Anda di halaman 1dari 9

Herpes Simpleks

a. Pengertian Herpes Simpleks adalah infeksi akut pada kulit atau selaput lendir yang disebabkan pleh Virus Herpes Simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan. 1 b. Patogenesis 1) Infeksi Primer Infeksi primer terjadi pada pasien yang belum pernah kontak sebelumnya atau merupakan pengalaman pertama rentan dengan Virus herpes Simpleks dan tidak mempunyai imunitas. 1 Selama infeksi ini, virus menuju ganglion dorsalis, mengikuti serabut saraf tepi. Sekali masuk, virus akan menetap seumur hidup di susunan saraf tepi kulit. Multiplikasi awal virus terjadi pada tempat masuk virus . Kemudian virus menuju ke kelenjar limfe regional dan megnadakan invasi kedalam darah, untuk selanjutnya menempatkan diri dan mengadakan reproduksi didalam kulit , selanjutnya menempatkan diri dan mengadakan reproduksi di dalam kulit, selaput lendir atau visera. 1 Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala sistemik, misalnya demam, malaise, anoreksia dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening regional. Kelainan klinis yang dijumpai berupa vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan kadang-kadang mengalami ulserasi yang dangkal, biasanya sembuh tanpa sikatriks. Pada perabaan tidak terdapat indurasi. 1 Pada tingkat infeksi primer kadang-kadang dapat timbul infeksi sekunder oleh kuman-kuman lain dan ini terjadi karena penderita mengabaikan penyakitnya. Akibatnya gambaran klinis tingkat tingkat infeksi primer berubah menjadi luka yang kotor, berbau, dan disertai pembesaran kelenjar getah bening regional. Infeksi sekunder dapat juga disertai oleh gejala sistemik seperti demam , sakit kepala, badan lemas dan muntah-muntah dan

ini dapat memberi gambaran infeksi primer yang sebenarnya menjadi tidak jelas. 1 2) Fase Laten Pada fase ini penderita tidak mempunyai gejala klinis, tetapi Virus Herpes Simpleks dapat ditemukan dalam keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis. 1 Virus yang berada di ganglion dorsalis tersebut tidak dapat dideteksi karena virus bersifat inaktif sampai timbul reaktivasi yang disebut infeksi rekuren. 1 3) Infeksi Rekuren Infeksi ini terjadi pada penderita yang sebelumnya pernah berkontak, dan disebabkan oleh reaktivasi virus yang tidak terbasmi saat infeksi primer maka virus tetap hidup di ganglion dorsalis. Ini terjadi karena Virus Herpes Simpleks pada ganglion dorsalis yang dalam keadaan tidak aktif turun melalui serabut saraf perifer, mekanisme pacu menjadi aktif dan mencapai kulit sehingga menimbulkan gejala klinis. 1 Mekanisme pacu (trigger factor ) yang dapat menimbulkan reaktivasi antara lain trauma fisik (demam, infeksi, kurang tidur) , trauma psikis ( gangguan emosional, menstruasi) , makanan yang merangsang (pedas, daging, kambing), sinar matahari (sinar ultra violet), trauma mekanik, misalnya fraktur orofasial atau prosedur operasi lain. 1 Gejala klinis yang timbul lebih ringan dari pada infeksi primer dan berlangsung kira-kira 7 sampai 10 hari. Sering ditemukan gejala prodromal lokal sebelum timbul vesikel berupa rasa panas, gatal, dan nyeri. Infeksi rekuren dapat timbul pada tempat yang sama ( loco) atau tempat yang lain / tempat sekitarnya ( non loco) 1 Menurut Roitt dan Lehner tahun 1983 , rekurensi infeksi Virus Herpes Simpleks dapat terjadi melalui dua stadium : 1 1. Virus Herpes Simpleks didalam ganglion radiks dorsalis dilepaskan dari kondisi laten, sehingga terjadi replikasi virus, migrasi akson dan dilimpahkan dari ujung syaraf dekat epitel. 2. Defisiensi selektif imunitas seluler sehingga terjadi proliverasi virus yang menyebabkan lesi lokal.

c. Manifestasi Dan gejala Klinis Di rongga Mulut Virus herpes Simpleks memiliki manifestasi klinis di rongga mulut dari masing masing tipe dan yang paling banyak menimbulkan manifestasi di rongga mulut adalah Virus Herpes Simpleks tipe I. 1 Virus herpes Simpleks tipe I memiliki tempat predileksi di daerah pinggang ke atas terutama didaerah wajah, bibir, rongga mulut , hidung dan jari tangan. Virus herpes Simpleks tipe II memiliki tempat predileksi pada tubuh didaerah pinggang ke bawah. 1 Manifestasi klinis dari Virus herpes Simpleks tipe 1 terdiri dari : 1. Gingivostomatitis herpetika Primer, merupakan bentuk manifestasi klinis berat dalam beberapa keadaan walaupun dapat juga bersifat sementara pada anak-anak di rongga mulut dari infeksi primer. 2. Herpes Simpleks kambuhan (herpes Labialis rekuren) 3. Herpes intraoral rekuren Bentuk dari nomor dua dan tiga merupakan manifestasi klinis dari infeksi rekuren. 1 1. Gingivostomatitis herpetika Primer Insiden terkenanya infeksi primer Virus Herpes Simpleks tipe I rendah sampai anak berumur 12 bulan tetapi mengalami peningkatan dari umur 2-4 tahun, hal ini disebabkan karena ibunya mempunyai antibodi terhadap virus ini yang di transfer melalui plasenta. Gingivostomatitis Herpetika Primer dapat terjadi pada anakanak dibawah usia 10 tahun. Frekuensi yang paling banyak terjadi pada usia 2-5 tahun, tetapi dapat juga terjadi pada anak remaja, dan pada pasien imunokompromise. Gejala prodromal (awal ) berupa demam 39-40 0, sakit kepala, malaise, disphagia, limfadenopati, anorexia, arthralgia, dan muntahmuntah yang disertai rasa tidak nyaman di mulut sehingga pada anakanak dapat mengganggu makan dan minum, demam akan turn pada waktu lesi di mulut muncul. Keluhan utama dari penderita Gingivostomatitis Herpetika primer adalah sakit yang disebabkan oleh ulkus . Ulkus terdiri dari satu atau penggabungan dari lesi-lesi yang berdampingan dan akan

membentuk ulkus yang besar dengan diameter beberapa milimeter sampai 1 cm. Ulkus akan terbentuk pada mukosa pipi, mukosa bibir, gusi, palatum, lidah, bibir , sekitar tonsil dan lipatan mukosa bukal. Hal ini dapat mengakibatkan bau nafas yang busuk dan penurunan nafsu makan. Akibat letak ulkus maka pasien mengalami kesulitan ketika mengunyah dan tidak memadai pada saat menelan, sehingga mengakibatkan dehidrasi dan asidosis. Ulkus yang terdapat pada bibir menjadi krusta dan bila saliva mengalir dari mulut , lesi yang sama akan muncul pada sekitar wajah. Herpes Simpleks yang timbul apda sekitar wajah ditandai dengan berupa erupsi vesikel yang menggerombol, diatas dasar kulit yang kemerahan. Lesi dapat soliter atau multiple dan paling sering timbul pada atau dekat daerah perbatasan mukokutan. 2. Herpes Labialis rekuren Herpes labialis rekuren atau cold sore atau fever blister merupakan tipe rekuren yang paling sering terjadi. Herpes Labialis rekuren ditandaid dengan gejala prodromal selama 1-2 hari yaitu demam ringan, rasa seperti terbakar , gatal, dan sangat nyeri pada saat tempat dimana vesikel akan timbul, hperestesia, eritema dan tidak disertai dengan gejala sistemik.2 3. Herpes Intraoral Rekuren Herpes intra oral rekuren adalah bentuk infeksi rekuren dimana lesi-lesi yang timbul terdapat di intraoral khususnya pada mukosa yang berkeratin seperti palatum keras regio premolar dan molar merupakan tempat paling sering terkena dan hal ini berkaitan dengan keluarnya virus dari ganglia nervus palatinus, selain itu vesikel juga bisa terjadi pada bagian bukal gingival. 2

Gambar 2. Herpes Simpleks d. Penatalaksanaan Herpes Simpleks 1) Perawatan 1,2 Perawatan Herpes Simpleks terdiri dari perawatan sistemik yang mencakup antivirus dan antibiotik, topikal dan suportif. 2) Perawatan Sistemik2 Obat Antivirus untuk Gingivostomatitis herpetika Primer adalah acyclovir 200 mg, sedangkan untuk Herpes Simpleks rekuren adalah famcyclovir dan valacyclovir 1 3) Perawatan Topikal Untuk pasien Herpes Simpleks Rekuren (herpes Labialis ) beberapa obat topikal yang digunakan adalah topikal acyclovir kream 5 %. Panciclovir kream1 % mulai diberikan pada saat gejala awal timbul. Docosanol kream 10 %1 Untuk mengeringkan luka baik pada Gingivostomatitis Herpetika Primer dan herpes Simpleks Rekuren dapat diberikan zat pengering antiseptik seperti povidoniodine. 1 4) Perawatan Suportif Perawatan herpes simpleks pada anak-anak maupun orang dewasa dapat bersifat suportif seperti : 1 1. Pemberian aspirin atau asetaminofen dalam dosis yang adekuat pada serangan primer untuk mengatasi demam dan mengurangi rasa sakit

2. Pemberian cairan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis yaitu dengan pemberian infus ringer laktat 3. Meningkatkan daya tahan tubuh dengan pemberian vitamin 4. Bayi dan anak-anak yang tidak mau makan dan minum karena mengalami rasa sakit pada mulut harus mendapat perhatian dan dirujuk ke dokter spesialis anak untuk memelihara keseimbangan cairan, elektrolit dan meningkatkan daya tahan tubuh Istirahat

Temuan Kasus Mouth Ulcer (Herpes Intraoral) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta A. Identitas Pasien Nama Usia Jenis Kelamin Bangsal No. RM Tanggal MRS Alamat Diagnosis B. Anamnesis 1. Keluhan Utama: Lemas 2. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan badan lemas. Keluhan dirasakan sejak 2 hari sebelum datang ke Rumah sakit. Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit pasien tidak mau makan sama sekali dan minum hanya sedikit (< 2-3 gelas sehari). Pasien mengeluh ada sariawan sejak 2 hari yang lalu. Sariawan dirasakan nyeri dan perih di rongga mulut. Nyeri dan perih dirasakan terus-menerus sehingga pasien merasa sakit dan sulit untuk menelan. Pasien mengaku pernah mengalami dompo di bibirnya sekitar 10 tahun yang lalu. BAK kuning jernih 3-4x/hari @1/2-1 gelas. BAB 1x/hari warna kuning kecoklatan. Darah (-) 3. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat dompo Riwayat sakit serupa Riwayat hipertensi Riwayat alergi : (+) : disangkal : disangkal : disangkal : Tn A J : 26 tahun : Laki-laki : Anggrek 2 : 0099xxxx : 21 Juni 2013 : Serengan Surakarta :

Tanggal Pemeriksaan : 29 Juni 2013

Riwayat diabetes mellitus : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit serupa : disangkal Riwayat hipertensi : disangkal Riwayat diabetes mellitus: disangkal C. Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum Kesadaran Gizi Vital sign Kulit Kepala Mata Telinga Hidung Mulut : : kesan cukup : Tekanan darah : 110/70 mmHg Nadi : 72 x/menit Frekuensi napas : 20 x/menit Suhu : 37,0 oC : tampak sakit sedang

: warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), spider nevi (-), turgor baik (+) : bentuk mesocephal, luka (-), rambut warna hitam : cekung (-/-), conjungtiva pucat(-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm), oedem palpebra (-/-) : sekret (-/-), darah (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-) : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-) : bibir kering(-), sianosis (-), mukosa pucat(-), lidah kotor lidah hiperemis(+), lidah tremor (-), papil lidah atrofi (+), mouth ulcer (+), bau mulut (+)

Leher Thorax Jantung Paru Abdomen Extremitas

: simetris, trakea di tengah, JVP tidak meningkat, KGB servikal membesar (-), tiroid membesar (-), nyeri tekan (-) : normochest, simetris, retraksi supraternal (-), spider nevi (-), pernapasan tipe thoraco-abdominal : HR 72 x/menit, reguler, BJ I-II intensitas normal, bising (-) : SDV (+/+), RBK (-/-) : supel, nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba : oedem (-/-), akral dingin (-/-), luka (-/-)

Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan Laboratorium Darah 21 Juni 2013 Hemoglobin 13,6 g/dL Hematokrit 44 % Leukosit 11,1 ribu/uL

Trombosit Eritrosit GDS HbsAg Ureum Creatinine Natrium Kalium Klorida

342 ribu/uL 5,30 juta/uL 82 mg/dl non reaktif 17 mg/dL 0,7 mg/dL 132 mmol/L 4,0 mmol/L 103 mmol/L

2. Pemeriksaan parasitologi & mikologi klinik spesimen dari swab tenggorok : tidak ditemukan jamur. 3. Pemeriksaan anti-HIV 1 : non reaktif D. Terapi 1. Bed rest tidak total 2. Diet sonde (dipasang NGT) 3. Infus D5 % 20 tpm 4. Infus RL % 20 tpm 5. Inj Ranitidin 50 mg/12 jam 6. Acyvlovir tab 5 x 200 mg 7. Betadine gargle Prognosis Penyakit ini biasanya di terapi dalam 1 minggu sampai 10 hari. Dan penyakit ini ada kecenderungan untuk terjadi kekambuhan. 2 1. Khasni UF, 2008. Herpes Simpleks Dan HubungannyaDengan Kedokteran Gigi Anak. Thesis. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/7951 (diakses Juni 2013) 2. Anonim, 2010. Mouth Sores. Part Of the Aegis patient Care Series. http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003059.htm (diakses Juni 2013)

Anda mungkin juga menyukai