Anda di halaman 1dari 40

OBAT ANTIPSIKOTIK TIPIKAL I. PENDAHULUAN Antipsikotik merupakan salah satu obat golongan psikotropik.

Obat psikotropik adalah obat yang mempengaruhi fungsi psikis, kelakukan atau pengalaman (WHO, 1966). Obat antipsikotik dapat juga disebut sebagai neuroleptics, major tranquillizers, ataractics, antipsycotics, antipsycotic drugs, neuroleptik. Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola pikir yang terjadi pada skizofrenia.1 Psikotropik mulai diperkenalkan sejak lahirnya suatu cabang ilmu farmakologi yakni psikofarmakologi atau psikotropik. Sekarang psikofarmakologi menjadi titik pertemuan antara cabang ilmu klinik dan preklinik yaitu farmakologi, fisiologi, biokimia, genetika serta ilmu medik lainnya. Berbeda dengan antibiotik, pengobatan dengan psikotropik bersifat simtomatik dan didasarkan pada pengetahuan empirik. Hal ini dapat dipahami, karena patofisiologi penyakit jiwa sendiri belum jelas. Psikotropik hanya mengubah keadaan jiwa penderita sehingga lebih kooperatif dan dapat menerima psikoterapi dengan baik.1,2 Penemuan obat antipsikotik yang pertama yaitu clorpromazine (CPZ), menjelma menjadi anti histamine super untuk bedah, seperti yang disebutkan swazey. Efek obat tersebut secara dramatis mengubah tata laksana skizofrenia seperti kesulitan obat dalam tata laksana pasien dibangsal psikiatri.1 Antipsikotik atipikal sekarang dianggap sebagai pengobatan garis pertama untuk skizofrenia dan secara bertahap menggantikan antipsikotik tipikal. Dimasa lalu sebagian besar peneliti sepakat bahwa karakteristik mendefenisikan suatu antipsikotik atipikal adalah kecenderungan efek samping ekstrapiramidal (EPS) (Farah A. 2005) dan tidak adanya elevasi prolaktin berkelanjutan. (Seeman P. February 2002) terminologi tersebut dapat tepat. Yang dimaksud dengan atypicality didasarkan atas tidak adanya efek samping ektrapiramidal, tapi sekarang ada pemahaman yang jelas bahwa
1

antipsikotik atipikal masih dapat menyebabkan efek tersebut (meskipun pada tingkat yang lebih rendah daripada antipsikotik tipikal) (Seeman P. February 2002).2,3 Berdasarkan afinitas terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2) dan efek samping yang ditimbulkannya, obat ini dibagi dalam kedua kelompok yakni antipsikotik generasi pertama (tipikal) dan antipsikotik generasi kedua (atipikal). Pada referat ini akan dibahas antipsikotik tipikal.

II.

MEKANISME KERJA Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan

memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik dopamine pathways, oleh karena itu sering disebut juga dengan antagonis reseptor dopamin (ARD) atau antipsikotik konvensional atau antipsikotik tipikal. Kerja dari APG 1 menurunkan hiperaktivitas dopamine dijalur mesolimbik sehingga menyebabkan gejala positif menurun tetapi ternyata APG 1 tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular.4 Apabila APG 1 memblok reseptor D2 dijalur mesokortikal, dapat memperberat gejala negatif dan gejala kognitif disebabkan penurunan dopamin di jalur tersebut. Jika hal ini terjadi, maka merupakan sebuah tantangan terapi, karena blokade reseptor dopamin di jalur ini secara teoritis akan menyebabkan memburuknya gejala negatif dan kognitif. 4 Blokade reseptor D2 di nigrostriatal dapat menyebabkan timbulnya gangguan dalam mobilitas seperti pada parkinson, bila pemakaian secara kronik dapat menyebabkan gangguan pergerakan hiperkinetik (tardive dyskinesia). Jalur nigrostriatal dopamin, sebagai bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal, mengontrol movements atau pergerakan.4

Blokade reseptor D2 di tuberoinfundibular oleh APG 1 menyebabkan peningkatan kadar prolaktin sehingga dapat terjadi disfungsi seksual dan peningkat berat badan. Fungsi normal jalur dopamin tuberoinfundibular menghambat pelepasan prolaktin. Pada wanita postpartum, aktivitas di jalur ini menurun, sehingga memungkinkan laktasi.4 APG 1 selain menyebabkan terjadinya blokade reseptor D2 pada keempat jalur dopamine, juga menyebabkan terjadinya blokade reseptor kolinergik muskarinik sehingga timbul efek samping antikolinergik berupa mulut kering, pandangan kabur, konstipasi dan kognitif tumpul. APG 1 juga memblok reseptor histamin (H1) sehingga timbul efek samping mengantuk dan meningkatkan berat badan. APG 1 juga memblok reseptor alfa1 adrenergik sehingga dapat menimbulkan efek samping pada kardiovaskuler berupa hipotensi ortostatic, mengantuk, pusing, dan tekanan darah menurun.4

III.

JENIS-JENIS OBAT

Pembagian antipsikotik tipikal4,5 A. Berdasarkan Potensi a) Potensi Tinggi Potensi tinggi bila dosis APG 1 yang digunakan kurang atau sama dengan 10mg. APG 1 potensi tinggi diantaranya Haloperidol, Fluphenazine, trifluoperazine, dan thiothixene. Potensi antidopaminergik tinggi, kemungkinan efek samping tinggi seperti distonia, akatisia, dan parkinsonisme. Pengaruhnya terhadap tekanan darah rendah. b) Potensi Sedang Potensi sedang bila dosis APG 1 yang digunakan antara 10-50mg. APG 1 potensi sedang diantaranya adalah perphenazine, loxapine dan molindone.

Digunakan untuk penderita yang sulit terhadap toleransi efek samping APG 1 potensi tinggi dan potensi rendah. c) Potensi Rendah Potensi rendah bila dosis APG 1 yang digunakan lebih dari 50mg. APG 1 potensi rendah diantaranya adalah clorpromazine, thioridazine, dan mesoridazine. Mempunyai efek samping sedasi, hipotensi ortostatic, letargi dan simptom antikolinergik meningkat. Simptom antikolinergik berupa mulut kering, retensi urine , pandangan kabur, dan konstipasi. B. Berdasarkan Rumus Kimia2,5,7 1. Phenothiazine Rantai aliphatic : Chlorpromazine, Levomepromazine Rantai piperazine : Perphenazine, Trifloperazine, Fluphenazine Rantai piperidine : Thioridazine

2. Non Phenothiazine Butyrophenone : Haloperidol

Diphenylbutyl- piperidine : Pimozide

1.

Chlorpromazin2,5

Farmakodinamik Susunan Saraf Pusat Chlorpromazine (CPZ) menimbulkan efek Sedasi dan sikap acuh tak acuh terhadap lingkungan. Pada pemakaian yang lama dapat menimbulkan No Golongan Obat Chorpromazine Perphenazin Trifluoperazin Fluphenazine Thioridazin Sediaan Tablet 25 dan 100 mg Dosis Anjuran

1.

Phenothiazine

150 600 mg/hari Injeksi 25 mg/ml Tablet 2,4,8 mg 12 24 mg/hari Tablet 1 dan 5 mg 10 15 mg/hari Tablet 2,5 mg dan 5 10 15 mg/hari mg Tablet 50 mg dan 100 150 600 mg/hari mg Tablet 0,5 mg, 1,5 mg, 5 mg Injeksi 5 mg/ml Ampul 2,5 mg/ml 5 15 mg/hari 7,5 15 mg/hari 1 4

2.

Butyrophenone Diphenyl-butyl-

Haloperidol Droperidol

3.

Pimozide Tablet 1 mg dan 4 mg piperidine mg/hari toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya efek sedasi amat tergantung dari status emosional penderita sebelum minum obat. Chlorpromazine berefek antipsikosis terlepas efek sedasinya. Pada manusia, kepandaian pekerjaan tangan yang memerlukan cekatan dan daya pemikiran berkurang. Aktivitas motorik terganggu antara lain terlihat sebgai

efek epileptik. Efek ini juga dimiliki obat lain misalnya barbiturat, narkotik, dan klordiazepoksid. Berbeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencegah timbulnya konvulsi akibat rangsang oleh obat. Semua derivat fenotiazin mempengaruhi ganglia basal, sehingga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ektrapiramidal). CPZ dapat mencegah atau mengurangi muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada trigger zone. Muntah yang disebabkan akibat kelainan saluran cerna atau vestibuler, kurang mempengaruhi, tetapi fenotiazin potensi tinggi, dapat berguna untuk keadaan tersebut. Fenotiazin terutama yang potensinya rendah dapat menurunkan ambang bangkitan sehingga penggunaannya pada pasien epilepsi harus sangat berhatihati. Derivat piperazin dapat digunakan pada penderita epilepsi bila dosis diberikan bertahap dan bersama antikonvulsan. Otot Rangka: CPZ menimbulkan relaksasi otot skelet yang dalam keadaan spastik. Cara kerja relaksasi ini diduga bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.

Endokrin: CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endokrin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus.

Semua fenotiazin, kecuali klozapin menimbulkan hiperprolaktinemia lewat penghambatan efek sentral dopamin. Kardiovaskular:

CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu: 1) Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah dihambat oleh CPZ. 2) CPZ berefek alfa bloker, dan 3) CPZ menimbulkan efek inotropik negatif pada jantung. Toleransi dapat timbul terhadap efek hipotensi CPZ.

Farmakokinetik Pada umumnya semua fenotiazin diabsorpsi dengan baik bila diberikan peroral maupun parenteral. Penyebaran luas kesemua jaringan dengan kadar tertinggi di paru-paru, hati, kelenjar suprarenal dan limpa. Sebagian fenotiazin mengalami hidroksilasi dan konyugasi, sebagian lagi diubah menjadi sulfoksid yang kemudian diekskresi bersama feses dan urin. Setelah pemberian CPZ dosis besar, maka masih ditemukan ekskresi CPZ atau metabolitnya selama 6-12 bulan.

Efek Samping Batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnya merupakan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul, berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer. Neurologik

Pada dosis berlebihan, semua derivat fenotiazin dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada parkinsonisme. Dikenal 6 gejala sindrom neorologik yang karakteristik dari obat ini. Empat diantaranya terjadi sewaktu minum obat yaitu distonia akut (spasme otot lidah, wajah, leher, dan punggung. Dapat menyerupai bangkitan, bukan histeria.), akatisia ( ketidaktenangan (restlessness) motorik, bukan ansietas atau agitasi), parkinsonisme (bradikinesia, rigiditas, macam-macam tremor, wajah-topeng, suffling gait) dan sindrom neuroleptik malignant (katatonik, stupor, dema, tekanan darah tidak stabil, mioglobinemia) yang terakhir jarang terjadi.

Dua sindrom yang lain terjadi setelah pengobatan berbulan-bulan sampai bertahun-tahun, berupa tremor perioral (sejenis parkinsonisme yang datang terlambat) dan diskinesia tardif (diskinesia mulut-wajah, koreoatetosis atau distonia meluas). Indikasi Indikasi utama ialah skizofrenia merupakan gangguan psikosis yang sering ditemukan. Walaupun antipsikosis sangat bermanfaat untuk mengatasi gejala psikosis akut, namun penggunaan antipsikosis saja tidak cukup untuk merawat pasien psikotik. Perawatan dan dukungan mental-spritual terhadap pasein sangatlah penting. CPZ juga diindikasikan pada mual dan muntah karena merupakan antagonis dopamin. CPZ merupakan obat terpilih untuk menghilangkan hiccup. Obat ini hanya diberikan pada hiccup yang berlangsung berhari-hari sangat mengganggu. 2. Haloperidol2,6 Haloperidol adalah antipsikotik yang kuat. Haloperidol adalah obat yang dikategorikan ke dalam agen antipsikotik, antidiskinetik, dan antiemetik. Obat ini digunakan sebagai terapi rumatan untuk psikotik akut dan kronik, seperti skizofrenia, gangguan mania, dan psikosis yang diinduksi obat

misalnya psikosis karena steroid. Haloperidol juga berguna pada penanganan pasien agresif dan teragitasi. Selain itu, obat ini dapat digunakan pada pasien sindrom mental organik dan retardasi mental. Pada anak haloperidol sering digunakan untuk mengatasi gangguan perilaku yang berat. Secara umum haloperidol menghasilkan efek selektif pada sistem saraf pusat melalui penghambatan kompetitif reseptor dopamin (D2) postsinaptik pada sistem dopaminergik mesolimbik. Selain itu, haloperidol bekerja sebagai antipsikotik dengan meningkatkan siklus pertukaran dopamin otak. Pada terapi subkronik, efek antipsikotik dihasilkan melalui penghambatan depolarisasi saraf dopaminergik. Farmakodinamik Struktur haloperidol berbeda dengan fenotiazin, tetapi butirofenon memperlihatkan bahan sifat fenotiazin. Pada orang normal, efek haloperidol mirip fenotiazin piperazin. Haloperidol memperlihatkan antipsikosis yang kuat dan efektif untuk fase mania penyakit manik depresif dan skizofrenia. Efek fenotiazin piperazin dan butirofenon selain menghambat efek dopamin juga meningkatkan efek turnover ratenya. Susunan Saraf Pusat Haloperidol menenangkan dan menyebabkan tidur pada orang yang mengalami ekstasi. Efek sedatif haloperidol kurang kuat dibanding CPZ yakni memperlambat dan menghambat jumlah gelombang teta. Haloperidol dan CPZ sama kuat menurunkan ambang rangsang konvulsif. Haloperidol menghambat sistem dopamin dan hipotalamus, juga menghambat muntah yang ditimbulkan oleh apomorfin. Sistem Saraf Otonom Efek haloperidol terhadap sistem saraf otonom lebih kecil daripada efek antipsikotik lainnya; walaupun demikian haloperidol dapat menyebabkan

pandangan kabur (blur-ring of vision). Obat ini menghambat aktivasi reseptor alfa yang disebabkan oleh amin simpatometik, tetapi hambatannya tidak sekuat hambatan CPZ.

Sistem Kardiovaskular dan Respirasi Haloperidol menyebabkan hipotensi, tetapi tidak sesering dan sehebat akibat CPZ. Haloperidol menyebabkan takikardia meskipun kelainan EKG belum pernah dilaporkan. CPZ atau haloperidol dapat menimbulkan potensiasi dengan penghambat respirasi.

Farmakokinetik Konsentrasi plasma terapi obat ini berkisar 4-20 nanogram per mL (0.01-0.05 mikromol per L). Ikatan haloperidol dengan protein dalam darah sangat tinggi yaitu mencapai 92%. Pada penggunaan secara oral, tingkat absorpsi haloperidol adalah 60%. Haloperidol cepat diserap dari saluran cerna. Kadar puncaknya dalam plasma tercapai dalam waktu 2-6jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kirakira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu. Ekskresi haloperidol lambat melalui ginjal, kira-kira 40% obat dikeluarkan selama 5 hari sesudah pemberian dosis tunggal. Tindakan untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal adalah dengan tablet trihexyphenidyl (artane) 3-4 x 2mg/hr, sulfas atropin 0,50-0,75 mg (IM). Haloperidol selain antipsikotik dapat digunakan sebagai antianxietas dengan dosis rendah dimana 100 CPZ setara dengan 1,5 2,5 mg haloperidol.

10

Rapid Neuroleptization Haloperidol 5-10mg (IM) dapat diualngi setiap 30 menit, dosis maksimum adalah 100mg dalam 24jam. Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut sindrom psikosis.

Efek Samping dan Intoksikasi Haloperidol menimbulkan reaksi ektrapiramidal dengan insidens yang tinggi, terutama pada penderita usia muda. Pengobatan dengan haloperidol harus dimulai dengan hati-hati. Dapat terjadi depresi akibat reversi keadaan mania atau sebagai efek samping yang sebenarnya. Perubahan hematologik ringan dan selintas dapat terjadi, tetapi hanya leukopenia dan agranulositosis sering dilaporkan. Frekuensi kejadian ikterus akibat haloperidol rendah. Haloperidol sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil sampai terdapat bukti bahwa obat ini tidak menimbulkan efek teratogenik. Indikasi Indikasi utama haloperidol ialah untuk psikosis. Butirofenon merupakan obat pilihan untuk mengobati sindrom Gilles de la Tourette, suatu kelainan neurologik yang aneh yang ditandai dengan kejang otot hebat, menyeringai (grimacing) dan explosive utterances of foul expletive (coprolalia, mengeluarkan kata-kata jorok)

3. Pimozide5,8

11

Pimozide adalah turunan diphenylbutylpiperidine dengan sifat neuroleptik yang berguna dalam pengelolaan pasien skizofrenia kronis. Hal ini relatif tidak menenangkan dan dapat diberikan dalam dosis tunggal harian. Hal ini diasumsikan bahwa mekanisme pimozide adalah terkait dengan reseptor dopaminergik pusat. Tampaknya memiliki kemampuan selektif untuk memblokir reseptor dopaminergik sentral, meskipun mempengaruhi omset norepinefrin pada dosis yang lebih tinggi. Efek ekstrapiramidal neuroleptik lain terlihat juga pada pimozide, tetapi tampaknya memiliki efek otonom lebih sedikit. Seperti neuroleptik lainnya, efek endokrin dan perubahan EKG juga telah dilaporkan pada pimozide.

Farmakodinamik Potensiasi efek obat yang bekerja pada SSP (anestesi, opiat, alkohol, dll) serta atropin dan insektisida organophosphorous mungkin terjadi dengan penggunaan pimozide. Baik hewan dan manusia menunjukkan bahwa pimozide dapat menghalangi aksi amfetamin. Oleh karena itu, penggunaan 2 obat secara bersamaan tidak dianjurkan. Karena pimozide memperpanjang interval QT dari EKG, efek aditif pada interval QT akan diantisipasi jika diberikan dengan obat lain, seperti fenotiazin, dilakukan. Farmakokinetik Tingkat puncak dalam plasma manusia terjadi antara 3 dan 8 jam setelah pemberian dan kadar plasma menurun perlahan-lahan menjadi sekitar 50% dari tingkat puncak pada 48 sampai 72 jam setelah pemberian dosis. Dalam studi dosis tunggal yang melibatkan sukarelawan sehat, plasma berarti paruh antidepresan trisiklik atau agen antiarrhythmic, yang memperpanjang interval QT. Administrasi bersamaan tersebut tidak boleh

12

pimozide tritiated (radioaktivitas total) ditemukan menjadi 29 + / -10 (SD) jam. Dalam sebuah studi dosis ulangan durasi pendek yang melibatkan penderita skizofrenia kronis plasma paruh berarti adalah 55 + / -20 (SD) jam. Ada perbedaan 13 kali lipat antarindividu di daerah di bawah kurva konsentrasi-waktu pimozide serum dan gelar setara variasi dalam tingkat serum puncak di antara pasien yang diteliti. Signifikansi hal ini tidak jelas karena ada beberapa korelasi antara kadar plasma dan temuan klinis. Dalam studi dosis tunggal, 19% (kisaran 8-32%) radioaktivitas itu diekskresikan dalam urin dalam 24 jam. Sekitar 40 sampai 50% diekskresikan dalam urin dan 20% dalam tinja dalam waktu 1 minggu. Metabolit utama dalam kedua urin dan kotoran adalah 4-bis (p-fluorophenyl) asam butirat. Pimozide berubah merupakan setidaknya 50% dari radioaktivitas tinja tetapi hanya sebagian sangat kecil dari plasma dan urin radioaktivitas. Efek Samping Gejala ekstrapiramidal yang terdiri dari akatisia, distonia, dan parkinson adalah efek samping yang paling sering diamati terapi pimozide. Perilaku: Insomnia, gelisah, agitasi, mengantuk, penurunan perhatian, kelelahan dan depresi telah paling umum diamati. Lekas marah, ketegangan, jitteriness, kegembiraan, agresivitas, kecemasan, kebingungan, mimpi buruk dan halusinasi juga telah direkam. Dalam beberapa kasus, kejengkelan gejala psikotik pasien telah terjadi. Toxix confusional beracun dan euforia telah dilaporkan dengan terapi antipsikotik lainnya. Neurologis: Reaksi yang paling sering dilaporkan merugikan neurologis ekstrapiramidal, termasuk parkinson. Seperti kebanyakan neuroleptik, laporan efek samping parkinsonian, seperti tremor, kekakuan dan sialorrhea, tidak biasa. Akatisia terjadi relatif sering, tetapi biasanya dapat dikelola dengan mengurangi dosis pimozide atau dengan administrasi seiring agen antiparkinson.

13

Dyskinesia dyskinesias: Seperti dengan semua agen antipsikotik, tardive dyskinesia mungkin muncul pada beberapa pasien pada terapi jangka panjang atau mungkin muncul setelah terapi obat telah dihentikan. Risiko tampaknya lebih besar pada pasien usia lanjut pada terapi dosis tinggi, terutama perempuan. Gejala pada beberapa pasien tampaknya ireversibel. Otonom: Mulut kering, penglihatan kabur, kesulitan dengan akomodasi, retensi urin, dan inkontinensia urin dan tinja telah terjadi dengan pimozide. Hidung tersumbat, ileus paralitik dan efek epinefrin terbalik telah dilaporkan dengan penggunaan antipsikotik lainnya. Kardiovaskular: Hipotensi, takikardia dan fluktuasi tekanan darah telah terjadi dengan pimozide. Hipertensi telah sesekali terjadi. Perubahan pada EKG juga telah diamati dan termasuk perpanjangan interval QT, serta menurunkan dan inversi gelombang T dan perubahan ST. Endokrin: Ketidakteraturan menstruasi, seperti amenore dan dismenore, dan galaktorea ringan telah dilaporkan. Penurunan berat badan dengan pasien yang menerima pimozide telah lebih sering diamati dari kenaikan berat badan.

Indikasi Pengelolaan manifestasi skizofrenia kronis di mana manifestasi utama tidak termasuk kegembiraan, agitasi atau hiperaktif. Pimozide memiliki tindakan penenang relatif kecil dan dapat digunakan sebagai obat sehari-hari. Pimozide tidak diindikasikan dalam manajemen pasien dengan mania atau skizofrenia akut.

14

4. Fluphenazine 9 Fluphenazine adalah obat antipsikotik yang biasa digunakan untuk pengobatan gangguan psikosis seperti skizofrenia dan fase mania akut pada gangguan bipolar. Fluphenazine merupakan rantai aliphatic dari golongan Phenothiazine Kegunaan utamanya adalah sebagai injeksi kerja panjang1 kali setiap 2 atau 3 minggu untuk pasien dengan skizofrenia yang sering kambuh. Selain itu, profil efeknya mirip dengan haloperidol, yaitu terutama efek memblokade dopamin yang menimbulkan akatisia, parkinson dan tremor. Efek samping jangka panjang termasuk tardive dyskinesia berpotensi ireversibel dan berpotensi terjadinya sindrom neuroleptik Maligna (SNM). Bentuk sediaan Injeksi Sebagai Dekanoat, 25 mg/ml, Tablet Sebagai HCl, 1 mg, 2,5 mg, 5 mg, 10 mg dengan nama dagang: Modecate, Permitil, Prolixin. Farmakodinamik Efek dari fluphenazine dekanoat adalah sama dengan fluphenazine HCl, namun dengan efek lepas lambat memerlukan onset aktivitas obat yang cukup panjang. Setelah dilepaskan dalam darah, fluphenazine dekanoat dengan cepat dihidrolisa oleh darah. Umumnya muncul antara 24 sampai 72 jam setelah injeksi, dan efek dari obat untuk gejala psikotik menjadi signifikan dalam waktu 48 sampai 96 jam. Perbaikan gejala kemudian terusmenerus selama 1 sampai 8 minggu dengan durasi rata-rata 3 sampai 4 minggu. Terdapat variasi yang berbeda pada respon individu, penggunaann dan terapi pemeliharaan dari fluphenazine memerlukan pengawasan. Seperti fenotiazin lainnya fluphenazine diberikan pada berbagai tingkat SSP seperti halnya pada sistem organ perifer sesuai dengan tindakan antipsikotik dan efek sampingnya. Bukti secara tidak langsung menunjukkan bahwa efek antipsikoti fenotiazin terkait dengan blokade reseptor dopamine dan reseptor katekolamin lainnya. Fluphenazine berbeda dari beberapa derivatif fenotiazin lainnya dalam beberapa hal seperti kurangnya efek potensial untuk terjadinya depresi SSP
15

dan efek anestesi tampaknya kurang menenangkan. Sementara hipotensi dapat terjadi lebih jarang dibandingkan dengan fenotiazin lainnya, tindakan pencegahan yang tepat harus diamati ketika menggunakan fluphenazine dekanoat. Walau bagaimanapun fenotiazin tergolong dalam derivative fenotiazin menunjukkan kecenderungan yang besar untuk menghasilkan reaksi ekstrapiramidal. Indikasi Terapi parenteral injeksi untuk managemen dari manifestasi skizofrenia untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur minum obat ataupun yang tidak efektif terhadap medikasi oral. Pemberian obat anti-psikotik long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan (mantainance therapy) terhadap kasus Skizofrenia. 15-25% kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap flufenazin atau komponen formulasi lainnya. Mungkin terjadi reaktivitas silang antara fenotiazin. Depresi SSP berat, koma, kerusakan otak subkortikal, diskrasia darah, penyakit hati. 5. Trifluopherazine10,11 Trifluopherazine adalah tipikal anti psikotik yang tergolong dalam rantai piperidine dari kelas phenothiazine secara struktur mirip dengan perphenazine dan fluphenazine. Trifluoperazine digunakan secara primer untuk skizofrenia dan dapat juga digunakan pada kasus agitasi dan pasien dengan gangguan keperibadian, nausea berat dan vomitus yang sering terlihat pada kondisi anxietas. Farmakodinamik Trifluoperazine memiliki efek antiadrenergik, antidopaminergik dan antikolinergik yang minimal. Bekerja dengan memblokade reseptor dopamine D1 dan D2 pada jalur mesokortikal dan mesolimbik, meredakan atau meminimalkan gejala-gejala skizofrenia seperti halusinasi, delusi serta disorganisasi pikiran dan verbalisasi.

16

Farmakokinetik Trifluoperazine dapat cepat diserap setelah pemberian secara oral, tetapi

ada pasien dengan puncak konsentrasi plasma yang berbeda karena obat mengalami metabolisme dalam mukosa lambung. Setelah pemberian IM, obat yang tidak berubah mencapai sirkulasi sistemik dari dari rute oral karena melewati metabolisme di hati. Dengan efek antipsikotik yang bertahap dan variasi yang berbeda pada individu, kemungkinan efek puncak mungkin tidak terjadi selama 6 minggu sampai 6 bulan. Fenotiazin didistribusikan secara luas ke jaringan tubuh, cairan dan melewati sawar darah otak. Trifluoperazine sangat terikat dengan protein plasma (91-99%) terutama dengan suatu asam-glikoprotein. Obat dapat melewati plasenta dan dapat di ekskresi melalui ASI meskipun belum ada data spesifik yang ditemukan. Beberapa hasil metabolisme tidak aktif ada yang terkonjugasi dengan glukoronid dan ada yang tidak. Sebagian besar ditemukan dalam urin dan sejumlah kecil ditemuka dalam keadaan obat yang tidak berubah. Kemungkinan ekskresi dapat melalui saluran empedu dan feses. Indikasi

Trifluoperazine diindikasikan untuk: 1. Keadaan anxietas. Mengkontrol anxietas, keadaan tegang dan agitasi yang dapat dilihat pada kasus berhubungan dengan kondisi somatic. 2. Sebagai terapi untuk mencegah nausea dan vomitus oleh beberapa penyebab. 3. Sebagai managemen penyakit psikotik seperti katatonik akut atau kronik, skizofrenia hebefrenik dan paranoi; gangguan psikotik yang disebabkan oleh kerusakan otak, psikotik toksik, dan sindrom mania. Kontraindikasi Pada kondisi koma yang disebabkan oleh depresi SSP, penyakit diskrasia darah, depresi SST dan gangguan pada hepar.

17

IV.

KESIMPULAN Antipsikotika adalah obat-obat yang dapat menekan fungsi-fungsi psikis tertentu tanpa mempengaruhi fungsi-fungsi umum (berfikir dan kelakuan normal). Antipsikotika dapat meredam agregasi maupun emosi serta dapat pula menghilangkan atau mengurangi gangguan jiwa, seperti impian dan pikiran khayal serta menormalkan perilaku tidak normal. Obat antipsikotik sangat efektif untuk menghilangkan halusinasi dan konfusi dari suatu episode skizofrenia akut serta membantu pemulihan proses berfikir yang rasional. Obat ini tidak menyembuhkan skizofrenia, akan tetapi membantu pasien agar dapat berfungsi diluar rumah sakit. Antipsikotik dapat mempersingkat masa perawatan pasien dan mencegah kekambuhan. Antipsikotik generasi pertama (APG 1) mempunyai cara kerja dengan memblok reseptor D2 khususnya di mesolimbik, namun tidak hanya memblok reseptor D2 di mesolimbik tetapi juga di tempat lain seperti dijalur mesokortikal, nigrostriatal, dan tuberoinfundibular. Pada awal terapi, beberapa pasien merasakan distonia dan pseudoparkinson. Tidak ada efek samping tersebut yang berbahaya, dan sekitar setengah pasien tidak mengalaminya. Distonia, pseudoparkinson, dan akathisia secara umum dapat dikurangi dengan menambahkan obat antiparkinson atau dengan mengurangi dosis. Efek inipenting untuk dicatat dan efek sedasi umumnya hilang beberapa minggu. Beberapa efek samping lain seperti konstipasi dan pandangan kabur

kejadiannya rendah. Agranulositosis sangat jarang dan terjadi terutama pada usia tua dan minggu pertama terapi. Leukopeni lebih sering. Kuning jarang terjadi pada penggunaan CPZ dan ringan. Efek samping terburuk adalah tardive dyskinesia yaitu gerakan abnormal yang lambat, biasanya bermanifestasi sebgai gerakan mengunyah, terkadang

18

protusi lidah, mengecapkan bibir, gerakan choreiformis minor dari jari dan jempol dan kadang juga pda ekstremitas besar dan badan. Hampir semua terjadi pada pasien yang menggunakan secara jangka panjang namun ringan. Kondisi ini hilang dalam beberapa bulan atau tahun setelah menghentikan obat. Sayangnya tidak ada cara menghindari kondisi ini sambil terapi skizofrenia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Malim, Rusdi, dr.,SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi III. Jakarta: 2007. 2. Ganiswarna S G. Antipsikotik. Farmakologi dan Terapi Edisi 4, Bagian Farmakologi FK-UI. Jakarta: 1995

19

3. Stern T. A, Herman J.B. Antiphsychotic Drugs in Massachusetts General Hospital Psychiatry Update and Board Preparation Second Edition. New York: 2003 4. Bennett, Brown. Clinical Pharmacology Ninth Edition. USA: 2003 5. Malim, Rusdi, dr.,SpKJ. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Jakarta. 2007
6. Almazina, P. Haloperidol, Antipsikotik untuk Berbagai Usia. Stetoscop,

[online].

2011.

[cited

2011

October

17]

available

from:

http://myhealing.wordpress.com/2008/05/24/haloperidol-antipsikotik-untukberbagai-usia/ 7. Kevin Leehey,M D. Antypsychotic Medications (Typicals) Used for Psychosis, Schizophrenia, Bipolar Disorder, Severe Impulsive Aggression, Tourette's, Paranoia. [online]. 2011. [cited 2011 October 17] available from: http://www.leeheymd.com/charts/typs1.html. 8. Phillip W. Long, M.D. Pimozide. [online]. 2011. [cited 2011 October 17] available from: www.mentalhealth.com/drug/p30-o01.html 9. Phillip W. Long, M.D. Fluphenazine Decanoate. [online]. 2011. [cited 2011 October 24] available from: www.mentalhealth.com/drug/p30-m03.html 10. Phillip W. Long, M.D. Trifluophenazine. [online]. 2011. [cited 2011 October 24] available from: www.mentalhealth.com/drug/p30-s04.html 11. John Cottingham. Trifluoperazine/ Stelazine TM, Vesprin TM. [online]. 2011. [cited 2011 October 24] available from:http://www.parkinsons-information-exchange-networkonline.com/drugdb/132.html

LAPORAN KASUS

20

SKIZOFRENIA PARANOID (F20.0)

AUTOANAMNESIS Nama Umur Jenis Kelamin : Tn. T : 30 thn : Laki - Laki

Status perkawinan : Sudah menikah Agama Suku bangsa Warga Negara Alamat Pekerjaan Pend. Terakhir : Islam : Mandari : Indonesia : Dusun Delua, Kecamatan Anreapi, Polmas, Sulawesi Barat : Peladang kelapa sawit : Tidak tamat SD

ALLOANAMNESIS Diperoleh dari 1. Nama Alamat : Ny. Martinah : Dusun Delua, Kecamatan Anreapi, Polmas, Sulawesi Barat

Pend. terakhir : SMP Hub dgn pasien : saudara kandung (kakak) pasien

21

Tanggal MRS

: 19 10 2011

LAPORAN PSIKIATRI I. RIWAYAT PENYAKIT A. Keluhan Utama Mengamuk B. Riwayat Gangguan Sekarang Dialami sejak setengah bulan yang lalu. Pasien mengamuk sendiri, tidak bisa tidur dan terlihat ketakutan. Apabila mengamuk pasien hanya berbicara sendiri sambil marah-marah pada keluarga ataupun tetangga. Pasien merasa ketakutan karena selalu mendengar bisikan-bisikan seperti banyak orang yang ingin memukul dan memboronginya. Disebabkan oleh ketakutannya pasien selalu membawa parang tetapi tidak pernah memukul orang lain ataupun menggunakan parang tersebut. Rasa cemas menyebabkan pasien seperti mau jalan terus ke luar rumah tetapi apabila di luar rumah pasien juga takut karena mendengar bisikan-bisikan seperti orang banyak yang mau memukulnya. Pasien juga suka berbicara sendiri, tertawa sendiri dan pernah menangis karena pasien mendengar suarasuara yang membuat dirinya takut namun orang lain tidak mendengarnya. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terlihat berubah semenjak pulang dari Sarawak, Malaysia. Pasien bekerja di ladang kelapa sawit di Malaysia selama 10 tahun sejak tahun 2005 dan kembali ke Polmas 7 bulan yang lalu karena banyak keluarga yang menasehati untuk pulang ke kampung halaman. Selain itu keluarga menambahkan bahwa kemungkinan juga disebabkan oleh masalah pasien dengan pacarnya sekitar 1 bulan yang lalu. Pasien sudah cukup lama berpacaran sejak

22

sebelum bekerja di Malaysia tetapi pacarnya dalam waktu terdekat ini akan menikah dengan orang lain.

Hendaya (disfungsi): Hendaya sosial Hendaya pekerjaan Hendaya waktu senggang Faktor stressor psikososial: Pasien mempunyai masalah dengan pacar sejak 1 bulan yang lalu karena pacar mau menikah dengan orang lain. Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis sebelumnya: Tidak pernah menderita gangguan seperti ini sebelumnya C. Riwayat Gangguan sebelumnya Riwayat penyakit terdahulu Infeksi Trauma(-) : Kejang(-) NAPZA : Narkotik (-) Alkohol (-) (-) : (+) : (+) : (+)

23

Merokok (+) : Biasanya 2 bungkus rokok/hari

D. Riwayat Kehidupan Pribadi Riwayat Pranatal Lahir normal, matur, dibantu oleh dukun Ibu sehat selama kehamilan Anak yang diharapkan dan direncanakan

Masa kanak-kanak awal (sejak lahir hingga usia 3 tahun) Petumbuhan dan perkembangan seperti anak seusianya

Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3-11 tahun) Pendidikan SD tetapi tidak tamat

Masa kanak-kanak akhir (dari pubertas hingga remaja) Tidak melanjutkan pendidikan karena salah satunya masalah ekonomi dan bagi keluarga pasien itu merupakan hal yang biasa pada kebanyakan orang pada waktu itu.

Masa dewasa Riwayat pekerjaan Pasien bekerja di ladang kelapa sawit di Sarawak, Malaysia selama 10 tahun sejak tahun 2004 kemudian kembali ke Polmas 7 bulan yang lalu. Aktivitas sosial Pasien dapat bergaul dengan baik tetapi pasien cenderung pendiam, sabar dan jenis orang yang memilih dalam pertemanan.
24

Kehidupan seksual dan riwayat perkawinan Status pernikahan pasien sekarang adalah duda. Pasien sudah menduda cukup lama sekitar lebih dari 10 tahun. Sebelumnya pasien pernah menikah 2x. Pasien cerai dengan isteri pertama, kemudian menikah lagi dan cerai dengan isteri keduanya. Dikatakan cerai karena faktor tidak cocok dan ada masalah keuangan.

E. Riwayat Keluarga: Anak ke-2 dari 2 bersaudara (P, L) Pasien tidak memiliki anak Hubungan dengan keluarga baik Paman pasien dari sebelah bapak mengalami gangguan jiwa tetapi tidak seberat kondisi pasien.

F. Situasi Sekarang: Pasien tinggal serumah dengan tante yang dianggap sebagai ibu sendiri dan kakak kandung.

G.

Persepsi (tanggapan) pasien tentang diri dan kehidupannya: Pasien merasa dirinya tidak sakit

AUTOANAMNESIS (19 10 2011) DM : Assalamu alaikum, pak. Perkenalkan saya dokter muda, nama saya Ragil.

25

: ....

DM : Boleh saya bicara sebentar sama bapak? P : Iye.

DM : Siapa nama bapak? P : Tasmin, dok.

DM : Berapa umur bapak sekarang? P : Tidak kutau,.. 30 tahun dok..

DM : Bapak tahu dimana bapak sekarang? P : Di rumah sakit.

DM : Rumah sakit apa,pak? P : .

DM : Bapak tahu siapa yang bawa bapak kesini? P : Tanteku seperti ibuku sendiri sama martinah,.eee kakak kandungku.

DM : Kenapa bisa sampai bapak dibawa kesini? P : (hanya diam)

DM : Pak Tasmin?... P : .(diam).tidak tau

DM : Jadi pak Tasmin tidak tau kenapa pak Tasmin bisa sampai di sini?. P : Saya takut-takut dok

DM : Oooo..jadi bapak di bawa kesini sama tante dan ibu karena bapak takut2? P : iye

26

DM : Apa yang kita takutkan pak Tasmin? P : Saya takut-takut dok..(sambil memainkan jari tangannya) Kenapa pak Tasmin bisa sampai ketakutan?

DM: P

: Saya takut-takutsetan itu..

DM : Apakah pak Tasmin merasa seperti ada setan yang menakuti pak Tasmin? P : Iye..setan saya dengar. Takut-takut saya dok.

DM : Apakah bapak mendengar ada suara setan yang berbisik di telinga bapak? P : Iye setan bicara di telingaku (sambil menunjuk di telinganya) saya takuttakut ( Intonasi suara mulai meningkat) DM: Apakah bapak hanya mendengar 1 suara yang bicara di telinga bapak atau seperti ada banyak suara-suara yang bicara di telinga bapak? P: DM: P Banyak suara-suara..saya takut-takut Apa yang suara-suara itu katakana sampai bapak ketakutan?

: Itu setan selalu bilang Mana Taru..takut-takut saya, setan bicara di telingaku.

DM: P

Apa itu artinya Mana Taru pak?

: (hanya diam) Pak Tasmin..apa itu artinya Mana Taru pak?

DM: P

: Tidak kutau dok.Tapi saya rasa seperti mau dipukul. apakah suara-suara itu menyuruh atau memerintah bapak yang membuat bapak jadi mengamuk?

DM:

: Itu suara-suara saya dengar buatkan saya takut-takut dok, saya mau dipukul itu saya mengamuk.
27

DM: P

Apakah bapak rasa ketakutan sampai bapak harus pegang parang?.

: Iye saya takut-takut dok, tapi itu setan suruh saya simpan kembali parangnya. Jadi saya kasih kembali itu parang di bawah tempat duduk. (sambil memperagakan seolah-olah memegang parang). Takut-takut dok.

DM: P

Sejak kapan bapak dengar suara-suara itu?

: Tidak kuingat,.Takut-takut. Apakah bapak pernah bekerja di Malaysia?

DM: P

: (diam)iye (sambil menganggukkan kepala).

Dm: Apakah bapak sudah pernah mendengar suara-suara seperti ini sejak bapak kerja di Malaysia? P: DM: Iye pernah dok. Bapak masih ingat tidak kapan suara itu mulai muncul di telinga bapak sewaktu bapak di Malaysia? P: (diam sejenak). Tidak kutau dok.

DM : Biasanya waktu-waktu kapan saja bapak dengar lagi itu suara? P : Dengar terus dok, pagi, siang, malam biar tidur. Kalau sekarang, siang hari seperti ini apa dengar juga pak Tasmin?

DM: P

: Iye dengar terus dok tidak pernah berhenti. Saya takut-takut dok.

Dm : Apakah bapak pernah melihat setan-setan yang selalu bisikan di telinga bapak itu? P Dm: : tidak Atau mungkin bapak pernah melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat dan membuat bapak ketakutan?

28

: Tidak kutau. Tidak pernah barangkali dok. Tidak. Cuma suara-suara bicara ditelinga buat saya takut-takut.

DM : Pak ada yang mau saya tanyakan, apakah bapak masih ingat bapak sekolah dimana waktu SD? P : Dusun Delua, Polmas

DM : Kalau bapak temukan dompet di jalan bagaimana pak? P : Biarkan saja dok, kuliat-liati trus saya kembalikan nanti di cari orangnya

DM : Di kembalikan kemana pak? P : di kembalikan ke situeee..eee..jalan. Nanti dicari itu.

DM: Bapak tau tidak peribahasa yang biasa orang bilang panjang tangan. Bapak tau artinya? P : Suka mencuri.

DM : Coba kita ulang nomor yang saya sebut,. 126975! P : .(Hanya diam) Bapak merokok tidak?

DM: P

: ( diam hanya menganggukkan kepala) Berapa harga rokok satu batang pak Tasmin?

DM: P

: 500 Kalau ada orang mau beli rokok persis rokok ta, harganya juga persis. Orang itu mau beli 3 batang jadi berapa harus di bayar pak Tasmin?

DM:

: 1500

DM : Pak Tasmin masih ingat tidak siapa nama saya?

29

: ( diam sejenak) eee..ar..argil.dr. Argil?

DM : Ragil pak. Oh iya, kalau begitu sekarang bapak istirahat. Nanti kita ceritacerita lagi Pak Tasmin. P : Iye, dok.

DM : Terima kasih ya pak Tasmin P : Iye Sama-sama.

II. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum Penampilan: Tampak seorang laki laki, memakai baju kemeja kotak-kotak warna hitam dan celana jeans panjang memakai sepatu. Rambut pendek dan sedikit beruban. Cukup rapi, sesuai umur. Kesadaran: Berubah Perilaku dan aktivitas psikomotor: Tenang namun terlihat agak cemas Pembicaraan: Intonasi kecil dan agak cadel namun masih dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat dimengerti. Sikap terhadap pemeriksa Cukup kooperatif B. Kelainan Afektif (Mood), Perasaa, Empati, Perhatian

30

Mood Afek Empati

: Takut : Inapropriate : Tidak dapat dirabarasakan

Keserasian : Tidak serasi

C. Fungsi Intelektual (Kognitif) Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan Sesuai tingkat pendidikan Daya konsentrasi Kurang Orientasi (waktu, tempat, orang) Baik Daya ingat (jangka panjang, pendek, segera) Baik Pikiran abstrak Baik Bakat kreatif Tidak Ada Kemampuan menolong diri sendiri Cukup Gangguan Persepsi

31

Halusinasi

: Auditorik (+): berupa suara-suara setan secara

terus-menerus mengatakan Mana Taru yang membuat pasien ketakutan dan pasien merasa seperti ingin dipukul. Ilusi Depersonalisasi Derealisasi : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

D. Proses Pikir Arus pikiran Produktifitas Kurang Kontinuitas Relevan, Koheren Hendaya berbahasa: Tidak ada Isi pikiran Preokupasi: Takut-takut karena mendengar suara-suara setan Gangguan isi pikiran: Waham kejaran (+): Pasien ketakutan karena mendengar suara-suara setan sampai pasien keluar dari rumah sambil membawa parang.

32

Waham dikendalikan (+): Sewaktu membawa parang pasien mendengar suara-suara parang setan yang menyuruhnya mengikuti untuk dan mengembalikan kemudian pasien

mengembalikan parang tersebut di bawah kursi. E. Pengendalian Impuls: Terganggu F. Daya Nilai: 1. Norma Sosial 2. Uji Daya Nilai : Terganggu : Terganggu

3. Penilaian Realitas : Terganggu G. Tilikan (Insight): Derajat 1 H. Taraf dapat dipercaya: Dapat dipercaya

III.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK PASIENS LEBIH LANJUT A. Status Internus Tensi Nadi : 120/80 mmHg : 96 x/menit

Pernapasan : 20 x/menit Suhu : 37,0 C

B. Status Neurologis

33

GCS

: E4M6V5

Pupil bulat, isokor Refleks cahaya +/+ Fungsi motorik dan sensorik dalam batas normal Refleks patologis -/-

IV.

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Seorang laki-laki berusia 30 tahun datang ke Rumah Sakit Dadi

dengan keluhan mengamuk yang dialami sejak setengah bulan yang lalu. Pasien mengamuk sendiri, tidak bisa tidur dan terlihat ketakutan. Apabila mengamuk pasien hanya berbicara sendiri sambil marah-marah pada keluarga ataupun tetangga. Pasien merasa ketakutan karena selalu mendengar bisikanbisikan seperti banyak orang yang ingin memukul dan memboronginya. Disebabkan oleh ketakutannya pasien selalu membawa parang tetapi tidak pernah memukul orang lain ataupun menggunakan parang tersebut. Rasa cemas menyebabkan pasien seperti mau jalan terus ke luar rumah tetapi apabila di luar rumah pasien juga takut karena mendengar bisikan-bisikan seperti orang banyak yang mau memukulnya. Pasien juga suka berbicara sendiri, tertawa sendiri dan pernah menangis karena pasien mendengar suarasuara yang membuat dirinya takut namun orang lain tidak mendengarnya. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien terlihat berubah semenjak pulang dari Sarawak, Malaysia. Pasien bekerja di ladang kelapa sawit di Malaysia selama 10 tahun sejak tahun 2005 dan kembali ke Polmas 7 bulan yang lalu karena banyak keluarga yang menasehati untuk pulang ke kampung halaman. Selain itu keluarga menambahkan bahwa kemungkinan juga disebabkan oleh masalah pasien dengan pacarnya sekitar 1 bulan yang lalu.

34

Pasien sudah cukup lama berpacaran sejak sebelum bekerja di Malaysia tetapi pacarnya dalam waktu terdekat ini akan menikah dengan orang lain. Dari pemeriksaan status mental didapatkan seorang laki - laki dengan perawakan sesuai usia, kulit sawo matang, kuku agak panjang, rambut pendek dan agak beruban. Memakai baju kemeja kotak-kotak warna hitam dan celana jeans panjang memakai sepatu, cukup rapi. Tinggi badan tinggi dan kurus. Perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan Intonasi kecil dan agak cadel namun masih dapat berkomunikasi dengan baik dan dapat dimengerti, cukup kooperatif. Mood takut, afek inapropriate, empati tidak dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual sesuai taraf pendidikan, produktivitas kurang, kontinutas koheren dan relevan, terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yang terus menerus. Terdapat gangguan isi pikir yaitu waham kejaran dan waham dikendalikan. Pengendalian impuls, norma sosial, uji daya nilai, dan penilaian realitas terganggu. Tilikan 1, dapat dipercaya.

V. EVALUASI MULTI AKSIAL A. Aksis I Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan penilaian status mental, didapatkan gejala klinis yang bermakna berupa perilaku mengamuk. Keadaan ini menimbulkan penderitaan (distress) kepada pasien dan orang sekitar dan terdapat hendaya berat dalam fungsi pekerjaan dan waktu senggang sehingga pasien dapat disimpulkan mengalami gangguan jiwa. Pada pemeriksaan status mental ditemukan hendaya berat dalam menilai realita, yaitu adanya halusinasi sehingga didiagnosis gangguan jiwa psikotik. Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan adanya kelainan maka dapat didiagnosis gangguan jiwa psikotik non-organik. Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yang dialami sejak lebih dari satu bulan

35

yang lalu, kemungkinan adanya halusinasi visual dan afek tumpul sehingga berdasarkan PPDGJ-III dapat didiagnosis sebagai skizofrenia (F20). Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik berupa pasien selalu mendengar suara-suara setan yang menakutinya, adanya waham kejaran berupa ketakutan karena mendengar suara-suara setan sampai pasien keluar dari rumah sambil membawa parang dan adanya waham dikendalikan berupa pasien mendengar suara-suara setan yang menyuruhnya untuk mengembalikan parang kemudian pasien mengikuti dan mengembalikan parang tersebut di bawah kursi sehingga berdasarkan PPDGJ-III dapat didiagnosis sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0).

B. Aksis II Pasien dapat bergaul dengan baik tetapi pasien cenderung pendiam, sabar dan jenis orang yang memilih dalam pertemanan C. Aksis III Tidak ada D. Aksis IV Pasien mempunyai masalah dengan pacar sejak 1 bulan yang lalu karena pacar mau menikah dengan orang lain. E. Aksis V GAF Scale 50 - 41. Gejala berat (serious), disabilitas berat.

VI.

DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik

36

Tidak ditemukan kelainan fisik yang bermakna, tetapi diduga terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter, sehingga memerlukan farmakoterapi. B. Psikologik Ditemukan hendaya berat dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik dan waham, sehingga diperlukan psikoterapi. C. Sosiologik Ditemukan hendaya berat dalam bidang sosial, pekerjaan, dan penggunaan waktu senggang, sehingga diperlukan sosioterapi.

VII.

PROGNOSIS PASIEN

Prognosis pasien : Jelek Faktor pendukung Tidak ada kelainan organobiologik Gejala positif Pasien agak cemas disebabkan oleh hubungannya dengan pacar

Faktor penghambat Terdapat riwayat gangguan jiwa dalam keluarga. Status pernikahan saat ini duda dan pernah menikah 2 kali sebelumnya. Usia muda

37

Adanya dukungan keluarga yang baik

VIII. RENCANA TERAPI Psikofarmaka Haloperidol 1,5 mg 3x1 Chlorpromazine 100 mg 0-0-1 Psikoterapi - Konseling : Memberikan penjelasan dan pengertian tentang penyakitnya dengan sebaik-baiknya dan cara untuk menghilangkan gejalanya sampai menyembuhkan penyakitnya secara tuntas. - Ventilasi: Memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan keluhan dan isi hati sehingga perasaan pasien memnjadi lega. Sosioterapi Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien dan orang sekitarnya tentang penyakit pasien sehingga tercipta dukungan social dalam lingkungan yang kondusif sehingga dapat membantu proses penyembuhan pasien.

IX.

FOLLOW UP

Memantau keadaan umum dan perkembangan penyakit pasien serta efektivitas terapi dan efek samping obat yang diberikan.

X. PEMBAHASAN / TINJAUAN PUSTAKA

38

Gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh adanya distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh adanya afek yang tidak wajar. Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada kasus ini, didiagnosa Skizofrenia Paranoid karena berdasarkan PPDGJ III, seseorang didiagnosa Skizofrenia Paranoid bila memenuhi kriteria tambahan sebagai berikut: Halusinasi dan/atau waham harus menonjol a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling) mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing). b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol. c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (dilusion of influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar-kejar. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol. Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan perilaku dan aktivitas psikomotor tenang, pembicaraan kurang, intonasi kecil dan selalu mengatakan takut-takut serta cukup kooperatif. Mood sulit dinilai, afek tumpul, empati tidak dapat dirabarasakan. Fungsi intelektual sesuai taraf pendidikan, produktivitas kurang, kontinutas koheren dan relevan, terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik yang terus menerus dan kemungkinan adanya halusinasi visual.

39

Terdapat gangguan isi pikir yaitu waham yang dikendalikan dapat didiagnosis sebagai skizofrenia (F20). Dari autoanamnesa dan pemeriksaan status mental didapatkan gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik berupa pasien selalu mendengar suara-suara setan yang menakutinya, adanya waham yang dikendalikan berupa pasien mengikuti suara-suara setan untuk menyimpan kembali parang yang dipegang oleh pasien,dan kemungkinan adanya halusinasi visual karena pasien cukup ragu-ragu untuk menyatakan ada tidaknya halusinasi visual tersebut sehingga dapat didiagnosis sebagai Skizofrenia Paranoid (F20.0).

40

Anda mungkin juga menyukai