Anda di halaman 1dari 2

40 Persen Ibu Hamil di Indonesia Pilih Melahirkan di Rumah

Vera Farah Bararah - detikHealth Selasa, 14/08/2012 14:39 WIB


Jakarta, Meski saat ini sudah ada jaminan dari Pemerintah yang menggratiskan biaya persalinan di rumah sakit, tapi nyatanya diketahui masih ada sekitar 40 persen ibu hamil yang melakukan persalinan di rumah. "40 persen persalinan di rumah, nggak tahu kenapa padahal sudah ada Jampersal (Jaminan persalinan) yang sudah gratis," ujar Wamenkes Prof dr Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD dalam acara diskusi rekomendasi perbaikan gizi nasional pada 1000 hari pertama kehidupan di gedung Kemenkes, Selasa (14/8/2012). Prof Ali Ghufron menuturkan kemungkinan ibu hamil melahirkan di rumah karena bisa lebih nyaman ditunggui oleh keluarganya dan suasananya lebih tenang ketimbang di rumah sakit. Tapi ada risiko yang bisa mengintai jika dilakukan di rumah. "Di Singapura melahirkan di klinik saja tidak boleh apalagi di rumah, untuk itu berani nggak mengatur bahwa tidak boleh melakuakn persalinan di rumah," ujar Prof Ali Ghufron. Sementara itu Dr dr Dwiana Ocviyanti, SpOG(K) dari Departemen Obstetri dan Ginekologi FKUI/RSCM menuturkan saat ini sangat disadari bahwa semua persalinan itu berisiko, walaupun jarang tapi 10 persen dari persalinan itu bisa bermasalah.

"Di Indonesia ini sistem kesehatan kita belum cukup kuat untuk menarik persalinan yang di rumah keluar jika terjadi sesuatu, jadi wajar jika negara seperti kita belum berani merekomendasikan persalinan di rumah," ujar Dr Dwiana. Dr Dwiana menjelaskan meski kehamilan itu kayanya baik-baik saja tapi kalau sekalinya berisiko bisa menyebabkan kematian, karena kalau ada perdarahan dan ibunya tidak cukup punya waktu untuk pergi ke rumah sakit atau fasilitas nggak cukup kuat untuk menjangkau bisa menyebabkan kematian, ujar Dr Dwiana. Kecelakaan pada saat kehamilan bisa terjadi begitu saja, meski bayi lintang bisa diprediksi tapi untuk perdarahan paling tidak bisa diperkirakan. Bahkan perdarahan post partum bisa saja terjadi di rumah sakit, tapi akses untuk tindakan lanjut bisa cepat dilakukan misalnya operasi sehingga ibu bisa selamat. Tapi jika perdarahan terjadi di rumah dan jalanan macet, akses ke rumah sakit sulit maka bisa berbahaya dan menimbulkan kematian. Dalam 1 jam saja perdarahan bisa membuat ibu meninggal karena darah bisa keluar

500 cc per menit kalau rahim tidak mau kontraksi setelah ari-ari keluar. "Memang yang paling aman saat ini terpaksa persalinan dilakukan di rumah sakit. Mungkin kalau kita sudah maju, transportasi sudah oke, ambulance juga siap maka bisa dilakukan persalinan di rumah," ungkapnya. Dr Dwiana mengungkapkan jika memang ingin melakukan persalinan di rumah maka sudah harus menyiapkan akses ke rumah sakit, misalnya memiliki jaringan dengan rumah sakit sehingga kalau ada apaapa bisa langsung telepon, atau dia punya mobil karena kalau mencari taksi sulit dan ibunya bisa saja tidak tertolong. "Bukan salah persalinan di rumah, paling tidak kita mulai dengan meningkatkan kualitas dan memberikan pelayanan yang lebih baik terlebih dahulu," ujar Dr Dwiana.

Anda mungkin juga menyukai