Anda di halaman 1dari 6

JOURNAL READING

Nama Unit Level Hari / Tanggal : Nita Triananingsih : GP II Lt 3 : Adv. Begginer : Rabu, 01 Mei 2013

Judul : Obat Obat Kardiovaskuler Sumber Journal : Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler PJNHK Pendahuluan Obat Obat Kardiovaskuler secara garis besar digolongkan atas 4 kelompok, yakni: 1. Obat anti Angina a. Beta Blocking Agent b. Nitrat c. Calcium Channels Antagonis 2. Obat anti Gagal Jantung a. Diuretik b. ACE Inhibitor c. Digitalis d. Inotropik 3. Obat Anti Aritmia 4. Obat Anti Koagulasi Materi OBAT ANTI ANGINA Beta Blocker Beta reseptor dibagi dua bagian, yakni: 1. Beta 1 reseptor ditemukan di otot jantung 2. Beta 2 reseptor terdapat di bronkial dan jaringan lunak otot- otot pembuluh darah Beta Blocker dapat menurunkan kebutuhan jantung akan oksigen dengan jalan menurunkan kontraktilitas miokard dan laju denyut jantung. Semua jenis beta blocker sangat efektif untuk mengurangi angina pectoris. Jenis Beta blocker: a. Kardioselektif (tak menyebabkan spasme bronkus), misal: metropolol,atenolol,acebutalol b. Non Kardioselektif (menyebabkan spasme bronkus), misal: propanolol,pindolol, nadolol Efek samping Beta blocker: # Gagal jantung # AV Block # Spasme Bronkus # Depresi Nitrat Nitrat dikenal sebagai vasodilator pembuluh darah koroner yang kuat,terutama pada pembuluh darah arteri. Selain itu Nitrat mempunyai efek dilatasi pembuluh darh vena sistemik. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan volum pembuluh darah capacitance (venous), dan meningkatkan redistribusi volum sirkulasi darah yang menghasilkan penurunan aliran balik diventrikel. Denagn demikian kebutuhan oksigen di dinding jantung serta miokard menurun. Oleh sebab itu nitrat sangatlah efektif sebagai vasodilator pada terapi angina pektoris. Namun demikian nitrat juga dapat mengakibatkan penurunan tekanan darah, sehingga sering menimbulkan keluhan pusing atau sakit kepala. Hal ini disebabkan oleh aliran darah menuju otak berkurang.

Sediaan: Oral, Sublingual, Intravena, dan transdermal. Calcium Channel Antagonis Seperti halnya nitrat, calcium antagonis juga merupakan obat pilihan dalam terapi angin apektoris, karena mempunyai efek vasodilator dan menurunkan tahanan perifer. Calcium antagonis juga sangat efektif pada terapi varian angina, yaitu angina pectoris yang timbul sebagai akibat spasme arteri koroner. Calcium antagonis juga dipakai pada terapi aritmia dan hipertensi. Pengunaan calcium antagonis harus dihindarkan pada pasien yang mengalami: kegagalan fungsi ventrikel, miokard infark baru / recent, blok AV total, serta pasien yang sedang hamil karena sangat membahayakan bagi janin. Adapun jenis calcium antagonis adalah: Verapamil dan Nifedipine. OBAT GAGAL JANTUNG Diuretik Furosemide adalah salah stu diuretik yang dikenal luas dan mempunyai efek yang sangat kuat. Dikenal pula sebagai loop diuretik, sebab bekerja dimedular pada loop henle dimana terjadi penyekatan reabsorbsi Na dan Cl. Furosemide digunakan pada pengobatan gagal jantung, edema paru, edema periperal, hipertensi emergensi, dan sindroma nefrotik. Furosemide merupakan kontra indikasi bagi pasien dengan asidosi metabolik, peningkatan azotemia, kehamilan, stau menyusui, dan pasien yang sensitif terhadap obat obat sulfa. Sediaan: Oral, Intravena, Intramuskuler. Ace Inhibitor (Angiotensin converting enzyme inhibitor) Ace adalah agent yang menghambat (menyekat) pembentukan angiotensin II, sehingga menurunkan tekana darah. Diekskresi melalui ginjal dan akan terakumulasi dalam darah bila terdapat gagal ginjal. Ace juga dapat menurunkan beban awal (preload) dan beban akhir (afterload), sehingga dapat mengatasi kegagalan fungsi ventrikel atau gagal jantung kongestif. Efek penurunan tekanan darah biasanya timbul satu sampai dua jam pemberian dan akan berkurang setelah enam jam. Efek lainnya adalah hiperkalemia terutama pada pasien dengan gagal ginjal, sakit kepala dan kelelahan (fatique). Berbagai jenis Ace inhibitor yang sering digunakan untuk pengobatan pasien gagal jantung atau hipertensi adalah captopril, quinapril, ramipril, trandolapril, cilazapril, enalapril, fasinopril, dan peridopril. Digitalis Digitalis mempunyai efek menyekat sodium yang merupakan membran bound, yaitu suatu sistem transport enzym yang mempengaruhi pertukaran Na Ca di intraseluler, sehingga meningkatkan jumlah systolik Ca yang secara langsung dapat meningkatkan kontraktilitas miokard (inotropik positif). Digitalis juga mempunyai efek kronotropik negatif (menurunkan denyut jantung). Digoxin adalah salah satu jenis digitalis yang sangat bermanfaat untuk pengobatan gagal jantung yang disebabkan oleh penurunan fungsi ventrikel. Digitalis (digoxin) mempunyai nilai terapeutik yang komplit 1-2mg/ml (1.3 2.6 mmol) oleh sebab itu kadar digoxin dalam darah harus dipantau. Untuk pemantauan, hendaknya sampel darah diambil 6 jam setelah minum obat terakhir. Pada pasien pasien dengan total AV block, kardiomiopati dan sindroma WPW, hipokalaemia, gagal ginjal, tidak dapat diberikan karena dapat memperburuk kondisi. Inotropik a. Dopamin Dopamin adalah jenis inotropik yang dapat menstimulasi beta 1 adrenergik dan reseptor dopaminergik. Dopamin digunakan untuk meningkatkan tekanan darah, curah jantung, dan

produksi urin pada pasien dengan syok kardiogenik. Obat ini bermanfaat sebagai terapi gagal jantung kongestif. Pada pemberian dosis rendah (0,5 2mikrogram/kgBB/menit) dopamine menstimulasi reseptor dopaminergik yang menghasilkan vasodilatasi di pembuluh darah renal, mesenterika, dan splanik. Denyut jantung dan curah jantung bisa meningkat. Pada pemberian dosis sedang (2 5 mikrogram/kgBB/mnt), dopamine dapat menstimulasi reseptor alpha dan beta miokard dan berpengaruh terhadap pelepasan norepineprine. Curah jantung dan denyut jantung bisa meningkat pada pemberian dosis ini. Sedangkan pada pemberian dosis tinggi (diatas 5 10 mikrogram/kgBB/mnt), dopamine dapat mengakibatkan vasokonstriksi sehingga tekanan darah bisa meningkat. Pemakaian dopamine sebaiknya dihindarkan pada pasien pasien dengan pheocromocytoma, sebab akan menghasilkan palpitasi/takikardi. Sedangkan efek samping yang mungkin timbul adalah mual,muntah, takikardi, hipertensi serta vasokonstriksi pembuluh darah perifer. b. Dobutamine Dobutamine adalah jenis inotropik murni yang menstimulasi adrenoreseptor di jantung sehingga dapat meningkatkan kontraktilitas. Pemberian dobutamine lebih jarang menyebabkan aritmia dibandingkan dopamine, tetapi kedua obat ini sering digunakan bersamaan. Dobutamine menyebabkan vasodilatasi dan penggunaannya sering mnyebabkan penurunan tekanan darah. Pemberian dobutamine dosis rendah (2 - 5 mikrogram/kgBB/mnt) mempunyai efek meningkatkan denyut jantung. Pada dosis sedang (5 10 mikrogram/kgBB/mnt) dapat meningkatkan curah jantung disertai dengan penurunan tekanan kapiler pulmonal. Sedangkan pemberian dosis tinggi (10 20 mikrogram/kgBB/mnt) mempunyai efek meningkatkan curah jantung. Pemberian dobutamine dapat dikombinasikan dengan dopamin. Kombinasi keduanya efektif untuk mengatasi sindroma curah jantung rendah (low cardiac output) dan bendungan paru. Dapat juga dikombinasi dengan sodium nitropruside yang menyebabkan vasodilatasi vena dan arteri, sehinng dapat menurunkan preload dan afterload. Dobutamin tidak boleh diberikan pada pasien dengan takiaritmia. Sedangkan efek samping yang timbul pada pemberian obat ini adalah mual, muntah, sakit kepala, palpitasi, dan tremor. OBAT OBAT ANTI ARITMIA Obat obat anti aritmia dibagi 4 kelas, yaitu: kelas 1 : sodium channel blocker terdiri dari kelas1 A,1B, dan 1 C kelas 2 : beta adrenergic blokade kelas 3 : prolong repolarisation kelas 4 : calcium channel blocker Anti aritmia kelas 1 a. Kelas 1 A Quinidine Adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi dan flutter, juga dipakai sebagai obat lanjutan bagi pasien yang telah dilakukan kardioversi. Quinidine juga digunakan sebagai terapi paroxysmal Supraventricular tachicardi (PSVT) dan ventrikel takhiaritmia. Dosis : peroral 2 3 tablet (250mg/tablet)perhari. Efek sampingnya : AV block, takikardi, mual, muntah,dan pusing. Vertigo, pingsan, delirium, gangguan pendengaran dan penglihatan serta anemia sering ditemukan pada penggunaan obat ini. Procainamide Indikasi vebtrikel ekstrasistol, atrial fibrilasi, PAT dan aritmia yang menyertai tindakan anastesi atau bedah. Dosis 100mg diberikan bolus perlahan lahan setiap 5 menit sampai aritmia terkontrol atau total 1 1,5 gram. Selama pemberian obat ini tekanan darah dan EKG harus dimonitor.

Kontra indikasi: SLE, myastenia gravis dan pasien dengan pemberian quinidine yang lama. Efek samping: hipotensi, mual, muntah, diare, gangguan neurologis. Dysopiramide Indikasi : SVT akut dan berulang. Pemberian IV dosis loading 2mg/kgBB diberikan selam 10 15 menit, dosis total tidak boleh lebih dari 150mg. Kontra indikasi: total AV block, syok, gagal jantung dan gagal ginjal. Efek samping: mual, muntah, nafsu makan berkurang, sakit kepala, diare, gangguan neurologis. b. Kelas 1 B Lignocain Indikasi : aritmia ventrikel khusunya yang timbul akibat iskemia miokard, ventrikel takikardi. Dosis : bolus 1 2 mg/kgBB dalam 5 menit bisa diulang dalam 3 5 menit tetapi tidak boleh lebih dari 300 mg dalam periode satu jam. Dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 1 4 mg/menit. Kontra indikasi tota AV block, dan gagal jantung. Efek samping pusing , agitasi, disorientasi, mual, muntah, depresi pernafasan atau henti jantung Mexiletine Secara kimiawi obat ini hampir sama dengan lignocain, dan dapat deberikan peroral. Indikasi aritmia ventrikel dan VT. Dosis: bolus 200 -250 mg selama 10 menit, dosis pemeliharaan 0,5mg perhari. Oral 200 250 mg tiga kali perhari. c. Kelas 1 C Flecainide Indikasi ventrikel ektopik dan takikardi.Dosis IV 2 mg/kgBB diberikan dalam 10 menit dosis total 150mg. Dosis oral: 2 kali 100mg perhari. Kontra indikasi: 2 nd degree AV block, aritmia, akibat infark miokard. Selama pemberian IV, tekanan darah dan EKG harus dimonitor. Anti aritmia kelas 2 (Beta adrenergic blokade) Atenolol, Metoprolol, Propanolol Indikasi: aritmia jantung, angina pectoris dan hipertensi. Kontra indikasi: Aasma bronkiale, penyakit paru obstruktif menahun, dan gagal jantung. Atenolol Dosis : oral 50 100 mg 1 kali per hari. IV 2,5 mg selama 2-3 menit dapat diulang setelah 5 menit, sampai dosis maksimal 10mg. Metoprolol Oral : 50mg 2 kali sehari. IV 5mg dalam 5 menit dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimalm 20 mg. Anti aritmia kelas 3 (prolong repolarisation) Amiodarone Indikasi: VT, SVT berulang. Dosis: IV 5 mg/kgBB dalam 50 100 D5W diberikan sampai 2 jam. Dosis pemeliharaan 900 mg dalam 24 jam. Pada pemberian amiodarone via IV sebaiknya melalui vena sentral untuk menghindari tromboplebitis. Kontra indikasi: SB, AV block, SSS, dan penyakit tyroid. Efek samping : hipotensi, bradikardi, alveolitis paru, dab dapat memperburuk gagal jantung. Calcium channel blocker Golongan inin mempunyai efek menghambat pemasukan cairan ke dalam sel dan otot polos, sehingga dapat mencegah kontraksi dan mengurangi afterload. Verapamil. Indikasi Spraventrikuler aritmia. Dosis IV bolus 5-10 mg diberikan selama 5 menit atau lebih, dapat diulang setelah 5 menit sebanyak 5mg. Oral: 40 160 mg 3 kali sehari. Dengan efek samping : hipotensi. OBAT OBAT ANTI KOAGULASI Obat obatan yang digunakan untuk antikoagulasi dibagi menjadi tiga grup 1. Antikoagulan, yaitu obat yang menghambat secara langsung koagulan aktif atau dengan sintesa

faktor pembekuan di hati. 2. Anti trombolitik agen, yaitu obat yang menghancurkan bekuan darah denagn mengaktifkan endogenus plasminogen yang menyebabkan fibrinolisis. 3. Pengontrol platelet, yaitu obat yang menghambat fungs platelet. 1. Heparin Heparin adalah mukopolisakharida yang menghambat bekuan darah dengan mengubah protrombin menjadi trombin. Heparine juga menghambat agregrasi platelet oleh trombin. Heparin digunakan dalam pengobatan dan pencegahan tromboemboli di vena dan arteri. Tetapi lebih efektif bila digunakan untuk pengobatan tromboemboli vena. Juga digunakan dalam pengobatan miokard infark,CVD, unstabel angina pectoris dan disseminasi intravaskuler coagulophaty (DIC). Kontra indikasi: pasien dengan kecenderungan terjadi perdarahan, gastric ulcer, SBE, defisiensi vtamin K, gagal ginjal atau hati dan atau pasien yang baru menjalani bedah otak atau spinal cord. Pemberian heparinr juga tidak dianjurkan bagi pasien dengan hipertensi malignan, TBC aktif atau pasien dengan kecanduan alkohol. Cara pemberian parenteral : dosis awal diberikan secara bolus 5000 unit dilanjutkan denfgan drip 1000 unit atau 20.000 30.000 unit per 24 jam. Pada pemberian heparine harus dilakukan pemeriksaan APTT tiap 6 jam, dimana nial APTT berkisar 1,5 2 kali nilai kontrol. Efek samping : meskipun sangat jarang, tetapi bisa timbul gejala muntah, mual, dan skin rush. 2. Warfarin (Antikoagulan Oral) Indikasi antikoagulan oral diberikan pada pasien yang beresiko terjadinya tromboemboli, misal: pada pasien dengan pasca infark miokard, atrial fibrilasi, gagal jantung kongestif, atau adanya riwayat emboli sistemik atau adanya thrombus di LV. Pemberian Warfarine sangat berfariasi tergantung usia dan jenis kelamin. 3. Anti Trombolitik Tujuan dari pemberian antitrombolitik adalah melarutkan thrombus yang menyumbat arteri koroner pada serangan akut miokard infark * Streptokonase * Recombinan Tissue Plasminogen Activator (r TPA) * Urokinase Indikasi: Usia kurang 75 tahun, dengan nyeri dada khas infark yang kurang dari 12 jam sejak timbulnya nyeri. Elevasi segmen ST>0,1 mV pada sekurangnya dua sandapan. Kontra indikasi mutlak: Riwayat sroke perdarahan, noeplasma intrakranial, perdarahan internal aktif, diseksi aorta. Kontra indikasi relatif: hipertensi yang tidak terkontrol, sedang dalam terapi koagulan, trauma baru dalam dua minggu, perdarahan yang tidak terkontrol, perdarahan internal tidak termasuk menstruasi, riwayat pemberian atau alergi streptokinase sebelumnya, kehamilan, ulkus peptikium aktif. Efek samping: perdarahan, aritmia jantung,hipotensi, alergi. Persiapan pemberian thrombolitik: 1. Informed concent 2. Persiapan pasien 3.Pasang monitor EKG 4. Siapkan defibrilator & obat obat resusitasi kardiovaskuler (trolley EMG) Cara pemberian: a. Streptokinase Sebelum pemberian SK suntikkan kortikosteroid sebagai profilaksis terhadap reaksi alergi. Kemudian masukkan 1.500.000 unit SK dalam 100 cc D5W berikan secara IV selam 60 menit. Berikan heoarine 1000 unit perjam dengan menyesuaikan dosis agar APTT berkisar 1,5-2 kali nilai

kontrol. b. r- TPA Sebaiknya diberikan sebelum 6 jam serangan jantung. Dosis bolus 15mg IV, lanjutkan 0,75mg/kgBB dalam drip selam 30 menit. Kemudian 0,5 mg/kgBB dalam drip selama 1 jam (total dosis maksimal 100mg). Berikan heparin 5000 unit bolus pada saat bersamaan dengan pemberian r-TPA. Lanjutkan dengan pemberian heparin 1000 unit perjam dengan menyesuaikan dosis agar APTT berkisar 1,5 2 kali nilai kontrol. Unit terkait : Semua Unit Pelayanan

Jakarta, 30 April 2013 Mengetahui Ka. Instalasi GP2 Lt 3,4,5 Penyaji

Ns. Wahyuningtyas W,SKP,SpKV

Nita Triananingsih

Anda mungkin juga menyukai