Anda di halaman 1dari 166

Penerbit: Yayasan Kebangkitan Kaum Muslimin

Kp. Rancamaya Rt/Rw 03/04, Ds. Sukabakti, Kec. Tarogong Kidul, Kab. Garut 44151 Jawa Barat Hp. 081 281 256 95 0877 437 586 36 E-mail: ahmadhariadi1951@yahoo.com

PRAKATA PENERBIT

YAYASAN

KEBANGKITAN

KAUM MUSLIMIN

memanjatkan puji dan syukur kepada Allah swt., karena sesuai dengan Anggaran Dasarnya pasal 3 dan 4, dapat menerbitkan sebuah buku berjudul BENCANA Dan PENGUASA yang ditulis oleh Ahmad Hariadi. Dalam Anggaran Dasar YAYASAN pasal 3-nya disebutkan tentang tujuan YAYASAN, yakni: Turut membantu program Pemerintah dalam mencerdaskan Bangsa serta meningkatkan taraf hidup masyarakat, khususnya Kaum Muslimin. Dan dalam pasal 4-nya disebutkan: untuk mencapai tujuan tersebut, YAYASAN ini akan melakukan berbagai usaha yang di antaranya: membikin/menerbitkan dan menyebarluaskan buku-buku tentang pengetahuan keagamaan yang perlu dilakukan, yang pengetahuan keagamaan mana sangat erat sekali hubungannya dengan KONSEP KEBANGKITAN KAUM MUSLIMIN berdasarkan Alquran. Berdasarkan dua pasal itu, maka YAYASAN ini merasa perlu sekali untuk dapat menerbitkan buku berjudul BENCANA Dan PENGUASA tersebut. Hal ini dilakukan karena isinya sangat baik dan tepat sekali

untuk dijadikan sebagai pedoman di dalam berbangsa dan bernegara oleh masyarakat, khususnya oleh para pemimpin negeri ini yang sedang menjabat ataupun calon-calon pemimpin yang ingin menjabat. Mudah-mudahan hal-hal yang ada dalam buku BENCANA Dan PENGUASA tersebut dapat bermanfaat bagi bangsa/rakyat Indonesia yang mayoritas adalah kaum Muslimin. Dan selanjutnya, mudah-mudahan bangsa/rakyat negeri ini dapat segera terbebas dari berbagai belenggu krisis yang selama ini terjadi. Dan setelahnya itu, bangsa/rakyat negeri ini dapat segera tinggal landas untuk menuju masyarakat yang makmur, damai, lagi sejahtera. Amin! Demikianlah harapan penerbit, mudah-mudahan hal-hal yang bermanfaat yang ada dalam buku tersebut dapat menjadi Amal Jariah dan Albaqiyat Ash-sholihat bagi penulisnya, Amin! Wassalam, Garut 25 Shafar 1430 H. 21 Februari 2009 M.

YAYASAN KEBANGKITAN KAUM MUSLIMIN

BIOGRAFI DAN PENGEMBARAAN PENULIS


AHMAD HARIADI Ahmad Hariadi, penulis buku BENCANA Dan PENGUASA ini lahir pada malam takbiran, 1 syawal 1372 H bertepatan dengan tanggal 2 Januari 1952 di Pare, Kediri, Jawa Timur. Setelah menamatkan SD dan SMP Muhammadiyah, penulis melanjutkan pendidikan ke SMEA. Pada tahun kedua penulis yang bersaudara 20 orang itu keluar dan memutuskan untuk mengembara ke mana kaki melangkah dalam rangka mencari dan mempelajari ilmu-ilmu agama. Selama lima tahun (1967 s/d 1972) penulis tekun mempelajari ilmu-ilmu agama, terutama ilmu Nahwu Shorof dari pesantren ke pesantren lain (lebih dari 12 pesantren). Untuk lebih mempercepat di dalam memperdalam ilmu-ilmu agama itu, penulis sering berguru langsung kepada alim ulama (lebih dari 20 ulama), baik alim ulama dari Nahdlatul Ulama/NU, Muhammadiyah, Persatuan Islam/Persis, Islam Jamaah/LDII ataupun kepada guru-guru Tarikat. Dari antara sekian banyak pesantren yang pernah dimasuki oleh penulis adalah:

1. Pesantren LDII di pusatnya, Burengan-Kediri, Jawa Timur. 2. Pesantren NU di pusatnya, Tebu Ireng-Jombang, Jawa Timur. 3. Pesantren Persis di pusatnya, Bangil-Pasuruan, Jawa Timur. 4. Pesantren Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah di Jl. Suronatan Notoprajan, Yogyakarta yang diasuh oleh KH. Umar Afandi. Dan dari antara sekian banyak alim ulama yang penulis pernah belajar langsung kepadanya secara pribadi adalah: 1. Bapak Masudi dan Suudi di pusat LDII BurenganKediri, di samping kepada H. Nurhasan al-Ubaidah Lubis selaku pendiri Islam Jamaah (di tempat tersebut mempelajari Quran hadis secara Manquul). 2. Bapak KH. Sidik Abbas di Jombang, beliau ini adalah ulama Muhammadiyah yang dahulunya ulama NU (di tempat beliau ini belajar Qiroat/ bacaan Alquran berdasarkan ilmu Riwayah dan Diroyah, di samping menerjemahkan Alquran kata demi kata dan tafsirnya yang disertai ilmu Nahwu Sorof di sana sini).

3. Kiai Adlan di pesantren Cukir-Tebu Ireng, Jombang (di tempat ini khusus memperdalam ilmu Qiroat/bacaan Alquran berdasarkan ilmu Riwayah dan Diroyah). 4. Ustazd Manshur, putra pendiri Persis A. Hasan (di tempat ini mempelajari ilmu Nahwu Sorof dengan memakai kitab Alfiyah bin Malik, di samping mempelajari buku-bukunya A. Hasan, terutama bukunya yang berjudul Soal-Jawab). 5. Bapak KH. Mukhtar Mukti di Ploso-Jombang (di tempat ini mempelajari Torikot Siddiqiyyah). 6. Bapak KH. Majid Ilyas di Plampitan-Peneleh, Surabaya sering (di tempat ini selain mengikuti dalam pengajian-pengajiannya di setiap pagi hari, penulis berdialog langsung dengannya masalah-masalah yang pelik termasuk masalah ajaran-ajaran Ahmadiyah). 7. Bapak HAMKA di Kebayoran Baru, Jakarta, dekat Mesjid Al-Azhaar (dengan beliau ini penulis berdialog langsung tentang masalah ajaran-ajaran Ahmadiyah selama tiga hari di rumah beliau). Kemudian setelahnya itu, penulis memutuskan untuk baiat masuk ke dalam Jamaat Ahmadiyah di Bandung pada bulan Desember 1973 M. Dan satu tahun

delapan bulan kemudian, penulis diangkat menjadi mubalig Ahmadiyah pada bulan agustus 1975 M. Dan pada waktu menjadi mubalig Ahmadiyah, penulis pernah diberi tugas oleh pusat Ahmadiyah untuk mengoreksi terjemahan yang ada di dalam tafsir Alquran yang diterbitkan oleh Ahmadiyah Pusat Jakarta. Dan hobi penulis pada waktu menjadi mubalig itu adalah Mendatangi alim ulama untuk diajak berdialog tentang ajaran-ajaran Ahmadiyah (ada sekitar 200 alim ulama yang pernah didatangi oleh penulis selama kurang lebih sepuluh tahun, baik yang ada di Jawa ataupun di luar Jawa). Dan di samping itu, penulis pada tahun 1979 pernah berkunjung ke pusat Ahmadiyah dunia, baik yang ada di kota Qodian-India ataupun yang ada di kota Robwah-Pakistan. Di kota Robwah inilah, khalifah Ahmadiyah bertempat tinggal. Dan pada waktu itulah penulis terbengong-bengong melihat gaya khalifah Ahmadiyah yang dibuat-buat yang seakan-akan dia itu punya hubungan khusus dengan Allah swt., di samping melihat kehidupan khalifah beserta keluarganya dengan kehidupan yang serba mewah dan serba dikeramatkan oleh para pengikutnya, dan seterusnya . Kemudian setelahnya itu, ada peristiwa yang mengerikan, sampai-sampai leher penulis hendak dipo-

tong di depan orang ramai oleh seorang ulama yang merupakan lawan penulis di dalam bermubahalah/Perang Doa (tahun 1983 M). Dan dari peristiwa itu, mulailah penulis ragu-ragu, sampai mencapai klimaksnya, yang akhir bin akhirnya penulis memutuskan untuk keluar dari Ahmadiyah, yakni pada tanggal 3 April 1986 di Malaysia dan Singapura. Hal tersebut dapat dilihat dalam buku penulis yang berjudul Mengapa Saya Keluar Dari Ahmadiyah Qadiani, yang walaupun penulis sekarang ini sudah tidak ada di dalam buku itu. Tetapi itu semua adalah merupakan bagian dari masa lalu penulis, yang darinya ada berbagai pengalaman penting yang dapat diambil pelajaran oleh penulis di kemudian hari. Selanjutnya, penulis melanjutkan pengembaraan ke Bandar Seri Begawan-Brunei Darussalam, ke kota Kina Balu-Malaysia Timur, ke Kuala Lumpur-Malaysia Barat, dan ke Singapura. Dan kemudian, tak lama setelah itu, penulis bergabung dengan Jamaah Darul Arqom Malaysia, dan dipercaya untuk mengajar ilmu Nahwu Sorof di Jamaah tersebut selama hampir dua tahun. Dan selama di Darul Arqom itulah, penulis dapat mengetahui secara langsung dan paham benar serta menghayati tentang apa itu Tahlil dan Tawassul kepada roh waliwali, dan apa itu isi dari kitab Maulid Barzanji dan

Daibaai, dan tak ketinggalan tentang Aurod Muhammadiyah (wiridnya Muhammad bin Abdullah ASSuhaimi). Yang mana hal tersebut diamalkan secara

ramai-ramai oleh Jamaah Darul Arqom setiap malam Jumat dan malam Senin (termasuk penulis sendiri yang walaupun tidak dengan sepenuh hati, padahal penulis sudah berusaha semerdeka dan semaksimal mungkin agar di dalam menjalankan amalan-amalan itu dapat benar-benar dengan sepenuh hati. Hal itu dilakukan oleh penulis dalam rangka untuk mencari pengalaman dan penghayatan dari sesuatu ajaran yang diamalkan, sehingga bisa merasakan dan menghayati melalui qolbu). Di samping itu penulis pun bergaul langsung dengan tokoh-tokoh Darul Arqom, lebih-lebih lagi dengan pendirinya, ustaz Ashaari Muhammad (yang oleh orangorang Arqom dianggap sebagai waliyyullah), bahkan sering pergi berkeliling bersamanya, baik ke luar negeri ataupun di dalam negeri Malaysia itu sendiri, dan seterusnya ... dan seterusnya . Kemudian setelahnya itu, berdasarkan permintaan dari pusat Rabitah Alam Islami yang ada di Mekah Mukarromah, maka penulis pun diangkat menjadi Dai Rabitah Alam Islami pada bulan september 1988 M sampai sekarang (tahun 2009 M.). Selama menjadi Dai

Rabitoh Alam Islami, penulis dapat kesempatan banyak untuk berkenalan dengan orang-orang Arab, baik yang ada di Rabitah Alam Islami itu sendiri ataupun yang ada di Atase Agama Kedutaan Saudi Arabia, dan yang ada di Lembaga Bahasa Arab dan Ilmu-ilmu Islam, yang lembaga mana juga di bawah naungan Kedutaan Saudi Arabia. Dan hampir selama 4 tahun, penulis sangat sering sekali mengunjungi perpustakan yang dimiliki oleh Lembaga Bahasa Arab tersebut. Perpustakaan mana adalah perpustakaan terbesar di seluruh Indonesia yang berisi terutama sekali kitab-kitab Arab dalam berbagai bidang ilmu keislaman. Yang dari membacanya selama kurang lebih empat tahun itu, penulis dapat pelajaranpelajaran yang sangat penting, yang di kemudian hari semuanya itu sangat berfaedah dan membantu penulis di dalam menyusun buku ini. Dan di samping itu lagi, atas dasar rekomendasi dari bapak Muhammad Natsir (Ketua Dewan Dakwah Islamiyah) yang diberikan kepada bapak KH. Dalari Umar selaku ketua umum Korps Mubalig Jakarta, maka penulis pun akhirnya dapat memberikan khotbah Jumat yang dikoordinir oleh Korps tersebut. Sehingga selama lebih dari sepuluh tahun yang dimulai dari tahun 1988, penulis dapat memberikan khotbah Jumat sebanyak kurang lebih

400 kali dari masjid ke masjid, dari kantor ke kantor, dan dari perguruan tinggi ke perguruan tinggi yang ada di Jakarta. Dari pengalaman ini, penulis pun dapat pelajaran yang sangat berharga di waktu itu dan di kemudian hari, karena di samping khotbah-khotbah Jumat itu, dialogdialog dengan sebagian para jemaah pun diadakan sesudah salat Jumat. Yang dari itu semua, penulis dapat mengetahui secara langsung tentang pola pikir yang berbeda-beda dari masing-masing mereka itu di dalam memahami ajaran Islam, ada yang lunak, ada yang keras, ada yang rasional, ada yang tidak rasional, dan ada juga yang taklid terhadap kitab-kitab ulama tertentu dengan cara yang membabi buta dan lain-lain. Dan di sela-sela selama lebih dari sepuluh tahun tersebut, penulis pun melakukan pengembaraan dengan memasuki secara langsung ke dalam tubuh Jamaah Tabligh yang berpusat di masjid Kebun Jeruk-Jakarta Pusat dan di masjid Muttaqin, Ancol-Jakarta, (masjid yang terakhir ini kepunyaan seorang dokter spesialis paru-paru yang bernama dokter Nur). Dan kemudian, penulis beserta dokter Nur tersebut mengamalkan Khuruuj fii sabiilillah selama 40 hari ke pulau Batam dan seterusnya dan seterusnya . Sehingga dengan pengalaman ini pun di kemudian hari ada manfaatnya

yang besar sekali bagi penulis, terutama dalam masalahmasalah hadis-hadis palsu yang membenci dunia yang ada dalam kitab-kitab Fadlooilul-Amaal yang biasa dikaji dan diamalkan oleh Jamaah Tabligh tersebut. Sehingga pada waktu itu, penulis berpikir alangkah baiknya kalau mereka-mereka itu menomorsatukan Alquran untuk dipelajari dan dikaji, sehingga mereka akan dengan mudah dapat mendeteksi mana hadis-hadis yang palsu dan mana hadits-hadits yang benar-benar sabda Rasulullah saw.. Dan di sela-sela waktu tersebut (antara tahun 1998-1999), Jakarta. Di penulis tempat juga mengunjungi penulis Jamaah Salamullah yang ada di Jln. Mahoni 30, Kemayorantersebut, menyaksikan langsung berkali-kali, lebih dari sepuluh kali tentang keadaan seorang wanita yang bernama Lia Aminudin (pendiri Jamaah tersebut) tatkala ia sedang disapa oleh wujud yang kata ia adalah malaikat Jibril. Karena penulis ingin tahu lebih dalam apa benar yang datang kepadanya itu adalah malaikat Jibril atau jibril-jibrilan, maka penulis pun sering tidur, lebih dari sepuluh kali di tempat bekas Lia Aminudin disapa oleh wujud itu, di sebuah kamar yang berukuran kecil di rumahnya di Jln. Mahoni 30. Di samping itu karena wanita tersebut juga

mengaku dirinya adalah Imam Mahdi dan putranya yang bernama Ahmad Mukti akan menjadi Isa Al Masih di kemudian hari, maka dalam hal ini pun penulis selalu berbincang-bincang dengan anaknya itu untuk membicarakan hal tersebut. pelajaran Pengalaman yang ini pun bagi dapat penulis, memberikan banyak

terutama dari segi potensi-potensi yang baik yang dapat timbul pada diri seseorang yang bersumber dari kekuatan ruh Ilahi/duta Ilahi, dan potensi-potensi yang jahat yang juga dapat timbul pada diri seseorang yang bersumber dari kekuatan iblis/setan yang ada pada diri seseorang itu. Adapun perkembangan dari keyakinan Lia Aminudin setelah tahun 2000 s/d. sekarang, penulis kurang mengetahuinya, karena setelah tahun itu penulis tidak pernah mendatanginya lagi. Cuma dengan perantaraan media, penulis mengetahui bahwa akhir-akhir ini Lia Aminudin sudah mengaku sebagai penjelmaan Jibril, dan orang keduanya Dan yakni saudara Abdurrahman Jamaah mengaku bahwa dia sebagai penjelmaan dari Nabi Muhammad? (wallohu alam). Dan perlu ditambahkan di sini bahwa di sela-sela waktu sepuluh tahun lebih itu, penulis pun sering bergaul jamaahnya dari Salamullah berubah menjadi Jamaah Lia Eden?

mesra/akrab dengan mubalig-mubalig Dewan Dakwah Islamiyyah yang ada di Jln. Keramat Raya-Jakarta, dan mubalig-mubalig Muhammadiyah yang ada di MentengJakarta, dan juga mubalig-mubalig dan kiai-kiai dari NU, seperti kiai Syukron Mamun (pimpinan pesantren di Kebayoran Baru), kiai Nur Muhammad SQ (pimpinan pesantren Siddiqiyyah di Kebon Jeruk-Jakarta). Di samping itu, hampir setiap hari Jumat pagi, penulis berkumpul di kantor Korps Mubalig Jakarta (KMJ) yang ada di Jl. Hasyim Asyari-Jakarta untuk persiapan memberikan khotbah Jumat. Pergaulan mesra dengan mereka-mereka itu juga menjadi pengalaman khusus bagi penulis, baik di waktu itu ataupun di kemudian hari. Dan akhir bin akhirnya, penulis pada bulan juli 1997 M melanjutkan pengembaraan untuk yang kedua kalinya ke pusat Rabitah Alam Islami di Mekah Al Mukarromah, (kunjungan pertama tahun 1990 M, di musim Haji waktu peristiwa di terowongan Mina yang merenggut nyawa ratusan orang itu). Dalam kunjungan tersebut, pusat penulis Makkah, dapat bergaul langsung dengan sebagian ulama-ulama Rabitah Alam Islami yang ada di terutama dengan Sekjen-nya. Pengalaman-pengalaman di dalam menjalankan ibadah Haji di Kota Suci tersebut, juga tidak ketinggalan dapat

memberikan pelajaran-pelajaran yang sangat penting terhadap penulis di waktu itu dan di kemudian hari, terutama tentang berjubelnya Jemaah Haji, khususnya pada waktu melempar Jumroh di Mina dalam waktu yang sama di bulan Dzulhijjah, (bukankah ada ayat yang mengatakan alhajju asyhurummaluumaat ?), dan tentang pakaian Ihram yang hanya terdiri dari dua helai kain itu, (bukankah Dan ada ayat itu, yang penulis mengatakan melanjutkan yuriidulloohu bi kumul-yusro wa laa yuriidu bi kumul usro?). setelahnya pengembaraan ke London-Inggris. Di tempat tersebut pada tanggal 13 Agustus 1997 M, penulis berusaha dengan keras untuk dapat bertemu dengan pimpinan tertinggi Ahmadiyah dunia, Tahir Ahmad di pusat Ahmadiyah, 16 Gressenhall road, London SW 18 SQL untuk membicarakan hal-hal penting yang berhubungan antara penulis dengan dia dalam masalah yang menyangkut Mubahalah/Perang Doa, dan seterusnya dan seterusnya . Dan selama di London, penulis tinggal di 35 Stockwell Green, London SW9, 9HZU, UK. Di tempat tersebutlah para simpatisan Taliban dari Pakistan sering berkumpul. Sehingga pada waktu itu, penulis bergaul langsung dengan mereka, bahkan oleh mereka penulis diajak mengunjungi puluhan masjid yang

ada di kota-kota besar yang ada di Inggris, yang walaupun pada waktu itu penulis tidak pakai jenggot. Dan di samping itu, penulis pun menyempatkan diri mengunjungi pusat Jamaah Tabligh yang ada di London. Yang di dalam pusat mana setiap malam diadakan pengajian dalam tiga bahasa, yakni bahasa Urdu di bangunan tingkat yang pertama, bahasa Inggris di bangunan tingkat yang kedua, dan bahasa Arab di bangunan tingkat yang ketiga, dan seterusnya dan seterusnya . Pengalaman-pengalaman selama di Inggris ini pun juga banyak memberikan pelajaranpelajaran penting terhadap penulis di waktu itu dan di kemudian hari, terutama akidah-akidah orang-orang Taliban dan simpatisannya yang kaku dan sempit di dalam memahami agama Islam yang bersifat universal itu. Dari hasil pengalaman-pengalaman yang cukup panjang dan penuh berliku-liku itu, maka pada awal tahun 2006, penulis dapat menerbitkan sebuah buku yang berjudul 100 LEBIH PEMAHAMAN KAUM MUSLIMIN PERLU DIREFORMASI. Yang buku mana menjadi Buku Pengantar dari kitab Terjemah dan Tafsir Alquran yang berjudul Yassarnal-Quran, lengkap 30 juz yang juga ditulis oleh penulis.

Melalui buku/kitab itu, penulis hendak berusaha untuk menyimpulkan pemahaman-pemahaman keagamaan yang pernah dilihat, dialami, dan dirasakan oleh penulis dengan kesimpulan pemahaman keagamaan yang cukup sederhana, sesuai dengan fakta yang ada dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena memang ajaran agama itu sendiri adalah mengatur manusia dalam kehidupan sehari-hari, agar mereka dapat mempunyai akhlak yang mulia, yang dengan perantaraannya, mereka akan dapat hidup bahagia, damai dan sejahtera, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti (surat 2 ayat 201). Dan setelahnya itu ada pengalaman penting penulis yang berhubungan dengan ESQ (Emotional Spiritual Quotient). Pada hari selasa bada salat Isya`, tanggal 15 agustus 2006, penulis dengan diantar oleh Bapak Gatut (Vice President Technical Affairs di P.T. Freeport) dan Bapak Gunawan Sumodiningrat (Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada) dapat bertemu dengan Bapak Ary Ginanjar Agustian di ESQ Leadership Center Jl. Ciputat Raya No. 1B Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Dalam pertemuan tersebut telah dihadiahkan kepada Bapak Ary Ginanjar Agustian kitab Terjemah dan

Tafsir Alquran beserta buku Pengantarnya yang ditulis oleh penulis. Dalam pertemuan yang memakan waktu sekitar dua jam itu telah dibicarakan berbagai hal, yang diantaranya tentang Visi dan Misi ESQ dan juga tentang Visi dan Misi yang terkandung dalam buku dan kitab penulis. Dan pada waktu itu agar penulis dapat mengetahui lebih dalam tentang Visi dan Misi ESQ, maka Bapak Ary Ginanjar Agustian meminta kepada penulis agar dapat ikut Training ESQ yang akan diadakan tanggal 18 agustus s/d. 21 agustus 2006 di hotel Gran Melia, Kuningan, Jakarta. Akhirnya dengan senang hati, penulis pun ikut Training ESQ ke-50 (Angkatan Emas) yang langsung dipimpin oleh Bapak Ary Ginanjar Agustian itu. Dan setelah mengikutinya selama 4 hari, dan seterusnya untuk memperdalam lebih jauh tentang Visi dan Misi ESQ itu, maka penulis pun menyisihkan waktu khusus untuk membaca buku-buku ESQ, termasuk buku penting ESQ yang ditulis sendiri oleh Bapak Ary Ginanjar Agustian yang berjudul ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 (EDISI INDONESIA, 436 Halaman). Dari situ penulis mengambil kesimpulan bahwa di dalam setiap kelompok itu pasti ada hal-hal positifnya yang dapat diambil, dan juga ada hal-hal yang negatif yang tidak harus diambil. Yang masing-masingnya

itu tentunya didasarkan kepada ketentuan-ketentuan Alquran yang merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia (hudan-linnas). Dan sangat disesalkan bagi seseorang yang tidak mau tahu tentang apa-apa yang ada dalam berbagai kelompok, karena akhirnya seseorang itu tidak akan dapat mengetahui hal-hal positif apa yang dapat diambil dan hal-hal negatif apa yang tidak harus diambil. Dan berbahagialah bagi seseorang yang dalam rangka menuntut ilmu selalu ingin tahu tentang apa-apa yang ada dalam berbagai kelompok. Karena dengan perantaraannya, seseorang itu akhirnya akan dapat mengambil hal-hal yang positif dan tidak mengambil hal-hal yang negatif yang ada di dalamnya. Di samping itu seseorang tersebut akan dapat mengetahui berbagai dunia pemikiran, pemahaman, dan tindaktanduk yang ada dalam berbagai kelompok itu. Dan tidak ada satupun kelompok yang berhak memonopoli kebenaran atau menganggap kelompoknya yang paling benar alias kelompok lain salah. Karena sikap ini sangat bertentangan dengan Robbul aalamiinnya Allah yang Maha Rahman dan Maha Rahim itu. Dan diterbitkannya buku berjudul BENCANA Dan PENGUASA yang ada di hadapan saudara-saudara ini adalah karena setelah 10 tahun lebih Era Reformasi ini,

kondisi bangsa/rakyat negeri ini masih saja terbelenggu oleh berbagai krisis yang terjadi. Padahal selama Era Reformasi tersebut, sudah 4 presiden silih berganti memimpin negeri ini. Jika demikian halnya, maka menurut penulis ada sesuatu prinsip yang paling mendasar yang belum dilakukan oleh para pemimpin itu. Dan prinsip yang paling mendasar tersebut adalah: Yang namanya pemimpin adalah orang yang sanggup berkhidmat, melayani terhadap apa-apa yang diperlukan oleh bangsa/rakyatnya; pemimpin jangan bertanya apa-apa saja yang Negara bisa berikan kepadanya, tetapi hendaklah dia bertanya, apa-apa saja yang dia bisa berikan kepada bangsanya . Di samping itu, Rasulullah saw. sebagai pembawa dan pengamal Alquran menyabdakan, Yang namanya pemimpin kaum/pemimpin bangsa adalah orang yang sanggup menjadi pelayan mereka. Berdasarkan prinsip yang amat agung tersebut, dan berdasarkan berbagai krisis multi dimensi yang terus terjadi di negeri ini, maka penulis memberanikan diri untuk menulis buku berjudul BENCANA Dan PENGUASA ini. Mudah-mudahan himbauan yang ada dalam buku tersebut dapat dilaksanakan oleh para pemimpin negeri ini, terutama oleh presidennya, dan juga

tak ketinggalan dapat dilaksanakan oleh calon-calon pemimpin yang nantinya akan menjabat. Selamat membaca! Masukan-masukan dan kritikan-kritikan yang berharga, penulis sangat mengharapkannya! Dan penulis mohon bantuan doa dari para pembaca agar buku tersebut dapat bermanfaat bagi bangsa ini dan para pemimpinnya! Dan akhirnya buku tersebut akan dapat menjadi Amal Jariah dan Albaqiyat Ash-sholihat bagi penulis. Amin!

DAFTAR ISI

Prakata Penerbit .................................................... Biografi Penulis ...................................................... Daftar Isi ................................................................. BENCANA Dan PENGUASA ................................. Himbauan ............................................................... Himbauan Terakhir ................................................. Keterangan-Keterangan Penting ............................

5 7 25 27 40 46 53

Buku-Buku Penulis yang Telah Terbit .................... 168

BENCANA DAN PENGUASA


Adakah hubungan antara berbagai bencana yang terjadi dalam suatu negeri dengan mental para penguasanya? Jawabannya sangat erat sekali1. Di dalam diri manusia ada dua kekuatan: 1. Kekuatan yang bersumber dari ruh Allah2, yang hati nurani berasal darinya 2. Kekuatan yang bersumber dari iblis, yang disebut Hawa Nafsu Dua kekuatan tersebut saling tarik menarik dalam diri seseorang, terutama dalam diri para penguasa/ pemimpin, baik di kalangan eksekutif, legislatif, ataupun yudikatif. Jika mereka yang mengatur dan memerintah negeri ini selalu mengikuti suara hati nuraninya yang berasal dari ruh Allah itu, seperti kasih sayang, kejujuran, amanah, keadilan, kepedulian terhadap kesejahteraan rakyatnya, dan bertanggung jawab, maka negeri ini akan penuh berkat dan sejahtera, jauh dari bencana. Tetapi sebaliknya jika para penguasa itu selalu mengikuti Hawa Nafsunya, seperti sewenang-wenang, tidak jujur, tidak amanah, tidak berlaku adil, tidak peduli terhadap kesejahteraan rakyatnya, dan tidak

bertanggung

jawab,

maka

negeri

ini

akan

tidak

sejahtera, selalu ditimpa berbagai bencana (Alquran, surat 7 ayat 96). Bencana tersebut terjadi karena dua hal: 1. Bencana Yang Diakibatkan Oleh Para Penguasa Yang Rakus Lagi Tamak Para penguasa yang rakus itu terlalu banyak mengambil dana-dana yang mestinya untuk kesejahteraan rakyatnya, seperti di antaranya, danadana untuk pendidikan, dana-dana untuk kesehatan, dana-dana untuk perawatan berbagai fasilitas umum, dana-dana yang menyangkut perawatan alam lingkungan seperti, dana-dana reboisasi, dana-dana untuk pemeliharaan tanggul-tanggul sungai dan laut, ataupun dana-dana infrastruktur yang menyangkut untuk keselamatan transportasi darat, laut, dan udara, dan lain-lain. Yang karena kerakusan para penguasa itu, maka terjadilah berbagai bencana/peristiwa tragis di tengah-tengah masyarakat yang banyak merenggut korban jiwa seperti, perampokan, penodongan, perkelahian karena perebutan lapak, dan lain-lain. Yang mana peristiwa-peristiwa tragis itu kebanyakannya

terjadi karena faktor kemiskinan, faktor sulitnya lapangan kerja, faktor mahalnya pendidikan, dan lainlain. Yang kesemua faktor itu sumbernya adalah penguasa yang rakus tersebut. Dan yang lebih parah lagi terjadinya berbagai bencana seperti, banjir bandang, tanah longsor, tanggul jebol, jembatan vital roboh, dan lain-lain. Begitu pula tak ketinggalan sering terjadinya bencana transportasi, baik darat, laut, ataupun udara seperti yang selama ini terjadi. Hal itu terjadi karena dana-dana untuk infrastruktur dan perawatannya itu sangat minim sekali dikarenakan sudah terlalu banyak diambil oleh penguasa rakus yang terkait. Di saat itu para penguasa yang rakus itu sudah benar-benar kongkalikong dengan konglomerat jahat. Yang kongkalikong mana, rakyat menjadi melarat, alam lingkungan menjadi tidak bersahabat. Dan sebagai klimaks dari dampak buruk dari kongkalikong tersebut, maka terjadilah kerusakan, baik di darat, laut, ataupun di udara3 (Alquran, surat 30 ayat 41). Para penguasa yang rakus yang kongkalikong dengan para konglomerat yang jahat itu, mereka benar-benar telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya4 (Alquran, surat 45 ayat 23). Mereka selalu tidak puas

dengan kekayaan dan kekuasaan yang diperolehnya. Bumi beserta isinya rasanya tidak sanggup untuk memberikan kepuasan kepada mereka5 (Alquran, surat 7 ayat 176) walaupun mereka itu sudah mempunyai dua lembah luas yang dipenuhi emas 6 (hadis). Hati nurani mereka benar-benar tertutup oleh hawa nafsunya, sehingga potensi-potensi kebaikan yang bersumber darinya itu benar-benar tidak bisa muncul ke permukaan. Apabila jiwa dan mental para penguasa dan konglomerat yang ada di negeri ini sudah demikian halnya, maka sudah selayaknya negeri ini ditimpa berbagai bencana sebagai pelajaran agar mereka segera sadar dan kembali kepada jalan Allah, yakni kembali kepada jalan yang disuarakan oleh hati nuraninya yang bersumber dari ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam dirinya. Yang ruh Allah itu berasal dari Allah, Sang Penguasa dan Penggerak alam semesta ini 7 (Alquran, surat 15 ayat 29). Dan jika mereka tetap tidak mau kembali kepada jalan Allah itu, maka bencana demi bencana akan meningkat volumenya, dan akhirnya mereka benarbenar akan dibinasakan oleh Allah seperti nasib tragis yang dialami oleh Firaun8, Karun9, Haman10, dan para penyembah hawa nafsu lainnya.

Diceritakannya dalam Alquran nasib tragis yang dialami oleh Firaun (sang penguasa) di zaman nabi Musa, Karun (sang konglomerat/pemilik modal), dan Haman (Kepala Badan Perencanaan Pembangunan proyek-proyek besar) adalah untuk dijadikan pelajaran agar kongkalikong yang dilakukan oleh tiga oknum itu tidak ditiru di belakang hari oleh para penguasa dan pengusaha di berbagai negeri. Dan jika para penguasa dan pengusaha itu akibat dorongan hawa nafsunya yang begitu kuat akan tetap menirunya, maka nasib tragis pun akan menimpa mereka. Setelah itu baru mereka sadar akan berbagai kesalahan dan dosanya. Tapi mereka terlambat, karena kematian telah menjemput mereka 11 (Alquran surat 4 ayat 18 dan surat 67 ayat 10). Dan setelah kematiannya itu, mereka harus mempertanggungjawabkan dosanya di hadapan Allah dengan menerima azab yang sangat pedih, di samping semasa hidupnya di dunia dulu mereka sudah disiksa oleh Allah dengan berbagai siksaan (Alquran, surat 3 ayat 56). Tentang azab dunia dan azab akhirat yang akan diterima oleh para penguasa yang berdosa itu, dapat dilihat dalam catatan penting terlampir 12 !

Jadi berbagai bencana yang timbul akibat ulah tangan-tangan penguasa dan pengusaha yang zalim itu masih dalam tatanan hukum sebab akibat lahiriah atau materi yang bisa dipelajari dengan mudah dan dideteksi melalui analisa lahir. 2. Bencana Yang Digerakkan oleh Allah dari Alam Gaib (Non Materi) Setelah terjadinya berbagai bencana di negeri ini, banyak di antara para penguasa yang mengatakan, berbagai bencana itu terjadi karena semata-mata faktor alam . Ucapan ini persis sama dengan ucapan para penguasa dan pengusaha pengikut hawa nafsu di masa lalu, di mana mereka mengatakan, berbagai bencana yang menimpa kami itu adalah disebabkan faktor alam semata13 (Alquran, surat 45 ayat 24). Mereka itu tidak menyadari, bahwa dibalik faktor alam ini ada Allah, Sang Maha Penggerak dari alam gaib, yang darinya timbul awal pergerakan alam materi. Di dalam alam gaib/alam ruh itu tidak ada proses materi, yang ada hanyalah perintah Allah yang prosesnya sangat cepat sekali seperti kedipan mata 14 (Alquran, surat 54 ayat 50). Dan dari situlah timbul

awal pergerakan alam materi, yang di dalam alam materi mana tetap berlaku hukum sebab akibat yang telah ditentukan oleh Allah yang tidak pernah mengalami perubahan15 (Alquran, surat 54 ayat 49 dan surat 35 ayat 43). Dan pergerakan awal alam materi itu tunduk kepada perintah Allah yang berasal dari alam gaib/alam ruh-Nya16 (Alquran, surat 7 ayat 54 dan surat 36 ayat 82). Dan janji Allah itu tidak pernah akan meleset, baik janji-Nya untuk menolong orang-orang yang benar, ataupun janji-Nya untuk menyiksa orang-orang yang jahat17 (Alquran surat 4 ayat 122, surat 10 ayat 55, dll.) Jadi orang-orang yang benar itu dengan sendirinya akan bersahabat dengan alam materi, dan alam materi pun akan bersahabat dengannya. Dan orangorang yang jahat itu dengan sendirinya akan melawan alam materi, dan alam materi pun akan melawannya. Yang alam materi mana, semuanya bergerak sesuai dengan perintah Allah yang berasal dari alam gaib/alam ruh-Nya. Hal inilah yang wajib diyakini oleh penganut agama mana pun18 (Alquran, surat 2 ayat 3, surat 36 ayat 11, dan lain-lain). Dalam hal tersebut, baiklah di sini dikemukakan secara singkat contoh dalam perang Khondak/Parit

atau perang Ahzaab yang disebutkan dalam Alquran, surat 33 ayat 9 s/d ayat 2519. Di dalam hendak menolong orang-orang yang beriman dari serangan gabungan angin tentara-tentara beliung kafir, untuk Allah telah memerintahkan dari alam gaib/alam ruh-Nya terhadap puting mengobrak-abrik gabungan tentara kafir, sehingga mereka kocar-kacir dan lari tunggang langgang meninggalkan medan perang. Akhirnya kaum Muslimin selamat dengan bantuan dari Allah, Sang Maha Penggerak itu. Alquran yang merupakan petunjuk bagi manusia telah banyak menyebutkan, bahwa sebagian faktor alam seperti gempa bumi, angin kencang, ombak besar, bumi longsor, cuaca buruk, dan lain-lain itu sebagai azab untuk orang-orang yang berdosa. Sehingga dalam Alquran ada disebutkan, di dalam angin kencang itu ada azab/siksa untuk orang-orang yang berdosa20 (Alquran, surat 46 ayat 24 dan 25), jahatnya hujan untuk orang-orang yang tidak mau mengikuti peringatan Allah21 (Alquran, surat 26 ayat 173 s/d ayat 175), dilongsorkannya bumi sebagai azab bagi para penguasa yang kongkalikong dengan konglomerat dengan tanpa mempedulikan nasib

rakyat (Alquran, surat 16 ayat 45 s/d ayat 47 22, surat 28 ayat 8123, dan lain-lain). Jadi berbagai bencana yang disebabkan oleh faktor alam itu erat kaitannya dengan dosa manusia, terutama dosanya para penguasa dan pengusaha yang rakus. Dan semua bencana itu terjadi adalah sebagai peringatan dari Allah agar manusia, terutama para penguasa negeri agar segera kembali kepada jalan yang benar yang telah digariskan oleh Allah 24 (Alquran, surat 30 ayat 41). Dan kita sebagai manusia beragama, harus yakin seyakin-yakinnya bahwa, alam Amer/alam perintah di alam gaib/alam ruh (non materi) dan alam Kholq/alam ciptaan (materi) adalah milik dan dalam kuasa Allah25 (Alquran, surat 7 di akhir ayat 54). Dan semuanya tunduk kepada kehendak-Nya26 (Alquran, surat 16 ayat 49). Dan jika kita, terutama para penguasa negeri dalam menjalani kehidupan dan di dalam mengatur negeri ini, benar-benar sesuai dengan petunjuk Allah, maka Allah akan mengeluarkan perintah dari alam gaib/alam ruh-Nya, sehingga pergerakan alam materi apa pun bentuknya akan mendukung dan bersahabat dengan kita. Tetapi sebaliknya, jika kita, terutama para penguasa negeri dalam menjalani kehidupan

dan di dalam mengatur negeri ini penuh dengan berbagai dosa dan kemunafikkan, maka Allah akan mengeluar-kan perintah dari alam gaib/alam ruh-Nya, sehingga pergerakan alam materi apa pun bentuknya akan melawan kita dan menjadi berbagai bencana yang menimpa kita. Dan perlu diberi tanda kutip bahwa, bencana itu akan menimpa tidak hanya kepada orang-orang yang berdosa saja, tetapi juga kepada orang-orang yang tidak berdosa yang terdiri dari rakyat jelata, miskin, dan papa27 (Alquran, surat 8 ayat25). Malahan adakalanya para penguasa berdosa tidak termasuk yang terkena bencana sesaat itu. Dalam hal ini Alquran mengatakan, para penguasa berdosa itu memang selamat dari bencana sesaat, tapi mereka tidak akan selamat dari bencana batin yang menyayat yang berkepanjangan28 (Alquran, surat 104 ayat 4 s/d ayat 9). Yang di antaranya, Allah akan menyiksa dan menyayat-nyayat batin mereka dengan perantaraan kumpulan harta benda yang mereka peroleh dengan cara yang tidak halal, mencuri harta rakyat kecil, menyalahgunakan kekuasaan, dan lain-lain 29 (Alquran, surat 9 ayat 55). Adapun bentuk penyiksaannya sewaktu para pejabat itu berkuasa, di antaranya

adalah mereka dihantui oleh rasa kekhawatiran kekuasaanya akan jatuh, sehingga mereka berusaha mati-matian pengusaha menempuh yang selalu berbagai cara untuk dengan yang dan melanggengkan kekuasaannya itu, begitu pula para kongkalikong mereka. Padahal di saat itu sedang berjalan program Allah untuk nasib sial bagi orang-orang mengitari antara seseorang yang berdosa berdosa, yang mana pada waktu itu Allah sedang hatinya30 (surat 8 ayat 24). Dan pada waktu itu, usaha-usaha dan cara-cara apapun untuk melanggengkan kekuasaannya, jelas tidak akan berhasil, bahkan usaha-usaha jahatnya itu justru akan mempercepat proses kejatuhan dan nasib sialnya 31 (surat 35 ayat 43). Dan adapun bentuk penyiksaan sewaktu para pejabat itu tidak berkuasa, di antaranya adalah dengan jalan harta yang sudah terkumpul itu makin hari akan makin habis dikarenakan usahanya dan infestasinya di berbagai perusahaan selalu digagalkan melalui atau dibangkrutkan oleh Allah, dan alam yang adakalanya dihabisi oleh Allah dalam jangka pendek berbagai peristiwa/bencana terjadi32 (surat 16 ayat 45 s/d. 47, surat 28 ayat 81, dan lain-lain), dan adakalanya lagi dihabisi oleh Allah

dengan jalan mereka membelanjakan hartanya untuk meraih kekuasaannya kembali yang tidak pernah akan tercapai itu33 (surat 36 ayat 67), dan ada kalanya di dalam masa hidupnya para penguasa dan para pengusaha yang berdosa itu diborgol dan dihadapkan ke pengadilan dunia, dan setelah berbagai kejahatannya terbukti dengan nyata, akhirnya mereka dijebloskan ke dalam penjara/jahannam dunia 34 (surat 36 ayat 63 s/d. ayat 66). Bukankah pergerakan alam ini ditentukan oleh perintah Allah yang berasal dari alam gaib-Nya untuk menyiksa orang-orang yang berdosa35 (surat 3 ayat 56, surat 98 ayat 6, dan lainlain), dan untuk menolong orang-orang yang benar yang selalu mengikuti suara-suara kebenaran yang disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam dirinya36 ? (surat 3 ayat 57, surat 98 ayat 7, dan lainlain). Benar, Dialah Yang Maha Memerintah dan Yang Maha Penggerak itu. Sedangkan orang-orang yang tidak berdosa, miskin lagi papa yang ikut terkena bencana itu rahasianya adalah Allah hendak membebaskan mereka dari berbagai beban hidup yang menghimpit mereka. Yang berbagai beban hidup mana, bukan berasal dari kesalahan dan dosanya, tetapi berasal

dari para penguasa dan konglomerat yang rakus yang sudah terlalu banyak mengambil dana-dana yang mestinya menjadi hak mereka. Dan seterusnya, setelah kematian orang-orang yang tidak berdosa itu, Allah akan mengampuni/menghapus kesalahankesalahan mereka, yang kesalahan-kesalahan mana, bukan berasal dari kehendak dan pilihan dirinya, tetapi berasal dari beban hidup dan himpitan ekonomi yang ditimbulkan oleh para penguasa dan pengusaha yang rakus itu. Dan akhirnya Allah akan mencurahkan kasih sayang-Nya dan memasukkan mereka kedalam surga-Nya. Hal inilah yang merupakan hikmah Allah yang tersirat dibalik berbagai peristiwa bencana yang sangat mengerikan itu37 (Alquran, surat 2 ayat 155 s/d ayat 157). Sehingga bencana yang menimpa mereka itu menjadi rahmat/kasih sayang Allah baginya. Tetapi sebaliknya, berbagai bencana itu akan menjadi azab bagi para penguasa, pengusaha yang zalim, dan orang-orang yang banyak melakukan berbagai dosa yang berasal dari kehendak dan pilihan dirinya. Dan akhirnya setelah kematiannya, mereka itu akan mempertanggung jawabkan perbuatan dosanya dihadapan Allah dengan menerima balasan siksa

yang lebih pedih di dalam neraka jahannam 38 (Alquran, surat 13 ayat 34).

Himbauan
Setelah terjadinya berbagai bencana yang

beruntun, di samping terjadinya berbagai krisis multi dimensi di negeri ini, marilah kita, terutama para penguasa yang mengatur negeri ini segera sama-sama introspeksi dan berbenah diri dengan banyak-banyak melakukan Istighfar39, sehingga kita bisa memperbaiki diri dan memperbaiki negeri ini sesuai dengan kehendak Ilahi. Perlu diberi tanda kutip bahwa, Penyakit kronis yang menimpa negeri ini adalah korupsi dari sebagian besar para penguasa tingkat atas dan akhirnya mewabah sampai ke tingkat lapisan penguasa yang paling bawah, baik formal, ataupun non formal. Hal ini adalah fakta bin fakta yang tidak bisa ditutup-tutupi, lebih-lebih lagi hasil Lembaga Survey Internasional menegaskan demikian(tahun 2007). Memang dalam Pemerintahan yang sekarang ini sudah ada niat dan usaha yang serius untuk

mengatasi penyakit yang kronis itu. Dalam hal tersebut kita wajib memberikan apresiasi. Tapi ada satu hal penting yang belum dilakukan oleh Pemerintah, terutama oleh Presiden dan kalangan menterinya, dan juga oleh para penguasa, baik dari kalangan legislatif ataupun yudikatif, dan juga dari kalangan para konglomerat, yakni mengorbankan hak milik mereka dengan pengorbanan yang berdosis tinggi . Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan pesan Alquran40, surat 3 ayat 110, Yang namanya pemimpin adalah orang yang sanggup berkhidmat, melayani terhadap apa-apa yang diperlukan oleh bangsa/rakyatnya; pemimpin jangan bertanya apa-apa saja yang Negara bisa berikan kepadanya, tetapi hendaklah dia bertanya, apa-apa saja yang dia bisa berikan kepada bangsanya . Di samping itu, Rasulullah saw. sebagai pembawa dan pengamal Alquran menyabdakan, sanggup menjadi pelayan mereka. Berdasarkan prinsip yang amat agung tersebut, dan berdasarkan berbagai krisis multi dimensi yang terjadi di negeri ini, maka penulis dengan kerendahan hati, melalui buku ini memohon kepada Bapak Presiden Yang namanya pemimpin kaum/pemimpin bangsa adalah orang yang

yang terhormat: Agar sudilah kiranya Bapak mengorbankan sepertiga (1/3) dari gaji Presiden dan harta kekayaan yang Bapak miliki! Jika pengorbanan tersebut bisa Bapak lakukan dengan ketulusan, maka hal itu akan menjadi Uswatun Hasanah/contoh awal yang baik lagi efektif dari seorang presiden yang hendak mengatasi berbagai krisis negerinya akibat korupsi dan tindakan-tindakan tercela lainnya yang dilakukan oleh sebagian besar jajaran para pemimpin itu. Korupsi adalah mengambil sesuatu yang bukan haknya, apapun bentuknya, dia adalah penyakit negeri. Obat mujarabnya adalah kebalikannya, yakni pengorbanan hak milik yang berdosis tinggi dari para pemimpin. Sekali lagi, jika Bapak Presiden sanggup melakukan pengorbanan yang sepertiga tersebut atau minimal sepersepuluh, maka penulis yakin seyakin-yakinnya sesuai dengan janji Allah, bahwa Bapak dalam memimpin negeri ini akan selalu dibimbing oleh Allah dan diberi berbagai kebijakan yang pragmatis oleh-Nya 41. Karena Allah adalah cahaya langit dan bumi, dan Dia akan menyinari dan menggerakkan ruh/hati nuraninya para pemimpin negeri ini untuk berlomba-lomba mencon-

toh pengorbanan yang berdosis tinggi dari Presiden mereka. Alloohu Akbar wa lillaahil-hamd. Dengan perantaraan pengorbanan tersebut, maka secara gradual, negeri ini akan dapat dientaskan dari berbagai krisis. Dan akhirnya akan dapat tinggal landas untuk menuju ke masyarakat yang damai lagi sejahtera, Gemah Ripah Loh Jinawi, selalu dalam bimbingan dan lindungan Allah yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang. Dan akhirnya, Bapak Presiden dan para pemimpin yang mau mencontoh pengorbanan Bapak itu akan diberkati oleh Allah sampai kepada anak cucu yang tak terhingga banyaknya dengan pahala yang tiada putusputusnya/ajrun ghoiru mamnuun42 (Alquran surat 41 ayat 8). Dan sejarah sepanjang zaman akan mencatat nama baik Bapak sebagai contoh pemula (preseden) dengan tinta emas, dan lagi nama Bapak akan selalu menjadi buah bibir yang baik43 di tengah-tengah masyarakat sepanjang zaman, Amin! Tidak ada surga/kebahagiaan dunia akhirat yang kenikmatannya dapat melebihi itu, di dunia hasanah dan di akhirat pun hasanah44. Himbauan penulis itu didasarkan pada firman Allah yang intinya: Apabila suatu negeri ditimpa berbagai krisis

dan kalangan rakyat bawah benar-benar sudah sangat menderita, maka di saat itu para pemimpin negeri tersebut diminta oleh Allah dengan sangat agar mereka mau mengorbankan jiwa dan harta yang mereka miliki untuk kepentingan dan kesejahteraan bangsanya 45 (Alquran surat 9 ayat 41). Itulah tawaran perdagangan yang ditawarkan oleh Allah yang dapat menyelamatkan bangsa ini dari berbagai krisis46 (Alquran surat 61 ayat 10 s/d. ayat 13). Jika pengorbanan yang ditawarkan oleh Allah itu disambut oleh para pemimpin negeri ini, terutama oleh presi-dennya, maka di saat itulah para pemimpin tersebut benar-benar menjadi nasionalisnasionalis yang sejati47 dan balasannya adalah surga/kebahagian hidup, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti. Akan tetapi jika mereka menolak terhadap pengorbanan yang ditawarkan oleh Allah itu, maka mereka akan menjadi musuh-musuh terhadap nasionalisme kelompok yang sejati Dan walaupun adapun mereka balasan itu bagi menggembar-gemborkan bahwa kelompoknya nasionalis. adalah

kelompak nasionalis palsu yang seperti itu adalah neraka/kesengsaraaan hidup, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti, benar-benar mereka itu akan disiksa oleh Allah. Dan setelah itu, Allah akan

mendatangkan

para

pemimpin

lain

yang

sanggup

mengorbankan harta dan jiwanya untuk kesejahteraan rakyat/bangsanya48 (Alquran surat 9 ayat 39). Kenapa penulis menyampaikan pesan Alquran tersebut? Karena rakyat negeri ini, terutama rakyat kalangan bawah sudah lama tidak mendapatkan hakhaknya, seperti hak-hak untuk memperoleh penghidupan yang layak, jaminan pendidikan yang berkualitas, jaminan kesehatan yang memadai, jaminan keamanan yang mencukupi dari pemerintah yang berkuasa. Padahal hakhak mereka itu dijamin oleh UUD 1945 yang pelaksananya adalah pemerintah yang berkuasa. Oleh karena itu layak dan logislah kalau Bapak Presiden dan para penguasa beserta konglomerat negeri ini berlomba-lomba untuk mengorbankan hak milik mereka untuk dikorbankan kepada negara dan selanjutnya untuk kepentingan rakyat. Itulah solusi bagi krisis yang menimpa negeri ini. Yang solusi mana telah pesankan oleh Allah di dalam kitab sucinya sebagaimana yang telah dijelaskan di atas. Memang solusi yang ditawarkan oleh Allah itu amat berat sekali untuk dijalankan oleh para pemimpin yang tidak ada niat serius untuk melayani rakyatnya. Tetapi bagi para pemimpin yang ada niat serius untuk itu, maka hal itu

akan mudah untuk dijalankan, karena memang mereka itu percaya terhadap janji Allah, bahwa mereka akan mendapat hadiah surga/kebahagian hidup, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti, dan juga bahwa nama baik mereka akan ditulis dengan tinta emas di dalam sejarah kema-nusiaan.

Himbauan Terakhir
Penulis buku ini beserta rakyat yang sangat merindukan terhadap kedamaian dan kesejahteraan negeri ini menghimbau kepada Bapak Presiden RI beserta jajaran pemimpin pemerintahan yang sedang menjabat, dan juga kepada calon-calon Presiden beserta calon-calon pemimpin pemerintahan di negeri ini: agar berlomba-lomba mengkampanyekan janji, bahwa mereka sanggup untuk mengorbankan sepertiga gaji dan harta yang dimilikinya untuk kesejahteraan rakyat negeri ini. Janji pengorbanan yang berdosis tinggi tersebut hendaklah dikampanyekan, terutama sekali oleh Presiden yang sedang menjabat dan calon-calon Presiden yang bertanding dalam pemilihan presiden mendatang. Janji konkret yang seperti itu sangat diperlukan sekali oleh rakyat negeri ini, sehingga mereka nantinya akan mudah untuk menagihnya. Dan rakyat

negeri ini sudah tidak butuh lagi janji-janji yang tidak konkret dari para pemimpin dan calon pemimpin, karena janji-janji tersebut kebanyakannya tidak ditepati oleh mereka dengan alasan yang dibuat-buat. Jadi untuk sekali lagi rakyat negeri mereka ini sangat memerlukan pemimpin/presiden yang sanggup berkorban kesejahteraan mereka, memerlukan pemimpin/presiden yang sanggup berkhidmat melayani mereka, mereka membutuhkan pemimpin/presiden yang bergelar pelayan rakyat nomor satu di negeri ini, mereka tidak membutuhkan seorang pemimpin/presiden yang bergelar orang nomor satu di negeri ini karena mereka tidak butuh sama sekali pemimpin/presiden yang ingin dilayani oleh rakyat. Oleh karena itu, gelar-gelar seperti orang nomor satu, putera mahkota, puteri mahkota, berdarah biru, dan lain-lain sejenisnya itu perlu dienyahkan dari bumi ini. Karena gelar-gelar itu akan menimbulkan perasaan bagi masyarakat, terutama bagi si pemilik gelar itu, bahwa mereka itu punya kelebihan dan lebih mulia daripada orang lain yang darinya akan timbul hal-hal yang negatif di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena itulah Allah berfirman dalam Alquran, yang paling mulia dari antara kamu adalah orang yang paling bertakwa49/orang yang paling tinggi kesadarannya

terhadap peraturan-peraturan Allah. Bahkan Rasulullah saw bersabda, orang-orang arab tidak lebih mulia daripada orang-orang yang bukan itu arab, dan oleh kemuliaan/kelebihan seseorang ditentukan

ketakwaan/kesadarannya terhadap peraturan-peraturan Allah. Yang dari kesadaran mana, akan melahirkan akhlak yang mulia/budi pekerti yang luhur di tengahtengah masyarakat. Dan ahklak yang mulia yang merupakan sari pati dari ajaran agama itulah yang akan menjadi bahan dasar untuk terciptanya negeri yang makmur, damai lagi sejahtera. Oleh karena itu, siapa saja di antara mereka yang ingin mencalonkan sebagai presiden, yang mana dia tidak mempunyai niat yang tulus untuk berkhidmat atau menjadi pelayan rakyat, lantas dia terpaksa terpilih, maka dia tidak akan dibimbing dan dilindungi oleh Allah di dalam memimpin bangsa ini, karena doa rakyat negeri ini tidak menyertainya. Negeri ini sudah terlalu banyak problem. Dan berbagai problem itu tidak bisa diatasi oleh seorang pemimpin/presiden yang tidak sanggup menjadi pelayan rakyat, bahkan dengan perantaraannya, problem bangsa ini akan bertambah-tambah. Dengan bertambahtambahnya problem tersebut, maka presiden yang bersangkutan akan terus-menerus mendapatkan kutukan

dari rakyat. Jika demikian halnya, maka presiden yang bersangkutan itu hidupnya tidak akan bahagia, susah tidur, khawatir, dan akan selalu dihantui oleh rasa waswas. Jika demikian jadinya, maka apakah yang hendak dicari oleh calon-calon presiden yang tidak berniat dengan tulus untuk menjadi pelayan rakyat? Bukankah dalam hidup ini yang dicari adalah kebahagiaan? Sebagai penutup: Siapakah dari antara para pemimpin yang sedang menjabat dan calon-calon pemimpin yang ingin menjabat yang sanggup mengkampanyekan janji pengorbanan yang berdosis tinggi itu? Siapa pun orangnya dari antara mereka yang sanggup mengkampanyekan janji tersebut dengan setulus hati, maka rakyat negeri ini pun akan mendoakan mereka dengan setulus hati pula. Dan mereka yang sebelum itu banyak menderita dan akhirnya bisa dilayani kepentingannya oleh presidennya itu, maka doa-doa yang mereka panjatkan dengan setulus hati itu akan dikabulkan oleh Allah swt. Dan akhirnya, presiden tersebut akan selalu dibimbing oleh Allah di dalam hendak mensejahterakan bangsanya, dan di saat itu, dia akan selalu dijaga oleh-Nya dari berbagai bahaya yang akan menimpa dirinya. Berbahagialah presiden yang bergelar pelayan rakyat nomor satu di negeri ini, di

dunia hasanah dan di akhiratnya pun hasanah, tidak ada kebahagiaan dunia akhirat yang dapat melebihi itu.

KETERANGAN-KETERANGAN PENTING:
1. Hal tersebut diterangkan dalam Surat 7 (Al-Aroof) ayat 96 yang terjemahan bebasnya: Andaikan penduduk negeri, terutama para pemimpinnya itu beriman dan bertakwa (sadar terhadap ketetapanketetapan Allah dan mengamalkan) niscaya Allah akan bukakan berbagai berkat langit dan bumi (Allah akan membimbing dan memberikan berbagai kebijaksanaan yang benar, yang dengan perantaraannya, para pemimpin tadi akan dapat melaksanakan tugasnya dengan benar dan tepat, dan akhirnya akan membawa kepada masyarakat yang damai lagi sejahtera). Akan tetapi sebaliknya jika para pemimpin tadi mendustakan ketetapan-ketetapan Allah( terutama prinsip dasar sebagai pemimpin yang harus melayani rakyat itu mereka langgar, mereka hanya mementingkan kepentingan pribadi dan

golongannya), maka para pemimpin tadi tidak akan dibimbing oleh Allah dan akhirnya dan berbagai tepat, kebijakannya sering meleset tidak

sehingga dengan perantara-annya, masyarakat tidak damai dan sejahtera, timbul berbagai krisis moral dan spiritual yang berkepan-jangan dan berlarut-larut. Yang darinya timbullah berbagai bencana di manamana. NB: Jadi iman dan takwa merupakan syarat bagi terbentuknya suatu negeri yang damai dan sejahtera. Oleh karena itu baiklah di bawah ini diterangkan tentang hakikat iman dan takwa menurut Alquran. Hakikat Iman Menurut

Alquran:

Hakikat iman menurut Alquran: Mempercayakan diri kita pada apa saja yang ada dalam Alquran apa pun bentuknya, lebih-lebih lagi terhadap peraturanperaturan Allah yang mengatur kehidupan kita seharihari, baik yang berhubungan dengan hablumminallah, ataupun yang berhubungan dengan hablumminannas. Karena hakikat beriman kepada Allah itu

harus dibuktikan dengan tingkah laku kita, di mana tingkah laku kita di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus sesuai dengan peraturanperaturan-Nya, terutama sekali yang menyangkut enam hal di bawah ini: a. Bicara harus benar (dalam arti luas), terutama untuk para pejabat, b. menepati janji (dalam arti luas), terutama untuk para pejabat, c. menunaikan amanat (dalam arti luas), terutama untuk para pejabat, d. menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain (dalam arti luas), seperti, mencuri, korupsi, kolusi, dan nepotisme e. menahan diri dari melihat sesuatu yang tidak bermanfaat apalagi yang merugikan diri sendiri dan orang lain, f. dapat mengendalikan nafsu birahi dan menahan diri dari melakukan hal-hal yang menjurus kepada perzinahan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menjamin pada siapa saja yang dalam enam hal tersebut dapat melaksanakan dengan baik, maka orang tersebut

akan dijamin masuk surga/hidup bahagia (hadis Imam Ahmad bin Hambal). Jadi, kalau kita di dalam salat berkali-kali mengatakan beriman dan bersaksi kepada Allah, tetapi tingkah laku kita sehari-hari tidak sesuai dengan peraturan-peraturan-Nya/tidak islami, terutama sekali yang menyangkut enam hal tersebut di atas, maka hakikatnya kita pada waktu itu tidak beriman kepada Allah (surat 2/Al-Baqoroh ayat 8), dengan kata lain kita telah kufur kepada Allah, kufur kepada peraturan-peraturan-Nya. Oleh karena itu, iman seseorang itu dapat dikenal melalui tingkah lakunya, yakni amal salehnya, seperti sebuah pohon dapat dikenal karena buahnya (surat 14/Ibroohim ayat 24 dan ayat 25). Dan begitu juga hakikat iman yang tidak benar/kufur kepada Allah juga dapat dikenal karena buahnya, yakni amal-amal yang melanggar peraturan-peraturan Allah/tingkah laku yang tidak islami (surat 14/Ibroohim ayat 26). Makanya, kita di dalam segala aktivitas sehari-hari apa pun posisi dan jabatan kita, kita harus berhati-hati menjaga tingkah laku kita, karena hakikat beriman kepada Allah dan hakikat kufur kepada Allah itu dapat terjadi pada siapa pun dalam setiap saat dan tempat, yakni apabila tingkah laku kita itu bermanfaat untuk

kemanusiaan/amal saleh yang walaupun kemanfaatannya itu terbatas sesuai keterbatasan dan kemampuan kita, maka dia itu adalah merupakan buah dari keimanan kepada Allah. Tetapi sebaliknya, apabila tingkah laku kita itu merugikan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat, yakni amal kejahatan, maka dia itu adalah merupakan buah dari kekufuran kepada Allah walaupun di hari-hari dan saat-saat itu kita selalu mengatakan, Beriman kepada Allah dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain dari Allah, dan hanya kepada Dia beribadah dan hanya kepada Dia minta tolong seperti yang diucapkan di dalam salat sehari-hari. Jadi, pemahaman kita tentang hakikat iman dan kufur kepada Allah itu harus sehakikat yang Alquran jelaskan seperti tersebut di atas. Karena Rasulullah saw. sendiri pun selaku pembawa sekaligus pengamal Alquran sering mengatakan, Tidak ada iman bagi orang yang tidak menepati janji, tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanat/khianat, tidak ada iman bagi orang yang mencuri, korupsi, kolusi, dan nepotisme, tidak ada iman bagi orang yang berzina, tidak ada iman bagi orang yang minum-minuman keras, memakai narkoba, tidak ada iman bagi orang yang tidak

berkasih sayang satu sama lain, tidak ada iman bagi orang yang jorok, tidak ada iman bagi orang yang tidak rajin menuntut ilmu, tidak ada iman bagi orang yang tidak rajin bekerja/malas, tidak ada iman bagi orang yang tidak disiplin, tidak ada iman bagi orang yang tidak gigih/sabar, tidak ada iman bagi orang yang mudah berputus asa, dan lain-lain tindakan yang tidak islami/ghoirol-islam yang jumlahnya ratusan buah itu. Dari sini nampak jelas, bahwa di dalam ajaran Islam itu lebih mementingkan nilai-nilai yang islami daripada simbol-simbol yang islami. Dan simbol-simbol itu baru berarti apabila di dalamnya ada nilai-nilai. Apalah artinya simbol-simbol yang islami apabila di dalamnya tidak ada nilai-nilai yang islami, bahkan hal ini akan mendatangkan kebencian Allah (surat 61/ASh-SHoff ayat 2-3) dan sekaligus akan menjadi tertawaan dan ejekan orang lain. Di dalam Alquran surat 29/AL-Ankabuut ayat 61, surat 29/AL-Ankabuut ayat 63, surat 31/Luqmaan ayat 25, surat 39/AZ-Zumar ayat 38, surat 43/AZZukhruf ayat 9, surat 43/AZ-Zukhruf ayat 87, dan masih banyak ayat lagi yang mengatakan dengan jelas bahwa orang-orang yang kafir itu bukan berarti mereka tidak percaya kepada Allah dan sifat-sifat-

Nya, mereka percaya kepada Allah dan sifat-sifat-Nya itu, tetapi tingkah lakunya banyak yang bertentangan dengan ketetapan-ketetapan Allah/banyak melanggar peraturan-peraturan-Nya. Dari situ jelaslah bahwa hakikat kufur kepada Allah itu dapat terjadi pada orang-orang di luar agama Islam dan juga dapat terjadi pada orang-orang yang beragama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kaum Muslimin di dalam menjalan-kan nilai-nilai yang islami yang jumlahnya ratusan itu, minimal di dalam persen-tasenya harus lebih banyak jika dibandingkan dengan orang-orang yang di luar agama Islam, jangan sampai terbalik, karena kalau terbalik, mereka akan lebih maju dan lebih berkuasa yang akhirnya kaum Muslimin akan selalu dikalahkan oleh mereka seperti yang terjadi selama ini (tahun 2009 M). Hakikat Takwa Menurut

Alquran:

Berdasarkan ayat-ayat Alquran yang ada kata ittaquu yang jumlahnya 78 buah itu, maka dapat disimpulkan bahwa kata ittaquu itu artinya hendaklah kamu menginsafi/menyadari. Jadi kata takwa itu artinya adalah insaf/sadar. Penjelasan

panjang lebar tentang kata ittaquu dari segi bahasa dan segi makna yang dituju oleh ayat Alquran dapat dilihat dalam buku penulis yang berjudul: 100 LEBIH PEMAHAMAN KAUM MUSLIMIN PERLU DIREFORMASI

Sebagai contoh kata ittaquu dalam Alquran: Yang pertama: Ittaqullooha haqqo tuqootihii, artinya hendaklah kamu menginsafi atau menyadari terhadap Allah dengan sebenar-benarnya kesadaran (surat 3/Aali Imroon ayat 102). Yang kedua: Ittaqun-naarol-latii uiddat lil-kaafiriin, artinya hendaklah kamu menginsafi atau menyadari terhadap bahaya api neraka yang diperhitungkan untuk orang-orang yang kafir (surat 3/Aali Imroon ayat 131). Dalam kehidupan sehari-hari bentuk bertakwa/menginsafi atau menyadari terhadap Allah dan menginsafi atau menyadari pada bahaya api neraka adalah kita harus senantiasa insaf/sadar pada ketetapan-ketetapan Allah dengan sebenar-benarnya

kesadaran, sehingga dengan perantaraan keinsafan/kesadaran yang kadarnya tinggi itu, kita dalam setiap saat akan dapat menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan kita harus apabila maka senantiasa kita hukumannya menyadari/menginsafi, adalah bahwa melanggar peraturan-peraturan-Nya, neraka/kesengsaraan

hidup, baik dalam dunia ini, ataupun sesudah kematian nanti. Oleh karena itu, Allah memerintahkan dengan tegas supaya kita (melalui petunjuk Alquran) dapat menginsafkan/menyadarkan diri kita dan keluarga kita pada bahaya api nera-ka/kesengsaraan hidup itu, yang kesengsaraan hidup mana, dapat terjadi pada siapa pun yang melanggar peraturanperaturan-Nya. Dalam Alquran, yang diperintah untuk bertakwa/menginsafi/menyadari itu tidak hanya untuk orangorang yang beriman saja, tetapi juga untuk seluruh umat manusia (surat 22/Al-Hajj ayat 1, surat 31/Luqmaan ayat 33, dan lain-lain). Dan dalam surat 49/Al-Hujuroot ayat 13, Allah menyebutkan Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa/menginsafi/ menyadari (terhadap ketetapan-ketetapan/hukum-

hukum Allah). Maksudnya di situ adalah orang yang kadar ketakwaannya/kesadarannya tinggi itu, sangat mulia di sisi Allah. Karena dengan perantaraan kesadaran mana, seseorang akan dapat melakukan amal-amal saleh/perbuatan-perbuatan baik lagi bermanfaat sesuai dengan bidang dan profesinya masing-masing. Jadi, ketakwaan/kesadaran yang kadarnya tinggi/haqqo tuqootihii itu adalah intisari alias saripati dari ajaran-ajaran agama-agama yang diturunkan oleh Allah. Sese-orang dari penganut agama yang mana pun, tanpa mempunyai atau membekali dirinya dengan ketakwaan/kesadaran yang kadarnya tinggi, niscaya seseorang tersebut tidak akan dapat menjadi orang yang berakhlak luhur walaupun mereka beribu-ribu kali mengatakan beriman kepada Allah dan hari akhir/aamannaa billaahi wa bil-yaumil-aakhiri. Karena hakikat keimanan itu harus dijiwai dengan keinsafan atau kesadaran yang kadarnya tinggi. Yang dengan perantaraan kesadaran mana, dapat dibuktikan dengan tingkah laku lahir yang baik/amal saleh di tengah-tengah masyarakat. Sehingga Rasulullah saw. sebagai pemba-wa sekaligus pengamal Alquran mengatakan dengan tegas, Aku diutus oleh Allah hanya untuk

supaya manusia mempunyai akhlak yang luhur. Dan beliau saw. mengatakan lagi, Agama itu intinya adalah keindahan budi pekerti/husnul-khuluqi. Oleh karena itu semua, marilah kita, terutama para pejabat dan pemimpin membekali diri kita dengan ketakwaan/kesadaran (terhadap hukum-hukum) Allah dengan kesadaran yang kadarnya tinggi di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena dialah sebaik-baik perbekalan untuk menciptakan negeri yang damai dan sejahtera yang selalu diberkati oleh Allah swt. (surat 7/AL-Aroof ayat 96). 2. Hal tersebut diterangkan dalam surat 15 (Al-Hijr) ayat 29 yang terjemahan bebasnya: Apabila Allah telah menyempurnakan kejadian setiap manusia dan Allah telah meniupkan ruh yang berasal dari-Nya, maka di saat itu, Allah memerintahkan kepada malaikat agar mau oleh sujud/tunduk manusia. kepada suara-suara manusia yang secara disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang telah dipilih Karena hakikat keseluruhan (basyar) itu adalah akal pikirannya, yang akal pikiran mana punya kemampuan untuk memilih hal-hal yang baik yang disuarakan oleh ruh Allah dan memilih hal-hal yang buruk yang disuarakan

oleh iblis. Yang mana dua kekuatan tersebut sengaja diadakan oleh Allah dalam diri manusia, agar mereka mau menggunakan akal pikirannya untuk memilih dan memilih, berjuang dan berjuang untuk dapat mengikuti suara-suara kebenaran yang disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam dirinya itu, yang dengan perantaraanya, mereka itu akan mengalami hidup bahagia/surga. Dan ruh Allah yang ada di dalam diri manusia itulah yang secara kodrati telah bersyahadat/bersaksi bahwa Allah itu adalah Rabbnya (wa asyhadahum alaa anfusihim alastu birobbikum, qooluu balaa syahidnaa) sebagaimana yang disebutkan dalam surat 7 (Al-Aroof) ayat 172. Sehingga untuk membuktikan kesaksiannya itu, maka ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam diri manusia itu selalu menyuarakan suara-suara kebenaran, seperti kasih sayang, kejujuran, amanah, keadilan, kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat, bertanggung jawab, dan lain-lain. Jika akal pikiran manusia itu memilih dan mengikuti suara-suara kebenaran itu, maka akal pikiran manusia yang seperti itu disebut akal sehat/akal pikiran yang sehat yang dalam bahasa Alquran disebut al-baab. Dan akal pikiran yang sehat itu yang mengendalikannya adalah

malaikat. Jadi yang mengendalikan niat-niat yang baik yang ada dalam hati seseorang yang berasal dari akal pikirannya yang sehat itu adalah malaikat. Tetapi disamping itu di dalam diri setiap manusia itu ada kekuatan lain yang disebut kekuatan Iblis atau hawa nafsu yang selalu menyuarakan dan memerintahkan terhadap kejahatan (innannafsa la ammaarotun bissuu`i) surat 12 (Yuusuf) ayat 53. Dan hawa nafsu yang bersumber dari iblis itu secara kodrati selalu membangkang/tidak mau sujud/tunduk kepada suara-suara kebenaran ya-ng disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam diri manusia. Dan apabila akal pikiran manusia itu banyak memilih suara-suara kejahatan yang disuarakan oleh iblis yang ada dalam dirinya itu, maka mereka akan mengalami hidup seng-sara/neraka. Dan akal pikiran yang memilih suara-suara kejahatan itu, maka dia disebut akal pikiran yang tidak sehat, dan yang mengendalikannya adalah iblis. Jadi yang mengendalikan niat-niat yang tidak baik yang ada dalam hati seseorang yang berasal dari akal pikirannya yang tidak sehat itu adalah iblis. Dua kekuatan yang saling berlawanan yang ada dalam diri manusia itu diilustrasikan atau digambarkan

oleh Alquran dalam bentuk: Allah menyuruh malaikat untuk sujud kepada Adam, kemudian para malaikat itu sujud semuanya, kecuali iblis yang tidak mau sujud... dan seterusnya. Hal tersebut diilustrasikan dalam surat 7 (ALAroof) ayat 11 yang terjemahan bebasnya : Dan sungguh benar-benar Kami telah menciptakan kamu dan Kami telah membentuk kamu dengan sempurna, kemudian Kami mengata-kan kepada para malaikat, Hendaklah kamu sujud pada Adam/manusia, maka mereka pun bersujud, kecuali iblis. Dia/iblis itu tidak termasuk mereka yang bersujud. Dalam surat 7 ayat 11 ini, sebelum Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam, ada kalimat yang menyebutkan, Allah telah menciptakan dan telah membentuk kamu sekalian (manusia secara umum). Dari sini jelaslah bahwa, di waktu Allah memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam, tatkala itu manusia (secara umum) telah sempurna di dalam proses perkem-bangan penciptaannya, yakni dengan bentuk dan rupa yang sudah sempurna pula. Dan adapun dialog antara Allah dengan malaikat, dengan iblis/setan, dan dengan Adam, sebagaimana

yang ada dalam surat 7 ayat 11 ini s/d ayat 25, maka kita tidak boleh menganggap dan mengartikan bahwa dialog tersebut adalah seperti, dialognya manusia dengan manusia yang lain yang berhadap-hadapan. Karena Allah itu di dalam berkata, bertanya, berdialog, berbuat, dan lain-lain sifat yang dilakukan oleh-Nya, masing-masingnya tidak bisa disamakan dengan apa yang ada pada manusia/makhluk-Nya (surat 42 ayat 11/laisa kamitslihi syai`un, surat 112 ayat 4/wa lam yakun lahuu kufuwan ahadun, dan lain-lain). Sehingga, dalam ilmu Kalam/Teologi Islam dikatakan, Allah itu berlainan/berbeda dengan makhluk-Nya, baik zat ataupun sifat-Nya/mukhoolafa-tun lilhawaaditsi. Dan dalam surat 15 ayat 28 s/d ayat 40, dan dalam surat 38 ayat 71 s/d ayat 83, susunan ayat-ayat dan isinya hampir serupa dengan ayat-ayat yang ada pada surat 7 ayat 11 s/d ayat 25 tersebut di atas. Dan kalau kita amati dengan teliti tentang susunan dan isi dari ayat-ayat yang ada dalam tiga tempat tersebut, maka darinya kita akan dapat mengambil pelajaran, bahwa manusia secara keseluruhan mempunyai konstruksi dan keadaan yang sama, baik lahir ataupun batinnya, yakni di dalam diri manusia itu ada

potensi-potensi

kebaikan

yang

bersumber

dari

kekuatan ruh Allah/duta Ilahi dan potensi-potensi kejahatan yang bersumber dari kekuatan iblis. Dua kekuatan tersebut sengaja diadakan oleh Allah, yang perkembangan keduanya akan seiring sejalan dengan proses perkembangan penciptaan manusia, dan seterusnya akan seiring sejalan juga dengan perkembangan manusia itu sendiri setelah lahir, selaku jabang bayi. Dan setelah dewasa, manusia dengan kekuatan akal pikirannya, oleh Allah disuruh berjuang untuk mengalahkan kekuatan iblis dan memunculkan kekuatan ruh Ilahi/duta Allah yang ada dalam dirinya, sehingga dengan perantaraannya, potensi-potensi kebaikan yang ada pada dirinya bisa dimunculkan dan menga-lahkan potensi-potensi kejahatan yang bersumber dari iblis itu. Dan di dalam kehidupannya itu, manusia senantiasa dihadapkan terhadap dua pilihan tersebut, sehingga di dalam batin manusia itu sendiri akan selalu terjadi dialog sebagaimana yang dilambangkan atau diilustrasikan dalam ayat-ayat tersebut di atas. Di dalam ayat-ayat yang ada pada tiga tempat tersebut di atas disebutkan bahwa:

1. Iblis telah ditetapkan/ditakdirkan oleh Allah dengan pekerjaan untuk selalu menggoda manusia, sehingga apabila manusia mengikutinya, maka mereka akan selalu berbuat jahat. Tetapi orangorang yang sudah bangkit kesadarannya dan orang-orang yang ikhlas, maka mereka tidak akan bisa digoda olehnya. 2. Ruh Allah/duta Ilahi ditetapkan dengan pekerjaan untuk selalu menimbulkan atau menyuarakan suara-suara kebenaran dalam diri manusia. Adapun maksud bahwa malaikat sujud dan merendahkan diri terhadap Adam adalah apabila suara-suara kebenaran yang berasal dari ruh Allah/duta Ilahi itu dipilih dan dikehendaki oleh manusia dengan tulus, maka malaikat itu akan sujud/patuh pada kehendak manusia yang tulus itu. Karena memang malaikat itulah yang mengendalikan niat-niat baik seseorang yang berasal dari akal pikirannya yang sehat itu. Tetapi sebaliknya, apabila suara-suara kebenaran yang berasal dari ruh Allah itu tidak dipilih dan dikehendaki oleh manusia karena kekotoran akal pikirannya, maka akan muncullah potensi-potensi

kejahatan yang berasal dari iblis yang ada pada dirinya, sehingga menimbulkan berbagai pembangkangan, ketakaburan, merasa paling hebat dan terhormat, merendahkan orang lain, dan akhirnya banyak perbuatan jahat yang dilakukannya. Yang dari dua keadaan tersebut, maka akan muncullah: yang pertama: Orang-orang yang baik, akan tenteram di dalam kehidupan yang bahagia/surga di dunia ini. yang kedua : Orang-orang yang jahat yang apabila kejahatannya sudah terbongkar di masyarakat, maka mereka akan selalu berusaha menutup-nutupinya dengan berbagai macam-macam cara, termasuk dengan cara berpurapura berbuat baik (menutup-nutupi kejahatan dengan daun surga). Tetapi walaupun begitu, mereka akan tetap dijatuhkan dan dihinakan oleh Allah dalam kehidu-pan yang sengsara/neraka dunia. Tetapi kalau mereka itu mau bertobat dan mengikuti petunjuk Allah dengan selalu memper-baiki diri, maka mereka pun akan dapat keluar dari neraka dunia tersebut. Dan bagi seseorang yang sudah ada di dalam kehi-

dupan yang bahagia/surga dunia, maka mereka pun akan dapat dikeluarkan juga darinya kalau mereka itu mengikuti buju-kan/godaan iblis yang ada pada dirinya dan seterusnya dan seterusnya. Dari keadaan dua corak manusia tersebut dan berbagai liku-likunya, maka oleh ayat-ayat Alquran yang ada di tiga tempat tersebut di atas diungkapkan dalam bentuk dialog (maaf, bukan dialog fisik) antara Allah dengan malaikat, iblis, dan Adam/manusia. Perlu diketahui, bahwa suara-suara kebenaran yang berasal dari ruh Allah/duta Ilahi itu dan suarasuara kejahatan yang berasal dari iblis itu sengaja diadakan oleh Allah swt., supaya manusia selalu berjuang dan berjuang dan selalu memilih dan memilih terhadap dua suara yang selalu berlawanan itu. Oleh karena itulah adanya pahala dan dosa, surga dan neraka. Yang secara kasar-nya, kalau tidak ada ruh Allah yang menyuarakan suara-suara kebenaran dalam diri manusia, maka tidak perlu adanya dosa dan neraka, karena manusia di saat itu tidak bisa memilih dan berjuang, karena yang ada pada dirinya hanyalah dorongan/desakan alami untuk berbuat jahat. Begitu pula kalau tidak ada iblis yang

menyuarakan

suara-suara

kejahatan

dalam

diri

manusia, maka tidak perlu adanya pahala dan surga, karena manusia tanpa berjuang, dengan sendirinya akan selalu didorong/didesak secara alami untuk berbuat baik. Jadi kesimpulannya, dua kekuatan positif dan negatif tersebut, sengaja diadakan oleh Allah di dalam diri manusia secara umum, supaya mereka dengan kekuatan akal pikirannya dapat berjuang... dan berjuang..., sehingga mereka dapat memilih dan memilih.... Kemudian barulah Allah memberikan balasan sesuai dengan hasil pilihannya. Tambahan penting: Kata Adam dalam Alquran disebutkan sebanyak 25 kali. Kalau kita cermati dengan teliti, maka nyatalah bahwa istilah Adam yang disebutkan dalam Alquran itu dibagi menjadi dua: Yang pertama: Kata Adam yang diperuntukkan untuk sebutan/nama seseorang yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi nabi, yakni Nabi Adam, seperti yang ada dalam surat 3 ayat 33, surat 19 ayat 58, dan surat 3 ayat 59. Yang kedua:

Kata Adam yang diperuntukkan untuk sebutan/ peristilahan seluruh manusia, seperti yang ada dalam surat 7 ayat 11 yang jalan cerita selanjutnya sudah diuraikan tersebut di atas. Jadi, ayat-ayat Alquran yang ada kata Adam yang jalan ceritanya seperti yang ada dalam surat 7 ayat 11 s/d ayat 25 itu, maka istilah Adam tersebut jelas tertuju kepada Adam dalam arti seluruh manusia. 3. Hal tersebut diterangkan dalam surat 30 (AR-Ruum) ayat 41 yang terjemahan bebasnya: Telah terjadi kerusakan baik di darat ataupun di laut disebabkan karena tingkah laku manusia yang bejat. Allah mendatangkan akibat buruk dari tingkah laku mereka itu supaya mereka dapat berfikir dan merasakan dampak-dampak negatif yang menimpa masyarakat banyak, sehingga dengan peranta-raanya, mareka mau kembali kepada jalan yang benar yang telah digariskan oleh Allah swt. 4. Hal tersebut diterangkan dalam surat 45 (Al-

Jaatsiyah) ayat 23 yang terjemahan bebasnya: Apakah engkau tidak memperhatikan kepada orang

yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah telah meyesatkan orang itu atas dasar suatu pengetahuannya yang tidak pasti, dan Allah telah menutup pende-ngaran dan hati nuraninya, dan Allah juga telah menjadikan pandangannya tertutup sehingga tidak bisa melihat jalan-jalan kebenaran? Dan siapakah yang dapat menunjuki orang tersebut setelah Allah menyesatkannya? Apakah lantas kamu tidak mau mengambil pelajaran darinya? NB: Adapun seseorang, terutama penguasa dan pengusaha yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, maka merekalah orang-orang musyrik yang paling berbahaya yang dapat merusak tatanan masyarakat, seperti yang sudah dijelaskan. Oleh karena itu baiklah di sini dijelaskan secara luas tentang hakikat musyrik dan bentuk-bentuknya menurut Alquran. Hakikat Hakikat Musyrik musyrik dan Bentuk-Bentuknya Alquran sesuatu adalah apapun

Menurut Alquran menurut menyekutukan/menserikatkan

dengan Allah. Hal ini diterangkan dalam surat 4 (AN-Nisaa`) ayat 36 yang terjemahan bebasnya: Hendaklah kamu mengabdi kepada Allah, dan jangan-lah kamu menyekutukan/menserikatkan sesuatu apa-pun dengan Allah. Kata sesuatu apa pun/syai`an yang ada dalam ayat itu, yang kita dilarang menyekutukannya/memadukannya dengan Allah, berdasarkan ayat-ayat yang lain, bentuknya secara garis besar ada tiga macam: 1. Bisa berbentuk berbagai berhala/ashnaam matahari, dengan beraneka ragam jenisnya, seperti patungpatung, sungai-sungai, batu-batu, bintang, kuburan, dan benda-benda yang tidak berakal lainnya (surat 14 ayat 35, surat 6 ayat 74, dan lain-lain). 2. Bisa berbentuk hawa nafsu/hawaa yang berasal dari kekuatan iblis/setan dengan beraneka ragam jenisnya, seperti pikiran-pikiran jahat, ide-ide jahat, kemauan-kemauan jahat, niat-niat jahat, berbagai tingkah laku yang jahat, dan lain sebagainya yang menyimpang dan melanggar dari aturan-aturan Allah (surat 45 ayat 23 dan surat 25 ayat 43). 3. Bisa berbentuk manusia-manusia/orang-orang yang/alladziina dengan beraneka ragam pangkat

dan

kedudukan,

seperti

pemimpin

bangsa,

pemimpin umat, alim ulama, penguasa yang zalim, dan lain-lain (surat 9 ayat 31, surat 6 ayat 56, dan surat 40 ayat 66). Jadi, berdasarkan tiga bentuk tersebut, maka dari berbagai penganut agama mana pun, termasuk penganut agama Islam, dapat menjadi orang-orang yang musyrik atau melakukan tindakan musyrik apabila mereka mengabdi/beri-badah kepada salah satu dari 3 bentuk yang tersebut itu. Untuk bentuk kemusyrikan yang pertama, insya Allah penganut agama Islam sudah banyak yang tidak melakukannya, karena banyak ayat-ayat Alquran yang dengan tegas melarang hal itu. Tetapi, walaupun begitu masih ada saja orang yang menganggap bahwa kuburan ini dan kuburan itu, batu ini dan batu itu, bintang ini dan bintang itu, dan lain-lain dapat mempunyai kekuatan yang bisa menentukan nasib baik dan buruknya seseorang, sehingga mereka secara rutin menziarahinya dengan memohon ini dan itu kepadanya. Untuk bentuk kemusyrikan yang kedua, telah banyak dilakukan oleh penganut agama mana pun, termasuk penganut agama Islam, yakni banyak di

antara mereka yang menjadikan hawa nafsu-nya yang bersumber dari kekuatan iblis/setan itu sebagai tuhan, terutama mereka-mereka yang sudah mencapai kedudukan/pangkat yang tinggi, mereka berbuat semena-mena, otoriter, mau menang sendiri, suka menindas, suka mengambil haknya rakyat, tidak mau dinasihati, banyak hak asasi manusia yang dilanggar. Yang kesemuanya itu karena mereka selalu mengikuti/mengabdikan diri pada nafsu-nafsu jahatnya atau dengan kata lain mereka menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan. Dan untuk bentuk kemusyrikan yang ketiga, sangat banyak sekali dilakukan oleh penganut agama mana pun, termasuk penganut agama Islam. Dalam hal ini ada dua macam bentuknya: Bentuk yang pertama: Seperti kalau ada penguasa yang zalim, entah dia sebagai presiden, raja, perdana menteri, dan lain-lain, kemudian perintah-perintah dan berbagai kebijakannya diikutinya dan didukung sedemikian rupa, padahal jelas-jelas semuanya itu bertentangan dengan aturanaturan Allah. Yang mana semuanya itu tidak tampak di matahati mereka, karena mereka sudah banyak mendapatkan berbagai kebaikan lahiriah dari pengu-

asa zalim tersebut. Yang lantas di samping itu, penguasa yang zalim itu dipuji-pujinya setinggi langit, didoakannya sedemikian rupa supaya kekuasaannya yang penuh dengan kezalimannya itu dapat langgeng dan lain dan lain sebagainya. Maka tindakan-tindakan yang seperti itu adalah suatu tindakan yang mencerminkan pengabdian seseorang yang mutlakmutlakan kepada penguasa yang zalim, karena dia menganggap hidup dan mati mereka, jaya dan bangkrut mereka, berpangkat dan tidak berpangkatnya mereka tergantung di tangan penguasa yang zalim tersebut. Bentuk pengabdian yang mutlakmutlakan semacam inilah, identik dengan mereka menjadikan para penguasa yang zalim itu sebagai sesuatu yang disembah atau dengan kata lain mereka sudah tidak menyembah Allah lagi, karena tindakan-tindakannya itu sudah terlalu banyak yang melanggar terhadap aturan-aturan Allah, walaupun di dalam sehari-hari, mereka selalu rukuk dan sujud di dalam salat. Padahal salat itu sendiri bertujuan agar si pelakunya di dalam bermasyarakat dan berbangsa dapat terhindar dari tindakan-tindakan keji tersebut. Dan Rasulullah saw. sendiri di dalam suatu riwayat menyabdakan bahwa: yang dimaksud dengan menja-

dikan seseorang tertentu sebagai tuhan-tuhan selain dari Allah adalah mengikuti segala perintahnya yang tidak diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi larangannya yang tidak dilarang oleh Allah, walaupun mereka tidak rukuk dan tidak sujud kepada seseorang yang dipatuhi dengan mutlak-mutlakan tersebut. Bentuk yang kedua Kalau ada seseorang yang menganggap mutlak benar terhadap apa saja yang datang dari seseorang ulama atau mujtahid tertentu yang ada dalam berbagai kitab, yang lantas apa pun perintahnya akan selalu diikutinya yang walaupun perintah tersebut tidak diperintahkan oleh Allah, dan apa pun larangannya akan selalu dijauhinya yang walaupun larangan tersebut tidak dilarang oleh Allah, dan juga apa pun ketetapannya yang di dasarkan pada hadishadis palsu itu selalu dianggap mutlak benar yang walaupun ketetapannya itu bertentangan dengan ketetapan Allah dalam Alquran, maka di saat itu berarti mereka telah menjadikan para alim ulama mereka sebagai tuhan-tuhan selain dari Allah. Jadi, kata sesuatu apapun/syai`an yang ada dalam kalimat: Janganlah kamu menyekutukan/men-

serikatkan sesuatu apapun dengan Allah, yang mana kita dilarang menyekutukan/menserikatkan sesuatu tersebut dengan Allah, maksudnya adalah kita dilarang menyekutukan atau memadukan berbagai ajaran yang datang dari mereka-mereka itu dengan ajaran-ajaran Allah yang ada dalam Alquran, yang mana ajaran-ajaran dari mereka itu bertentangan dengan ajaran-ajaran Allah. Adapun bahaya dari tindakan kemusyrikan tersebut adalah: berakhir dengan tidak tampaknya ajaran-ajaran murni yang ada dalam Alquran, dan yang akan tampak hanyalah ajaran-ajaran palsu tersebut, dilapiskan yang pada tak ubahnya murni, seperti yang tembaga akhirnya emas

tembaganya yang nampak, dan emas murninya tak kelihatan sedikit pun. Lain halnya kalau emas murni yang dilapiskan pada tembaga, maka yang akan nampak di situ emas murninya bukan tembaganya. Jadi, kalau seseorang sudah paham dengan baik terhadap ajaran-ajaran murni yang ada dalam Alquran, kemudian dia melihat ajaran-ajaran lain, maka ajaran-ajaran lain yang tidak benar itu dengan sendirinya akan terhapus dan dikalahkan oleh ajaranajaran murni tersebut. Tetapi sebaliknya, kalau

seseorang tidak paham dengan baik dan benar terhadap ajaran-ajaran Allah yang ada dalam Alquran karena memang kurang menekuninya, bahkan dia malah menekuni ajaran-ajaran yang sebenarnya palsu yang di luar Alquran yang ada dalam berbagai kitab, sehingga pola pikir dan akidahnya dibentuk oleh ajaran-ajaran palsu tersebut, yang lantas ajaranajaran palsu yang tidak disadarinya itu dibawa untuk memahami Alquran yang memang kurang ditekuninya, maka akhirnya ketika itu yang nampak hanyalah ajaran-ajaran palsu yang di luar Alquran tersebut, dan ajaran-ajaran Allah yang ada dalam Alquran tidak bisa dipahaminya terhapus dengan baik dan benar, yang bahkan sudah oleh ajaran-ajaran palsu

mendarah daging itu, karena memang hal itu dipelajarinya dengan setekun-tekunnya. Itulah rahasianya, Allah. Semua dosa-dosa/dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh tinda-kan-tindakan musyrik yang tersebut itu, tidak akan diperbaiki dan diampuni oleh Allah swt. Dan adapun bentuk, bahwa Allah tidak akan memperbaiki dan mengampuni terhadap dosakenapa kita dilarang menyekutukan/ memadukan sesuatu ajaran apa pun dengan ajaran

dosa/dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh berbagai kemusyrikan itu adalah: berkelanjutannya berbagai krisis di negeri ini dan berkelanjutannya perpecahan dan berbagai keterbelakangan yang dialami oleh bangsa ini yang mayoritas umat Islam. Hal tersebut tidak akan mungkin diperbaiki dan diampuni oleh Allah swt. sebelum mereka sadar sesadar-sadarnya, bahwa semuanya itu terjadi karena mereka telah menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan dan juga mereka telah menserikatkan ajaranajaran palsu dengan ajaran-ajaran Allah, atau dengan kata lain mereka telah melakukan tindakan kemusyrikan, seperti yang sudah diterangkan di atas. Jadi, berkelanjutannya krisis di berbagai bidang di negeri ini, dan berkelanjutannya berbagai perpecahan dan berbagai keterbelakangan yang dialami oleh bangsa ini yang mayoritas umat Islam, dan juga berbagai hal-hal yang memprihatinkan lainnya yang selama ini terjadi di negeri ini adalah bentuk-bentuk dosa/dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh kemusyrikan. Selama kemusyrikannya belum dilenyapkan, maka berbagai hal yang sangat menyedihkan dan memprihatinkan itu, makin hari akan makin

bertambah menjadi-jadi (surat 4 ayat 116/wa man yusyrik bil-laahi faqod dlolla dlolaalan baiidan). Kalau bangsa ini yang mayoritas umat Islam menginginkan agar dosa-dosa/dampak-dampak negatif yang seperti itu diperbaiki dan diampuni/dilenyapkan oleh Allah, maka satu-satunya jalan: mereka harus mengubur kemusyrikan tersebut dan kemudian mengikuti pada ajaran-ajaran Allah yang ada dalam Alquran (surat 6 ayat 153). Dan dalam surat 30 ayat 30, dengan tegas Allah swt. telah memerintahkan kepada masing-masing dari kita selaku ciptaan-Nya (khalqullah) dan selaku susunan-Nya (fitratullah) untuk mengukuhkan (iqamah) pada dinullah/agama Allah. Yang mana din tersebut juga diciptakan oleh Allah (khalqullah) dan disusun oleh-Nya (fitratullah). Allah menciptakan dan menyusun manusia atas landasan din yang diciptakan dan disusun oleh-Nya. Keduanya sama sekali tidak akan mengalami perubahan dan penggantian (laa tabdiila likholqillaah). Apabila dinullah ini tidak berubah dari susunannya, benar-benar murni (khoolish), maka din tadi akan tegak, kukuh, dan kuat (addiinul-qoyyim). Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya,

sehingga ada sebagian mereka yang telah membikin din baru yang berisi akidah-akidah dan syariat-syariat yang mereka susun sendiri. Kemudian akidah-akidah dan syariat-syariat tersebut diyakini dan diamalkan oleh generasi sesudahnya, karena generasi tadi menganggap itu semua berasal dari dinullah. Dan pada waktu itulah, din yang disusun oleh manusia telah diserikatkan, dipadukan dengan dinullah. Perbuatan menserikatkan dinunnas/agama manusia dengan dinullah ini disebut isyrak, dan orang yang melakukan perbuatan itu disebut musyrik yang akhirnya dinullah sudah tidak murni lagi (tidak khoolish), tidak kukuh (tidak qoyyim), dan tidak logis, bertentangan dengan akal pikiran yang sehat. Maka dari itu, dalam surat Al-Anam ayat 151 dengan tegas Allah telah mengharamkan kepada kita, yakni janganlah kita berani-berani menserikatkan sesuatu akidah atau syariat yang disusun oleh manusia (dinunnas) dengan akidah dan syariat yang disusun oleh Allah (dinullah). Larangan Allah seperti itu banyak kita jumpai dalam kitab Suci Alquran. Dan apabila larangan itu dilanggar oleh kita, maka kita akan jatuh ke dalam perbuatan dosa yang sangat besar yang tidak mungkin Allah akan memperbaiki

dan mengampuninya (surat An-Nisa ayat 116). Dalam surat AR-Rum ayat 31 dan 32, dijelaskan sebabsebabnya, kenapa Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa yang ditimbulkan oleh kemusyrikan?, di antara penyebabnya dan adalah: kemusyrikan akan dan menimbulkan perpecahan (firqah) di dalam agama, berpartai-partai, berkelompok-kelompok, masing-masing kelompok itu akan selalu bangga dengan apa-apa yang ada pada kelompok mereka masing-masing, yang akhirnya perpecahan-perpecahan (firqah-firqah) ini akan melahirkan perpecahanperpecahan baru yang berke-lanjutan, yang tentunya dari sebab itu semua, bangsa ini yang mayoritas umat Islam akan menjadi mundur dan terbelakang. Kalau kita ingin mendapat perbaikan dan pengampunan dari Allah, maka hanya ada satu jalan, yakni sekali lagi kita harus segera mengubur kemusyrikan yang merupakan pangkal penyebab dari perpecahanperpecahan, pertikaian-pertikaian, dan kemundurankemunduran yang selama ini kita alami. Penguburan kemusyrikan ini baru dapat direalisasikan apabila masing-masing dari kita bersedia masuk ke dalam dinullah dan kemudian mengukuh-kan perhatian kita kepadanya (surat AR-Ruum ayat 30),

yang tentunya dinullah itu barangnya ada di dalam Alquran yang merupakan kalam-Nya. Dia memerintahkan/mewasiatkan kepada kita, agar mengikutinya, dan Dia melarang kita menyakini dan mengamalkan akidah-akidah dan syariat-syariat lain yang tidak Dia susun, karena hanya akidah-akidah dan syariatsyariat-Nya sajalah yang wajib diikuti yang merupakan jalan-Nya yang mustaqim, tidak ada sedikit pun kebengkokan (surat 18 ayat 1). Apabila larangan ini dilanggar, maka akibatnya kita akan berpecah belah, menyempal, dan menyimpang jauh dari prinsip-prinsip dasar ajaran Allah yang ada dalam Alquran (surat 6 ayat 153). Perpecahan itu tentunya disebabkan karena kita mengikuti suatu ajaran, akidah, dan syariat yang dibikin oleh manusia. Karena manusia itu banyak dan beraneka ragam latar belakangnya dan juga beraneka ragam persoalannya dan kepentingannya, maka berbagai akidah dan syariat yang dibikin dan disusunnya pun akan banyak dan beraneka ragam pula, dan malahan yang sering terjadi, satu sama lain saling bertentangan dan berbeda. Karena bagaimanapun hebat dan pandainya manusia, dia tetap manusia, dicipta dan disusun oleh Allah swt. yang

tentunya dia tidak akan dapat memiliki sifat alimul gaib/yang mengetahui gaib. Karena, yang dapat mengetahui hal-hal yang gaib itu hanyalah Allah swt. semata (surat 27 ayat 65). Bahkan, Rasulullah saw. sendiri pun tidak dapat mengetahui hal-hal yang gaib (surat 7 ayat 188). Dan memang seorang rasul dalam batas-batas tertentu dapat mengetahui hal-hal gaib, tetapi itu pun karena Allah swt. memberitahukan kepadanya (surat 72 ayat 26-27). Jadi sekali lagi, bahwa dinullah itu harus benarbenar murni, tidak dapat dikurangi dan ditambah. Jika ada penambahan dan pengurangan di sana-sini, maka dia akan berubah dari susunannya. Sehingga dari din/agama yang sudah tidak murni lagi itu akan muncul hal-hal yang bertentangan dengan fitrah dan kodrat manusia, nurani manusia, dan akal pikiran yang sehat serta jujur. Tetapi sebaliknya, jika dinullah tadi murni, maka ajaran-ajarannya, baik yang berhubungan dengan akidah ataupun syariat, tidak akan mungkin bertentangan dengan itu semua, karena keduanya sama-sama dicipta dan disusun oleh Allah swt. yang mempunyai sifat Alimul gaib. Yang hal mana dapat diumpamakan seperti baut dan mur, kedua komponen ini dibikin dan disusun dalam

ukuran dan bentuk yang serasi, yakni lingkaranlingkaran yang ada pada mur akan disesuaikan dengan lingkaran-lingkaran yang ada pada baut. Sehingga apabila keduanya dipertemukan, maka akan dapat bersatu, pas, dan harmonis. Tetapi, apabila lingkaran-lingkaran yang ada pada baut itu tadi ditambahi, dirubah, atau dikurangi, maka akibatnya akan terjadi ketidak serasian, yakni mur tidak dapat bersatu lagi dengan baut. Begitu pulalah mengenai dinullah dan manusia. Oleh karena itu, berbagai bidah akidah, dan syariat yang berasal dari ajaranajaran di luar Alquran, dan juga tak ketinggalan yang berasal dari hadis-hadis palsu yang telah melapisi pada berbagai akidah dan syariat yang ada pada dinullah yang murni, harus segera disingkirkan dan dicampakkan!, yakni, tembaga jangan dilapiskan pada emas murni, biarlah tetap emas murni, biarlah tetap dinullah yang murni, yang setiap ajarannya, baik yang berhubungan dengan akidah ataupun syariat benar-benar berasal dari Allah swt. (surat 8 ayat 39). Jadi, seperti itulah cara-cara awal untuk mengubur kemusyrikan, yang dengan perantaraan mana, dosadosa/dampak-dampak negatif yang diakibatkan oleh

kemusyrikan itu akan dapat diperbaiki dan diampuni/ dilenyapkan oleh Allah swt. Dan setelahnya itu, bangsa ini yang mayoritas umat Islam akan segera dapat memulai tinggal landas untuk menuju masyarakat yang damai lagi sejahtera. Amin! 5. Hal tersebut diterangkan dalam surat 7 (Al-Aroof) ayat 176 yang terjemahan bebasnya: Dan andaikan Kami berkehendak, niscaya Kami akan mengangkat derajat manusia, akan tetapi kebanyakan manusia itu mengekalkan hawa nafsunya kepada hal-hal yang bersifat materi dan selalu mengikuti hawa nafsunya itu. Maka perumpamaan mereka yang rakus itu tak ubahnya seperti perumpamaan anjing, baik engkau pelihara ataupun tidak, anjing itu akan tetap terengahengah dengan menjulurkan lidahnya keluar. Seperti itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah (tidak mau mengambil pelajaran terhadap berbagai hal yang terjadi). Oleh karena itu hendaklah engkau menceritakan berbagai hal/cerita yang terjadi dan pelajaran yang terkandung di dalamnya supaya mereka mau berfikir.

6. Hal tersebut diterangkan dalam sebuah hadis Nabi yang terjemahan bebasnya: Kalau seandainya manusia itu mempunyai emas sepenuh dua lembah, niscaya manusia yang rakus itu akan bercita-cita untuk mempunyai emas sepenuh kalau dia itu sudah mati. 7. Hal tersebut diterangkan dalam surat 15 (Al-Hijr) ayat 29 yang terjemahan bebasnya: Apabila Allah telah menyempurnakan kejadian setiap manusia dan Allah telah meniupkan ruh yang berasal dari-Nya, maka di saat itu, Allah memerintahkan kepada malaikat agar mau oleh sujud/tunduk manusia. kepada suara-suara manusia yang secara disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang telah dipilih Karena hakikat keseluruhan (basyar) itu adalah akal pikirannya, yang akal pikiran mana punya kemampuan untuk memilih hal-hal yang baik yang disuarakan oleh ruh Allah dan memilih hal-hal yang buruk yang disuarakan oleh iblis. Yang mana dua kekuatan tersebut sengaja diadakan oleh Allah dalam diri manusia, agar mereka mau menggunakan akal pikirannya untuk memilih dan memilih, berjuang dan berjuang untuk dapat mengikuti tiga lembah. Manusia yang rakus itu tidak akan puas-puas kecuali

suara-suara kebenaran yang disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam dirinya itu, yang dengan perantaraanya, mereka itu akan mengalami hidup bahagia/surga. Dan ruh Allah yang ada di dalam diri manusia itulah yang secara kodrati telah bersyahadat/bersaksi bahwa Allah itu adalah Rabbnya (wa asyhadahum alaa anfusihim alastu birobbikum, qooluu balaa syahidnaa) sebagaimana yang disebutkan dalam surat 7 (Al-Aroof) ayat 172. Sehingga untuk membuktikan kesaksiannya itu, maka ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam diri manusia itu selalu menyuarakan suara-suara kebenaran, seperti kasih sayang, kejujuran, amanah, keadilan, kepedulian terhadap kesejahteraan rakyat, bertanggung jawab, dan lain-lain. Jika akal pikiran manusia itu memilih dan mengikuti suara-suara kebenaran itu, maka akal pikiran manusia yang seperti itu disebut akal sehat/akal pikiran yang sehat yang dalam bahasa Alquran disebut al-baab. Dan akal pikiran yang sehat itu yang mengendalikannya adalah malaikat. Jadi yang mengendalikan niat-niat yang baik yang ada dalam hati seseorang yang berasal dari akal pikirannya yang sehat itu adalah malaikat.

Tetapi disamping itu di dalam diri setiap manusia itu ada kekuatan lain yang disebut kekuatan Iblis atau hawa nafsu yang selalu menyuarakan dan memerintahkan terhadap kejahatan (innannafsa la ammaarotun bissuu`i) surat 12 (Yuusuf) ayat 53. Dan hawa nafsu yang bersumber dari iblis itu secara kodrati selalu membangkang/tidak mau sujud/tunduk kepada suara-suara kebenaran ya-ng disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam diri manusia. Dan apabila akal pikiran manusia itu banyak memilih suara-suara kejahatan yang disuarakan oleh iblis yang ada dalam dirinya itu, maka mereka akan mengalami hidup seng-sara/neraka. Dan akal pikiran yang memilih suara-suara kejahatan itu, maka dia disebut akal pikiran yang tidak sehat, dan yang mengendalikannya adalah iblis. Jadi yang mengendalikan niat-niat yang tidak baik yang ada dalam hati seseorang yang berasal dari akal pikirannya yang tidak sehat itu adalah iblis. Dua kekuatan yang saling berlawanan yang ada dalam diri manusia itu diilustrasikan atau digambarkan oleh Alquran dalam bentuk: Allah menyuruh malaikat untuk sujud kepada Adam, kemudian para malaikat itu

sujud semuanya, kecuali iblis yang tidak mau sujud... dan seterusnya. 8. Nasib tragis yang dialami oleh Firaun itu diterangkan dalam surat 10 (Yuunus) ayat 90 s/d 92 yang terjemahannya bebasnya: Dan Kami telah menyeberangkan Bani Israil di lautan itu, lantas Firaun dan bala tentaranya mengikuti nya mereka Musa karena dan pembangkangan terhadap

permusuhannya terhadap Bani Israil, sehingga tatkala Firaun tenggelam di lautan itu, dia mengatakan. Aku telah beriman kepada Allah yang tidak ada Tuhan selain Tuhan yang telah diimani oleh Bani Israil, dan saya masuk kedalam golongan orang-orang yang berserah diri/islam itu. Allah mengatakan kepada Firaun. Engkau sekarang menyatakan beriman, padahal dahulunya engkau dan telah benar-benar menyanggah/menyang-kal-Ku

engkau telah berbuat kerusakan, maka di hari ini Aku selamatkan badan engkau supaya engkau menjadi tanda/pelajaran bagi generasi di belakang engkau, dan sesungguhnya kebanyakan manusia itu lengah dari tanda-tanda/pelajaran-pelajaran Kami itu.

9. Nasib tragis yang dialami oleh Karun itu diterangkan dalam surat 28 (Al-Qoshosh) ayat 81 yang terjemahan bebasnya: Maka Kami/Allah telah melong-sorkan bumi/tanah itu dan menimpakan kepada Karun dan rumahnya. Maka tidak ada satu golongan pun yang dapat menolongnya selain Allah, dan akhirnya dia tidak tertolong sama sekali.

10. Nasib tragis yang dialami oleh Haman itu diterangkan dalam surat 28 (Al-Qoshosh) ayat 40 yang terjemahan bebasnya: Maka Kami/Allah telah meng-hukum Firaun dan bala tentaranya (termasuk Haman) dan mencam-pakkan mereka ke dalam laut. Oleh karena itu hendaklah engkau perhatikan bagaimana akibat/siksa an yang dialami oleh orang-orang yang zalim itu? 11. Hal tersebut diterangkan dalam surat 4 (AN-Nisaa`) ayat 18 yang terjemahan bebasnya: Apabila kematian telah mendatangi orang-orang yang mengerjakan berbagai kejahatan lantas mereka mengatakan. sekarang saya bertobat, maka pertobatan/penyesalan mereka itu tidak akan diterima oleh Allah, begitu juga

orang-orang yang mati dalam keadaan kufur/melakukan tindakan kufur. Allah menyediakan siksaan yang pedih bagi mereka itu. Dan penyesalan mereka itu juga diterangkan dalam surat 67 (Al-Mulk) ayat 10 yang terjemahan bebasnya: Mereka mengatakan, Andaikan dahulu pada waktu kami hidup itu mau mendengar dan mau menggunakan akal, niscaya kami sekarang tidak berada di dalam neraka yang menyala/wa qoolu lau kunnaa nasmau au naqilu maa kunnaa fii ashhaabissaiir. 12. Hal tersebut diterangkan dalam surat 3 (Aali Imron) ayat 56 yang terjemahan bebasnya: Maka adapun orang-orang yang mereka telah kufur/banyak melakukan kejahatan, niscaya Aku akan mengazab mereka dengan azab yang sangat keras di dalam kehidupan dunia ini dan di dalam kehidupan akhirat. Dan tidak akan ada orang-orang yang dapat menolong mereka (surat 3 ayat 56). Berdasarkan ayat ini dan juga ayat-ayat yang lain, maka jelaslah bahwa balasan yang berbentuk azab bagi amal kejahatan seseorang itu, akan dibalaskan oleh Allah di dunia ini juga. Adapun siksaan/azab

Allah yang diterima oleh seseorang di dalam dunia ini adalah merupakan contoh azab, yang dengan perantaraan-nya, seseorang di dalam dunia ini akan dapat mengambil pelajaran darinya, sehingga dia tidak akan mengulangi perbuatan-perbuatan jahat yang menyebab-kan datangnya siksaan Allah itu. Dia sadar benar bahwa di dunia saja sudah begitu pedih siksaan Allah itu, apalagi di dalam kehidupan sesudah kematian nanti. Karena memang Allah mengatakan dalam surat 13 ayat 34 yang terjemahan bebasnya: Bagi mereka adalah suatu siksaan di dalam kehidupan dunia ini, dan azab Allah di dalam kehidupan yang kemudian/sesudah kematian nanti adalah lebih sangat/berat. Kata mereka yang akan mendapatkan azab dalam ayat ini sifatnya adalah umum, yakni siapa saja yang melakukan perbu-atanperbuatan jahat/perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan-peraturan Allah, termasuk orang-orang yang beragama Islam. Yang mana perbuatan-perbuatan tersebut merupakan cerminan dari kekufurannya terhadap peraturan-peraturan Allah, maka mereka akan diazab oleh Allah, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti.

Jadi, amat salahlah fatwa agama yang mengatakan, Yaumul-jazaa atau Daarul-jazaa/hari pembalasan amal itu hanya terjadi sesudah kematian nanti. Karena memang Alquran mengatakan berkali-kali bahwa: contoh dari sesuatu balasan nikmat/surga ataupun balasan siksa/neraka yang akan diterima oleh seseorang itu akan selalu ditampakkan oleh Allah di dalam kehidupan di dunia ini (surat 39 ayat 27). Bahkan dalam 5 ayat sebelum ayat 27 ini, dengan jelas disebutkan ada dua golongan manusia: 1. Orang yang mau berserah diri/islam terhadap ketetapan-ketetapan Allah. Yang mana mereka ini adalah orang-orang yang senantiasa berada di atas sinar petunjuk-Nya, di mana hidup mereka senantiasa memperoleh ketena-ngan dan kebahagiaan/surga. 2. Orang-orang yang keras hatinya, tidak mau mengikuti ketetapan-ketetapan-Nya. Yang mana mereka ini adalah orang-orang yang sesat dan zalim, di mana mereka itu senantiasa disiksa oleh Allah dengan berbagai kehinaan, baik di dunia ataupun lebih-lebih lagi sesudah kematiannya.

13. Hal

tersebut

diterangkan

dalam

surat

45

(Alini

Jaatsiyah) ayat 24 yang terjemahan bebasnya: Dan mereka mengatakan. Tiadalah kehidupan melainkan kehidupan kita yang sekarang/dunia, yang dalam kehidupan mana kita mati dan hidup, dan tiadalah bencana yang membinasakan kami itu melainkan karena faktor masa/musim. Padahal mereka tidak punya pengetahuan tentang hal itu, mereka itu hanyalah menyangka-nyangka belaka. Ucapan mereka yang diberi tanda kutip itu adalah merupakan sikap hidup mereka yang erat kaitannya dengan tingkah laku bejat mereka di dalam menjalani kehidupan ini, yakni mereka hanya mementingkan kesenangan sesaat di awalnya tanpa mempedulikan halal dan haram di dalam menumpuk harta kekayaan dan mengabaikan kesenangan di kemudian hari dan di akhirat nanti sesudah kematian. Sikap hidup yang seperti itu telah banyak di jalani oleh berbagai penganut agama (termasuk penganut agama Islam) walaupun mereka itu percaya ada kehidupan dan balasan amal sesudah kematian/di akhirat nanti. 14. Hal tersebut diterangkan dalam surat 54 (Al-Qomar) ayat 50 yang terjemahan bebasnya: Dan tiadalah

perintah

Kami

(dari

alam

ghaib/alam

ruh)

itu

melainkan (program) yang satu (kesatuan program). Dan perintah Kami itu (kecepatannya) seperti kedipan mata. 15. Hal tersebut diterangkan dalam surat 54 (Al-Qomar) ayat 49 yang terjemahan bebasnya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu (alam materi) dengan sesuatu ketentuan (hukum sebab akibat). Dan dalam surat 35 (Al-Faathir) ayat 43 diterangkan bahwa pekerjaan Allah di dalam menentukan hukum sebab akibat di alam materi itu tidak akan pernah mengalami pengganti-an/perubahan dan pergeseran sedikit pun. 16. Hal tersebut diterangkan dalam surat 7 (Al-Aroof) ayat 54 di bagian akhir yang terjemahan bebasnya: Ketahuilah bahwa alam ciftaan (materi) dan alam amer/perintah itu adalah kepunyaan Allah (alaa lahulkholqu wal-amru-tabaa-rokalloohu robbul-aalamiin). Dan seterusnya hal tersebut diterangkan dalam surat 36 (Yaasiin) ayat 82 yang terjemahan bebasnya: Apabila Allah menginginkan sesuatu apapun, maka Dia tinggal mengeluarkan perintah-Nya (dari alam

gaib/alam ruh) dengan mengatakan, hendaklah engkau ada, maka dia (yang akan diadakan oleh-Nya itu) akan langsung ada. 17. Hal tersebut diterangkan dalam berbagai ayat

Alquran, yang di antaranya dalam surat 4 (AN-Nisaa`) ayat 122 yang terjemahan bebasnya: Dan orangorang yang telah beriman dan beramal saleh itu akan Kami masukkan kedalam berbagai surga (baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti), yang dari bawah surga itu akan mengalir sungai-sungai, keadaan mereka itu akan kekal selama-lamanya. Hal yang seperti itu sebagai janji yang pasti dari Allah. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dibandingkan dengan perkataan/janji Allah? Dan hal tersebut telah diterangkan dalam surat 10 (Yuunus) ayat 55 yang terjemahan bebasnya: Ketahuilah sesungguhnya apa-apa yang ada di berbagai langit dan bumi itu adalah kepunyaan Allah. Ketahuilah sesungguhnya janji Allah itu adalah pasti, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahuinya. 18. Hal tersebut diterangkan dalam surat 2 (Al-Baqoroh) ayat 3 yang terjemahan bebasnya: (orang-orang yang

bertakwa/sadar terhadap ketentuan-ketentuan Allah itu) adalah mereka yang mempercayakan dirinya pada alam gaib/alam ruh (non materi), dan mereka mengukuhkan salat (sehingga tujuan salatnya tercapai), dan mereka mengorbankan sebagian rezeki yang telah diberikan oleh Allah. Dan hal tersebut diterangkan juga dalam surat 36 (Yaasiin) ayat 11 yang terjemahan bebasnya: Sesungguhnya engkau hanya bisa memperingatkan kepada orang yang mau mengikuti peringatan, dan orang itu telah takut kepada Allah Yang Maha Pengasih dari alam gaibNya, maka hendaklah engkau memberi kabar gembira kepada orang itu, bahwa mereka akan mendapatkan perbai-kan/ pengampunan dari Allah dan akan memperoleh imbalan/pahala yang sangat mulia. 19. Hal tersebut diterangkan dalam surat 33 (Al-Ahzaab) ayat 9 s/d ayat 25 yang terjemahan bebasnya : Wahai orang-orang yang telah beriman hendaklah kamu mengingat nikmat Allah yang telah diberikan kepada kamu, yakni ketika berbagai bala tentara musuh sampai di kamu, lantas setelah itu Kami telah mengirimkan angin kencang yang berputar kepada

musuh-musuhmu itu, dan juga Kami telah mengirimka berbagai bala tentara (dari alam gaib) yang kamu tidak melihatnya. Dan Allah itu adalah Maha Memandang terhadap apa-apa yang kamu kerjakan, yakni ketika itu musuh-musuh kamu itu telah sampai kepada kamu dari arah atas kamu dan dari arah bawah kamu, dan ketika itu pula telah nyeleweng panda-ngan-pandangan kamu dan telah sampailah hati-hati kamu itu di kerongkongan-kerongkongan kamu, dan kamu ketika itu menyangka Allah dengan berbagai sangkaan (yang bukan-bukan). Di situlah orang-orang mukmin diuji dan digon-cangkan dengan goncangan yang sangat hebat. Dan ketika itu orangorang yang munafik dan orang-orang yang hatinya ada penyakit mengatakan, Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kita kecuali penipuan. Dan ketika itu pula sekelompok dari orang-orang munafik itu mengatakan, Wahai penduduk Yats-rib/Madinah, tidak ada (perjanjian) yang akan dikukuhkan/ditegakkan oleh Allah atas kamu, oleh karena itu hendaklah kamu kembali/pulang saja! Dan sego-longan dari orang-orang munafik itu telah minta izin kepada Nabi dengan mengatakan, Sesungguhnya rumah-rumah kami itu kosong (tidak ada yang menjaga), (oleh

karena

itu

izinkanlah

kami

pulang

untuk

menjaganya). Padahal yang sebenarnya rumahrumah itu tidak kosong. Orang-orang munafik itu hanya menginginkan untuk melarikan diri (dari medan perang). Dan andaikan kota Yatsrib itu dimasuki oleh musuh dari segala penjuru, kemudian orang-orang munafik itu diminta oleh para pimpinannya untuk memfitnah yang bukan-bukan (kepada Kaum Muslimin), niscaya mereka akan melakukan hal itu, dan tiadalah orang-orang yang munafik itu mau tinggal di kota itu kecuali dengan cara-cara yang mudah (tidak mau berjuang untuk membela tanah air). Padahal orang-orang munafik itu benar-benar telah berjanji sebelumnya bahwa, mereka tidak akan berpaling dari perjuangan (lari dari peperangan). Dan janji mereka terhadap Allah itu pasti akan dimintai pertanggungjawaban dari mereka. Hendak-lah engkau mengatakan, Jika kamu lari dari medan pertempuran, maka pelarian kamu itu tidak akan mendatangkan manfaat kepada kamu sehingga dapat menghindar-kan kesenangan kamu dari kematian kesenangan dan yang pembunuhan. Dan ketika itu kamu tidak akan diberi kecuali dengan sedikit. Hendaklah engkau mengatakan, Siapakah

yang dapat memelihara kamu dari takdir Allah jika Allah itu menginginkan kejelekan untuk kamu, atau Dia menginginkan untuk mengasih sayangi/merahmati kamu? Dan mereka tidak akan mendapatkan seseorang pemimpin dan penolong selain dari Allah. Benar-benar Allah menge-tahui orang-orang yang menghalang-halangi dari antara kamu dan orang-orang yang mengatakan kepada saudara-saudaranya, Marilah kepada kami. Dan tiadalah mereka mendatangi peperangan itu melainkan dalam waktu yang sedikit/sebentar, keadaan mereka itu sangat kikir (tidak mau berbuat kebaikan) terhadap kamu. Maka apabila kekhawatiran/ketakutan telah sampai, niscaya engkau melihat mereka, di mana mereka itu memperhatikan engkau dengan mata yang berputar-putar seperti orang yang dalam keadaan sakaratulmaut. Maka apabila kekhawatiran/ ketakutan telah lenyap, niscaya mereka mencela kamu dengan lidah yang tajam, di mana keadaan mereka itu sangat kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itulah orang-orang yang belum beriman, maka Allah menghapuskan amalan-amalan mereka. Yang demikian itu sangat mudah bagi Allah. Mereka orang-orang munafik itu menaksir/mengira bahwa

berbagai golongan musuh itu belum pergi, dan jika berbagai golongan musuh itu datang kembali, niscaya mereka mengharapkan agar diri mereka dapat tinggal di tengah-tengah orang Arab itu (yang tidak ikut berpe-rang), yang mana mereka senantisa menanyakan tentang berbagai perkabaran kamu. Dan andaikan mereka itu ada di tengah-tengah kamu (ikut berperang), niscaya tiadalah mereka itu berperang melainkan dalam waktu yang sebentar. Sungguh benar-benar telah ada teladan yang indah di dalam diri Rasulullah untuk kamu. (Teladan yang indah) itu akan bermanfaat bagi orang yang mengharapkan keridaan Allah dan mengharapkan kebahagiaan di hari yang akhir, dan orang tersebut senantiasa mengingat Allah dengan pengingatan yang banyak. Dan tatkala orang-orang yang beriman itu melihat berbagai golongan musuh, maka mereka mengatakan, Inilah janji yang Allah dan Rasul-Nya telah menjanjikannya, dan (janji) Allah dan Rasul-Nya itu pasti benar. Dan yang demikian itu akan menambah keimanan dan penyerahan diri bagi orang-orang yang beriman itu. Dari antara orang-orang yang beriman itu ada beberapa lelaki yang menyempurnakan perjanjian mereka kepada Allah, lantas dari antara

mereka itu ada yang menyelesaikan kematiannya (gugur dalam medan pertempuran), dan dari antara mereka itu ada juga orang yang selalu memperhatikan/menunggu (gugur di medan perang). Dan mereka itu tidak akan mempergantikan (nikmat Allah itu dengan kekufuran). (Yang demikian itu) agar Allah dapat membalas orang-orang yang benar dengan kebenaran yang mereka miliki, dan agar Allah dapat menyiksa orang-orang munafik jika memang Dia menghendakinya, atau Dia akan memberikan tobat atas kesalahan-kesalahan mereka. Sesungguhnya Allah Maha Memperbaiki/Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan Allah telah menolak orang-orang yang telah kafir itu disebabkan kejengkelan mereka (terhadap orang-orang yang beriman), yang mana mereka itu belum pernah memperoleh kebaikan. Dan Allah telah mencukupi orang-orang yang beriman di dalam peperangan itu. Dan Allah itu adalah Yang Maha Kuat lagi Yang Maha Perkasa. NB. Dalam surat 33 (Al-Ahzaab) ayat 9 s/d ayat 25 tersebut, telah dikisahkan, tentang peperangan

Khondak/parit. Di mana dalam peperangan tersebut, berbagai kelompok orang-orang yang kafir/al-ahzaab dari berbagai suku dan kabilah telah bersatu padu untuk memerangi kaum Muslimin di Madinah. Mereka mengepung Madinah yang sudah dikelilingi oleh parit itu dari segala arah. Di saat itu orang-orang yang beriman benar-benar diuji dan digoncangkan keimanan mereka dengan goncangan yang sangat hebat, yang seakan-akan mata mereka mendelik dan jantung mereka hampir copot. Tetapi di saat itu mereka tetap yakin terhadap janji-janji Allah, bahkan keimanan mereka makin bertam-bah-tambah. Akan tetapi sebaliknya, orang-orang yang munafik tidak tahan terhadap ujian tersebut, sehingga mereka mencari cari alasan supaya dapat lari dari medan peperangan. Karena memang menurut ukuran lahiriah, kaum Muslimin sudah benar-benar terkepung dan mudah untuk dapat dikalahkan. Tetapi di balik itu, sesuai dengan janji Allah, bahwa orang-orang yang beriman itu pasti akan menang, maka Allah pun mendatangkan angin topan beserta balatentara yang secara lahiriah mereka tidak dapat melihatnya. Yang dengan perantaraan mana, Allah mengubrak-abrik tendatenda musuh di sekitar parit yang merupakan tempat

persiapan mereka di dalam hendak menyerang kaum Muslimin yang ada di dalam lingkaran parit, sehingga tentara kafir itu buyar berlarian dengan tungganglanggang, masing-masing berusaha untuk menyelamatkan diri. Dengan pertolongan Allah yang sangat khusus ini, orang-orang yang beriman tidak susahsusah harus berperang menghadapi tentara kafir, mereka dengan begitu mudah dapat dikalahkan dengan perantaraan angin/alam yang begitu bengis yang dikendalikan oleh Allah dari alam gaib. Pertolongan-pertolongan Allah yang sangat khusus seperti itu juga akan diberikan kepada orangorang yang beriman di mana pun dan kapan pun dengan syarat keimanan mereka benar-benar memenuhi standar Alquran (surat 3 ayat 194-195). Tetapi sebaliknya, jika pertolongan-pertolongan Allah seperti itu tidak ada pada orang-orang yang mengaku beriman/mengaku orang-orang Muslim, maka dengan sendirinya keimanan mereka itu tidak memenuhi standar Alquran, surat 61 (Ash-Shoff) ayat 2 dan 3. 20. Hal tersebut diterangkan dalam surat 46 (Al-Ahqoof) ayat 24 dan 25 yang terjemahan bebasnya: Maka tatkala mereka (kaum Aad/kaumnya Nabi Hud)

melihat siksaan yang siap mengarah ke lembahlembah mereka, mereka itu mengatakan, Inilah awan yang sedang bergerak dan akan mendatangkan hujan kepada kami. Bahkan sebaliknya, adapun awan yang kamu lihat itu sebenarnya adalah sesuatu yang akan mendatangkan siksaan sebagaimana yang kamu minta agar segera datang. Adapun awan yang bergerak itu akan mendatangkan angin, yang di dalam angin mana akan ada sesuatu siksaan yang sangat pedih yang akan mengobrak-abrik setiap suatu apapun atas perintah Rabb yang menguasai angin itu, lantas jadilah mereka sesuatu yang tidak bisa dilihat (karena tertimpa oleh reruntuhan rumah-rumah bangunan), yang mana pada waktu itu yang kelihatan hanyalah bekas-bekas reruntuhan mereka. Seperti itulah Kami/Allah akan membalas terhadap orang-orang yang berdosa. 21. Hal tersebut diterangkan dalam surat 26 (AsySyuaroo`) ayat 173 s/d ayat 175 yang terjemahan bebasnya: Kami/Allah telah menurunkan hujan (sebagai azab) atas mereka (kaumnya Nabi Luth) dengan hujan yang hebat, maka hujan itu benarbenar mendatangkan mala petaka bagi kaum Luth

yang tidak mau diperingatkan itu. Sesungguhnya di dalam peristiwa yang demikian itu ada sesuatu pelajaran (bagi generasi kemudian), dan kebanyakan mereka itu adalah bukan orang-orang yang beriman. Dan sesungguhnya Rabb engkau itu adalah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. 22. Hal tersebut diterangkan dalam surat 16 (An-Nahl) ayat 45 s/d ayat 47 yang terjemahan bebasnya: Apakah mereka, terutama para penguasa yang selalu mengupayakan kejahatan itu akan merasa aman dari bahaya longsoran bumi yang akan menimpa mereka, atau dari bahaya datangnya siksaan yang akan mendatangi mereka di saat mereka tidak menyadarinya, atau dari bahaya di mana Allah akan mengambil tindakan keras kepada mereka di saat mereka sedang mondar-mandir (dalam berusaha), maka di saat itu mereka tidak akan dapat melemahkan siksaan-siksaan itu, atau juga dari bahaya di mana Allah akan mengambil tindakan keras kepada mereka di saat mereka sedang dirun-dung oleh kekhawatiran? Maka sesungguhnya Rabb kamu itu adalah sungguh Yang Maha Pebelas Kasih lagi Maha Penyayang.

NB: Berdasarkan surat 16 ayat 45 s/d. ayat 47 ini, dengan jelas ditegaskan bahwa orang-orang, terutama para penguasa yang selalu berupaya melakukan kejahatan dengan memperkaya diri dan sewenang-wenang, maka hati mereka itu tidak akan pernah tenteram dan merasa aman, mereka selalu dihantui oleh rasa waswas dan rasa kekhawatirannya terhadap siksaan Allah yang akan dapat menimpa mereka sewaktu-waktu.

23. Hal tersebut diterangkan dalam surat 28 (ALQoshosh) ayat 81 yang terjemahan bebasnya: Maka Kami/Allah telah melongsorkan bumi/tanah itu dan menimpa-kan kepada Karun dan rumahnya. Maka tidak ada satu golongan pun yang dapat menolongnya selain Allah, dan akhirnya dia tidak tertolong sama sekali. NB: Sebenarnya cerita Karun (seorang konglomerat di zaman Musa) itu telah diceritakan garis besarnya oleh Alquran dalam surat 28 (AL-Qoshosh) ayat 76 s/d 82.

Di mana dalam ayat-ayat itu telah diceritakan seseorang yang kaya raya dari kaum Musa yang bernama Karun. Di mana dia mempunyai kuncikunci/sumber penghasilan yang sangat banyak (mafaatiih) yang dapat menandingi berbagai sumber penghasilan kelompoknya orang-orang yang sangat kaya. Karena ba-nyaknya sumber penghasilan yang dapat dia ciptakan, maka dia mempunyai banyak perbendaharaan harta yang tak terhitung banyaknya. Sehingga dengan perantaraannya, dia selalu menyombongkan diri dan merasa bahwa kekayaannya itu diperoleh karena kepandaian dia semata. Melihat hal ini, maka orang-orang yang beriman dari kaum Musa memperingatkan kepadanya, agar dia jangan selalu membanggakan kekayaannya itu, karena Allah tidak menyukai kepada orang-orang yang membanggakan diri. Dan diperingatkan lagi, agar dengan hartanya yang diberikan oleh Allah itu, dia dapat memanfaatkan sebaik mungkin untuk dapat menciptakan kesejahteraan keluarganya dan masyara-katnya di kemudian hari. Tapi peringatan itu dia abaikan, bahkan dengan hartanya itu dia telah merusak tatanan ekonomi masyarakat lemah demi kepentingan pribadinya. Karena kerusakan tatanan

ekonomi tersebut telah mencapai klimaksnya, maka Allah pun membinasakan dia beserta harta bendanya, sehingga dia tak tertolongkan lagi. Perlu diberi tanda petik, bahwa kata mafaatiih yang ada dalam ayat 76 itu adalah kata Jamak dari kata tunggal maftah/tempat pembukaan dan bisa juga berasal dari kata tunggal miftaah/kunci. Jadi kata mafaatiih di situ artinya tempat-tempat pembukaan atau kunci-kunci. Di situ maksudnya adalah berbagai sumber penghasilan yang dimiliki oleh Karun itu sangat banyak sekali. Yang dengan perantaraan mana, dia dapat membuka berbagai macam usaha yang dapat menghasilkan kekayaan yang luar biasa banyaknya. Sehingga kata tanuu`u dalam ayat 76 itu, fail/pelakunya bukan orang-orang yang kuat, tetapi pelakunya adalah kata ia yang ada di dalamnya yang kembali kepada kata mafiatiih/kunci-kunci. Kata tanuu`u yang berasal dari fiil madi naaa itu di samping mempunyai arti memikul, juga bisa berarti melawan/menandingi (kamus Lisaanul Arob). Jadi, ayat itu tidak bisa diartikan dengan arti karena kayanya Karun, maka kunci-kunci dari gudang-gudang hartanya yang sangat banyak itu kalau dipikul oleh banyak orang/golongan yang kuat,

mereka tidak akan kuat memikulnya. Kalau diartikan seperti itu akan sangat menyalahi terhadap maksud ayat Alquran yang sangat filosofis itu dan akan menyalahi pula terhadap Kaidah Nahwu. Dengan diceritakannya oleh Alquran tentang kisah Karun seperti yang tersebut, maka ada pelajaran yang sangat penting bagi generasi yang kemudian, yakni bagi mereka-mereka yang kaya raya, janganlah mereka bersikap seperti sikapnya Karun. Dan sebaliknya, hendaklah mereka bersikap seperti apa yang telah dinasihatkan oleh orang-orang yang beriman yang ditujukan kepadanya. Jika nasihat itu tidak dilakukan, maka mereka pun akan mengalami nasib tragis seperti nasib tragis yang dialami oleh Karun. 24. Hal tersebut diterangkan dalam surat 30 (AR-Ruum) ayat 41 yang terjemahan bebasnya: Telah terjadi kerusakan baik di darat ataupun di laut disebabkan karena tingkah laku manusia yang bejat. Allah mendatangkan akibat buruk dari tingkah laku mereka itu supaya mereka dapat berfikir dan merasakan dampak-dampak negatif yang menimpa masyarakat banyak, sehingga dengan peranta-raanya, mareka

mau kembali kepada jalan yang benar yang telah digariskan oleh Allah swt. NB: Kerusakan alam lingkungan, baik yang ada di darat ataupun di laut yang disebabkan oleh tangan-tangan penguasa yang zalim lagi rakus, telah banyak menimbulkan bencana di berbagai negara. Kejadiankejadian yang disebabkan oleh rusaknya alam lingkungan seperti itu, telah banyak menimbulkan keseng-saraan bagi kemanusiaan. Dengan adanya kejadian-kejadian bencana yang seperti itu, maka hendaklah para penguasa dari negeri mana pun segera sadar dan segera kembali kepada Allah, yakni hendaklah mereka segera mengikuti peraturanperaturan Allah yang ada di dalam kitab suci-Nya di dalam mengelola negeri mereka masing-masing. 25. Hal tersebut diterangkan dalam surat 7 (AL-Aroof) di akhir ayat 54 yang terjemahan bebasnya: Ketahuilah bahwa alam Kholq/alam Ciptaan dan alam Amer/alam Perintah adalah milik Allah. Maha Berkah Allah, Rabbnya berbagai alam itu.

26. Hal tersebut diterangkan dalam surat 16 (AN-Nahl) ayat 49 yang terjemahan bebasnya: Apa-apa yang di berbagai langit dan bumi itu bersujud/patuh kepada Allah, dan juga para malaikat pun bersujud/patuh kepada-Nya, yang mana para malaikat itu tidak pernah takabur (selalu memperbuat apa-apa yang diperintah-kan oleh Allah kepadanya/yafaluuna maa yumaruun). NB: Dalam surat 16 ayat 49 ini, ditegaskan bahwa apa saja yang di langit dan apa saja yang di bumi, semuanya adalah sujud/patuh terhadap Allah. Maksudnya adalah pergerakan dari semua apa-apa yang di langit dan di bumi itu akan selalu mengikuti sesuai dengan ketentuan hukum sebab akibat yang telah ditetapkan oleh Allah atasnya, sedikit pun tidak akan dapat menyimpang, semuanya sujud/patuh terhadap ketentuan-ketentuan-Nya tersebut. Dan di samping itu, tentang kepatuhan masing-masingnya itu, juga dapat dikaitkan dengan terlaksananya janjijanji Allah, baik janji Allah terhadap orang-orang yang kafir/tidak mau mengikuti peraturan-peraturan Allah, ataupun janji Allah terhadap orang-orang yang

beriman/mau mengikuti peraturan-peraturan Allah, yakni semuanya itu dapat dijadikan oleh Allah sebagai alat sehingga janji-janji-Nya itu dapat terlaksana dan terbukti kebenarannya. Untuk lebih lengkapnya penjelasan surat 16 ayat 49 itu, baiklah di sini dihubungkan dengan surat 13 (AR-Rod) ayat 15 yang terjemahan bebasnya: Manusia yang di langit dan yang di bumi semuanya sujud terhadap Allah, baik mereka suka ataupun tidak suka . Maksud sujud di sini bukan sujud seperti dalam salat tetapi sujud dalam arti mereka tidak akan dapat menolak terhadap kehendak dan rencana Allah, yakni apabila Allah hendak menjadikan mereka sebagai alat sehingga dengan perantaraannya, rencana dan janji Allah tersebut akan terbukti kebenarannya. Seperti umpamanya tentara Nebokatnesar yang musyrik itu telah dijadikan oleh Allah sebagai alat untuk menghukum orang-orang Bani Israil yang sudah menyimpang jauh dari kitab Taurat. Dalam hal mana, kita sama-sama tahu tentang sejarah Bani Israil pada tahun sekitar 586 sebelum Masehi, bagaimana bengisnya tentara Nebokatnesar dari Babilon yang membunuh orang-orang Bani Israil dengan begitu keji dan mengubrak-abrik kota

Yerusalem, termasuk rumah ibadah yang begitu megah yang dahulunya dibangun oleh Nabi Sulaiman. Sehingga di dalam surat 17 ayat 5, tentara Nebokatnesar yang musyrik lagi begitu bengis itu disebut oleh Allah sebagai hamba-hamba untuk Allah/hamba-hamba Allah, yang maksudnya adalah Allah memakai mereka sebagai alat untuk menghukum Bani Israil yang sudah jauh menyimpang itu. Yang dalam hal mana, mereka tidak bisa menolak, benar-benar menjadi hamba Allah dalam hal tersebut. Yang walaupun semuanya itu tetap berada di dalam tatanan hukum sebab akibat yang berhubungan dengan kejahatan masing-masing orang atau kelompok. Dan masih banyak contoh lain, yang mana masing-masing orang atau kelompok itu tidak akan dapat menolak, baik suka ataupun tidak suka, terpaksa menghambakan/sujud kepada Allah apabila Allah hendak menjadikan mereka sebagai alat agar janji Allah itu terbukti kebenarannya, baik janji siksaan untuk orang-orang yang berbuat jahat ataupun janji kebahagian untuk orang-orang yang berbuat baik. Hal tersebut akan terjadi dan berjalan terus, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti.

Dan dalam surat 3 ayat 83 ada ayat yang hampir sama dengan ayat 15 tersebut, yang terjemahan bebasnya adalah ...manusia yang di langit dan di bumi itu telah berserah diri terhadap Allah, baik suka ataupun tidak suka. Maksudnya bukan berarti bahwa semua manusia yang ada di langit dan di bumi itu berserah diri dalam arti semuanya mematuhi terhadap perintah-perintah Allah dan menjauhi laranganlarangan-Nya. Tetapi di situ maksudnya adalah bahwa semua manusia yang ada di langit dan di bumi itu, semuanya tidak akan dapat menghindar dari hukum sebab akibat yang telah ditentukan oleh Allah, baik hukum sebab akibat yang berhubungan dengan perbuatan baiknya ataupun perbuatan jahatnya, semuanya akan berserah diri terhadap hukum sebabakibat yang berasal dari-Nya itu. Jadi, kata aslama yang kata pokok/masdarnya adalah islaam, maksudnya sama dengan kata sujud yang ada dalam surat 13 ayat 15 tersebut. Jika demikian halnya, maka dalam surat 3 ayat 83 Allah bertanya Apakah mereka akan mencari selain bukan agama dengan yang Allah/afaghoiro diinil-laahi yabghuun? Oleh karena itu mereka-mereka agama Allah yang beragama (termasuk mereka-mereka

menyakini dan mengamalkan hadis-hadis palsu yang bertentangan dengan Alquran yang jumlahnya ribuan itu), maka mereka itu akan mengalami hidup yang sengsara, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti, karena mereka itu telah melawan terhadap hukum sebab akibat yang telah ditentukan oleh Allah. Karena agama yang bukan ciptaan dan susunan Allah itu, maka aturan-aturannya akan banyak yang tidak sesuai dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam alam ini, baik yang menyangkut kehidupan manusia itu sendiri ataupun yang menyangkut kehidupan ciptaan-ciptaan lainnya. Tetapi sebaliknya, bagi mereka-mereka yang mau mengikuti aturan-aturan Allah yang ada di dalam agama-Nya, maka mereka akan mendapatkan kebahagiaan hidup, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti, karena kebahagiaan tersebut sudah diprogram dari jauh-jauh hari oleh Allah melalui hukum sebab akibat yang telah ditentukan oleh-Nya. Yang pergerakan awal dari hukum sebab akibat yang ada di alam materi itu kebera-daannya ditentukan oleh amer/perintah Allah dari alam gaib/alam ruh-Nya.

27. Hal tersebut diterangkan dalam surat 8 (Al-Anfal) ayat 25 yang terjemahan bebasnya: Hendaklah kamu menyadari akan terjadinya berbagai bencana, yang bencana mana tidak hanya menimpa kepada orangorang yang zalim saja (tetapi juga akan menimpa kepada orang-orang yang tidak zalim). Dan hendaklah kamu mengetahui sesungguhnya Allah itu amat sangat siksaan-Nya. 28. Hal tersebut diterangkan dalam surat 104 (AlHumazah) ayat 4 s/d. ayat 9 yang terjemahan bebasnya: Sekali-kali tidak begitu (seperti anggapannya para pengikut hawa nafsu, bahwa banyaknya harta itu sesuatu yang mutlak dapat menentukan keberlangsungan kebahagiaan hidupnya). Sungguh mereka yang beranggapan seperti itu akan dicampakkan kepada Huthomah. Dan apakah yang sebenarnya Huthomah itu? Adapun Huthomah itu adalah api yang datang dari Allah yang dinyalakan sehingga akan selalu menyala di dalam hatinya para pengikut hawa nafsu. Yang api mana akan ditutuprapatkan secara berkepan-jangan ke dalam lubuk hati mereka. NB:

Dalam surat 104 ayat 4 s/d. ayat 9 ini adalah lanjutan dari ayat 1 s/d. ayat 3, di mana dalam ayat-ayat tersebut Allah telah menegaskan, bahwa: para pencela, terutama para pencela terhadap para juru peringat yang menyampaikan peringatan-peringatan Allah kepada mereka, bahwa mereka itu di kemudian hari dan di hari kemudian sesudah kematiannya akan mendapatkan kecelakaan dan bernasib sial. Dan berdasarkan ayat 2 dan ayat 3-nya, Allah telah menyebutkan, bahwa para pencela itu kebanyakannya terdiri dari orang-orang kaya yang mempunyai penghasilan dari berbagai sumber mata pencaharian. Yang dari sumber mata pencaharian mana, harta benda mereka dipisah-pisahkan dalam berbagai kelompok, ada harta benda yang berasal dari kelompok/group A, group B, group C, dan seterusnya. Yang kesemuanya itu dapat mencukupi sampai tujuh turunan, sehingga generasi turunan mereka akan terkekalkan dengan perantaraan harta benda yang melimpah itu (begitulah anggapan mereka). Terhadap mereka ini, Allah akan mencampakkannya ke dalam Huthomah, kesengsaraan hidup yang tiada hentihentinya yang kepedihannya menjilat-jilat sampai kejantung hatinya. Dan memang orang-orang yang

seperti itulah yang biasanya menolak terhadap peringatan-peringatan Allah yang disampaikan kepadanya, dan akhirnya mereka selalu menolak dan menolak terhadap suara-suara kebaikan yang disuarakan oleh ruh Allah/duta Ilahi yang ada dalam dirinya, karena menurut perhitungan mereka, kalau mereka mengikuti terhadap peringatan-peringatan tersebut dan mengikuti suara-suara hati nuraninya itu, maka sumber penghasilan mereka akan banyak yang terhenti. 29. Hal tersebut diterangkan dalam surat 9 (AT-Taubah) ayat 55 yang terjemahan bebasnya: Oleh karena itu, janganlah harta benda dan anak-anak mereka yang secara lahiriah berhasil itu akan menakjubkan kepada kamu, (sehingga kamu akan ikut-ikutan meniru caracara mereka). Karena sesungguhnya Allah itu hanya menginginkan untuk menyiksa mereka dengan perantaraan harta-harta dan anak-anak mereka itu di dalam kehidupan dunia ini. Dan di saat itu jiwa mereka akan hancur berantakan, yang mana mereka itu selalu dalam keadaan kufur kepada Allah (selalu melakukan berbagai kejahatan).

NB: Dalam surat 9 ayat 55 ini, kita dilarang terpesona atau takjub terhadap harta benda yang banyak yang diperoleh oleh mereka, khususnya oleh para penguasa dan pengusaha yang zalim beserta anakanaknya yang beraji mumpung, yang mana semuanya itu diperoleh dengan jalan yang tidak halal dan menyalah-gunakan jabatan dan wewenang. Karena kesemuanya itu, tidak akan dapat mendatangkan kebahagian dalam kehidupan di dunia ini, bahkan sebaliknya dengan perantaraannya, Allah akan menyiksa mereka, sehingga benar-benar jiwa mereka akan menjadi hancur berantakan tidak menentu. Sebaliknya, dalam kehidupan orang-orang yang beriman itu, apa pun rezeki yang Allah berikan kepada mereka, baik harta ataupun anak, maka semuanya itu harus diperdayakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan kemanusiaan/beramal saleh (surat 2 ayat 3, surat 8 ayat 3, surat 22 ayat 35, surat 28 ayat 54, surat 32 ayat 16, surat 42 ayat 38, dan lain-lain). 30. Hal tersebut diterangkan di akhir ayat 24 surat (ALAnfaal) yang terjemahan bebasnya: Hendaklah kamu mengetahui sesungguhnya Allah itu mengitari antara

seseorang dan hatinya, dan kepada Allah kamu semua akan dihimpun (untuk mempertanggung jawabkan amalan masing-masing). 31. Hal tersebut diterangkan dalam surat 35 (Al-Faathir) ayat 43 yang terjemahan bebasnya: (Orang-orang yang berdosa, terutama para penguasa dan para pengusaha yang kongkalikong satu sama lain itu) selalu sombong di bumi dan senantiasa berdaya upaya dan bertipumuslihat dengan berbagai cara yang jahat. Tetapi tipudaya dan tipumuslihatnya itu justru akhirnya akan mempercepat proses nasib sialnya (yang sudah diprogramkan Tuhan). Jadi sebenarnya mereka itu hanyalah menunggu terhadap nasib sialnya, yang nasib sial mana seperti nasib sial yang dialami oleh orang-orang yang berdosa sebelum mereka. Dan program Tuhan seperti itu tidak akan mengalami pergantian dan pergeseran sedikitpun. 32. Hal tersebut diterangkan dalam surat 16 (An-Nahl) ayat 45 s/d ayat 47 yang terjemahan bebasnya: Apakah mereka, terutama para penguasa yang selalu mengupayakan kejahatan itu akan merasa aman dari bahaya longsoran bumi yang akan menimpa mereka,

atau dari bahaya datangnya siksaan yang akan mendatangi mereka di saat mereka tidak menyadarinya, atau dari bahaya di mana Allah akan mengambil tindakan keras kepada mereka di saat mereka sedang mondar-mandir (dalam berusaha), maka di saat itu mereka tidak akan dapat melemahkan siksaan-siksaan itu, atau juga dari bahaya di mana Allah akan mengambil tindakan keras kepada mereka di saat mereka sedang dirun-dung oleh kekhawatiran? Maka sesungguhnya Rabb kamu itu adalah sungguh Yang Maha Pebelas Kasih lagi Maha Penyayang.

NB: Berdasarkan surat 16 ayat 45 s/d. ayat 47 ini, dengan jelas ditegaskan bahwa orang-orang, terutama para penguasa yang selalu berupaya melakukan kejahatan dengan memperkaya diri dan sewenang-wenang, maka hati mereka itu tidak akan pernah tenteram dan merasa aman, mereka selalu dihantui oleh rasa waswas dan rasa kekhawatirannya terhadap siksaan Allah yang akan dapat menimpa mereka sewaktu-waktu.

Hal tersebut juga diterangkan dalam surat 28 (ALQoshosh) ayat 81 yang terjemahan bebasnya: Maka Kami/Allah telah melongsorkan bumi/tanah itu dan menimpakan kepada Karun dan rumahnya. Maka tidak ada satu golongan pun yang dapat menolongnya selain Allah, dan akhirnya dia tidak tertolong sama sekali. NB: Kisah tragis seorang konglomerat di zaman Musa yang selalu kongkalikong dengan para pejabat di kerajaan Firaun itu juga akan dialami oleh para konglomerat yang kongkalikong dengan para pejabat di negeri manapun. Yang mana kongkalikong tersebut akhir bin akhirnya sangat menyengsarakan rakyat bawah. 33. Hal tersebut diterangkan dalam surat 36 (Yaasiin) ayat 67 yang terjemahan bebasnya: Kalau Kami/Allah menghendaki, niscaya Kami akan cabut keberadaan/kekuasaan mereka (dan mereka itu akan selalu berusaha untuk memperoleh kekuasaannya kembali), tetapi mereka itu tidak akan mampu untuk kembali berkuasa lagi.

34. Hal tersebut diterangkan dalam surat 36 (Yaasiin) ayat 63 s/d. ayat 66 yang terjemahan bebasnya: Inilah penjara/jahannam yang telah dijanjikan sebelumnya kepada kamu (wahai para penguasa dan pengusaha yang berdosa). Oleh karena itu di hari ini hendaklah kamu masuk ke dalamnya karena kekufuran kamu/tingkah laku jahat kamu. Di hari naas itu, Kami/Allah menutup mulut-mulut mereka (sehingga tidak bisa berbohong lagi karena berbagai kejahatannya telah nyata jelas dan terbukti). Dan di saat itu pula tangan-tangan mereka/usaha-usaha mereka berbicara kepada Kami tentang kejahatannya tersebut, dan begitu pula kaki-kaki mereka/langkahlangkah mereka bersaksi terhadap kejahatan tersebut disebabkan berbagai kejahatan yang telah mereka lakukan. Dan andaikan Kami/Allah menghendaki, niscaya Kami telah butakan mata mereka, lantas setelahnya itu mereka akan berlomba-lomba mencari tuntunan Allah (yang selama hidupnya, mereka berpaling darinya). Maka di saat itu mereka tidak akan dapat memandangkan dirinya kepada tuntunan Allah itu.

Ayat 63 s/d. ayat 66 dalam surat Yaasiin itu adalah masih kelanjutan dari ayat 60 s/d. ayat 62, yang ayatayat tersebut terjemahan bebasnya: Apakah belum pernah Aku/Allah menjanjikan kepada kamu wahai anak-anak Adam/wahai anak-anak manusia, yakni (Aku telah menjanjikan setan itu kepada musuh mengabdi kamu) yang bahwa, selalu janganlah kamu mengabdi kepada setan, karena sesungguhnya dan hendaklah menerangkan (alasan-alasannya terhadap kamu), kamu kepada-Ku, pengabdian kepada-Ku ini adalah sesuatu tuntunan yang kukuh. NB: Dalam surat Yaasiin ayat 60 s/d ayat 66 dan ayat 67nya ini, telah dijelaskan, bahwa: manusia secara keseluruhan, baik yang beriman ataupun yang kafir, semuanya disusun oleh Allah dalam konstruksi dasar yang sama, yang mana secara primordial, semua manusia itu di dalam kodratnya yang paling mendasar pernah mendapat janji dari Allah yang isinya bahwa janganlah mereka sekali-kali mengabdi kepada setan, karena memang setan itu adalah musuh yang selalu menerangkan alasan-alasan jahatnya terhadap manu-

sia, dan hendaklah mereka hanya mengabdi kepada Allah saja. Hal tersebut diterangkan dalam surat 7 ayat 172. Dan kemudian dari perjanjian Allah tersebut, kebanyakan manusia melanggarnya, karena mereka tidak menganggap setan sebagai musuhnya, bahkan dijadikan sahabat karib yang selalu dituruti kemauannya, sehingga mereka di dalam kehidupannya di dunia penuh dengan kesengsaraan hidup, atau dengan kata lain mereka di dalam neraka Jahannam dunia (surat Yaasiin ayat 63-64). Dan di dalam ayat 65-nya dikatakan, Apabila hari pembalasan terhadap kekufuran mereka telah tiba, maka mereka di hari itu tidak dapat berkutik, mulutnya ditutup oleh Allah swt., tidak dapat mengemukakan pembelaan, karena pada waktu itu perbuatan-perbuatan jahat yang telah mereka lakukan telah berbicara dan menjadi saksi di hadapan Allah. Arti inilah yang dimaksud dengan kalimat kiasan/kinayah yang ada dalam ayat 65-nya, yang berbunyi, Di hari ini, Kami telah menutup mulutmulut mereka, dan tangan-tangan dan kaki-kaki mereka telah berbicara dan menjadi saksi di hadapan Kami dengan apa-apa yang mereka dahulunya telah melakukan. Dalam hal tersebut, kita ambil sebuah contoh: Kalau ada seseorang penguasa yang di akhir-

akhir kekuasaannya telah terbukti melakukan tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme, yang kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukuman sekian puluh tahun, maka di hari-hari naas itu, dia tidak akan dapat mengajukan pembelaan, karena memang terbukti pada waktu berkuasa, dia melakukan hal-hal tercela tersebut. Keadaan tersebut diungkapkan oleh Alquran dengan bahasa kinayah yang berbunyi sebagaimana yang tersebut. Tentang hari pembalasan itu yang mesti terjadi, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti, telah diterangkan dalam surat 3 ayat 56. Dan di dalam surat Yaasiin ayat 66 dan ayat 67nya, dikatakan, Setelah hari naas itu telah tiba, maka mereka berusaha untuk mencari jalan keluar darinya, tetapi mereka tidak akan dapat melakukannya, karena mata hati mereka sudah buta, sama sekali mereka tidak dapat melihat jalan keluar yang sebenarnya (ayat 66-nya). Dan di samping itu mereka tidak ada kemampuan sama sekali untuk kembali kepada masamasa lalunya (ayat 67-nya). 35. Hal tersebut diterangkan dalam surat 3 (Aali Imroon) ayat 56 yang terjemahan bebasnya: Maka adapun orang-orang yang kafir (banyak melakukan berbagai

kejahatan), maka Kami/Allah akan menyiksa mereka dengan siksaan yang amat sangat baik di dalam kehidupan dunia ini ataupun di dalam kehidupan sesudah kematian nanti/di hari akhirat. Dan bagi mereka itu tidak ada orang-orang yang dapat menolongnya. Dan juga diterangkan di dalam surat 98 ayat 6 yang terjemahan bebasnya: Sesungguhnya orang-orang yang telah kafir itu baik dari Ahli Kitab ataupun dari orang-orang yang musyrik itu adalah akan berada di dalam neraka jahannam (baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti), mereka itu akan kekal di dalamnya, dan mereka itulah sejahat-jahat makhluk.

36. Hal tersebut diterangkan dalam surat 3 (Aali Imroon) ayat 57 yang terjemahan bebasnya: Dan adapun orang-orang yang telah beriman dan mengerjakan berbagai amal yang baik/karya-karya yang bermanfaat, maka Allah akan memberikan imbalan jasa/ pahala-pahala mereka. Dan Allah itu tidak akan menyukai orang-orang yang zalim. Dan juga diterangkan dalam surat 98 ayat 7 dan ayat 8 yang

terjemahan bebasnya: Sesungguhnya orang-orang yang telah beriman dan mereka mengerjakan berbagai kebaikan/karya-karya yang berman-faat, maka mereka-mereka itulah sebaik-baik makhluk. Adapun balasan dari sisi Allah untuk mereka itu adalah berbagai surga Aden/berbagai kebahagiaan (baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti), yang dari bawah surga tersebut sedang mengalir berbagai sungai, yang keadaan mereka itu akan kekal selamanya. Di saat itu Allah telah meridai mereka dan mereka pun rida/senang terhadap balasan Allah itu. Yang demikian itu berlaku untuk orang-orang yang takut kepada Rabbnya.

NB: Tentang hakikat orang-orang yang telah beriman dan beramal saleh, yang mana mereka itu oleh Allah akan dibalas dengan surga/kebahagiaan hidup, maka baiklah di sini dijelaskan lagi tentang hakikat iman menurut Alquran: Hakikat iman menurut Alquran:

Mempercayakan diri kita pada apa saja yang ada dalam Alquran apa pun bentuknya, lebih-lebih lagi terhadap peraturan-peraturan Allah yang mengatur kehidupan kita sehari-hari, baik yang berhu-bungan dengan hablumminallah, ataupun yang berhubungan dengan hablum-minannas. Karena hakikat beriman kepada Allah itu harus dibuktikan dengan tingkah laku kita, di mana tingkah laku kita di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara harus sesuai dengan peraturan-peraturan-Nya, terutama sekali yang menyangkut enam hal di bawah ini: a. Bicara harus benar (dalam arti luas), terutama untuk para pejabat dan pengusaha, b. menepati janji (dalam arti luas), terutama untuk para pejabat dan pengusaha, c. menunaikan amanat (dalam arti luas), terutama untuk para pejabat dan pengusaha, d. menahan diri dari perbuatan yang dapat merugikan orang lain (dalam arti luas), seperti, mencuri, korupsi, kolusi, dan nepotisme e. menahan diri dari melihat sesuatu yang tidak bermanfaat apalagi yang merugikan diri sendiri dan orang lain,

f. dapat

mengendalikan

nafsu

birahi

dan

menahan diri dari melakukan hal-hal yang menjurus kepada perzinahan. Oleh karena itu, Rasulullah saw. menjamin pada siapa saja yang dalam enam hal tersebut dapat melaksanakan dengan baik, maka orang tersebut akan dijamin masuk surga/hidup bahagia (hadis Imam Ahmad bin Hambal). Jadi, kalau kita di dalam salat berkali-kali mengatakan beriman dan bersaksi kepada Allah, tetapi tingkah laku kita sehari-hari tidak sesuai dengan peraturan-peraturan-Nya/tidak islami, terutama sekali yang menyangkut enam hal tersebut di atas, maka hakikatnya kita pada waktu itu tidak beriman kepada Allah (surat 2/AL-Baqoroh ayat 8), dengan kata lain kita telah kufur kepada Allah, kufur kepada peraturan-peraturan-Nya. Oleh karena itu, iman seseorang itu dapat dikenal melalui tingkah lakunya, yakni amal salehnya, seperti sebuah pohon dapat dikenal karena buahnya (surat 14/Ibroohim ayat 24 dan ayat 25). Dan begitu juga hakikat iman yang tidak benar/kufur kepada Allah juga dapat dikenal karena buahnya, yakni amal-amal yang melanggar peraturan-peraturan Allah/tingkah laku

yang tidak islami (surat 14/Ibroohim ayat 26). Makanya, kita di dalam segala aktivitas sehari-hari apa pun posisi dan jabatan kita, kita harus berhati-hati menjaga tingkah laku kita, karena hakikat beriman kepada Allah dan hakikat kufur kepada Allah itu dapat terjadi pada siapa pun dalam setiap saat dan tempat, yakni apabila tingkah laku kita itu bermanfaat untuk kemanusiaan/amal saleh yang walaupun kemanfaatan nya itu terbatas sesuai keterbatasan dan kemampuan kita, maka dia itu adalah merupakan buah dari keimanan kepada Allah. Tetapi sebaliknya, apabila tingkah laku kita itu merugikan diri sendiri, orang lain, dan masyarakat, yakni amal kejahatan, maka dia itu adalah merupakan buah dari kekufuran kepada Allah walaupun di hari-hari dan saat-saat itu kita selalu mengatakan, Beriman kepada Allah dan bersaksi bahwa tiada Tuhan selain dari Allah, dan hanya kepada Dia beribadah dan hanya kepada Dia minta tolong seperti yang diucapkan di dalam salat seharihari. Jadi, pemahaman kita tentang hakikat iman dan kufur kepada Allah itu harus sehakikat yang Alquran jelaskan seperti tersebut di atas. Karena Rasulullah saw. sendiri pun selaku pembawa sekaligus pengamal Alquran sering mengatakan, Tidak ada iman bagi

orang yang tidak menepati janji, tidak ada iman bagi orang yang tidak menunaikan amanat/khianat, tidak ada iman bagi orang yang mencuri, korupsi, kolusi, dan nepotisme, tidak ada iman bagi orang yang berzina, tidak ada iman bagi orang yang minumminuman keras, memakai narkoba, tidak ada iman bagi orang yang tidak berkasih sayang satu sama lain, tidak ada iman bagi orang yang jorok, tidak ada iman bagi orang yang tidak rajin menuntut ilmu, tidak ada iman bagi orang yang tidak rajin bekerja/malas, tidak ada iman bagi orang yang tidak disiplin, tidak ada iman bagi orang yang tidak gigih/sabar, tidak ada iman bagi orang yang mudah berputus asa, dan lainlain tindakan yang tidak islami/ghoirol-islam yang jumlahnya ratusan buah itu. Dari sini nampak jelas, bahwa di dalam ajaran Islam itu lebih mementingkan nilai-nilai yang islami daripada simbol-simbol yang islami. Dan simbol-simbol itu baru berarti apabila di dalamnya ada nilai-nilai. Apalah artinya simbol-simbol yang islami apabila di dalamnya tidak ada nilai-nilai yang islami, bahkan hal ini akan mendatangkan kebencian Allah (surat 61/ASh-SHoff ayat 2-3) dan sekaligus akan menjadi tertawaan dan ejekan orang lain.

Di dalam Alquran surat 29/Al-Ankabuut ayat 61, surat 29/Al-Ankabuut ayat 63, surat 31/Luqmaan ayat 25, surat 39/Az-Zumar ayat 38, surat 43/Az-Zukhruf ayat 9, surat 43/Az-Zukhruf ayat 87, dan masih banyak ayat lagi yang mengatakan dengan jelas bahwa orang-orang yang kafir itu bukan berarti mereka tidak percaya kepada Allah dan sifat-sifatNya, mereka percaya kepada Allah dan sifat-sifat-Nya itu, tetapi tingkah lakunya banyak yang bertentangan dengan ketetapan-ketetapan Allah/banyak melanggar peraturan-peraturan-Nya. Dari situ jelaslah bahwa hakikat kufur kepada Allah itu dapat terjadi pada orang-orang di luar agama Islam dan juga dapat terjadi pada orang-orang yang beragama Islam itu sendiri. Oleh karena itu, kaum Muslimin di dalam menjalankan nilai-nilai yang islami yang jumlahnya ratusan itu, minimal di dalam persentasenya harus lebih banyak jika dibandingkan dengan orang-orang yang di luar agama Islam, jangan sampai terbalik, karena kalau terbalik, mereka akan lebih maju dan lebih berkuasa yang akhirnya kaum Muslimin akan selalu dikalahkan oleh mereka seperti yang terjadi selama ini (tahun 2009 M).

37. Hal tersebut diterangkan dalam surat 2 (Al-Baqoroh) ayat 155 s/d. ayat 157 yang terjemahan bebasnya: Dan sungguh benar-benar Kami/Allah telah menguji kamu dengan sesuatu ujian, yakni ujian yang berbentuk rasa kekhawatiran (yang ditimbulkan oleh berbagai krisis, baik krisis moral, krisis politik, krisis ekonomi, dan krisis keamanan), dan ujian yang berbentuk minimnya lapangan kerja sehingga penghasilan untuk nafkah hidup sangat susah dicari, dan ujian yang berbentuk banyaknya korban jiwa yang diakibatkan oleh permusuhan dan peperangan di antara sesama manusia, dan juga yang berbentuk krisis cuaca yang mengakibatkan berbagai tanaman tidak bisa menghasilkan sebagaimana mestinya. Dan hendaklah engkau memberi kabar gembira kepada orang-orang yang gigih/sabar dalam perjuangan (tidak mudah putus asa). Adapun orang-orang gigih/sabar itu adalah: orang-orang yang apabila berbagai musibah itu menimpa mereka, mereka itu akan mengatakan, Sesungguhnya kami ini hanyalah milik Allah, dan sesungguhnya kami ini, semuanya akan kembali kepada-Nya. Mereka yang punya sikap mental baja seperti itu akan mendapatkan dukungan bimbingan dan akan mendapatkan rahmat/kasih

sayang dari Tuhan mereka. Dan mereka-mereka itulah orang-orang yang senantiasa dapat bimbingan dari Allah. 38. Hal tersebut diterangkan dalam surat 13 (Ar-Rod) ayat 34 yang terjemahan bebasnya: Bagi mereka, terutama bagi para penguasa dan pengusaha yang selalu melakukan tipumuslihat jahat yang merugikan rakyat itu, akan mendapat-kan siksaan di dalam kehidupan dunia ini, dan siksaan untuk mereka di hari kemudian sesudah kematiannya itu adalah lebih keras/lebih menyakitkan. Dan bagi orang yang punya nasib sial seperti itu, tidak ada satu orang pun yang dapat menyadarkan mereka terhadap siksaan Allah itu. NB: Kata mereka yang akan mendapatkan azab dalam ayat 13 tersebut itu, sifatnya adalah umum, yakni siapa saja yang melakukan berbagai kejahatan/melakukan perbuatan-perbuatan yang melanggar peraturan-peraturan Allah, termasuk orang-orang yang beragama Islam itu sendiri. Yang mana perbuatanperbuatan jahat tersebut merupakan cerminan dari

kekufurannya terhadap peraturan-peraturan Allah, maka mereka akan diazab oleh Allah, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti. Jadi, amat salahlah fatwa agama yang mengatakan, Yaumul-jazaa atau Daarul-jazaa/hari pembalasan amal itu hanya terjadi sesudah kematian nanti. Dan untuk melengkapi apa hakikat dari hari pembalasan/yaumuddin itu, baiklah di sini dikemukakan difinisinya menurut Alquran. Yang difinisi mana disebutkan dalam surat 82 ayat 17 s/d 19 yang terjemahan bebasnya: Tahukah engkau apakah yaumuddin/hari pembalasan itu, kemudian sekali lagi, tahukah engkau apakah yaumuddin/hari pembalasan itu? Hari pembalasan itu adalah suatu hari di mana Allah membalas perbuatan jahat seseorang, yang di saat itu seseorang tidak akan dapat menguasai terhadap seseorang yang lain dengan kekuasaan apapun, dan di saat itu yang berlaku hanyalah keputusan Allah (untuk meng-hukum orang-orang jahat). Di dalam Surat 82 ayat 17 s/d ayat 19 itu, Allah telah menegaskan, tentang apa hakikat hari pembalasan itu? Dan di dalam ayat 19-nya, dengan tegas telah didefinisikan, bahwa hari pembalasan itu

adalah sesuatu hari naas yang di dalamnya, orangorang yang telah berbuat kejahatan dibalas dengan siksaan karena perbuatan jahatnya, yang di dalam hari naas mana, tidak ada seorang pun yang berkuasa menolongnya, karena di saat itu yang berlaku hanyalah keputusan Allah untuk menghukum mereka. Dan siksaan yang dialami oleh orang-orang yang berbuat jahat di hari pembalasan/yaumuddin itu menurut berbagai ayat Alquran, yang di antaranya surat 3 ayat 56, surat 9 ayat 55, dan surat 13 ayat 34, sudah pernah terjadi di masa lalu, dan sedang terjadi di masa sekarang, dan akan terjadi di kemudian hari dan di hari kemudian sesudah kematian nanti. Untuk melengkapi dan memperjelas hakikat hari pembalasan itu, baiklah di sini dikemukakan surat 17 ayat 14 yang terjemahan bebasnya: (Apabila hari pembalasan/yaumuddin berbunyi) Hendaklah telah kamu jatuh tempo pada kitab seseorang, maka di situ ada perintah Allah yang membaca kamu/catatan amalan kamu! Cukuplah dirimu sendiri di hari (pembalasan) ini yang dapat mengalkulasikan dengan tepat. Dan di dalam ayat 15-nya berbunyi: Siapa pun yang berbuat baik, maka manfaatnya untuk dirinya, dan siapa pun yang berbuat jahat,

maka mudaratnya akan menimpa dirinya . Dan dalam surat 83 ayat 7 s/d 9 dan ayat 18 s/d 20 disebutkan, Setiap orang yang jahat pasti memiliki sebuah kitab yang merupakan hasil rekaman (kitab Marqum) dari perbuatan-perbuatan yang telah dilakukannya. Dan begitu pula setiap orang yang berbuat baik. Dalam kehidupan sekarang (di dunia ini) balasan amal yang baik dan yang buruk pasti akan ditampakkan oleh Allah (surat 10 ayat 64 dan surat 13 ayat 33-34). Sebelum hukuman dunia/hari pembalasan dunia jatuh tempo bagi orang yang berbuat jahat, maka dia pun sebenarnya juga diperintahkan untuk introspeksi/untuk membaca dengan teliti terhadap kitabnya, yang di dalam kitab mana telah tertulis dengan lengkap apa-apa yang dilakukannya selama itu, karena hanya dia sendirilah yang tahu secara persis apa-apa saja yang tertulis di dalamnya (surat 17 ayat 14). Yang dengan perantaraan membacanya, seseorang akan dapat mengoreksi dan lantas memperbaiki mana-mana perbuatan yang tidak baik. Apabila perintah untuk introspeksi/untuk membaca kitabnya itu dilakukan dengan baik, maka dia akan dapat terhindar dari hukuman Allah akibat perbuatan-perbuatan jahatnya yang telah diperbaiki-

nya itu. Tetapi sebaliknya, apabila dia tidak mau membaca kitabnya dengan baik, maka akhirnya dia pun akan menerima hukuman Allah, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti karena perbuatanperbuatan jahatnya yang tak terkoreksi tadi. Dan apabila hukuman Allah/hari pembalasan dunia yang seperti itu sudah jatuh tempo/tiba, maka dia pun tetap diperintahkan oleh Allah untuk introspeksi/untuk membaca kitabnya dengan baik, sehingga dengan perantaraan mana, dia dapat mengetahui perbuatanperbuatan jahat apa saja yang menyebabkan mereka mendapatkan hukuman itu. Setelah hal itu disadarinya, akhirnya dia cepat-cepat bertobat dan mengadakan perbaikan sebelum kematian menjemputnya. Dalam surat 17 ayat 13 dan ayat 14-nya disebutkan, Allah akan mengeluarkan kitab yang terbuka bagi seseorang di hari kiamat, yang lantas dia disuruh membacanya dengan teliti. Kitab terbuka dalam ayat ini maksudnya adalah kitab yang dapat dibaca dengan baik oleh si pemiliknya. Karena apabila hari kiamat dunia/hari dikukuhkannya hukuman amal kejahatan bagi seseorang telah tiba di dunia ini, maka biasanya seseorang itu mudah untuk menyadari terhadap perbuatan-perbuatan jahat yang telah

dilakukannya. seperti, kalau ada seseorang penguasa yang zalim, yang hari kiamat dunianya telah datang padanya karena perbuatan-perbuatan jahatnya, maka di saat itu baru dia menyadari akan kesalahan-kesalahannya yang sudah-sudah semasa berkuasa dan lain-lain. Lain halnya bagi seseorang penguasa yang zalim, yang hari kiamat dunianya belum datang, maka di saat tersebut, dia sulit untuk membacanya karena seakan-akan kitabnya itu belum terbuka. Jadi istilah kitab yang bisa dibaca (bukan kitab yang terdiri dari hari kertas), hari kiamat/yaumulhari qiyaamah, pembalasan/yaumiddiin,

perhitu-ngan/yaumul-hisaab, dan juga tidak ketinggalan neraka/jahannam itu, semuanya bisa ada dan dapat terjadi pada diri seseorang atau bangsa/kaum di dunia ini juga. Jadi, kalau hari kiamat dunia sudah datang pada seseorang, maka di saat itu kitabnya pun telah datang secara terbuka dan hari pembalasannya pun telah datang juga, karena di hari itu telah dibalas perbuatan-perbuatan jahatnya sesuai dengan yang tercatat dalam kitabnya itu, dan juga di hari itu hari perhitungan/yaumul-hisaabnya pun telah datang pula, karena di hari itu telah dihitung/dihisab

secara sempurna perbuatan-perbuatan jahatnya. Dan akhir dari semuanya itu, maka mereka pun mendekam di dalam neraka/jahannam dunia. Dan seterusnya kalau dia mati dan belum pernah bertobat, maka sesudah kematiannya itu, dia akan langsung mendekam dalam neraka jahannam akhirat, yang siksaannya jauh lebih pedih jika dibanding dengan pedihnya neraka jahannam dunia. NB: Apa saja istilah yang disebutkan dalam Alquran seperti: hari pembalasan/yaumiddiin, hari kiamat/yaumulqiyaamah, hari perhitungan/yaumul-hisaab, catatan amal/kitaab, neraka/naar, jahim, jahannam dan macam-macam siksaan, surga/Jannah dan macammacam nikmat, dan istilah-istilah lain yang berhubungan dengan balasan amal baik dan amal buruk bagi seseorang itu, masing-masingnya itu sudah berlaku dan akan berlaku pada seseorang atau bangsa dalam kehidupan di dunia ini dan seterusnya sudah kematian nanti. Dan masing-masingnya yang terjadi dalam dunia ini adalah sebagai misal/percontohan. Yang darinya, manusia akan dapat mengambil

pelajaran dan akhirnya dapat meyakini yang haqiqi dari masing-masingnya itu yang akan terjadi kelak sesudah kematiannya (surat 39 ayat 27). Dan Alquran itu sendiri diturunkan agar dijadikan petunjuk (hudan) bagi manusia yang hidup dalam kehidupan di dunia ini (surat 2 ayat 185). 39. Hal tersebut diterangkan dalam surat 3 (Aali-Imroon) ayat 133 s/d. ayat 136 yang terjemahan bebasnya: Dan hendaklah kamu, terutama para pemimpin negeri bersegera untuk menuju kepada perbaikan/pengampu nan dari Rabb kamu, setelahnya itu baru menuju kepada surga/kesejahteraan hidup, yang surga mana luasnya seluas langit dan bumi, yang surga tersebut telah diperhitungkan untuk diberikan kepada orangorang yang bertakwa/orang-orang yang sadar terhadap ketetapan-ketetapan Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang mengorbankan (jiwa dan hartanya) baik dalam keadaan senang ataupun dalam keadaan krisis/bahaya, dan mereka itu selalu menahan kegeraman/kejengkelan dan selalu banyak memberikan maaf kepada orang lain. Dan sesungguhnya Allah menyukai kepada orang-orang yang selalu mengindahkan peraturan-peraturan Allah itu. Dan

mereka itu apabila telah melakukan perbuatan keji atau telah menzalimi dirinya, maka mereka itu segera ingat Allah, lantas mereka beristighfar kepada Allah untuk dosa-dosanya, karena memang tidak ada yang dapat memperbaiki/mengampuni dosa-dosa itu kecuali Allah. Dan setelahnya itu mereka tidak akan mengulangi terhadap perbuatan-perbuatan salahnya itu. Mereka yang seperti itu akan mendapatkan balasan dari Allah berupa perbaikan dan pengampunan, dan setelahnya itu lagi mereka mendapatkan balasan surga/kebahagiaan hidup, yang dari bawah surga mana, akan mengalir sungai-sungai, di mana mereka akan kekal di dalamnya. Dan itulah senikmatnikmatnya pahala/imbalan dari Allah untuk orangorang yang menger-jakan berbagai kebaikan. NB: Jadi, sebenarnya kita beristighfar itu artinya kita minta kepada Allah agar kesalahan-kesalahan/dosadosa kita diperbaiki oleh Allah. Jadi di saat itu kita sadar dengan sesadar-sadarnya terhadap kesalahankesalahan kita. Dan kesadaran itu kita sampaikan di hadapan Allah, lantas kita minta perbaikan kepadaNya agar kesalahan-kesalahan kita itu di perbaiki

oleh-Nya. Atas dasar kesadaran itulah, akhirnya kita ada kemampuan untuk memperbaiki kesalahankesalahan yang sudah-sudah dan mengganti dengan perbuatan-perbuatan kemampuan mana yang berasal baik, dari yang Allah tentunya karena

kesadaran kita tadi. Dan setelahnya itu barulah terjadi pengampunan/pelenyapan terhadap dosa-dosa/kesalahan-kesalahan kita. Kalau dosa/kesalahan kita itu sudah diam-puni/dilenyapkan oleh Allah, maka berarti dampak-dampak negatif dari dosa/ke-salahan yang pernah kita lakukannya itu sudah lenyap dan sudah tidak berpengaruh lagi pada fisik dan kejiwaan kita. Hal itu terjadi karena sudah terhapus oleh dampakdampak positif yang berasal dari perbuatan-perbuatan baik yang selalu kita lakukan. Dan memang, Alquran mengatakan, bahwa dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari perbuatan jahat seseorang itu hanya akan dapat terhapus oleh dampak-dampak positif yang berasal dari perbuatan-perbuatan baiknya (surat 13 ayat 22-23). Sehingga Rasulullah saw. bersabda, Hendaklah kamu menyusulkan/menindih kan perbuatan-perbuatan baik lagi indah terhadap perbuatan-perbuatan jahat, niscaya perbuatan-perbuatan baik tadi akan dapat menghapus/melenyapkan-

nya, dan hendaklah kamu berakhlak mulia di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara!, (hadis Bukhari Muslim). Kalau istighfar hanya diartikan dengan mengucapkan astaghfirulloohal adhiim dengan tanpa didasari oleh suatu keinsafan/kesadaran bahwa dirinya salah dan tanpa didasari oleh hasrat yang kuat untuk minta perbaikan kepada Allah, maka istighfar yang semacam itu tidak akan memberikan dampak-dampak kehidupan kebaikan di dalam perilaku kalau seseorang. Tetapi sebaliknya,

istighfar itu diucapkan di hadapan Allah dengan didasari oleh keinsafan/kesa-daran yang mendalam dengan hasrat yang kuat minta perbaikan kepada Allah, maka istighfar yang hakiki seperti inilah yang akan memberikan dampak-dampak kebaikan di dalam perilaku kehidupan seseorang, sehingga di dalam kehidupannya, dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang akan bisa timbul dapat ditekan seminim mungkin. Falsafah Istighfar yang seperti itulah yang sesuai dengan surat 8 ayat 33 yang mengatakan, Allah tidak akan menyiksa/mengazab sesuatu kaum, selama mereka melakukan istighfar.

Kalau kita lihat sepintas ayat tersebut, maka akan timbul pertanyaan: kenapa banyak orang atau kaum yang mendapat siksa dari Allah di dunia ini, padahal mereka selalu membaca/mengucapkan istighfar dengan rutin? Sebagai jawabannya yang sesuai dengan penjelasan di atas, karena mereka membaca/mengucapkan istighfar di hadapan Allah tidak didasari oleh keinsafan/kesada-ran yang mendalam bahwa dirinya salah dan tanpa didasari pula oleh hasrat yang kuat untuk minta perbaikan kepada Allah. Karena bagaimanapun, menurut Alquran bahwa perbuatan baik sekecil apa pun akan memberikan dampak perbuatan memberikan yang baik dampak kepada yang si pelakunya, pun buruk juga kepada dan akan si jahat sekecil apa

pelakunya, baik secara lahir ataupun secara batin (surat 99 ayat 7 dan ayat 8). Dan lagi dalam surat 101 ayat 6 s/d 11, dikatakan Adapun orang yang berat timbangan amal-amal kebaikannya, maka dia akan berada di dalam kehidupan yang senang, tetapi sebaliknya orang-orang yang ringan timbangan amalamal kebaikannya, maka api yang sangat panaslah yang akan menjadi ibu kandungnya yang akan selalu

mengerami dan mendekaminya, yang akhirnya akan melahirkan siksaan Allah yang berupa berbagai kesengsaraan hidup alias neraka, baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti. Penjelasan panjang lebar tentang hakikat istighfar, dapat dilihat dalam buku penulis yang berjudul 100 LEBIH PEMAHAMAN KAUM MUSLIMIN PERLU DIREFORMASI di dalam bab: Arti Istighfar dan Hakikatnya Menurut Alquran. 40. Hal tersebut diterangkan dalam surat 3 (Aali-Imroon) ayat 110 yang terjemahan bebasnya: Kamu sekalian, terutama para pemimpin yang beriman adalah sebaikbaik umat, di mana keberadaan kamu itu adalah untuk berkhidmat/melayani manusia/rakyat, yang mana kamu harus memerintah mereka dengan halhal yang baik (menurut ukuran Allah) dan mencegah mereka dari hal-hal yang mungkar (menurut ukuran Allah), dan seterusnya kamu harus menjadikan diri kamu dan rakyatmu untuk beriman kepada Allah. Dan seandainya para pengikut agama yang mempunyai kitab suci itu (terutama para pemimpin) benar-benar telah beriman, niscaya hal itu akan merupakan kebaikan yang efektif bagi mereka untuk memimpin

bangsanya. Dari antara mereka itu ada orang-orang yang beriman, akan tetapi kebanyakan mereka itu adalah orang-orang yang durhaka terhadap peraturan-peraturan Allah. 41. Hal tersebut diterangkan dalam surat 2 (AL-Baqoroh) ayat 269 yang terjemahan bebasnya: Allah akan memberikan kebijakan (yang pragmatis) kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan siapa saja yang diberi kebijakan yang pragmatis olehnya itu, maka sungguh dia telah diberi kebaikan yang banyak. NB: Kehendak Allah untuk memberikan kebijakan yang pragmatis kepada seseorang, terutama kepada para pemimpin itu baru akan muncul kepermukaan jikalau para pemimpin itu benar-benar ada niat yang tulus disertai dengan usaha yang serius hendak berhidhmat/melayani rakyat/bangsanya atau dengan kata lain, hendak mensejahterakan rakyatnya. Sehingga para pemimpin yang beriman itu akan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa, agar dirinya di dalam memimpin bangsanya itu selalu diberi

kebijakan yang pragmatis oleh-Nya (surat 26/AsySyuaroo` ayat 83). 42. Hal tersebut diterangkan dalam surat 41 (Fushshilat) ayat 8 yang terjemahan bebasnya: Sesungguhnya orang-orang, terutama para pemimpin yang beriman dan beramal saleh/mengerjakan berbagai kebaikan untuk kesejahteraan bangsa/rakyatnya, maka mereka akan mendapatkan suatu imbalan jasa/pahala yang tiada putus-putusnya (baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti). 43. Hal tersebut diterangkan dalam surat 41 (Fushshilat) ayat 84 yang terjemahan bebasnya: (Para pemimpin yang beriman itu selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa) Wahai Rabb-ku hendaklah Engkau menjadikan dian! NB: Doa itu bukan hanya sekedar rutinitas yang diucapkan oleh bibir, akan tetapi muncul karena kesadaran yang kadarnya tinggi, yang dari kesadaran mana, timbullah namaku menjadi buah bibir yang baik/dicatat dengan tinta emas di generasi kemu-

sikap hidup yang ingin selalu berusaha untuk mensejahterakan bang-sa/rakyatnya. Dan mereka sadar sesadar-sadarnya apabila hal itu berhasil, maka nama mereka di dalam sejarah bangsa ini akan dicatat sebagai seseorang pemimpin yang berhasil di dalam mensejahterakan bangsanya. 44. Hal tersebut diterangkan dalam surat 2 (Al-Baqoroh) ayat 201 yang terjemahan bebasnya: (Para pemimpin yang beriman itu selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa): Wahai Rabb kami, hendaklah Engkau mendatangkan kebai-kan kepada kami (baik dalam jangka pendeknya ataupun dalam jangka panjang-nya) di dalam kehidupan dunia ini dan juga di dalam kehidupan akhirat nanti, dan hendaklah Engkau menyadarkan kami terhadap pedihnya siksaan nereka/kesengsaraan hidup. 45. Hal tersebut diterangkan dalam surat 9 (AT-Taubah) ayat 41 yang terjemahan bebasnya: Hendaklah kamu berangkat berjuang untuk kesejahteraan rakyat, baik dalam keadaan ringan ataupun dalam keadaan berat/krisis, dan (untuk menga-wali perjuangan itu) hendaklah kamu mengorbankan jiwa raga dan harta

yang kamu miliki di jalan yang digariskan oleh Allah, yakni untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat/bangsa. Yang demikian itu adalah satusatunya pilihan ya-ng harus kamu kerjakan untuk dapat mengatasi berbagai krisis. Jika kamu mengetahui hal itu dengan kesadaran yang tinggi, maka kamu pasti akan menger-jakannya. 46. Hal tersebut diterangkan dalam surat 61 (Ash-Shoff) ayat 10 s/d. ayat 13 yang terjemahan bebasnya: Wahai orang-orang yang telah beriman, terutama para pemimpin negeri, maukah Aku tunjukkan kepada kamu sesuatu perdagangan, yang perdagangan mana dapat menyelamatkan kamu dari siksaan (krisis) yang sangat pedih, yakni hendaklah kamu mempercayakan Allah dan berjihad/berusaha mensejahterakan diri kamu dengan benar kepada dan hendaklah kamu (untuk sungguh-sungguh rakyat) dengan Rasul-Nya,

mengorbankan

harta dan jiwa yang kamu miliki di jalan yang telah digariskan oleh Allah itu. Yang demikian itu adalah satu-satunya pilihan yang harus kamu kerjakan untuk dapat mengatasi berbagai krisis. Jika kamu mengetahui hal itu dengan kesadaran yang tinggi,

maka niscaya

kamu Allah

pasti akan

akan

mengerjakannya. dan

(Jika

tawaran perdagangan Allah itu kamu kerjakan), memperbaiki akhirnya mengampuni terhadap kesalahan kamu yang sudahsudah, dan setelahnya itu Allah akan memasukkan kamu ke dalam berbagai surga/berbagai kebahagiaan hidup, yang dari bawah surga mana, akan mengalir berbagai sungai, dan niscaya juga Allah akan memasukkan kamu ke dalam berbagai tempat ketenangan yang sangat baik di berbagai surga Aden. Yang demikian itu adalah kemenangan/ keberuntungan yang sangat agung. Dan adapun nikmat yang lain yang kamu sukai, adalah kamu akan mendapatkan pertolongan khusus dari Allah dan akan mendapatkan kemenangan yang hampir tiba. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman itu! 47. Hakikat Nasionalisme Menurut Alquran. Dalam surat 2 ayat 126 s/d. ayat 128, Allah dengan jelas telah mengajarkan Paham Nasionalisme yang mulia lagi luas. Maksudnya adalah agar setiap manusia mencintai tanah airnya dengan kecintaan yang benar lagi mulia. Di mana mereka harus berusaha semak-

simal mungkin, baik melalui pikirannya, ataupun tingkah lakunya agar negerinya di mana mereka tinggal akan dapat aman dan sejahtera/baladan aaminaan. Untuk dapat terlaksananya hal tersebut, para nasionalis yang sejati itu harus membikin dasardasar konstitusi/qowaaid yang berlandaskan petunjuk-petunjuk Allah yang ada dalam kitab Suci-Nya/Alquran. Yang dari konstitusi mana, setiap penduduk negeri, terutama para pemim-pinnya diharapkan dapat mematuhinya dengan sepenuh hati. Sehingga masing-masing dari penduduk negeri tersebut saling berlomba-lomba melakukan ber-bagai kebaikan/amal saleh sesuai dengan bidangnya masing-masing, dan menjauhi berbagai kejahatan. Karena masingmasingnya itu menyadari dan menginsafi, bahwa perbuatan baik itu akhirnya akan membuahkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup, baik untuk keluarganya, masyarakatnya dan bangsanya, dan mereka menyadari pula bahwa perbuatan jahat itu akhirnya akan membuahkan kesengsaraan dan malapetaka, baik untuk keluarganya, masyarakatnya dan bangsanya. Kesadaran dan keinsafan yang seperti itulah yang disebut keimanan dan ketakwaan yang benar kepada Allah yang harus dimiliki oleh

orang-orang yang mengaku punya rasa Nasionalisme yang tinggi lagi mulia. Penjelasan panjang lebar tentang hakikat beriman kepada Allah, dan tentang hakikat bertakwa kepada Allah itu, dapat dilihat di dalam Keterangan No 1. Jadi, kalau ada warga negara, siapa pun orangnya atau siapa pun kelompoknya yang selalu menggembar-gemborkan paham Nasionalisme, tetapi pola pikir dan tingkah lakunya tidak mencerminkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah seperti yang telah disebutkan dalam Keterangan No. 1 itu, maka mereka itu adalah nasionalis-nasionalis palsu dan gadungan, dan merekalah sebenarnya yang menjadi musuh-musuh nasionalisme yang sejati. Tentang hal tersebut, kita ambil sebuah contoh: Kalau ada pemimpin, baik yang ada di eksekutif, legislatif, yudikatif, ataupun yang ada di jabatan-jabatan non formal, yang mana mereka melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme dengan cara yang sehalus mungkin sampai-sampai mereka dapat terhindar dari jeratan hukum lahiriah, maka merekamereka itu adalah nasionalis-nasionalis palsu dan gadungan. Karena dengan perantaraan merekalah sesuatu negeri dapat rusak dan mengalami berbagai krisis yang berkepanjangan, sehingga persatuan

bangsa dan ketahanan negeri benar-benar rapuh. Oleh karena itu yang namanya kebohongan, ketidak jujuran, ingkar janji, tidak melaksanakan amanat rakyat, mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, menyalahgunakan jabatan, dan lain-lain tindakan yang tidak islami yang dilakukan oleh seseorang, lebih-lebih lagi dilakukan oleh para pemimpin negeri ini adalah musuh dari paham Nasionalisme yang sejati. Di samping itu paham Nasionalisme yang dibangun oleh Islam dalam Alquran adalah paham Nasionalisme yang tidak sempit, karena visi dan misi Islam adalah kasih sayang terhadap semua bangsa/rohmatan lil aalamiin (surat 21 ayat 107). Jadi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh para pemimpin pemerintahan yang berpaham Nasionalisme yang sejati seperti yang dibangun oleh Islam itu, tidak akan mungkin merugikan dan menyengsarakan apalagi menindas bangsa lain. Kebijakan tersebut harus saling menguntungkan, saling mendapatkan manfaat antara bangsa-bangsa yang bersangkutan. Adapun tujuan terakhir dari paham Nasionalisme yang sejati atau bisa disebut paham Cinta Tanah Air yang sejati atau bisa juga disebut paham Rasa

kebangsaan yang sejati itu adalah: untuk kesejahteraan keluarga, untuk kesejahteraan masyarakat, untuk kesejahteraan bangsa, dan untuk kesejahte-raan bangsa-bangsa yang ada di jagad ini. Maka masingmasing orang, teruta-ma para pemimpin bangsabangsa itu sendiri hendaklah mereka beriman dan bertakwa secara benar kepada Allah! Karena hanya dengan perantaraannyalah, bangsa-bangsa tersebut akan mengalami kedamaian dan kesejahteraan yang hakiki. Tetapi sebaliknya jika mereka tidak mau melakukan hal itu, maka Allah pun akan menimpakan berbagai malapetaka kepada bangsa-bangsa itu (surat 7/Al-Aroof ayat 96). Jadi, orang-orang yang patuh di dalam menjalankan nilai-nilai agamanya itulah orang-orang yang paling nasionalis. Dan sebaliknya orang-orang yang tidak patuh dalam menjalankan nilai-nilai agamanya itu, maka merekalah nasionalis-nasionalis palsu alias nasionalis-nasionalis gadungan. Dan di saat itu mereka menjadi musuh-musuh nasionalisme yang sejati. Oleh karena itu, tidak dibenarkan dan amat disayangkan adanya dikotomi antara kelompok nasionalis dan kelompok agamis/islamis. Mereka yang mengadakan dan membenarkan adanya dikotomi itu

dalam bangsa ini, maka berarti mereka tidak paham terhadap ajaran agamanya dan tidak paham apa itu hakikat nasionalisme yang sejati. Dengan adanya dikotomi itu, maka akan timbul kesan, bahwa Kelompok yang nasionalis berarti tidak agamis/islamis, dan kelompok yang agamis/islamis berarti tidak nasionalis. Kesan yang seperti ini sangat tidak baik dan menggang-gu terhadap persatuan bangsa. Dan pembahasan tentang paham Nasionalisme ini, baiklah kita akhiri dengan doa: Wahai Rabb kami, demi kesejahteraan bangsa ini dan juga bangsabangsa yang ada di jagad ini, maka hendaklah Engkau menjadikan kami dan anak cucu kami sebagai orang-orang yang selalu pasrah/islam terhadap peraturan-peraturan-Mu, yakni dapat melakukan berbagai kebaikan dan menjauhi berbagai kejahatan. Dan selanjutnya perlihatkanlah kepada kami tentang apa-apa yang harus kami lakukan! Yang dengan perantaraannya, kami akan dapat mengabdi secara benar kepada-Mu, dan akhirnya kami akan dapat melakukan hal-hal yang bermanfaat/amal saleh bagi kepentingan kemanusiaan. Dan hendaklah Engkau menerima pertobatan kami, sesungguhnya Engkau

adalah Penerima tobat lagi Maha Penyayang (surat 2/AL-Baqoroh ayat 128). 48. Hal tersebut diterangkan dalam surat 9 (AT-Taubah) ayat 39 yang terjemahan bebasnya: (wahai para pemimpin) Jika kamu tidak berangkat berjuang untuk kesejahteraan rakyat, maka niscaya Allah akan menyiksamu dengan siksaan yang sangat pedih, dan seterusnya Allah akan mengganti kamu dengan kaum lain (yang mau berjuang). Kamu (para pemimpin yang tidak mau berjuang itu) tidak akan dapat memberikan mudarat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah itu adalah Maha Penentu atas setiap sesuatu. NB: Bagi para pemimpin di negeri mana pun, terutama para pemimpin di negeri ini hendaklah takut terhadap ancaman Allah itu, dan hendaklah mereka segera bangkit untuk memulai berjuang dengan mengorbankan jiwa dan hartanya untuk kesejahteraan rakyat. Karena memang ancaman Allah itu pasti akan terbukti kebenarannya. Bagi para pemimpin yang tidak takut terhadap ancaman Allah itu dan masih juga tetap tidak sadar terhadap berbagai kejahatannya yang meng-

akibatkan rakyat negeri ini menjadi susah dan menderita, maka bersiap-siaplah mereka untuk menerima hadiah siksaan dari Allah. Dan siksaan itu akan berlaku baik di dunia ini ataupun sesudah kematian nanti. 49. Hakikat Takwa Menurut Alquran. Berdasarkan ayatayat Alquran yang ada kata ittaquu yang jumlahnya 78 buah itu, maka dapat disimpulkan bahwa kata ittaquu itu artinya hendaklah kamu menginsafi/ menyadari. Jadi kata takwa itu artinya adalah insaf/sadar. Penjelasan panjang lebar tentang kata ittaquu dari segi bahasa dan segi makna yang dituju oleh ayat Alquran dapat dilihat dalam buku penulis yang berjudul: 100 LEBIH PEMAHAMAN KAUM MUSLIMIN PERLU DIREFORMASI Sebagai contoh, kata ittaquu dalam Alquran: Yang pertama: Ittaqullooha haqqo tuqootihii, artinya hendaklah kamu menginsafi atau menyadari terhadap Allah dengan sebenar-benarnya kesadaran (surat 3/Aali Imroon ayat 102). Yang kedua: Ittaqun-naarol-latii uiddat lil-kaafiriin, artinya hendaklah kamu menginsafi atau menyadari

terhadap bahaya api neraka yang diperhitungkan untuk orang-orang yang kafir (surat 3/Aali Imroon ayat 131). Dalam kehidupan sehari-hari bentuk bertakwa/ menginsafi atau menyadari terhadap Allah dan menginsafi atau menyadari pada bahaya api neraka adalah kita harus senantiasa insaf/sadar pada ketetapan-ketetapan Allah dengan sebenar-benarnya kesadaran, sehingga dengan perantaraan keinsafan/ kesadaran yang kadarnya tinggi itu, kita dalam setiap saat akan dapat menjalankan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Dan kita harus senantiasa menyadari/menginsafi, bahwa apabila kita melanggar peraturan-peraturan-Nya, maka hukumannya adalah neraka/kesengsaraan hidup, baik dalam dunia ini, ataupun sesudah kematian nanti. Oleh karena itu, Allah memerintahkan dengan tegas supaya kita (melalui petunjuk Alquran) dapat menginsafkan/menyadarkan diri kita dan keluarga kita pada bahaya api nera-ka/kesengsaraan hidup itu, yang kesengsaraan hidup mana, dapat terjadi pada siapa pun yang melanggar peraturan-peraturan-Nya. Dalam Alquran, yang diperintah untuk bertakwa/ menginsafi/menyadari itu tidak hanya untuk orang-

orang yang beriman saja, tetapi juga untuk seluruh umat manusia (surat 22/Al-Hajj ayat 1, surat 31/Luqmaan ayat 33, dan lain-lain). Dan dalam surat 49/Al-Hujuroot ayat 13, Allah menyebutkan Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa/menginsafi/ menyadari (terhadap ketetapan-ketetapan/hukum-

hukum Allah). Maksudnya di situ adalah orang yang kadar ketakwaannya/kesadarannya tinggi itu, sangat mulia di sisi Allah. Karena dengan perantaraan kesadaran mana, seseorang akan dapat melakukan amal-amal saleh/perbuatan-perbuatan baik lagi bermanfaat sesuai dengan bidang dan profesinya masing-masing. Jadi, ketakwaan/kesadaran yang kadarnya tinggi/haqqo tuqootihii itu adalah intisari alias saripati dari ajaran-ajaran agama-agama yang diturunkan oleh Allah. Sese-orang dari penganut agama yang mana pun, tanpa mempunyai atau membekali dirinya dengan ketakwaan/kesadaran yang kadarnya tinggi, niscaya seseorang tersebut tidak akan dapat menjadi orang yang berakhlak luhur walaupun mereka beribu-ribu kali mengatakan beriman kepada Allah dan hari akhir/aamannaa billaahi wa bil-yaumil-aakhiri. Karena hakikat keimanan

itu harus dijiwai dengan keinsafan atau kesadaran yang kadarnya tinggi. Yang dengan perantaraan kesadaran mana, dapat dibuktikan dengan tingkah laku lahir yang baik/amal saleh di tengah-tengah masyarakat. Sehingga Rasulullah saw. sebagai pembawa sekaligus pengamal Alquran mengatakan dengan tegas, Aku diutus oleh Allah hanya untuk supaya manusia mempunyai akhlak yang luhur. Dan beliau saw. mengatakan lagi, Agama itu intinya adalah keindahan budi pekerti/husnul-khuluqi. Oleh karena itu semua, marilah kita, terutama para pejabat dan pemimpin membekali diri kita dengan ketakwaan/kesadaran (terhadap hukum-hukum) Allah dengan kesadaran yang kadarnya tinggi di dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena dialah sebaik-baik perbekalan untuk menciptakan

negeri yang damai dan sejahtera yang selalu diberkati oleh Allah swt. (surat 7/Al-Aroof ayat 96).

Diterbitkannya buku BENCANA Dan PENGUASA yang ada di hadapan saudara-saudara ini adalah karena setelah 10 tahun lebih Era Reformasi ini, kondisi bangsa/rakyat negeri ini masih saja

terbelenggu oleh berbagai krisis yang terjadi. Padahal selama Era Reformasi tersebut, sudah 4 presiden silih berganti memimpin negeri ini. Jika demikian halnya, maka menurut penulis ada sesuatu prinsip yang paling mendasar yang belum dilakukan oleh para pemimpin itu. Dan prinsip yang paling mendasar tersebut adalah: Yang namanya pemimpin adalah orang yang sanggup berkhidmat, melayani terhadap apa-apa yang diperlukan oleh bangsa/rakyatnya; pemimpin jangan bertanya apa-apa saja yang Negara bisa berikan kepadanya, tetapi hendaklah dia bertanya, apa-apa saja yang dia bisa berikan kepada bangsanya . Di samping itu, Rasulullah saw. sebagai pembawa dan pengamal Alquran menyabdakan, Yang namanya pemimpin kaum/pemimpin bangsa adalah orang yang sanggup menjadi pelayan mereka. Berdasarkan prinsip yang amat agung tersebut, dan berdasarkan berbagai krisis multi dimensi yang terus terjadi di negeri ini, maka penulis memberanikan diri untuk menulis buku berjudul BENCANA Dan PENGUASA ini. Mudah-mudahan himbauan yang ada dalam buku tersebut dapat dilaksanakan oleh para pemimpin negeri ini, terutama oleh presidennya, dan juga tak ketinggalan dapat dilaksanakan oleh calon-calon pemimpin yang nantinya akan menjabat.Selamat membaca! Masukan-masukan dan kritikan-kritikan yang berharga, penulis sangat mengharapkannya! Dan penulis mohon bantuan doa dari para pembaca agar buku tersebut dapat bermanfaat bagi bangsa ini dan para pemimpinnya! Dan akhirnya buku tersebut akan dapat menjadi Amal Jariah dan Albaqiyat Ashsholihat bagi penulis. Amin!

Penulis: Ahmad Hariadi

Anda mungkin juga menyukai