (abrasion), yaitu : Sebagian atau seluruh epitel hilang. Kemudian luka akan tertutup oleh eksudat lalu luka mengering atau terbentuk krusta. Terjadi reaksi radang dengan adanya infiltrasi PMN. Tidak meninggalkan jaringan parut / sikatriks.

Walaupun

kerusakan yang ditimbulkan minimal sekali, luka lecet

mempunyai arti penting di dalam Ilmu Kedokteran Kehakiman, oleh karena dari luka tersebut dapat memberikan banyak hal, misalnya: 1. Petunjuk kemungkinan adanya kerusakan yang hebat pada alat-alat dalam tubuh, seperti hancurnya jaringan hati, ginjal, atau limpa, yang dari pemeriksaan luar hanya tampak adanya luka lecet di daerah yang sesuai dengan alat-alat dalam tersebut. 2. Petunjuk perihal jenis dan bentuk permukaan dari benda tumpul yang menyebabkan a) Luka lecet tekan pada kasus penjeratan atau penggantungan, akan tampak sebagai suatu luka lecet yang berwarna merah-coklat, perabaan seperti perkamen, lebarnya dapat sesuai dengan alat penjerat dan memberikan gambaran/cetakan yang sesuai dengan bentuk permukaan dari alat penjerat, seperti jalianan tambang atau jalinan ikat pinggang. Luka lecet tekan dalam kasus penjeratan sering juga dinamakan jejas jerat, khususnya bila alat penjerat masih tetap berada pada leher korban. b) Di dalam kasus kecelakaan lalu lintas dimana tubuh korban terlindas oleh ban kendaraan, maka luka lecet tekan yang terdapat pada tubuh korban seringkali merupakan cetakan dari ban kendaraan tersebut, khususnya bila ban masih dalam keadaan yang cukup baik, dimana kembang dari ban tersebut masih tampak jelas, misalnya berbentuk zig-zag yang sejajar. Dengan demikian di dalam kasus tabrak lari, informasi dari sifat-sifat luka yang terdapat pada tubuh korban sangat bermanfaat di dalam penyidikan. c) Dalam kasus penembakan, yaitu bila moncong senjata menempel pada tubuh korban, akan memberikan gambaran kelainan yang khas yaitu dengan adanya jejas laras, yang tidak lain merupakan luka lecet tekan. Bentuk dari jejas laras tersebut dapat memberikan informasi perkiraan dari bentuk moncong senjata yang dipakai untuk menewaskan korban. d) Di dalam kasus penjeratan dengan tangan (manual strangulation), atau yang lebih dikenal dengan istilah pencekikan, maka kuku jari pembunuh dapat menimbulkan luka lecet yang berbentuk garis lengkung atau bulan sabit; dimana dari arah serta lokasi luka tersebut

dapat diperkirakan apakah pencekikan tersebut dilakukan dengan tangan kanan, tangan kiri atau keduanya. Di dalam penafsiran perlu hati-hati khususnya bila pada leher korban selain didapatkan luka lecet seperti tadi dijumpai pula alat penjerat; dalam kasus seperti ini pemeriksaan arah lengkungan serta ada tidaknya kuku-kuku yang panjang pada jari-jari korban dapat memberikan kejelasan apakah kasus yang dihadapi itu merupakan kasus bunuh. e) Dalam kasus kecelakaan lalu-lintas dimana tubuh korban bersentuhan dengan radiator, maka dapat ditemukan luka lecet tekan yang merupakan cetakan dari bentuk radiator penabrak. 3. Petunjuk dari arah kekerasan, yang dapat diketahui dari tempat dimana kulit ari yang terkelupas banyak terkumpul pada tepi luka; bila pengumpulan tersebut terdapat di sebelah kanan maka arah kekerasan yang mengenai tubuh korban adalah dari arah kiri ke kanan. Di dalam kasus-kasus pembunuhan dimana tubuh korban diseret maka akan dijumpai pengumpulan kulit ari yang terlepas yang mendekati ke arah tangan, bila tangan korban dipegang; dan akan mendekati ke arah kaki bila kaki korban yang dipegang sewaktu korban diseret. Pola dari abrasi dapat menentukan bentuk dari benda yang mengenainya. Waktu terjadinya luka sendiri sulit dinilai dengan mata telanjang. Perubahan warna menjadi coklat kemerahan pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Warnanya berubah menjadi suram / gelap / coklat pada hari ke-2 sampai hari ke-3 berikutnya. Epidermis baru akan terbentuk pada hari ke-7 sampai hari ke-14. Penyembuhan lengkap terjadi setelah beberapa minggu.2,4 2.2.2 Luka Memar (Contussion) Luka memar (contussion) adalah jenis kekerasan benda tumpul ( blunt force injury) yang merusak atau merobek pembuluh darah kapiler dalam jaringan subkutan sehingga darah meresap ke jaringan sekitarnya. Kontusio merupakan suatu keadaan dimana terjadi pengumpulan darah dalam jaringan yang terjadi sewaktu orang masih hidup, dikarenakan pecahnya pembuluh darah kapiler akibat kekerasan benda tumpul. Mula-mula timbul pembengkakan kemudian timbul warna merah kebiruan lalu warnanya berubah menjadi biru kehitaman pada hari ke-1 sampai hari ke-3. Setelah itu warnanya berubah menjadi biru

kehijauan kemudian coklat. Warna menghilang pada minggu pertama sampai minggu ke-4.5 Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul ialah apa yang dikenal dengan istilah perdarahan tepi (marginal haemorrhages), misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan, perdarahan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Hal yang sama bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi daerah yang tidak menunjukkan kelainan. Darah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban.5 Lebam mayat atau livor mortis sering salah diinterpretasikan dengan luka memar. Livor mortis merupakan perubahan warna ungu kemerahan pada area mengikuti posisi tubuh disebabkan oleh akumulasi darah oleh pembuluh darah kecil secara gravitas. Lebam mayat biasanya terjadi yang terbentuk 30 menit sampai 2 jam setelah kematian dan perubahan warna mencapai puncaknya pada 8 sampai 12 jam setelah kematian. Lebam mayat dapat dibedakan dengan luka memar 5 Tabel 2.1 Perbedaan Luka Memar dan Lebam mayat.5 Luka Memar 1. 2. 3. 4. 5. Di sembarang tempat Pembengkakan (+) Tanda Intravital (+) Ditekan tidak menghilang Diiris : tidak menghilang 1. 2. 3. 4. 5. Lebam mayat Bagian tubuh yang terendah Pembengkakan (-) Tanda Intravital (-) Ditekan Menghilang Diiris : dibersihkan dengan kapas menjadi bersih

2.2.2.1 Kontusio pada organ dan jaringan dalam Semua organ dapat terjadi kontusio. Kontusio pada tiap organ memiliki karakteristik yang berbeda. Pada organ vital seperti jantung dan otak jika terjadi kontusio dapat menyebabkan kelainan fungsi dan bahkan kematian. Kontusio pada otak, dengan perdarahan pada otak, dapat menyebabkan terjadi peradangan dengan akumulasi bertahap produk asam yang dapat menyebabkan reaksi peradangan bertambah hebat. Peradangan ini dapat menyebabkan penurunan kesadaran, koma dan kematian. Kontusio dan perangan yang kecil pada otak dapat menyebabkan gangguan fungsi organ lain

yang luas dan kematian jika terkena pada bagian vital yang mengontrol pernapasan dan peredaran darah.5 Jantung juga sangat rentan jika terjadi kontusio. Kontusio ringan dan sempit pada daerah yang bertanggungjawab pada inisiasi dan hantaran impuls dapat menyebabkan gannguan pada irama jantung atau henti jantung. Kontusio luas yang mengenai kerja otot jantung dapat menghambat pengosongan jantung dan menyebabkan gagal jantung. Kontusio pada organ lain dapat menyebabkan ruptur organ yang menyebabkan perdarahan pada rongga tubuh. 2.2.2.2 Kontusio Cerebri Hampir seluruh kontusio otak superfisial, hanya mengenai daerah abu-abu. Beberapa dapat lebih dalam, mengenai daerah putih otak. Kontusio pada bagian superfisial atau daerah abu-abu sangat penting dalam ilmu forensik. Rupturnya pembuluh darah dengan terhambatnya aliran darah menuju otak menyebabkan adanya pembengkakan dan seperti yang telah disebutkan sebelumnya, lingkaran kekerasan dapat terbentuk apabila kontusio yang terbentuk cukup besar, edema otak dapat menghambat sirkulasi darah yang menyebabkan kematian otak, koma, dan kematian total. Poin kedua terpenting dalam hal medikolegal adalah penyembuhan kontusio tersebut yang dapat menyebabkan jaringan parut yang akan menyebabkan adanya fokus epilepsi.5 Perlu dipertimbangkan lokasi kontusio tipe superfisial yang berhubungan dengan arah kekerasan yang terjadi. Hal ini bermakna jika pola luka ditemukan dalam pemeriksaan kepala dan komponen yang terkena pada trauma sepeti pada kulit kepala, kranium, dan otak. Ketika bagian kepala terkena benda yang keras dan berat seperti palu atau botol bir, hasilnya dapat berupa, kurang lebihnya, yaitu abrasi, kontusio, dan laserasi dari kulit kepala. Kranium dapat patah atau tidak. Jika jaringan dibawahnya terkena, hal ini disebut coup. Hal ini terjadi saat kepala relatif tidak bergerak. Pada pemeriksaan kepala penting untuk mengetahui pola trauma. Karena foto dari semua komponen trauma kepala dari berbagai tipe kadang tidak tepat sesuai dengan demontrasi yang ada, diagram dapat menjelaskan hubungan trauma yang terjadi. Tipe lain kontusio adalah penetrasi yang lebih dalam, biasanya mengenai daerah putih atau abu-abu, diliputi oleh lapisan normal otak, dengan perdarahan kecil atau besar. Perdarahan kecil dinamakan ball haemorrhages sesuai dengan bentuknya yang bulat. Hal tersebut dapat serupa

dengan perdarahan fokal yang disebabkan hipertensi. Perdarahan yang lebih besar dan dalam biasanya berbentuk ireguler dan hampir serupa dengan perdarahan apopletik atau stroke. Anamnesis yang cukup mengenai keadaan saat kematian, ada atau tiadanya tanda trauma kepala, serta adanya penyakit penyerta dapat membedakan trauma dengan kasus lain yang menyebabkan perdarahan. Perdarahan intraserebral tipe apopletik tidak berhubungan dengan trauma biasanya melibatkan daerah dengan perdarahan yang dalam. Tempat predileksinya adalah ganglia basal, pons, dan serebelum. Perdahan tersebut berhubungan dengan malformasi arteri vena. Biasanya mengenai orang yang lebih muda dan tidak mempunyai riwayat hipertensi. Edema paru tipe neurogenik biasanya menyertai trauma kepala. Manifestasi eksternal yang dapat ditemui adalah foam cone busa berwarna putih atau merah muda pada mulut dan hidung. Hal tersebut dapat ditemui pada kematian akibat tenggelam, overdosis, penyakit jantung yang didahului dekompensasio kordis. Keberadaan gelembung tidak membuktikan adanya trauma kepala. 2.2.3 Luka Robek Luka robek (laceration) adalah jenis kekerasan benda tumpul yang merusak atau merobek kulit (epidermis & dermis) dan jaringan dibawahnya (lemak, folikel rambut, kelenjar keringat & kelenjar sebasea). Laserasi disebabkan oleh benda yang permukaannya runcing tetapi tidak begitu tajam sehingga merobek kulit dan jaringan bawah kulit dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit dan bawah kulit. Tepi dari laserasi ireguler dan kasar, disekitarnya terdapat luka lecet yang diakibatkan oleh bagian yang lebih rata dari benda tersebut yang mengalami indentasi.5 Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan. Jembatan jaringan, tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi dengan luka oleh benda tajam seperti pisau. Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan. Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan.

Bentuk dari laserasi dapat menggambarkan bahan dari benda penyebab kekerasan tersebut. Karena daya kekenyalan jaringan regangan jaringan yang berlebihan terjadi sebelum robeknya jaringan terjadi. Sehingga pukulan yang terjadi karena palu tidak harus berbentuk permukaan palu atau laserasi yang berbentuk semisirkuler. Sering terjadi sobekan dari ujung laserasi yang sudutnya berbeda dengan laserasi itu sendiri yang disebut dengan swallow tails. Beberapa benda dapat menghasilkan pola laserasi yang mirip. Seiring waktu, terjadi perubahan terhadap gambaran laserasi tersebut, perubahan tersebut tampak pada lecet dan memarnya. Perubahan awal yaitu pembekuan dari darah, yang berada pada dasar laserasi dan penyebarannya ke sekitar kulit atau membran mukosa. Bekuan darah yang bercampur dengan bekuan dari cairan jaringan bergabung membentuk eskar atau krusta. Jaringan parut pertama kali tumbuh pada dasar laserasi, yang secara bertahap mengisi saluran luka. Kemudian, epitel mulai tumbuh ke bawah di atas jaringan skar dan penyembuhan selesai. Skar tersebut tidak mengandung apendises meliputi kelenjar keringat, rambut dan struktur lain. Perkiraan kejadian saat kejadian pada luka laserasi sulit ditentukan tidak seperti luka atau memar. Pembagiannya adalah sangat segera, segera, beberapa hari, dan lebih dari beberapa hari. Laserasi yang terjadi setelah mati dapat dibedakan dengan yang terjadi saat korban hidup yaitu tidak adanya perdarahan. Cara terjadinya luka robek (laceration), yaitu : Arah kekerasan tegak lurus terhadap kulit sedangkan jaringan dibawah kulit terdapat tulang misalnya kepala yang terbentur pada sisi meja. Hal ini disebut luka retak (harus kita bedakan dengan luka iris (incissed wound). Arah kekerasan miring (tangensial) sehingga luka robek (laceration) dan terkelupas. Benda yang berputar menyebabkan luka yang sirkuler misalnya gilasan mobil. Patah tulang yang menembus kulit 2.3 Trauma Tajam Luka yang diakibatkan oleh benda tajam dapat dibedakan dari luka yang disebabkan oleh benda lainnya, yaitu dari keadaan sekitar luka yang tenang, tidak ada luka lecet atau memar, tapi luka yang rata dan dari sudut-sudutnya

yang runcing seluruhnya atau hanya sebagian yang runcing serta tidak adanya jembatan jaringan. Ada 3 jenis luka akibat kekerasan benda tajam, yaitu:6 1. Luka iris/ luka sayat (incised wound) 2. Luka tusuk (stab wound) 3. Luka bacok (chop wound) (5,9) 2.3.1 Luka Iris/ Luka Sayat (Incissed Wound) Luka iris / luka sayat (incissed wound) adalah luka yang lebar tetapi dangkal akibat kekerasan benda tajam yang sejajar kulit. Bentuk luka tusukan di kulit ditentukan tidak hanya oleh bentuk dari pisau, tetapi juga ditentukan oleh sifat dari kulit. Jika luka tusuk terjadi saat kulit sedang dalam kondisi meregang, akan menghasilkan luka yang panjang, namun luka akan tampak pendek ketika kulit dalam kondisi mengendur. Ada 3 bentuk luka iris / luka sayat (incissed wound), yaitu : 1. Bentuk celah yaitu luka iris / luka sayat yang arah datangnya sejajar dengan arah serat elastis / otot. 2. Bentuk menganga yaitu luka iris / luka sayat yang arah datangnya tegak lurus terhadap arah serat elastis / otot. 3. Bentuk asimetris yaitu luka iris / luka sayat yang arah datangnya miring terhadap arah serat elastis / otot. Tabel 2.2 Cara menentukan luka tusuk disebabkan oleh pembunuhan atau bunuh diri:7 Pembunuhan Lokalisasi di sembarang tempat, juga di daerah tubuh yang tak mungkin dicapai tangan korban Jumlah luka dapat satu/lebih Didapatkan tanda perlawanan dari korban yang menyebabkan luka tangkisan Pakaian ikut terkoyak Ditemukan Luka Tusuk Percobaan Bunuh Diri Lokalisasi pada daerah tubuh yang mudah dicapai tubuh korban (dada, perut) Jumlah luka yang mematikan biasanya satu Tidak ditemukan Luka Tangkisan Bila pada daerah yang ada pakaian, maka pakaian disingkirkan lebih dahulu, sehingga tidak ikut terkoyak Tidak ditemukan Luka Tusuk Percobaan

Ada 8 ciri-ciri luka iris / luka sayat (incissed wound), yaitu :

1. Tepi dan sudut luka tajam. 2. Jembatan jaringan tidak ada. 3. Rambut terpotong. 4. Permukaan luka rata 5. Sekitar luka tidak ada luka memar (contussion) atau luka lecet (abrasion). 6. Luka tidak mengenai tulang. 7. Panjang luka lebih besar daripada dalam luka. 8. Semua senjata bermata tajam berpotensi sebagai penyebab luka iris / luka sayat sehingga identifikasi alat tidak berguna. 2.3.2 Luka Tusuk (Stab Wound) Luka tusuk (stab wound) adalah luka dengan kedalaman luka yang melebihi panjang luka akibat alat yang berujung runcing dan bermata tajam atau bermata tumpul yang terjadi dengan suatu tekanan tegak lurus atau serong pada permukaan tubuh.7 Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya menjadi tidak begitu khas. Atau manipulasi yang dilakukan pada saat penusukan juga akan mempengaruhi. Beberapa pola luka yang dapat ditemukan : 8 1. Tusukan masuk, yang kemudian dikeluarkan sebagian, dan kemudian ditusukkan kembali melalui saluran yang berbeda. Pada keadaan tersebut luka tidak sesuai dengan gambaran biasanya dan lebih dari satu saluran dapat ditemui pada jaringan yang lebih dalam maupun pada organ. 2. Tusukan masuk kemudian dikeluarkan dengan mengarahkan ke salah satu sudut, sehingga luka yang terbentuk lebih lebar dan memberikan luka pada permukaan kulit seperti ekor. 3. Tusukan masuk kemuadian saat masih di dalam ditusukkan ke arah lain, sehingga saluran luka menjadi lebih luas. Luka luar yang terlihat juga lebih luas dibandingkan dengan lebar senjata yang digunakan. 4. Tusukan masuk yang kemudian dikeluarkan dengan mengggunakan titik terdalam sebagai landasan, sehingga saluran luka sempit pada titik terdalam dan terlebar pada bagian superfisial. Sehingga luka luar lebih besar dibandingkan lebar senjata yang digunakan.

5. Tusukan diputar saat masuk, keluar, maupun keduanya. Sudut luka berbentuk ireguler dan besar. Bentuk luka tusuk (stab wound) pada kulit dan otot, yaitu : Alat pisau dapat menimbulkan luka tusuk (stab wound) yang berbentuk celah, menganga, atau asimetris. Ganco / lembing dapat menimbulkan luka tusuk (stab wound) yang berbentuk celah atau bulat. Alat penampang segitiga atau segiempat dapat menimbulkan luka tusuk (stab wound) yang berbentuk bintang berkaki tiga atau empat.

Identifikasi senjata pada luka tusuk:


1. 2. 3. 4. Panjang Luka : ukuran maksimal dari lebar senjata Dalam luka : Ukuran minimal dari panjang senjata Untuk luka tusuk pada bagian dada stabil Untuk luka tusuk di perut tidak dapat diambil kesimpulan panjang senjatanya karena perut sangat elastis Ada 5 ciri-ciri luka tusuk (stab wound) yang disebabkan oleh alat yang berujung runcing dan bermata tajam, yaitu : 1. Tepi luka tajam atau rata. 2. Sudut luka tajam namun kurang tajam pada sisi tumpul. 3. Rambut terpotong pada sisi tajam. 4. Sekitar luka kadang terdapat luka memar (contussion). Ekimosis karena tusukan sampai mengenai tangkai pisau. 5. Kedalaman luka melebihi panjang luka. 2.3.3 Luka Bacok (Chop Wound) Luka bacok (chop wound) adalah luka dengan kedalaman luka kurang lebih sama dengan panjang luka akibat kekerasan yang arahnya miring terhadap kulit. Luka bacok (chop wound) adalah luka akibat alat yang berat dan bermata tajam atau agak tumpul, akibat suatu ayunan yang disertai tenaga yang besar. 7 Ada 6 ciri-ciri luka bacok (chop wound), yaitu : 1. Ukuran luka bacok biasanya besar. 2. Tepi luka bacok tergantung pada mata senjata.

3. Sudut luka bacok tergantung pada mata senjata. 4. Hampir selalu mengakibatkan kerusakan pada tulang. 5. Kadang-kadang memutuskan bagian tubuh yang terkena bacokan. 6. Di sekitar luka dapat kita temukan luka memar (contussion) atau luka lecet (abrasion) atau aberasi.(5) Tabel 2.3 Trauma Bentuk luka Tepi Luka Jembatan Jaringan Rambut Dasar Luka Sekitar Luka Perbedaan antara trauma tumpul dan trauma tajam8 Tumpul Tidak teratur Tidak rata Ada Tidak terpotong Tidak teratur Ada luka lecet atau memar Tajam Teratur Rata Tidak ada Terpotong Teratur Tak ada luka lain

BAB 3 REKAPITULASI DATA DAN PEMBAHASAN Dari data jenazah yang merupakan korban penganiayaan kekerasan yang diperoleh dari Laboratorium Ilmu Kedokteran Forensik RSSA Malang pada periode Januari 2010 Juni 2013, berdasarkan kejadiannya maka dapat dirangkum hasilnya sebagai berikut :

Gambar 3.1

Jumlah Kekerasan periode Januari 2010 Juni 2013

Dari data tersebut didapatkan jumlah kasus kekerasan baik kekerasan karena benda tumpul maupun benda tajam. Selama tahun 2010 didapatkan sebanyak 22 kasus, tahun 2011 sebanyak 11 kasus, tahun 2012 sebanyak 7 kasus dan dari Januari 2013 Juni 2013 didapatkan sebanyak 4 kasus kekerasan. Data lebih rinci adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 kekerasan benda tajam dan benda tumpul periode 2010-Juni 2013 Tahun 2010 2011 2012 2013 Luka Tajam 8 6 9 Luka Tumpul 10 4 4 3 Luka Tajam dan Tumpul 4 1 1

Gambar 3.2 kekerasan benda tajam dan benda tumpul periode 2010-Juni 2013 Data dari kekerasan yang terjadi tersebut dibagi menjadi 3 kategori, kekerasan benda tajam, kekerasan benda tumpul serta kekerasan karena keduanya (benda tajam dan tumpul). Selama tahun 2010 didapatkan 8 kasus kekerasan benda tajam, 10 kasus kekerasan benda tumpul dan 4 kasus kekerasan karena keduanya. tahun 2011 didapatkan 6 kasus kekerasan benda tajam, 4 kasus kekerasan benda tumpul dan 1 kasus kekerasan karena keduanya. tahun 2012 didapatkan 3 kasus kekerasan benda tajam, dan 4 kasus kekerasan benda tumpul. Terakhir, dari bulan Januari 2013 Juni 2013 di dapatkan 3 kasus kekerasan benda tumpul dan 1 kasus kekerasan karena keduanya (tajam dan tumpul). Data jenis kelamin korban kasus kekerasan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3.2 Jenis Kelamin korban kasus kekerasan periode 2010-Juni 2013 Tahun 2010 2011 2012 2013 Laki-laki 13 10 5 3 Perempuan 9 1 2 1

Gambar 3.3 Jenis Kelamin korban kasus kekerasan periode 2010-Juni 2013 Kelainan organ dalam yang ditemukan pada kasus kekerasan periode Januari 2010 Juni 2013 disajikan dalam tabel 3.3 berikut. Dari tabel tersebut, kelainan terbanyak adalah pada kepala, yaitu sebanyak 31 korban. Paru termasuk kedua terbanyak yaitu sebanyak 17 korban. Kelainan jantung terjadi pada 14 kasus, kelainan lambung sebanyak 11 kasus dan kelainan ginjal sebanyak 10 kasus. Dapat disimpulkan bahwa 5 organ terbanyak yang paling sering mengalami kelainan organ dalam pada kasus kekerasan baik benda tumpul maupun tajam adalah organ kepala, paru, jantung, lambung dan ginjal. Tabel 3.3 Data kelainan organ dalam yang ditemukan pada kasus-kasus tersebut: Kepala Paru Jantung Usus Leher Lambung Pancrease Ginjal Limfa Hati Diafragma Lien 2010 14 9 5 3 1 5 1 5 3 2 2011 7 5 5 3 1 1 1 2 1 1 2 2012 6 2 2 2 1 4 3 1 2 1 2013 4 1 2 1 1 1 1 Jumlah 31 17 14 9 3 11 2 10 5 6 2 2

Gambar Diagram Jumlah Kelainan Organ Dalam per Tahun Tabel Kasus Kekerasan Tahun 2010
Tanggal 5-1-2010 JK L Tajam/ tumpul Tumpul Kelainan organ Rongga kepala: SDH volume 20 ml cair Rongga dada: diafragma setinggi ICS IV kanan dan kiri, didapatkan perlekatan paru kanan dengan dinding dada pada bagian superior mudah dilepas, ditemukan cairan merah jernih 10 ml di rongga pericardium, pembuluh darah jantung dan paru terbendung Rongga perut : lambung berisi cairan kehitaman, pada mukosanya tedapat bintik perdarahan, kelenjar getah perut 5-1-2010 P Tumpul berwarna kemerahan Rongga kepala : bekuan darah di seluruh lapisan kulit kepala Leher : bekuan darah di otot leher kanan dengan ukuran 1,5x1x3cm dari garis tengah Rongga dada: bekuan darah bagian kiri atas paru ukuran 2x2cm, 1cm dari puncak paru, 4cm dari garis tengah, bekuan darah di bagian belakang paru kiri atas ukuran 3x2cm di tepi 13-1-2010 L Tajam kiri atas Thorax: dada kiri 900cc; patah tulang iga kiri C2,3,4;

hematom pada paru kiri bawah belakang jantung, luka robek 1x0,5cm, hematom sekitar 3x5cm Robekan pancreas 5x2cm, hematom sekitar arahnya sama dari kanan atas kiri Jantung: irisan kosong, luka terbuka pada otot jantung kiri tepi tajam, sudut tajam ukuran 5x1 tembus otot jantung kiri 14-2-2010 L Tumpul depan, belakang, bawah. Kepala: hematom bawah kulit di puncak kiri dan belakang kanan 5x7cm; SDH 10cc di otak depan kanan, SAH 3x3cm di otak depan kanan, SAH di otak belakang kanan 5x5cm 1-3-2010 P Tumpul Ginjal: hematom ginjal kiri 2,5x2,5cm Rongga kepala: terdapat darah sebanyak 40cm3, perdarahan di dalam bilik otak kanan, kiridari dasar simpul saraf, perdarahan pada otak kecil pada inti daerah yang menyerupai 23-3-2010 P Tumpul gigi (nucleus detantus) Rongga kepala: bekuan darah pada dasar tengkorak bagian belakang 3x5cm Rongga dada: bagian jantung yang tidak tertutup paru selebar 1 jari, paru berwarna merah kehitaman permukaan rata,tes apung paru kanan dan kiri mengapung,tetapi 4-5-2010 14-5-2010 10-6-2010 14-6-2010 20-8-2010 L L L P L Tumpul Tumpul Tajam Tajam Tajam tenggelam setelah ditekan Jaringan otak keluar Hati robek,testis keluar Robekan pada usus, limpa, ginjal Robekan pada paru Jantung warna kemerahan, luka terbuka pada dinding jantung kanan bagian belakang, bilik jantung kanan 3,5cmx7mm sedalam otot Limpa terpotong setengah Hati berwarna merah gelap, licin, padat, kenyal,, luka terbuka pada hati sebelah kiri yang berbatasan dengan lambung panjang 6cm lebar 1mm tinggi 3cm tembus ke luka di bagian hati berikutnya dengan panjang 9cm lebar 1mm tinggi 3cm Diafragma: Luka robek diafragma 16-9-2010 L Tajam& tumpul Usus: Luka terbuka pada usus halus Luka terbuka di paha kanan atas bagian depan 14,5cm dari tulang panggul kanan ukuran pangjang 9cm lebar 5cm tinggi 9,5cm tepi rata ujung tajam membujur

Luka terbuka di pinggang kiri 18cm dari pusar ukuran 5x1cm sedalam otot tepi rata membujur 27-10-2010 P Tajam Perdarahan di kepala kiri karena benda tumpul Jantung: sclerosis pembuluh darah coroner 70% Paru: irisan keluar darah gelap lancer Otak: perdarahan subarachnoid 29-10-2010 11-11-2010 L L Tajam Tajam Empedu: terdapat batu kecil-kecil 2cm Otak: perdarahan subarachnoid 3x3cm Jantung: sclerosis aorta Ginjal, lambung, usus halus hancur Otak seperti bubur 24-11-2010 P Tumpul Paru lengket dengan diafragma warna kehitaman Memar di bawah kulit kepala. Paru kanan dan kiri, lambung bagian atas, jaringan penggantung lien 25-11-2010 L Tajam Benjolan berisi cairan di indung telur bagian kanan Otak mencair dengan warna kemerahan Isi rongga dada membubur 25-11-2010 L Tumpul Sebagian isi rongga perut membubur Rongga kepala: memar di seluruh bagian kepala sebelah kiri dan belakang kepala, jaringan otak membubur, perdarahan pada selaput dan seluruh jaringan otak 25-11-2010 L Tumpul Lambung berisi darah cair Rongga kepala: perdarahan di bawah kulit kepala, otot samping kepala, di bawah tulang atap, dibawah selaput tebal 26-11-2010 P Tajam otak, pembendungan pembuluh darah otak Perdarahan di luar otot samping kepala sebelah kiri, rongga dada kiri belakang, paru kanan dan kiri, rongga belakang 30-11-2010 P Tajam selaput rongga perut, di bawah limpa, dan di ginjal Mesocolon transversum robek 10cm Mesenterium duodenum robek 6cm Ginjal kiri belakang atas robek 1cm kedalaman 0,5cm, 24-12-2010 P Tumpul perdarahan intraperitoneal dan retroperitoneal kiri Otak: perdarahan subarachnoid Jantung: sclerosis arteri coronaria Terdapat plak berwarna kekuningan pada dinding aorta dan arteri pulmonalis Limpa: terdapat jaringan memadat berwarna hitam

Tabel Kasus Kekerasan Tahun 2011


Tanggal 7-1-2011 JK P Tajam/ Tumpul Tumpul Kelainan organ Jantung: bekuan darah dalam kantung pembungkus jantung, nekrosis pada telinga jantung kiri, didapatkan pembukaan pembuluh darah coroner jantung dan penebalan otot pembuluh darah coroner (sclerosis) Perdarahan pada rongga dada 11-1-2011 L Tumpul Ginjal: kanan dan kiri kapsul ginjal mudah dilepas Otak: perdarahan selaput laba-laba otak besar dan kecil (SAH), otak membubur 12-3-2011 L Tajam Ginjal: bekuan darah di depan ginjal kiri Luka memar luas di bawah kulit kepala diameter 12cm dari puncak kepala belakang Luka memar di otot kepala kanan diameter 7cm Luka memar di bawah kulit kepala kiri diameter 20cm Memar di basis cranii daerah sekitar foramen magnum depan sela turcica diameter 2cm Luka terbuka pada lambung di bagian curvature mayor 3x1cm tepi rata hingga menembus dinding lambung Luka terbuka di pancreas 2x2cm tepi rata ujung tajam Luka terbuka di atas saluran ginjal kiri 2x1,5x1cm tepi rata 24-3-2011 L Tajam ujung tajam Luka tembus tepi bawah paru bagian bawah kanan tembus hemidiafragma kanan mengenai hati lobus kanan panjang 8cm tepi rata ujung tajam Luka robek menembus mesocolon di dua tempat menembus dinding perut belakang di sebelah kanan setinggi columnna vertebralis Luka robek pada mesenterium bagian jejunum, robek pada 2 tempat panjang 1/2cm tepi rata ujung tajam, usus utuh Luka terbuka pada punggung samping di intercostalis 6 garis tengah ketiak tembus ke bawah diafragma kiri mengenai bagian bawah ginjal kiri panjang 2,5cm tepi rata ujung tajam 3-4-2011 L Tajam sedalam korteks Luka tusuk dada kiri merobek paru kiri menembus jantung kiri sebanyak 2kali dengan ukuran luka 2x1cm dan 2x1cm tepi

17-10-2011

Tajam

rata dan tajam Rongga kepala: otot sisi kepala kanan terdapat perdarahan 4x4cm Otot sisi kepala kiri terdapat perdarahan 7x3cm Perdarahan di atas selaput laba-laba otak di tepi otak kiri 7x6cm arah melintang Rongga dada: Paru kanan dan kiri mengecil sebanyak dua jari, paru kanan warna merah kehitaman lobus tengah dan bawah kelihatan pucat permukaan tidak rata dan berdungkul, lobus media terdapat bintik kehitaman; paru kiri terdapat tanda-tanda pembusukan awal, permukaan tidak rata, berdungkul Otak besar, otak kecil, dan batang otak membubur dengan perdarahan di bagian kepala belakang sebelah kiri Jantung, hati, lambung, limpa melunak Usus besar berisi meconium berwarna hitam Rongga kepala: jaringan otak membubur berwarna abu-abu, ditemukan cairan berwarna merah muda Jantung berwarna merah kehitaman berisi cairan berwarna merah 5mm Rongga kepala: otak pucat dan terdapat pelebaran pembuluh darah otak besar, batang otak terpotong 4cm di bawah lubang dasar tengkorak (foramen magnum), perdarahan di bawah selaput laba-laba pada otak kecil di bagian bawah sisi kiri 3x2cm Paru kiri kolaps dengan jarak 20cm dari dinding dada panjang 19cm lebar 10cm tinggi 3cm Luka terbuka di bagian bawah paru 2cm dengan bagian dasar paru, arah miring panjang 5,5cm sedalam 1cm Otot sela iga 3-4 robek, panjang 4cm Paru pucat, rupture paru kiri lobus atas depan Perdarahan rongga thorax kiri 50cc Lambung berisi cairan merah, bau lambung asam seperti tape arak Leher: terdapat perdarahan pada otot-otot leher kiri, urat nadi leher kiri terpotong lebih dari 25%, terdapat robekan pada otot antara tulang rawan tiroid dengan tulang hyoid sebelah kiri

18-10-2011

Tumpul

3-11-2011

Tumpul

3-11-2011

Tajam& Tumpul

15-11-2011

Tajam

4-12-2011

Tajam

Tabel Kasus Kekerasan Tahun 2012


Tanggal 4-3-2012 4-4-2012 JK L L Tajam/ Tumpul Tumpul Tajam Kelainan organ Luka memar di dasar tengkorak bagian orbita, SDH 20cc di otak besar, SAH otak kecil dan occipital Perdarahan subdural 55ml,perdarahan subarachnoid luas. Laserasi otak 2-5-2012 22-5-2012 L L Tumpul Tumpul Organ dalam perut pucat dan membengkak Perdarahan epidural dan subarachnoid di otak besar Paru, hepar, lien, ginjal ekstravasasi Pelebaran pembuluh darah otak besar kanan dan kiri Perdarahan di bawah kulit leher Hiperemi trakea, plica vokalis,glatis Fraktur os hyoid kiri 30-5-2012 L Tajam Limpa:darah kehitaman encer banyak Otak: SAH dan SDH Cairan serous kuning di rongga dada 1150cc Cairan serous cair di pericardium 10cc Cairan darah di intracardiac 290cc Cairan merah di abdomen 50cc Colon ascenden keluar, hiperemi usus besar, duodenum keluar, mesenterium memar Lambung: dinding hiperemi, luka stroma Ginjal: perdarahan kapsuler dan calyx kanan 3-6-2012 30-12-12 P P Tajam Tumpul Hepar: laserasi lobus kanan Perdarahan subarachnoid Jantung, paru, ginjal, lambung pucat Memar di aorta bawah tulang dada diameter 2cm Memar di usus multiple diameter 8cm Memar lambung diameter 15cm

Tabel Kasus Kekerasan Januari-Juni 2013


Tanggal 13-2-2013 14-3-2013 15-5-2013 JK L P L Tajam/ tumpul Tumpul Tumpul Tumpul Kelainan organ Otak membubur Otak membubur Jantung dan paru membusuk Otak: perdarahan di seluruh lapisan otak,otak membubur

Terdapat trauma tumpul occipital Paru: terdapat gas pembusukan di paru kanan dan kiri Hepar dan lien: berwarna hitam dengan pembusukan Lambung dan usus: berwarna kekuningan dengan 20-5-2013 L Tajam dan tumpul pembusukan, mukosa hiperemi Rongga kepala: perdarahan di bawah kulit kepala, di bawah selaput tebal otak, di bawah selaput laba-laba otak, luka memar di dasar otak besar, perdarahan intraventrikel dan atap tengkorak Jantung: arteri koronaria kolaps

Dari data yang sudah disajikan terlihat penurunan jumlah kelainan organ dalam pada kasus kekerasan karena permintaan pemeriksaan dari tahun 2010 sampai ke Juni dalam yang berkurang yang 2013, hal ini bukan berarti angka kekerasan yang terjadi menurun tetapi mengakibatkan angka kelainan organ dalam pada kekerasan terlihat berkurang. Pengelompokan apakah termaksud kasus kekerasan benda tajam atau tumpul berdasarkan kesimpulan pada buku notulen. Organ dalam yang tersering ditemukan kelainan berdasarkan data yang kami peroleh adalah kepala, menurut analisa kami hal ini dikarena kepala merupaka organ yang pertama diincar oleh pelaku untuk menghilangkan kesadaran.

BAB 4 KESIMPULAN 1. Jumlah kasus kekerasan yang tercatat di Instalasi Kedokteran Forensik RSSA Malang selama periode 2010 Juni 2013 sebanyak 44 kasus, dengan sebaran tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan 22 kasus, tahun 2011 sebanyak 11 kasus, tahun 2012 sebanyak 7 kasus dan dari bulan Januari hingga Juni 2013 terjadi 4 kasus. 2. Jumlah kasus kekerasan yang tercatat di Instalasi Kedokteran Forensik RSSA Malang selama periode 2010 Juni 2013 luka tajam pada tahun 2010 sebesar 8 kasus, luka tumpul sebanyak 10 kasus dan luka tajam dan luka tumpul sebanyak 4 kasus. Pada tahun 2011 kekerasan dengan luka tajam sebanyak 6 kasus, luka tumpul sebanyak 4 kasus dan 1 kasus yang memiliki luka tajam dan tumpul. Untuk tahun 2012 terjadi 9 kasus luka tajam, 4 kasus luka tumpul dan tidak ada lkasus yang mengalami luka tajam dan tumpul.

Untuk dari wal tahun 2013 hingga Juni 2013 terjadi 5 kasus luka tumpul dan 1 kasus luka tajam dan tumpul dengan 0 kasus luka tajam 3. Untuk sebaran jenis kelamin pada tahun 2010 13 kasus terjadi pada laki-laki dan 9 kasus pada perempuan. Untuk tahun 2011 terjadi 10 kasus pada lakilaki dan 1 kasus pada perempuan. Untuk tahun 2012 terjadi 5 kasus pada laki-laki dan 2 kasus pada perempuan. Untuk tahun 2013 dari bulan Januari hingga Juni terdapat 3 kasus pada laki-laki dan 1 kasus pada perempuan. 4. Kelainan organ dalam tersering berurutan berdasarkan jumlah tersering adalah pada kepala, paru-paru, jantung, lambung, ginjal, usus, hati, limfa, leher, diafragma dan lien.

DAFTAR PUSTAKA 1. Herlambang, Penggalih Mahardika. Mekanisme Biomolekuler Luka Memar [online]. 03 Juni 2010]. 2. Satyo, Alfred C. 2006. Aspek medikolegal luka pada forensik klinik.Majalah Kedokteran Nusantara vol 39 no.4: 430-432 3. Apuranto Hariadi. Luka Akibat Benda Tumpul. Diunduh dari 2010. Available at: http://sibermedik.files.wordpress.com/2008/10/biomol-memar_rev.pdf. [cited :

www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen//LUKA%20TUMPUL.pdf 4. Traumatologi Forensik. Diunduh dari

http://www.freewebs.com/traumatologie2/index.htm

5.

Wales

J.

Visum

et

Repertum.

[online].

2010.

Available

at

Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki/Visum_Et_Repertum. 6. Dahlan, Sofwan. Traumatologi. 2004 Dalam: Ilmu Kedokteran Forensik.. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.Semarang.2004. Hal 67-91. 7. Apuranto, Hariadi. Luka tajam [online]. 2010. Available at :

www.fk.uwks.ac.id/elib/.../LUKA%20AKIBAT%20BENDA%20TAJAM.pdf [cited : 09 Juni 2010] 8. Budiyanto, Arif. Ilmu Kedokteran Forensik. Bagian Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : 1997. Hal 37-54. 9. Idries, Abdul Mun'im. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Binarupa Aksara: Jakarta 1997. Hal 85-129.

Anda mungkin juga menyukai