"Di Indonesia ini sistem kesehatan kita belum cukup kuat untuk menarik persalinan yang di rumah keluar jika terjadi sesuatu, jadi wajar jika negara seperti kita belum berani merekomendasikan persalinan di rumah," ujar Dr Dwiana. Dr Dwiana menjelaskan meski kehamilan itu kayanya baik-baik saja tapi kalau sekalinya berisiko bisa menyebabkan kematian, karena kalau ada perdarahan dan ibunya tidak cukup punya waktu untuk pergi ke rumah sakit atau fasilitas nggak cukup kuat untuk menjangkau bisa menyebabkan kematian, ujar Dr Dwiana. Kecelakaan pada saat kehamilan bisa terjadi begitu saja, meski bayi lintang bisa diprediksi tapi untuk perdarahan paling tidak bisa diperkirakan. Bahkan perdarahan post partum bisa saja terjadi di rumah sakit, tapi akses untuk tindakan lanjut bisa cepat dilakukan misalnya operasi sehingga ibu bisa selamat. Tapi jika perdarahan terjadi di rumah dan jalanan macet, akses ke rumah sakit sulit maka bisa berbahaya dan menimbulkan kematian. Dalam 1 jam saja perdarahan bisa membuat ibu meninggal karena darah bisa keluar
500 cc per menit kalau rahim tidak mau kontraksi setelah ari-ari keluar. "Memang yang paling aman saat ini terpaksa persalinan dilakukan di rumah sakit. Mungkin kalau kita sudah maju, transportasi sudah oke, ambulance juga siap maka bisa dilakukan persalinan di rumah," ungkapnya. Dr Dwiana mengungkapkan jika memang ingin melakukan persalinan di rumah maka sudah harus menyiapkan akses ke rumah sakit, misalnya memiliki jaringan dengan rumah sakit sehingga kalau ada apaapa bisa langsung telepon, atau dia punya mobil karena kalau mencari taksi sulit dan ibunya bisa saja tidak tertolong. "Bukan salah persalinan di rumah, paling tidak kita mulai dengan meningkatkan kualitas dan memberikan pelayanan yang lebih baik terlebih dahulu," ujar Dr Dwiana.