Anda di halaman 1dari 3

ASUHAN KEBIDANAN

Jumat, 2009 Februari 13


ATRESIA ESOFAGUS

ATRESIA ESOFAGUS
1. Pengertian
Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau
muara (buntu), pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung
esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan
fistula).
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia
esofagaus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin
testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata).
2. Tanda dan Gejala
a. Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter
terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
b. Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai
terdapat atresia esofagus.
c. Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi
cairan kedalam jalan nafas.
d. Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis.

3. Klasifikasi
a. Kalasia
Kalasia adalah kelainan yang terjadi pada bagian bawah esophagus(pada persambungan
dengan lambung) yang tidak dapat menutup rapat sehingga bayi sering regurgitasi bila
dibaringkan.
b. Akalasia
Akalasia merupakan kebalikan dari kalasia, pada akalasia bagian distal esophagus tidak
dapat membuka dengan baik sehingga terjadi keadaan seperti stenosis atau atresia.
Disebut pula sebagai spasme kardio- esofagus. Penyebab akalasia adalah adanya
kartilago trakea yang tumbuh ektopik pada esofagus bagian bawah. Pada pemeriksaan
mikroskopis ditemuka jaringa tulang rawan dalam lapisan otot esophagus.
Pertolongannya adalah tindakan bedah sebelum dioperasi pemberian minum harus
dengan sendok sedikit demi sedikit dengan bayi dalam posisi duduk.

4. Pengobatan
a. Medik
Pengobatan dilakukan dengan operasi.
Pada penderita atresia anus ini dapat diberikan pengobatan sebagai beriikut :
- Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
koreksi sekaligus
- Eksisi membran anal
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus
dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas esophagus. Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus.
Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat
bayi sudah mulai makan dan minum.
2. Gastroesofagus refluk. Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik
atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau
pembedahan.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang. Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan
seperti ini.
4. Disfagia atau kesulitan menelan. Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat
esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk
tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5. Kesulitan bernafas dan tersedak. Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan
makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6. Batuk kronis. Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan. Pencegahan keadaan ini adalah dengan
mencegah kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
b. Keperawatan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah terjadinya
regurgitasi cairan lambung ke dalam paru, cairan lambung harus sering diisap untuk
mencvegah aspirasi.
ATRESIA REKTI DAN ANUS
1. Pengertian
Anus imperforate merupakan suatu kelainan malinformasi kongenital dimaan tidak
lengkapnya perkembangan embrionik pada bagian anus atau tertutupnya anus secara
abnormal atau dengan kata lain tidak ada lobang secara tetap pada anus.
2. Patofisiologi
Terjadinya anus imperforata karena kelainan kongenital dimana saat proses
perkembangan ambrionik tidak pada proses perkembangan anus dan rectum. Atresia anal
terjadi karena tidak sempurnanya migrasi dan perkembangan struktur kolon antara 7-10
minggu selama perkembangan janin.

3. Tanda dan Gejala


Tanda dan Gejala atresia anus :
- Bayi muntah – muntah pada umur 24 – 48 jam.
- Sejak lahir tidak ada defekasi mekpnium
- Anus tampak merah, usus melebar, kadang-kadang ileus obstruksi.
- Termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan.
- Pada auskultasi terdengar hiperperistaltik.
- Pada fistula trakeoesofagus, cairan lambung juga dapat masuk ke dalam paru, oleh
karena itu bayi sering sianosis.

4. Klasifikasi
Bayi muntah-muntah pada 24 – 28 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium. Gejala ini terdapat pada penyumbatan yang lebih tinggi Ladd dan Bross
(1996) membagi anus imperforate dalam 4 golongan, yaitu :
1. Stenosis rectum yang lebih rendah atau pada anus
2. Membran anus menetap
3. Anus imperforata dan ujung rektum yang buntu tercetak pada bermacam-macam jarak
dari peritoneum.
4. Lubang anus yang terpisah dengan ujung rektum yang buntu

Pada penderita atresia anus ini dapat diberikan pengobatan sebagai berikut :
- Eksisi membran anal.
- Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia, sementara dan setelah 3 bulan dilakukan
koreksi sekaligus

Anda mungkin juga menyukai