Anda di halaman 1dari 6

BAB 1 PENDAHULUAN A.

Latar Belakang PENGARANG,TAHUN TERBIT Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program

Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu . Di harus mampu memberikan supervise , asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil,persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period),memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medis lainnya. Perkembangan pendidikan dan pelayanan kebidana di Indonesia tidak terlepas dari masa penjajahan Belanda,era kemerdekaan,politik/kebijakan pemerintah dalam pelayanan dan pendidikan tenaga kesehatan,kebutuhun masyarakat serta kemajuan ilmu dan teknologi. Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda,angka kematian ibu dan anak sangat tinggi. Tenaga penolong persalinan adalah dukun. Pada tahun 1807(zaman Gubernur Jenderal Hendrik William Deandles) para dukun dilatih dalam pertolongan persalinan,tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama karena adanya pelatihan kebidanan. Pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan hanya diperuntukkan bagi orang-orang Belanda yang ada di Indonesia. Kemudian pada tahun 1849 dibuka pendidikan Dokter Jawa di Batavia(Di Rumah Sakit Militer Belanda sekarang RSPAD Gatot Subroto). Seiring dibukanya pendidikan dokter tersebut, pada tahun 1851,dibuka pendidikan bidan bagi wanita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda (Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja dirumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh bidan.

Dalam melaksanakan praktek bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan terhadap wanita yang sedang hamil,melahirkan dan post partum,maupun masa interval,melaksanakan pertolongan persalinan dibawah tanggung jawabnya sendiri dan memberikan asuhan pada bayi baru lahir,bayi dan anak balita dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia atau generasi penerus yang berkualitas. Sehingga standar asuhan kebidanan tersebut dijadikan sebagai tolak ukur bidan dalam keberhasilan kesehatan ibu dan anak . Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas standar pelayanan asuhan kebidanan yang telah di berikan oleh bidan di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah tersebut. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang. Di neagara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita subur disebabkan hal berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktivitasnya. Tahun 1996, WHO memperkirakan lebih dari 585.000 ibu per tahunnya meninggal saat hamil atau bersalin. Di Asia Selatan, wanita berkemungkinan 1:18 meninggal akibat kehamilan/persalinan selama kehidupannya di banyak Negara Afrika 1:14 sedangkan di Amerika Utara hanya 1 : 6.366. lebih dari 50% kematian di Negara berkembang sebenarnya dapat dicegah dengan teknologi yang ada serta biaya relative rendah. Di Indonesia diperoleh Angka kematian ibu (AKI) tahun 2007 sebesar 228/100.000kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan AKI 2002 sebesar 307/100.000 KH dan angka kematian bayi dari 35 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI 2002-2003) menjadi 32 kematian per 1000 kelahiran hidup pada SDKI 2012, dari data tersebut terlihat adanya penurunan AKI dan AKB tetapi penurunan tersebut belum sesuai dengan target sasaran Millenium

Development Goals (MDGs) yaitu Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar

102 per 100.000 kelahiran hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015. Provinsi Jawa Barat AKI pada tahun 2009 mencapai 259/100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB mencapai 35/1000 kelahiran hidup (Badan pusat statistic). Adapun upaya yang di lakukan Jawa barat untuk menurunkan angka kematian bayi selain mengikuti program pemerintah yaitu program jamkesda (jaminan kesehatan daerah). (Dinkes, 2009) Kebijakan Departermen Kesehatan dalam upaya mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu pada intervensi strategis Empat pilar Safe motherhood. Dewasa ini, Program Keluarga Berencana sebagai pilar pertama telah dinggap berhasil. Namun,untuk mendukung upaya mempercepat penurunan AKI ,diperlukan penajaman sasaran agar kejdian 4 terlalu dan kehamilan yang tak diinginkan dapat ditekan serendah mungkin. Akses terhadap pelayanan antenatal sebagai pilar kedua cukup baik yaitu 87%, namun mutunya masih perlu ditingkatkan terus. Persalinan yang aman sebagai pilar ketiga yang dikategorikan sebagai pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan baru mencapai 60%. Untuk mencapai AKI sekitar 200 per 100.000 kelahiran hidup diperlukan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sekitar angka 80%. Cakupan pelayanan obstetri esensial sebagai pilar keempat masih sangat rendah, dan mutunya belum optimal.(Sarwono,2009) Untuk menjadikan bidan yang mempunyai kompetensi tinggi dalam menurunkan AKI dan AKB di Indonesia maka STIK Immanuel mewajibkan mahasiswinya untuk melakukan Asuhan Kebidanan secara Komprehensif dari masa Kehamilan, Persalinanan, Nifas, Bayi baru lahir, dan KB.Untuk mendapatkan Asuhan Kebidanan tersebut maka BPM Wiwin Suhartini merupakan salah satu BPM yang sudah terstandar baik dalam hal pelayanan maupun tempat, oleh karena itu penulis mengambil studi kasus di tempat ini. Berdasarkan Data tahun 2012-2013 periode bulan April - Juni di BPS Wiwin Suhartini terdapat 75 pemeriksaan

Kehamilan, 24 Pelayanan Pertolongan Persalinan, 24 Pelayanan Perawatan ibu Nifas, 355 Keluarga Berencana , dan 95 pelayanan Immunisasi pada Bayi. (Data BPM Wiwin suhartini, 2013). Berdasarkan uraian diatas AKI dan AKB di Indonesia masih tergolong tinggi. Sebagai mahasiswa DIII Kebidanan, diharapkan bisa melakukan asuhan kebidanan komprehenssif dilahan praktek sehingga setelah lulus bisa menjadi tenaga kesehatan yang kompeten dan dapat membantu program pemerintah dalam menurunkan AKI dan AKB. Dalam rangka menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai asuhan kebidanan komprehensif dilahan praktek maka akan dilakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif di BPM Wiwin Suhartini AM.Keb B. Tujuan 1. Tujuan Umum Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mampu melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif yang dimulai sejak masa kehamilan,persalinan,nifas,bayi baru lahir dan pelayanan Kb secara kompleks berdasarkan bukti-bukti menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. 2. Tujuan Khusus a. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan sejak masa kehamilan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan b. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada masa persalinan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan c. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan d. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada masa nifas denagn menggunakan pendekatan manajemen kebidanan e. Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada pelayanan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan

f. Mampu membuat laporan studi kasus berdasarkan asuhan kebidanan yang diberikan C. Manfaat a. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan dapat menciptakan bidan yang berkualitas dan dapat bekerja di masyarakat khususnya didalam memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan standar asuhan pelayanan kebidanan. b. Bagi Lahan Praktik ( BPS ) Dapat bermanfaat sebagai bahan kajian ulang antara pelayanan yang diberikan dengan teori yang telah didapatkan, sehingga bisa menambah mutu pelayanan yang diberikan dikemudian hari. c. Bagi Penyusun Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penyusun mengenai asuhan kebidanan secara komprehensif dan sesuai dengan standar. Dan untuk dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku pendidikan dengan kenyataan yang

sesungguhnya. d. Bagi Klien Klien dapat merasa terpantau kesehatannya dari mulai masa kehamilan, persalinan, nifas, KB dan kesehatan bayinya. D. Ruang Lingkup 1. Ruang Lingkup Keilmuwan Asuhan Kebidanan a. Standar asuhan kebidanan selama proses kehamilan

b. Standar asuhan kebidanan selama proses persalinan c. Standar asuhan kebidanan selama proses masa nifas d. Standar asuhan kebidanan pada bayi baru lahir e. Standar asuhan kebidaanan pada Keluarga Berencana f. Asuhan kebidanan patologi g. Asuhan kesehatan reproduksi h. Kebidanan komunitas

2. a. c. e. f.

Ruang Lingkup Kasus Mampu memberikan asuhan kebidanan selama proses kehamilan

b. Mampu memberikan asuhan kebidanan selama masa persalinan Mampu memberikan asuhan kebidanan selama nifas d. Mampu memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Mampu memberikan asuhan kebidanan dalam pelayanan alat kontrasepsi Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan sesuai dengan standar asuhan kebidanan

Anda mungkin juga menyukai