Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS

Nama NIM RS

: Annisa Mutiara Insani : 20070310166 : RSUD MUNTILAN

1. Pengalaman Seorang pasien berumur 71 tahun, datang bersama istrinya dikarenakan mengalami KLL (Kecelakaan lalu lintas) dan terjatuh dari motor. Pasien terlihat somnolen dengan GCS 1-2- tidak teridentifikasi . Terlihat adanya perdarahan dari hidung dan telinga pasien. Menurut istrinya pasien mengeluh sakit kepala dan akhirnya kesadarannya menurun. Dokter IGD RSUD Muntilan memberikan infus RL pada pasien . 2. Masalah Yang Dikaji a) Apa kemungkinan yang dialami pasien dihubungkan dengan keadaan pasien (perdarahan hidung dan telinga, somnolen, GCS 7) b) Bagaiaman penanganan yang seharusnya diberikan pada pasien? apakah cukup dengan memberikan infus RL? 3. Analisa Kritis a) Melihat keadaan pasien, kemungkina terjadi trauma kapitis atau trauma pada kepala pasien. Trauma kapitis adalah trauma mekanik terhadap kepala baik secara langsung maupun tidak langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis yaitu gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen Klasifikasi Cedera Kepala : a. Komosio serebri (geger otak) Geger otak berasal dari benturan kepala yang menghasilkan getaran secara keras atau menggoyangkan otak, menyebabkan perubahan cepat pada fungsi otak, termasuk kemungkinan kehilangan keasadaran lebih dari 10 menit akibat cedera. Tanda tanda: hilang kesadaran, sakit kepala berat, hilang ingatan, mata berkunangkunang, lemah, pandangan kabur. b. Kontusio serebri (memar otak) Lebih serius daripada geger otak, menimbulkan pembengkakan pada otak dengan pecahnya pembuluh darah dalam otak, pasien pingsan dan timbul amnesia retrograde. c. Hematoma epidural Perdarahan terjadi diantara durameter dan tulang tengkorak. Perdarahan ini terjadi karena robeknya salah satu cabang arteri meningea media. Gejala yang sering dijumpai adalah lucid interval ( masa sadar setelah pingsan sehingga kesadaran menurun lagi), tensi bertambah tinggi. d. Hematoma subdural

Perdarahan terjadi di antara durameter dan arakhnoid. Perdarahan akibat terjadinya robekan vena jembatan. Penderita biasanya mengeluh tentang sakit kepala yang semakin memberat, ada gangguan psikis, kesadaran semakin menurun, ada kelainan neurologis. e. Hematoma intraserebral Perdarahan dalam jaringan otak karena pecahnya arteri yg besar di dalam jaringan otak. Gejala: hemiplegia dan papiledema. f. Fraktur basisi kranii Hanya suatu cidera kepala yang benar-benar berat yang dapat menimbulkan basis kranii. Penderita biasanya datang kerumah sakit dengan kesadaran menurun bahkan koma, tampak amnesia retrograd. Fraktur pada fossa anterior dapat menimbulkan pengeluaran darah beserta LCS dari hidung atau kedua mata dikelilingi lingkaran biru. Cedera kepala dibagi 3 kelompok berdasarkan Glasgow Coma Scale: a . CKR (Cedera Kepala Ringan) GCS > 13 Tidak terdapat kelainan padaCT scan otak Tidak memerlukan tindakan operasi Lama dirawat di RS < 48 jam b . CKS (Cedera Kepala Sedang) GCS 9-13 Ditemukan kelainan padaCT scan otak Memerlukan tindakan operasi untuk lesi intrakranial Dirawat di RS setidaknya 48 jam c . CKB (Cedera Kepala Berat) Bila dalam waktu 48 jam setelah trauma, GCS < 9 Untuk mengetahui cedera kepala yang terjadi pada pasien, kita mendiagnosis dengan cara: 1. Anamnesis Trauma kapitis dengan/tanpa gangguan kesadaran Perdarahan/otorrhea/rhinorrhea Amnesia traumatika (retrograd/anterograd) 2. Pemeriksaan penunjang Foto polos kepalaAP/lateral CT scan kepala untuk mendeteksi perdarahan intrakranial Foto lain dilakukan atas indikasi termasuk foto servikal 3. Pemeriksaan Neurologis Kesadaran berdasarkan GCS Tanda-tanda vital : TD/ Nadi/Respirasi/Suhu Otorrhea/rhinorrhea Ecchymosis periorbital bilateral / eyes / hematoma kacamata
Gangguan fokal neurologis

Fungsi motorik: lateralisasi, kekuatan otot Refleks patologi Pemeriksaan fungsi batang otak: pupil, reflex kornea, dolls eye phenomena

Hematoma Epidural Gejala danTanda Klinis: Lucid interval tidak jelas Fraktur kranii oksipital Kehilangan kecadaran cepat Gangguan serebellum, batang otak dan pernapasan Pupil isokor

Diagnostik: CT scan otak: gambaran hiperdens di tulang tengkorak dan dura, umumnya di daerah temporal dan tampak bikonveks

HematomaSubdural Gejala dan tanda klinis: sakit kepala kesadaran menurun + / Diagnostik: CTScan otak ditemukan gambaran hiperdens diantara duramater dan araknoid, umumnya karena robekan daribridging vein dan tampak seperti bulan sabit.

Perdarahan Subarachnoid Gejala dan tanda klinis:

kaku kuduk nyeri kepala bisa terdapat gangguan kesadaran

Diagnosis: CT Scan: adanya perdarahan di ruang subaraknoid

Fraktur Basis Cranii 1 . Anterior Rhinorrhea Perdarahan bilateral periorbital ecchymosis (raccoon eye) Anosmia 2 . Media Otorrhea Gangguan nervus VII dan VIII 3 . Posterior Bilateral mastoid ecchymosis/Battles sign Diagnostik Tes halo / tes betadin : memastikan cairan serebrospinal CT scan b) Penanggulangan TraumaKapitis 1 . Primary Survey Airway : bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut, bila perlu lakukan intubasi. Breathing : pastikan pernafasan adekuat, bila ada gangguan nafas beri oksigen sesuai dengan kebutuhan Circulation: pertahankanTD >90 mmHg, beri cairan IV. Disability: vital sign, GCS, pupil, refleks patologis, luka-luka, anamnesa 2 . Secondary Survey a. Laboratorium dan radiologi Darah : Hb, leukosit, trombosit, ureum, kreatinin, GDS,AGD, elektrolit Urine : perdarahan +/-

2. Terapi

Foto polos kepalaAp/lateral/tangensial CT scan otak Foto indikasi lain: servikal Operasi bila ada indikasi Penanganan luka Pemberian obat sesuai dengan kebutuhan

3. Tata Laksana Trauma Kapitis Sedang dan Berat (GCS 5-12) Lanjutkan penangananABC Pantau tanda vital (TNSP), pupil, GCS, gerakaan ekstremitas, sampai pasien sadar. Pantauan tiap 4 jam sampai GSC 15 Perhatian khusus: mencegah terjadinya hipotensi . Hindari terjadi kondisi sebagai berikut: Tekanan darah sistolik < 90 mm Hg Suhu > 38 derajatCelcius Frekuensi nafas > 20 x / menit Cegah kemungkinan terjadinya tekanan tinggi intracranial : Posisi kepala ditinggikan 30 derajat Bila perlu dapat diberikan Manitol 20% Berikan analgetika, dan bila perlu dapat diberikan

sedasi jangka pendek

Atasi komplikasi: kejang dengan pemberian profilaksis OAE selama 7 hari untuk mencegahimmediate danearly seizure Pada kasus risiko tinggi infeksi akibat fraktur basis kranii / fraktur terbuka berikan profilaksis antibiotika, sesuai dosis infeksi intrakranial selama 10-14 hari. Pemberian cairan dan nutrisi adekuat Roboransia, neuroprotektan (citicoline), nootropik sesuai indikasi

Indikasi Operasi EDH (epidural hematoma) Perdarahan >40 cc + midline shifting pada temporal / frontal / parietal dgn fungsi batang otak masih baik. Perdarahan > 30 cc pada fossa posterior dengan tanda- tanda penekanan batang otak atau hidrosefalus dengan fungsi batang otak masih baik EDH progresif , EDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi

SDH (subdural hematoma)

SDH luas (> 40 cc / > 5 mm) dengan GCS > 6, fungsi batang otak masih baik SDH tipis dengan penurunan kesadaran bukan indikasi operasi SDH dengan edema serebri / kontusio serebri disertaimidline shift dengan fungsi batang otak masih baik

ICH (perdarahan intraserebral) pasca trauma Penurunankesadaranprogresif Hipertensi dan bradikardi dan tanda-tanda gangguan nafas(Cushingreflex) Perburukan defisit neurologi fokal Fraktur kranii dengan laserasi serebri Fraktur kranii terbuka Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatanTIK, dipertimbangan operasi dekompresi 4. Dokumentasi Data pasien Nama Umur Alamat : Bpk. Suwarno : 71 tahun : Muntilan

5. Referensi 1. Sabiston, C David. 1992. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC 2. Tim penyusun. 2011. Buku Kerja Komuda Blok Kegawadaruratan. Yogyakarta: UMY. 3. www.google.com/thetrueideas.multiply.com/journal/traumakapitis.html

Anda mungkin juga menyukai