Anda di halaman 1dari 8

PERAN PENJAS DAN OLAHRAGA DALAM MEMBENTUK KARAKTER

Oleh: R. Agung Purwandono Saleh, M.Pd. Dosen MPK Olahraga UPN Veteran Yogyakarta ABSTRAK Pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai tujuan selain untuk pemeliharaan dan peningkatan kebugaran jasmani maupun peningkatan prestasi olahraga, sekarang diwacanakan dan dikembangkan juga untuk membentuk karakter bangsa. Sejarah telah membuktikan melalui olahraga, bangsa Indonesia merasa bangga atlet-atletnya dapat meraih beberapa medali emas, perak maupun perunggu di olimpiade, maupun di kejuaraan dunia melalui beberapa cabang andalannya, seperti bulutangkis, panahan dan angkat besi. Setelah mencapai keberhasilan meraih medali emas dan diakui sebagai yang terbaik di dunia, mampukan olahraga juga dapat untuk membentuk karakter bangsa? Tulisan dberikut ini, mencoba mengetahui sejauhmana olahraga dapat membentuk karakter bangsa melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam semangat gerakan olahraga. Mereview kembali bagaimana pada tahun 1984 pemerintah mencanangkan program gerakan mengolahragakan masyarakat, dan memasyarakatkan olahraga. Kata kunci : pendidikan jasmani, olahraga, karakter PENDAHULUAN Sebagai mahkluk individu yang terdiri dari jasmani dan rohani perlu pemahaman kebutuhan hidupnya secara seimbang, selaras dan serasi. Olahraga dewasa ini telah berkembang menjadi suatu aktivitas yang sangat penting sebagai bagian dari kebutuhan hidup yang diperlukan oleh setiap insan manusia. Sejak ditetapkannya Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) melalui keputusan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia Nomor: 0013/MENPORA/1984, pada tanggal 1 Juli 1984, dibentuk pula suatu pola dasar pembangunan olahraga yang mempunyai maksud memberi arah, tujuan, dan sasaran dalam rangka penyusunan program dan pelaksanaan operasional pendidikan jasmani dan olahraga yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan keluarga secara terpadu, berkesinambungan dan menyeluruh serta berdaya guna berhasil guna untuk meningkatkan gerakan olah raga nasional (1984 : 1). Usaha ini dilakukan untuk peningkatan gerakan keolahragaan nasional, untuk meneruskan kesinambungan pembinaan olahraga yang dimulai sejak usia dini (taman kanak kanak maupun sekolah dasar)

sampai melalui penerapan pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga di Perguruan Tinggi. Secara fisiologis, di masa saat memasuki jenjang Perguruan Tinggi, adalah merupakan saat penting dimana usia puncak (golden age) untuk meraih prestasi olahraga dapat tercapai. Menurut Radiopoetro (1977 :38) kemampuan badan untuk cepat pulih kembali setelah malakukan latihan, mencapai puncak kira kira pada umur 14 tahun, untuk kemudian berkurang, dan bertambah lagi antara umur 21 dan 25 tahun. Berdasar kenyataan tersebut, melalui semangat gerakan olahraga diharapkan tidak hanya untuk peningkatan kebugaran jasmani saja, namun juga perlu diarahkan pada usaha pembinaan olahraga menuju peningkatan prestasi, serta pembentukan karakter bangsa. Beberapa faktor penunjang akan diuraikan dengan lebih spesifik pada pembahasan berikut ini KONTEKS PENJAS & OLAHRAGA Batasan pendidikan jasmani menurut Sukintaka (1998 : 36) adalah Pendidikan jasmani merupakan proses interaksi antara peserta didik dan lingkungan, melalui aktivitas, jasmani yang disusun secara sistematik untuk menuju manusia Indonesia seutuhnya. Menurut Pola Dasar Pembangunan Olahraga Nasional (1984 : 5), pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan dan keterampilan jasmani, perturnbuhan kecerdasan dan pembentukan watak. Batasan olahraga menurut Sukintaka (1998 : 45) adalah Olahraga itu permainan dan aktivitas jasmani yang dilakukan dengan penuh perjuangan melawan diri sendiri, kawan bermain, dan alam untuk mencapai kemenangan. Menurut Pola Dasar Pembangunan Olahraga Nasional (1984:5), Olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani yang terdapat di dalam permainan, perlombaan dan kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan dan prestasi yang optimal. Sebagai suatu aktivitas jasmani, olahraga yang merupakan terjemahan dari. SPORT, yang dalam pelaksanaannya ada dua pengertian yang dipakai untuk mencapai tujuan. Menurut Fuoss dan Tropprnann (1981 : 5) Pertama, Sport yang bertujuan "to have fun. Kedua, Athletics yang bertujuan "to win. Pengertian-pengertian tersebut apabila dikaitkan dengan tujuan pendidikan jasmani dan olahraga di Perguruan Tinggi, pertama-tama yang paling penting adalah menanamkan unsur permainan maupun menumbuhkan rasa senang kepada mahasiswa. Tumbuhnya rasa senang ini diharapkan dapat memacu apresiasi mahasiswa terhadap aktivitas jasmani, sehingga akan timbul suatu pengertian dan muncul bentuk partisipan aktif. Oleh karena itu aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga sangat penting sebagai bagian dari penyeimbang pemenuhan kebutuhan tersebut. Menurut Wiranto Arismunandar (1998 : 3), olahraga merupakan sarana efektif untuk mengembangkan "Emotional Intellegence". Pada bagian lain dijelaskan pula bahwa olahraga

mencerdaskan dan meningkatkan kecepatan berpikir dan mengambil keputusan. Selain itu membentuk watak dan kepribadian, meningkatkan krativitas dan daya inovasi, menanamkan tentang disiplin, sportivitas, dan rasa tanggung jawab, membentuk pengertian tentang daya, kekuatan, kecepatan, stamina, ketangkasan, kelincahan, keterampilan, mengalami menang dan kalah, prestasi dan komitmen, persiapan dan, pelatihan berulang ulang. Berdasarkan beberapa batasan tersebut di atas, konteks pendidikan jasmani adalah suatu bentuk aktivitas jasmani yang dikelola melalui proses belajar mengajar baik secara teori dan praktek yang diharapkan berfungsi sebagai penyeimbang kebutuhan jasmani dan rohani menghadapi dinamika kehidupan dan perkembangan intelektualnya membangkitkan semangat pantang menyerah untuk tetap beraktifitas olahraga menjaga kebugaran jasmani maupun berkompetisi melalui pembinaan olahraga prestasi, sehingga dapat mengharumkan bangsa dan negara, dengan semangat pantah menyerah dan semangat bela negara. KARAKTERISTIK PENJAS & OLAHRAGA Pendidikan Jasmani dan Olahraga sebagai matakuliah mempunyai karakteristik spesifik yang mengandung beberapa komponen seperti:

Nilai Nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani dan olahraga memiliki aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Menurut Pola Dasar Pembangunan Olahraga (1984: 22) adalah : (1). Pembentukan Gerak a. Memenuhi dan mempertahankan keinginan anak untuk selalu bergerak. b. Mengembangkan perasaan irama serta penghayatan ruang, waktu dan bentuk. c. Mengenali kemungkinan - kemungkinan gerak dirinya sendiri. d. Memiliki keyakinan gerak dan mengembangkan perasaan sikap. e. Memperbanyak dan memperluas kemampuan gerak dengan melakukan pengalaman gerak. (2). Pembentukan Prestasi a. Mengembangkan kerja optikal dengan mengerjakan ketangkasan- ketangkasan. b. Belajar mengarahkan diri kepada pencapaian prestasi (keamanan, konsentrasi, keuletan, kewaspadaan, sportivitas, disiplin, kepercayaan pada diri sendiri) c. Penguasaan emosi d. Belajar mengenal kemampuan dan keterbatasan diri. e. Meningkatkan sikap yang tepat terhadap nilai prestasi dalam kehidupan sehari-hari, dalam masyarakat dan dalam olahraga. (3). Pembentukan Sosial a. Pengakuan dan penerimaan norma-norma dan peraturan-peraturan bersama.

b. c. d. e.

Mengikutsertakan dalam kelompok, belajar bekerja sama, menerima pimpinan dan memberikan pimpinan. Mengembangkan perasaan sosial dan pengakuan terhadap orang lain sebagai pribadi - pribadi. Belajar bertanggungjawab terhadap orang lain, memberi pertolongan, memberi perlindungan dan berkorban. Belajar mengenal dan mengalami secara aktif bentuk-bentuk kegiatan untuk pengisian waktu senggang.

(4). Pembentukan Tubuh. a. Meningkatkan syaraf-syaraf yang diperlukan untuk dapat bersikap dan bergerak dengan baik, untuk dapat berprestasi secara optimal. b. Meningkatkan kesehatan jasmani dan rasa tanggungjawab terhadap kesehatan diri sendiri dengan membiasakan cara - cara hidup sehat. Tujuan Melalui nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani dan olahraga tersebut, maka tujuan penyelenggaraan pendidikan jasmani dan olahraga adalah.: a. Memberikan kesempatan masyarakat untuk beraktivitas olahraga secara terstruktur melalui proses pembelajaran yang terarah, tepat dan menyehatkan. b. Meningkatkan kebugaran jasmani. c. Memotivasi masyarakat untuk melasanakan aktivitas olahraga di waktu luangnya, sehingga masyarakat dapat mempunyai pola hidup yang sehat dan benar sehingga dapat meningkatkan produktivitas lebih tinggi. d. Menanamkan sikap kepribadian yang terpuji, seperti:sikap disiplin,jiwa sportivitas, pantang menyerah, dan rendah hati. Secara umum berdasarkan kajian tersebut di atas, karakteristik pendidikan jasmani dan olahraga adalah mengandung aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor melalui proses belajar mengajar serta berlatih olahraga agar dapat membentuk sosok manusia yang berkepribadian utuh, sehat, dan cerdas serta berprestasi baik secara fisik maupun intelektualnya. DUKUNGAN PEMERINTAH Dukungan terhadap penyelenggaraan kurikulum pendidikan jasmani dan olahraga telah dituangkan pada Undang-undang tentang Sistem Keolahragaan Nasional nomor: 3 tahun 2005, yaitu antara lain pada pasal 18, ayat 4 yang berbunyi: Olahraga pendidikan pada jalur pendidikan formal dilaksanakan pada setiap jenjang pendidikan. Sebelumnya melalui Surat Keputusan Mendiknas nomor 232/U/2000 tentang Pedoman penyusunan kurikulum pendidikan tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa, tertuang pula pada pasal 10, ayat 2 yang berbunyi: Dalam kelompok MPK secara institusional dapat termasuk bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Ilmu Budaya Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Alamiah Dasar, Filsafat Ilmu, Olahraga Menurut W.P Napitupulu (1978:17) Kebijakan keolahragaan di Indonesia merupakan

bagian integral dari kebijaksanaan Pendidikan dan Kebudayaan. Ini berarti tujuan pembinaan keolahragaan tidak terpisahkan dari tujuan pendidikan. PERAN ILMU PENGETAHUAN TENTANG OLAHRAGA Pembinaan olahraga sebagai salah satu faktor penting didalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang handal dan berkualitas, tentunya tak bisa berdiri sendiri sehingga memerlukan faktorfaktor pendukung. Faktor pendukung terpenting adalah peranan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan olahraga secara intern disiplin (berbagai disiplin ilmu). Menurut Setyo Nugroho (1997: 10), olahraga sebagai disiplin ilmu mempunyai kerangka tubuh pengetahuan. Banyak pakar ilmu olahraga telah menyampaikan gagasan kerangka tubuh ilmu olahraga. Pada bagian lain dijelaskan bahwa pada pertemuan ilmiah olahraga yang diadakan bersama dengan penyelenggaraan Olimpiade Montreal tahun 1976. Ilmu Olahraga dikelompokan menjadi : a. Ilmu Ilmu Biologi (Biology Sciences), yang dikategorikan kedalam kelompok ilmu ilmu Biologi adalah ilmu ilmu: i. Fisiologi olah raga/latihan ii. Kesehatan olahraga iii. Biomekaika olahraga iv. Kinantopometri b. Ilmu ilmu Keperilakuan ( Behavioral Sciences), yang dikategorikan kedalam kelompok ilmu ilmu perilaku adalah ilmu ilmu : i. Pedagogi olah raga/ kepelatihan olahraga ii. Psikologi olahraga iii. Sosiologi olahraga c. Ilmu ilmu kemanusiaan (Humanities Sciences), yang dikategorikan kedalam ilmu ilmu kemanusiaan adalah ilmu ilmu : i. Filsafat olahraga ii. Sejarah olahraga iii. Teologi olahraga d. Varia yang dikategorikan kedalam kelompok varia adalah ilmu ilmu : i. Administrasi/manajemen olahraga ii. Infrastrutur olahraga iii. Jurnalistik olahraga Pada pertemuan ilmiah olah raga delapan tahun berikutnya, yang diadakan bersamaan dengan penyelenggaraan Olimpiade Los Angeles pengelompokan ilmu olahraga mengalami perubahan (1984 Olympic Scientific Congress). Adapun pengelompokan dilakukan seperti berikut : 1. Ilmu ilmu Kejasmanian (Physical Sciences), yang dikategorikan kedalam kelompok ilmu ilmu kejasmanian adalah ilmu ilmu : a. Biomekanika olahraga b. Kinantropometri

c. Kesehatan olahraga
Ilmu ilmu Neubehavioral ( Neubehavioral Sciences), yang dikategorikan ke dalam kelompok ilmu ilmu Nenbehavioral adalah ilmu ilmu : a. Pengendalian materik/Pembelajaran materik b. Perkembangan materik c. Psikologi olahraga 3. Disiplin sosial kultural (Socio-Cultural Disciplines), yang dikategorikan kedalam kelompok Disiplin sosial kultural adalah ilmu ilmu : a. Sejarah olahraga b. Pedadogi olahraga c. Filsafat olahraga d. Sosiologi olahraga Pada pertemuan ilmiah olahraga 1988, yang penyelenggaraan bersamaan Olimpiade Seoul, pengelompokan ilmu olahraga yang dilakukan oleh para pakar mengalami perubahan lagi. Pengelompokan dilakukan menjadi lebih besar seperti berikut : 1.) Sejarah olahraga, 2.) Filsafat olahraga, 3.) Sosiologi olahraga, 4.) Administrasi olahraga, 5.) Pendidikan olahraga, 6.) Pendidikan jasmani adapted, 7.) Pengukuran dan evaluasi olahraga, 8.) Psikologi olahraga, 9.) Fisiologi olahraga, 10.) Biomekanika olahraga, 11.) Kesehatan olahraga, dan 12.) Tari Dari beberapa disiplin ilmu yang ada tersebut, maka pembinaan olahraga terutama olahraga yang bersifat prestasi, diperlukan metode pendekatan ilmiah, sebab proses berlatih melatih adalah proses pengembangan potensi sumber daya manusia. Pendekatan ilmiahnyapun melalui dukungan secara inter disiplin ilmu. PERAN PAKAR DIBIDANG PENJAS DAN OLAHRAGA Dukungan pakar yang mempunyai kompetensi relevan yang menguasai ilmu pendidikan jasmani dan olahraga mutlak diupayakan termasuk kesempatan di dalam pengembangan karier dan keilmuan. Hal ini berkaitan dengan kualifikasi dan pengalaman baik secara teoritik dan praktik. Sehingga mampu mengemban misi yang selaras, sarasi dan seimbang dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani dan olahraga melalui aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Selain itu pakar pendidikan jasmani dan olahraga tidak jarang mempunyai beberapa tugas tambahan seperti : a. Konsultan bagi masyarakat yang memerlukan informasi berbagai hal tentang olahraga, terutama di organisasi olahraga seperti KONI, BAPOMI, BAPOPSI, PENGPROV,PENGKAB, dan sebagainya. b. Pedamping kegiatan pelajar, mahasiswa maupun masyarakat pada umumnya. c. Pembina unit kegiatan mahasiswa bidang olahraga di PT. d. Pelatih salah satu cabang olahraga. e. Staf bidang kemahasiswaan. f. Staf bidang pengajaran,seperti guru olahraga maupun dosen olahraga dan lain lainnya.

2.

Oleh sebab itu diperlukan pakar yang mempunyai kompetensi yang kreatif, komunikatif dan berwawasan luas mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan dunia olahraga sesuai dengan tuntutan daya kreatifitas dan inovasi. Peran pakar olahraga sangat diperlukan untuk membina aktifitas msyarakat dalam melaksanakan kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga serta merupakan faktor pendorong yang mampu memotivasi masyarakat berkegiatan olahraga sehingga dapat memperkuat karakter bangsa. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut: Pendidikan jasmani dan olahraga mempunyai manfaat terhadap kesehatan melalui tujuan kebugaran jasmani serta peningkatan prestasi olahraga. Melalui nilai-nilai pendidikan jasmani dan olahraga, masyarakat didorong untuk termotivasi secara aktif dan berkelanjutan untuk melaksanakan kegiatan jasmani agar tetap sehat, serta dapat membentuk manusia yang mempunyai karakter yang kuat sebagai jati diri bangsa. Sebagai penunjang aktivitas olahraga di lingkungan masyarakat diperlukan pakar olahraga yang juga mampu sebagi pelatih dan pembina yang mampu membantu membawa segenap potensi masyarakat untuk menjaga prestasi maupun untuk meningkatkan prestasi dibidang olahraga.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. (1984). Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Pola Dasar Pembangunan Olahraga. Jakarta: Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga. Anonim. (2000). Menteri Pendidikan Nasional. Keputusan Mendiknas tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa . Jakarta: Kantor Mendiknas. Anonim. (2005). Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia. Undang undang Republik Indonesia nomor: 3 tahun 2005 Tentang Sistem Keolahrgaan Nasional . Jakarta: Kantor Menpora. Fuoss, DE dan R.J.Troppmann. (1981). Effective coaching: A psychological approach. New York: John Wiley and Sons. Nugroho, Setyo. (1997). Perkembangan Ilmu Olahraga dan Implementasi Bagi Peningkatan Prestasi Olahraga di Indonesia. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. R. Radiopoetro. (1977). Fisiologi Olahraga. Yogyakarta: Yayasan Sekolah Tinggi Olahraga. Sukintaka. (1998). Kajian Mas Depan Pendidikan Jasmani dan Olahraga: Arah Pembangunan pada Abad XXI. Majalah Ilmiah Olahraga.Yogyakarta: FPOK IKIP Yogyakarta. WP. Napitulu. (1978). Kebijaksanaan Keolahragaan di Indonesia. (Majalah Prisma). Jakarta. Wiranto Arismunandar. (1998). Briefing Mendikbud Pada Pertemuan Terbatas Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Jakarta: Kantor Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai