Anda di halaman 1dari 20

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS Nama Jenis Kelamin Umur Tempat, Tanggal Lahir Agama Warga Negara Status Pernikahan Pendidikan Terakhir Pekerjaan Alamat : Tn.N : Laki-laki : 51 tahun : Bogor, 15 April 1962 : Islam : Indonesia : Menikah : SD : Tidak bekerja : Kp. Bojong Indah, RT 005/004, Parung Panjang, Bogor Tanggal Masuk RS.MM : IGD 24 Juni 2013 Ruang Kresna 24 Juni 2013 Ruang Gatot Kaca 26 Juni 2013 Ruang Bratasena 3 Juli 2013

II. RIWAYAT PSIKIATRI 1. Autoanamnesis pada tanggal 4 Juli di Ruang Bratasena. 2. Alloanamnesis dengan keluarga pasien pada tanggal 7 Juli 2013 di rumah pasien. A. Keluhan Utama Pasien marah-marah sejak pagi hari sebelum masuk rumah sakit. Keluhan Tambahan Sulit tidur, keluyuran, mudah tersinggung, bicara dan tertawa sendiri, nafsu makan berkurang, tidak bisa diam, telanjang di tempat umum, terlihat cemas dan curiga serta tidak mampu merawat diri.

B. Riwayat Gangguan Sekarang Satu minggu SMRS, pasien merasa sulit untuk tidur. Pasien mengatakan tidak bisa tidur karena berasa cemas dan tertekan karena memikirkan masalah keuangan. Nafsu makan pasien juga mulai berkurang. Pasien juga mulai mengabaikan kebersihan diri dan jarang mandi. Pasien menyangkal kalau ada mendengar suara-suara bisikan dan menyangkal kalau ada melihat sesuatu yang aneh yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Satu hari SMRS, pasien mulai bicara dan tertawa sendiri. Menurut anaknya pasien sering berkomat-kamit tetapi isi perbicaraannya tidak dapat difahami. Pasien juga sempat keluyuran dan telanjang di tempat umum. Pagi sebelum masuk rumah sakit,pasien mulai marah-marah. Pasien merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam dirinya dan menyebabkan pasien ingin marah-marah. Pasien mudah tersinggung dan kesal dengan orang sekitarnya tanpa sebab jelas. Pasien juga sempat merusak barang-barang di rumah. Anaknya menyangkal kalau pasien ada mengancam untuk mencederai diri sendiri atau orang lain. Pasien kurang memperhatikan penampilan dirinya. Pasien jarang mandi dan tidak menjaga kebersihan diri karena tidak ada keinginan untuk melakukan hal tersebut. Pasien tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, tetapi sering membantu ibunya bercucuk tanam di kebun.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya 1. Riwayat Psikiatri Sebelumnya Berdasarkan alloanamnesis dari anak pasien, pada tahun 2011 pasien mulai bertingkah laku aneh, suka bicara dan tertawa sendiri, keluyuran dan marah-marah. Oleh keluarga, pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Grogol dan dirawat selama kurang lebih 2 minggu. Obat yang di dapatkan selama perawatan tidak di ingat oleh keluarga pasien. Setelah dirawat pasien tidak lagi bertingkah aneh dan bisa beraktivitas seperti sebelumnya. Setelah pulang dari rumah sakit pasien tidak lagi pernah kontrol ke rumah sakit kerana masalah keuangan.

Satu setengah tahun yang lalu (akhir 2011) pasien menunjukkan gejala yang sama seperti sebelumnya. Pasien sekali lagi dibawa ke Rumah Sakit Jiwa Grogol, dan di rawat. Pasien kemudian dibenarkan pulang dalam keadaan baik. Setelah obat yang didapatkan dari rumah sakit habis, pasien tidak lagi kontrol atau minum obat dengan alasan masalah keuangan.

2. Riwayat Medis Lainnya Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit selain masalah kejiwaaannya.

3. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol Pasien menyangkal merokok, minum alkohol atau menggunakan zatzat terlarang.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi 1. Riwayat prenatal dan perinatal Pasien lahir di paraji, cukup bulan. Masalah saat kehamilan dan kelahiran tidak ketahui. Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara Pasien merupakan satu satunya anak laki-laki dalam keluarga.

2. Riwayat masa kanak awal (0-3 tahun) Belum dapat digali secara alloanamnesis karena anak pasien tidak tahu secara pasti. 3. Riwayat masa kanak pertengahan (3-11 tahun) Pasien memiliki banyak teman, tetapi tidak mengingat nama temantemannya. Pasien mengatakan hubungan dengan teman-temannya baik. 4. Riwayat masa kanak akhir (pubertas) dan remaja a. Hubungan sosial Pasien mengatakan mempunyai banyak teman dan hubungan dengan teman, saudara atau lingkungan semuanya baik. b. Riwayat pendidikan

Pasien bersekolah hingga kelas 1 SD. Pasien tidak meneruskan persekolahan karena alasan biaya dan semua saudara pasien lain turut mempunyai masalah yang sama. c. Perkembangan kognitif dan motorik Pasien agak sukar membaca dan menulis dengan baik sesuai dengan tingkat pendidikannya. Tidak ada disfungsi otak atau gangguan perkembangan yang spesifik. d. Problem emosi atau fisik khusus remaja Tidak di dapatkan problem emosi atau fisik yang khusus saat remaja pada pasien. e. Riwayat psikoseksual Pasien menikah sebanyak 2 kali, yang pertama saat usia 20 tahun. Menurut pasien dia digoda oleh isteri pertamanya untuk menikah dengannya, dan pernikahan tersebut cuma bertahan selama 1 tahun. Pasien mempunyai seorang anak laki-laki hasil perkahwinan tersebut. Pasien kemudian menikah dengan isteri yang kedua setelah bercerai dengan isterinya pertama, dan pasien mengatakan hubungan dengan isterinya baik. Pasien mempunyai seorang anak laki-laki dari hasil perkahwinan yang kedua tersebut. f. Latar belakang agama Pasien beragama Islam, dan pasien mengatakan dia rajin menunaikan perintah agama. 5. Riwayat masa dewasa a. Riwayat pekerjaan Pasien pernah bekerja sebagai cleaning service selama 18 tahun di PT Cibadak, tetapi kemudian diberhentikan karena sering marahmarah di tempat kerja. Setelah itu pasien tidak mempunyai pekerjaan tetap, dan melakukan kerja-kerja sampingan seperti buruh bila diminta. b. Aktivitas sosial Pasien jarang mengikuti aktivitas sosial dengan tetangga

c. Kehidupan seksual masa dewasa Pasien sudah menikah sebanyak 2 kali, tetapi sudah bercerai dengan isteri yang pertama. E. Riwayat Keluarga Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Menurut anaknya, keluarganya tidak ada yang mempunyai masalah kejiwaan seperti bapanya. Pasien tinggal bersama dengan ibu kandung, kedua adik perempuannya, adikadik iparnya, anak saudaranya dan anak laki-laki hasil dari pernikahannya yang kedua. Namun isteri dan anak keduanya tidak tinggal bersamanya. Ayah pasien sudah meninggal kerana sakit tua. Kakak pertama pasien tinggal jauh dari keluarga.

Genogram

Keterangan : : Pria : Wanita

: Meninggal dunia

: Pasien

: Bercerai

: 1 rumah

F. Riwayat Sosial Ekonomi. Pasien merupakan sumber pendapatan utama dalam keluarga. Ibu pasien berkebun. Pendapatan sehari-hari tidak mencukupi buat keluarga.

G. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya 1. Impian Pasien mengatakan ingin sekali berkerja dan dapat bertemu dengan istrinya. 2. Fantasi Tidak terdapat fantasi pada pasien. 3. Sistem nilai Pasien masih mampu mengurus diri sendiri seperti mandi dan makan tetapi tidak optimal. 4. Dorongan kehendak Pasien ingin cepat pulang supaya dapat bertemu kembali dengan keluarga terutama ibunya. 5. Hal yang menjadi sumber kejengkelan atau frustasi dan yang membuat bahagia atau senang Pasien merasa kesal dan kecewa karena tidak mempunyai uang untuk menampung keluarga.

II. STATUS MENTAL Dilakukan pada tanggal 4 Juli 2013 pukul 09.00 WIB di Ruang Bratasena RS. Dr. Marzoeki Mahdi Bogor.

A. Deskripsi Umum 1. Penampilan Umum Pasien seorang laki-laki berumur 51 tahun, berpenampilan fisik tampak sesuai dengan usianya. Penampilan cukup rapi, rambut pendek, berwarna muka bersih, kulit sawo matang, dan perawakan pasien kurus. 2. Kesadaran Neurologis/biologis Psikologis Sosial : compos mentis : terganggu : baik hitam,

3. Perilaku dan aktivitas motorik Sebelum wawancara : pasien sedang tiduran di kamar. Selama wawancara : pasien duduk dengan ekspresi yang cukup tenang, kontak mata cukup, bicara volume cukup, lambat dalam memberikan respon dalam pertanyaan, pasien menjawab semua pertanyaan yang di ajukan, jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Setelah wawancara : pasien kembali ke tempat asal. 4. Pembicaraan Pasien menjawab pertanyaan yang diajukan dengan volume suara yang tenang dan spontan. 5. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Alam Perasaan 1. Afek 2. Mood 3. Keserasian 4. Empati : stabil, pengendalian cukup, echt, tumpul : euthym : tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan. : tidak dapat diraba-rasakan

C. Gangguan Persepsi 1. Halusinasi Halusinasi (+) : pasien bicara dan tertawa sendiri (perilaku halusinasi)

2. Ilusi : Tidak ada 3. Depersonalisasi : Tidak ada 4. Derealisasi : Tidak ada

D. Fungsi Intelektual 1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan Taraf Pendidikan Pengetahuan Umum presiden Indonesia) Kecerdasan : Rata-rata : SD kelas 1 : Cukup (pasien dapat menyebutkan nama

2. Daya Konsentrasi

: Sukar ditentukan (karena pasien tidak

dapat mengeja dan menghitung dengan baik) 3. Orientasi Daya Orientasi Waktu : Kurang baik (pasien dapat menyebutkan

sekarang siang atau malam, tetapi tidak dapat mengidentifikasi tanggal, bulan dan tahun) Daya Orientasi Tempat : Baik (pasien mengetahui dimana ia berada

sekarang. Pasien dapat menyebutkan nama RS, yaitu RSMM Bogor) Daya Orientasi Personal dokter). 4. Daya Ingat Daya Ingat Jangka Panjang hidupnya) Daya Ingat Jangka Pendek : Baik (pasien ingat hari ini sarapan apa dan : Baik (pasien dapat menceritakan perjalanan : Baik (pasien mengenali pemeriksa sebagai

lauk makan apa saja, serta aktivitas yang dilakukan selama hari tersebut) Daya Ingat Sesaat : Baik (pasien mampu mengulang nama

obyek yang digambar oleh pemeriksa) 5. Kemampuan Visuospasial bertumpang tindih) 6. Pikiran Abstrak : Baik (pasien berencana untuk mencari : Baik (pasien dapat menggambar gambar

pekerjaan setelah keluar dari RS untuk menyara keluarga) 7. Kemampuan Menolong Diri : Baik (pasien mau makan dan mandi secara teratur)

E. Proses Pikir 1. Arus Pikir Produktivitas : Cukup. Pasien menjawab apa yang

ditanya oleh pemeriksa dan ide cerita sesuai dengan pembicaraan.

Kontinuitas Pikiran

: Koheren. Pasien dapat menjawab sesuai dengan pertanyaan, dan sesuai dengan tujuan yang dimaksud pemeriksa.

Hendaya Berbahasa

: Tidak ada. Pasien mengunakan bahasa secara lazim sesuai dengan tata bahasa.

2. Isi Pikir Preokupasi : Ada (pasien hanya menceritakan tentang kesusahan hidupnya) Waham : Waham dikendalikan (delusion of control)

F. Pengendalian Impuls

Pasien

tenang

selama

wawancara

(pengendalian impuls cukup baik)

G. Daya Nilai 1. Daya nilai sosial Baik (ketika diberi pertanyaan apakah tindakan mencuri itu baik, pasien menjawab tidak) 2. Uji daya nilai Baik (pasien jika menemukan dompet di tengah jalan, maka pasien tidak mengambil dompet itu) 3. Penilaian realita Terganggu (terdapatnya waham dan halusinasi)

H. Tilikan : Derajat 3 (menyalahkan faktor eksternal sebagai peyebab sakitnya) I. Taraf Dapat Dipercaya : Dapat dipercaya

III. STATUS FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 4 Juli 2013 pukul 09:00 WIB di Ruang Bratasena RSMM Bogor.

A. Status Internus Keadaan umum Kesadaran Tekanan darah Frekuensi napas Frekuensi nadi Suhu Status gizi Kulit Kepala Rambut Mata Telinga Gigi dan mulut Leher Jantung Paru : Baik : Compos mentis : 90/60 mmHg : 20x/menit : 84x/menit : dalam batas normal : Kesan gizi baik : sawo matang : Tidak ada deformitas, normocephali. : Hitam, lebat, tidak mudah tercabut. : Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, : Normotia, sekret (-) : Dalam batas normal : Pembesaran KGB (-) : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-) : Pergerakan dinding dada simetris, suara napas vesikuler, Ronkhi -/-, wheezing -/Abdomen : Datar, supel, bising usus normal, tidak ditemukan pembesaran hepar dan lien. Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-)

B. Status Neurologis GCS Kaku kuduk Pupil Kesan parase nervus kranialis : 15 (E4,V5,M6) : (-) : Bulat, isokor : (-)

10

Motorik

: Kekuatan (5), tonus baik, rigiditas (-), spasme (-), hipotoni (-), eutrofi, tidak ada gangguan keseimbangan dan koordinasi

Sensorik Reflex fisiologis Reflex patologis Gejala ekstrapiramidal Stabilitas postur tubuh Tremor di kedua tangan

:Tidak ada gangguan sensibilitas : Normal : (-) : (-) : Normal : (-)

IV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien seorang laki-laki berusia 51 tahun, pendidikan SD kelas 1, tidak punya pekerjaan tetap, bertempat tinggal di Parung Panjang datang diantar oleh keluarganya dengan keluhan marah-marah tanpa sebab yang jelas. Satu minggu SMRS, pasien merasa sulit untuk tidur karena berasa cemas dan tertekan karena masalah keuangan. Nafsu makan pasien berkurang dan pasien mulai mengabaikan kebersihan diri dan jarang mandi. Pasien menyangkal kalau ada mendengar suarasuara bisikan dan menyangkal kalau ada melihat sesuatu yang aneh yang tidak boleh dilihat oleh orang lain. Satu hari SMRS, pasien mulai bicara dan tertawa sendiri. Menurut anaknya pasien sering berkomat-kamit tetapi isi perbicaraannya tidak dapat difahami. Pasien juga sempat keluyuran dan telanjang di tempat umum. Pagi sebelum masuk rumah sakit, pasien mulai marah-marah. Pasien merasakan ada sesuatu yang masuk ke dalam dirinya dan menyebabkan pasien ingin marah. Pasien mudah tersinggung dan kesal dengan orang sekitarnya tanpa sebab jelas. Pasien juga sempat merusak barang-barang di rumah. Anaknya menyangkal kalau pasien ada mengancam untuk mencederai diri sendiri atau orang lain. Pasien kurang memperhatikan penampilan dirinya. Pasien jarang mandi dan tidak menjaga kebersihan diri karena tidak ada keinginan untuk melakukan hal tersebut. Pasien tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, tetapi sering

11

membantu ibunya bercucuk tanam di kebun. Riwayat merokok,penggunaan zat dan minum alkohol disangkal. Sebelumnya pasien pernah 2 kali dirawat di RSJ Grogol karena penyakit yang sama, namun pada saat dipulangkan ke rumah, pasien tidak teratur minum obat. Pada status mental ditemukan: Kesadaran Psikologis : terganggu Sosial : baik

Perilaku dan aktivitas motorik Sebelum wawancara : sedang tiduran di kamar. Selama wawancara : pasien duduk dengan ekspresi yang cukup tenang, kontak mata cukup, bicara volume cukup, lambat dalam memberikan respon dalam pertanyaan, pasien menjawab semua pertanyaan yang di ajukan, jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan. Setelah wawancara : pasien kembali ke tempat asal.

Pembicaraan : dengan volume suara yang tenang, spontan, dan cepat. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif Afek Mood Keserasian Empati : stabil, pengendalian cukup, echt, tumpul : euthym : tidak serasi antara emosi dan isi pembicaraan : tidak dapat diraba-rasakan

Halusinasi : Halusinasi (+) saat masuk : pasien bicara dan tertawa sendiri (perilaku halusinasi)

Arus Pikir Produktivitas : Cukup Kontinuitas Pikiran: Koheren Preokupasi : Ada (pasien hanya menceritakan tentang kesusahan hidupnya) Waham : waham dikendalikan (delusion of control)

12

Tilikan : Derajat 3 (menyalahkan faktor eksternal sebagai penyebab sakitnya)

Taraf Dapat Dipercaya

: Dapat dipercaya

Perjalanan penyakit Pulang dalam keadaan baik Teratur minum obat sehingga habis tetapi tidak kontrol lagi

Selama pulang pasien tidak rutin berobat ke RS, namun tidak ada keluhan dari pasien maupun ahli keluarga Tidak minum obat selama 1,5 tahun

2011 Pasien mulai menunjukkan sikap aneh - Marah-marah - Keluyuran - Bicara sendiri - Tidak dapat merawat diri Pasien di rawat di RSJ Grogol selama 2 minggu Timbul keluhan yang sama sejak berenti minum obat selama 6 bulan Di rawat di RSJ Grogol buat kali kedua

2012

24/6/13 1 minggu SMRS - Sulit tidur - Cemas dan tertekan - Tidak dapat merawat diri - Nafsu makan berkurang 1 hari SMRS - Bicara dan tertawa sendiri - Keluyuran - Telanjang di tempat umum Pagi SMRS - Marah- marah - Merasakan ada sesuatu masuk ke dalam dirinya dan menyebabkan dia ingin marah - Mudah tersinggung - Merusak barang

13

VI. FORMULASI DIAGNOSTIK Pada pasien terdapat pola perilaku atau psikologis yang secara bermakna dan khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan hendaya (disfungsi) dalam berbagai fungsi psikososial. Terdapat pula penderitaan (disstres) yang dialami oleh pasien. Dengan demikian dapat disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa.

Diagnosis Aksis I : Berdasarkan anamnesis, pasien tidak memiliki riwayat cedera kepala, riwayat tindakan operatif, dan riwayat kondisi medik lain yang dapat secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang dapat mempengaruhi fungsi otak. Pasien tidak mengalami gangguan yang bermakna yang menimbulkan gangguan jiwa. Oleh karena itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif, seperti merokok, minum alkohol dan pemakaian narkoba sehingga diagnosis gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-19) dapat disingkirkan. Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan kedalam: Gangguan Skizofrenia (berdasarkan PPDGJ III) Pedoman diagnostik: Persyaratan yang normal untuk diagnosis skizofrenia ialah harus ada sedikitnya satu gejala tersebut di bawah yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih apabila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) dari gejala yang termasuk salah satu dari kelompok gejala (a) sampai (d) tersebut di bawah, atau paling sedikit dua gejala dari kelompok (e) sampai (h), yang harus selalu ada secara jelas selama kurun waktu 1 bulan atau lebih.

14

(a) thought echo, thought insertion atau withdrawal, dan thought broadcasting (b) Waham dikendalikan (delusion of control), waham dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity yang jelas merujuk kepada pergerakan tubuh atau pergerakan anggota gerak, atau pikiran, perbuatan atau perasaan (sensations) khusus : persepsi delusional (c) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh (d) Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budayanya dianggap tidak wajar serta sama sekali mustahil, seperti misalnya mengenai identitas keagamaan atau politik, atau kekuatan dan kemampuan manusia super (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain) (e) Halusinasi yang menetap dalam setiap modalitas, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang/melayang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus (f) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan (interpolasi) yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme (g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), sikap tubuh tertentu (posturing), atu fleksibilitas serea,

negativisme, mutisme dan stupor (h) Gejala-gejala negatif seperti sikap sangat masa bodoh (apatis), pembicaraan yang terhenti, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial, tetapi harus jelas

15

bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika (i) Suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari beberapa aspek perilaku perorangan,

bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara sosial.

Berdasarkan PPDGJ III, maka kasus ini dtitikberatkan pada: Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0) Pedoman diagnostik : Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia. Sebagai tambahan Halusinasi dan/atau waham harus menonjol; a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit

(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing); b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol; c) Waha dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi passivity (delusion (delusion of of influence), passivity), atau dan

keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam, dalah yang paling khas;

16

Gangguan

afektif,

dorongan

kehendak

dan

pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

Diagnosis aksis II Untuk saat ini, diagnosis aksis II pada pasien belum dapat ditentukan.

Diagnosis aksis III Pada pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kondisi medik yang berhubungan dengan kondisi pasien pada saat ini, dapat disimpulkan belum ada diagnosis pada aksis III.

Diagnosis aksis IV Pada anamnesis didapatkan masalah psikososial berupa masalah ekonomi dimana pasien merupakan tunjang ekonomi keluarga. Tetapi sejak sakit pasien tidak mempunyai pekerjaan yang tetap.

Diagnosis aksis V Skala GAF : GAF HLPY : 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll) GAF saat masuk : 60-51 (gejala sedang (moderate), disabilitas sedang). GAF saat ini: 90-81 (gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa).

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV

: Gangguan Skizofrenia Paranoid (F20.0) (PPDGJ III) : Belum dapat ditentukan : Tidak ada diagnosis : Masalah ekonomi

17

Aksis V

: GAF HPYL : 81 GAF saat masuk : 51 GAF saat ini : 90

VIII. DAFTAR PROBLEM Organobiologi : Faktor genetik gangguan jiwa pada keluarga pasien disangkal Psikologis Sosiobudaya : Terdapat halusinasi dan perilaku kacau : Hendaya dalam fungsi sosial

IX. DIAGNOSIS BANDING Gangguan skizofrenia Residual (F20.5)(PPDGJ III)

X. PROGNOSIS Ad vitam : ad bonam

Ad fungsionam : dubia ad malam Ad sanasionam : dubia ad malam

A. Faktor yang memperingan : Tidak terdapat faktor genetik

B. Faktor yang memperberat : Masalah ekonomi, pasien merupakan sumber mata pencarian utama keluarga Pasien tidak mempunyai pekerjaan tetap Multiepisode Pasien tidak teratur minum obat Kurangnya dukungan keluarga (jarang menjenguk pasien)

18

X. PENATALAKSANAAN Psikofarmaka : Haloperidol 3 x 5 mg Trihexyphenidyl 3 x 2 mg Risperidon 2 x 2 mg

Psikoterapi -

Psikoterapi suportif dengan memberikan kesempatan kepada pasien untuk menceritakan masalahnya dan meyakinkan pasien bahwa ia sanggup menghadapi masa-masa sulit dan masalah yang ada.

Memotivasi pasien untuk rajin minum obat secara teratur dan memberikan dukungan kepada pasien bahwa gejala yang dialami akan menghilang dan dapat kembali pulang ke rumah apabila menurut dokter yang merawat keadaannya sudah membaik.

Memberikan edukasi pada pasien bahwa obat yang diminum tidak menimbulkan ketergantungan, justru sebagai pengontrol agar gejala yang dialami pasien dapat terkontrol dan pasien dapat menjalani kegiatan sehari-hari seperti sebelum sakit.

Memberikan dukungan kepada pasien bahwa ia dapat kembali melakukan aktivitas seperti sebelum sakit kalau gejala yang dirasakan pasien dapat terkontrol.

Memberikan

pengetahuan

tentang

kehidupan

beragama,

berkeluarga, dan sosial yang baik.

Sosioterapi

- Menjelaskan kepada keluarga pasien tentang keadaan pasien agar mengerti keadaan pasien dan selalu memberi dukungan kepada pasien.

19

- Mengingatkan keluarga pasien untuk rajin kontrol ke poliklinik psikiatri dan mengambil obat secara teratur setelah selesai rawat inap dalam program rawat jalan. - Mengajarkan keterampilan yang sesuai dengan kemampuan dan pendidikannya. - Memberikan informasi pentingnya activity daily living dalam kehidupannya sehari-hari dan meyakinkan pasien agar mau melaksanakan kegiatan tersebut.

20

Anda mungkin juga menyukai