I Ketut Agus Suanjaya 0902005157 Thuvija Darshini Govindev 0902005194 Ni Kt Dian Esterina Aprilia Efritha 0902005126 I Gede Wahyu Adi Raditya 0902005031 Levinra V Vijayakumar 0902005182 Gede Wirata 0902005048
Pendahuluan
Hiperbilirubinemia menyebabkan bayi terlihat berwarna kuning, keadaan ini disebabkan oleh akumulasi pigmen bilirubin yang disebut dengan ikterus
Nilai normal dari bilirubin indirek adalah 0,3-1,1 mg/dl, sedangkan bilirubin direk adalah 0,1-0,4 mg/dl.1 angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan 80% pada bayi kurang bulan
Definisi
Ikterus perubahan warna kuning pada kulit, membran mukosa, sklera dan organ lain yang disebabkan oleh peningkatan kadar bilirubin di dalam darah. Hiperbilirubinemia ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum menjurus ke arah terjadinya kernikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
Ikterus Fisiologis
kadar bilirubin tak terkonjugasi bayi baru lahir pada minggu pertama >2 mg/dl
Bayi cukup bulan + susu formula, kadar bilirubin akan sekitar 6-8 mg/dl pada hari ke-3 kehidupan kemudian akan cepat selama 2-3 hari diikuti dengan yang lambat sebesar 1 mg/dl selama 1-2 minggu
Bayi baru lahir + ASI, kadar bilirubin puncak mencapai kadar lebih tinggi (7-14 mg/dl) dan terjadi lebih lambat.
Bayi kurang bulan + susu formula juga akan mengalami dengan puncak lebih tinggi dan lebih lama, demikian juga jika tidak diberikan fototerapi Peningkatan sampai 10-12 mg/dl masih dikatakan kisaran fisiologis bahkan hingga 15 mg/dl, tanpa disertai kelainan metabolisme bilirubin. Kadar normal bilirubin tali pusat <2 mg/dl dan berkisar dari 1,4 1,9 mg/dl
Ikterus Patologis
Ikterus terjadi pada 24 jam pertama Peningkatan konsentrasi bilirubin 5 mg/dl atau lebih setiap 24 jam Konsentrasi bilirubin serum sewaktu melebihi 10 mg/dl pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg/dl pada neonatus cukup bulan. Ikterus yang disertai proses hemolisis (Inkompabilitas darah, defisiensi enzim G6PD, dan sepsis)
Hiperosmolaritas darah
Ikterus klinis yang menetap setelah bayi berusia > 8 hari ( pada neonatus cukup bulan) atau lebih dari 14 hari (pada neonatus kurang bulan)
Epidemiologi
bayi dengan berat lahir <2500 gram atau usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertama kehidupannya
60% bayi cukup bulan dan 80% pada bayi kurang bulan mengalami ikterus Di Jakarta dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. 3,5-7
Etiologi
Patofisiologi
Bilirubin adalah anion organik yang berwarna oranye dengan berat molekul 584.
Bilirubin adalah anion organik yang berwarna oranye dengan berat molekul 584. 80% heme berasal dari hasil perombakan sel darah merah
Pengikatan dengan albumin adalah upaya tubuh untuk menyingkirkan bilirubin indirek dari tubuh dengan segera. Daya ikat albumin bilirubin (kapasitas ikat total) berkisar 25mg/dl.
Pada saat kompleks bilirubin-albumin mencapai membran plasma hepatosist, albumin terikat ke reseptor permukaan sel kemudian bilirubin ditransfer melalui sel membran yang berikatan dengan ligandin (protein Y).
Dalam hepatosit bilirubin akan diikat oleh asam glukoronat yang berasal dari asam uridin difosfoglukoronat dengan bantuan enzim glukoronil transferase
Hasil gabungan ini larut dalam air sehingga disebut bilirubin direk atau bilirubin terikat (conjugated)
Setelah mengalami proses konjugasi, bilirubin akan diekskresikan ke dalam kandung empedu kemudian memasuki saluran cerna dan diekskresikan melalui feses.
Setelah berada di usus halus, bilirubin yang terkonjugasi tidak langsung dapat diresorbsi. Ia dikembalikan menjadi bentuk tidak terkonjugasi oleh enzim beta-glukoronidase.
Resorbsi kembali bilirubin dari saluran cerna dan kembali ke hati untuk dikonjugasikan kembali disebut sirkulasi enterohepatik pada mukosa usus halus dan feses bayi baru lahir mengandung enzim -glukoronidase yang dapat menghidrolisis monoglukoronida dan diglukoronida kembali menjadi bilirubin tak terkonjugasi yang selanjutnya dapat diabsorpsi kembali.
lumen usus halusnya bayi baru lahir masih steril sehingga bilirubin konjugasi tidak dapat diubah menjadi sterkobilin.
Peningkatan kadar bilirubin tubuh terdapat penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang berlebihan (bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia) Gangguan pemecahan bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan kadar bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar proteinY dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis. peningkatan kadar bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi hepar atau neonatus yang mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu
Pada derajat tertentu bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada bilirubin indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak. Sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut Kernikterus. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila bayi terdapat keadaan berat badan lahir rendah, hipoksia, dan hipoglikemia.
-Peningkatan aktivitas -glukoronidase - Tidak adanya flora bakteri -Pengeluaran mekonium yang terlambat
Penurunan clearance bilirubin - Penurunan clearance dari plasma - Penurunan metabolisme hepatik - Defisiensi protein carrier - Penurunan aktivitas UDPGT
Manifestasi klinis
tampak pada kulit, mukosa dan konjungtiva yang berwarna kuning/ ikterus.
Hipotiroidisme
Feses dempul disertai urine warna coklat tua Letargik dan gejala klinis sepsis lainnya Petekie : sering berkaitan dengan infeksi kongenital, sepsis atau eritroblastosis
9 - 18
11 - 18
> 15
Cara pemeriksaan
menekan jari telunjuk ditempat yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang dada, lutut dan lain-lain. Kemudian penilaian kadar bilirubin dari tiaptiap nomor disesuaikan dengan angka rata-rata di dalam gambar di bawah ini.
Diagnosis (anamnesis)
Anamnesis ikterus pada riwayat obstetri sebelumnya sangat membantu dalam menegakkan diagnosis hiperbilirubinemia pada bayi. Anamnesis mengenai riwayat inkompabilitas darah, riwayat transfusi tukar, atau terapi sinar pada bayi sebelumnya. Faktor resiko kehamilan dan persalinan juga berperan dalam diagnosis dini ikterus/hiperbilirubinemia pada bayi (kehamilan dengan komplikasi, persalinan dengan komplikasi, obat yang diberikan pada ibu selama hamil/persalinan, kehamilan dengan diabetes melitus, gawat janin, malnutrisi intrauterin, infeksi intranatal, dan lain-lain.
Riwayat pasase mekonium saat lahir, riwayat asupan cairan (riwayat minum ASI dan/atau susu formula) untuk mengetahui kemungkinan adanya breast- feeding jaundice atau breast- milk jaundice.
Waktu timbulnya ikterus mempunyai arti yang penting pula dalam diagnosis dan penatalaksanaan penderita karena saat timbulnya ikterus berkaitan erat dengan kemungkinan penyebabnya.7-10
Diagnosis(pemeriksaan fisik)
Pemeriksaan fisik dibagi dalam pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan fisik khusus. Pemeriksaan fisik umum meliputi keadaan umum pasien (gangguan nafas, apnea, instabilitas suhu, dll). Pemeriksaan fisik khusus difokuskan pada penilaian kuning pada bayi. WHO dalam panduannya menerangkan cara menentukan ikterus secara visual, sebagai berikut: Pemeriksaan dilakukan dengan pencahayaan yang cukup (di siang hari dengan cahaya matahari) karena ikterus bisa terlihat lebih parah bila dilihat dengan pencahayaan buatan dan bisa tidak terlihat pada pencahayaan yang kurang. Tekan kulit bayi dengan lembut dengan jari untuk mengetahui warna di bawah kulit dan jaringan subkutan. Tentukan keparahan ikterus berdasarkan umur bayi dan bagian tubuh yang tampak kuning (menurut Kramer)
Waktu Hari ke -1
Anjuran pemeriksaan Kadar bilirubin serum berkala, hb, golongan darah ibu/bayi, uji Coombs Darah tepi lengkap, riwayat keluarga Ig M, serologi, trombosit, biakan darah/urine Uji tapis defisiensi enzim
- Sferositosis
- Infeksi intrauterin (TORCH) - Anemia hemolitik nonsferositosis (mis G6PD) Hari ke - 2 - Infeksi
Darah tepi, biakan darah/urine, pungsi lumbal (kalau perlu), foto paru,dll Idem seperti di atas
Diagnosis Banding Fisiologis (KU baik, mau minum, BB naik, H/L ttb, kadar bilirubin total <15 mg/dl, menghilang pada hari ke-10
Anjuran Pemeriksaan Bila kriteria tidak dipenuhi, periksa midstream urine, darah tepi (untuk infeksi laten), golongan darah & uji Coombs (untuk penyakit hemolitik ringan dan defisiensi enzim) Awasi keadaan umum, berat badan dan minumnya Pemeriksaan darah/urine sesuaikan dengan diagnosis
Minum ASI Infeksi bakteri/virus Anemia hemolitik Galaktosemia Hipotiroidisme Obat-obatan Sindrom Lucey-Driscoli Fibrosis kistik Penyakit Gilbert Ikterus obstruktif
Penatalaksanaan
Strategi Pencegahan Hiperbilirubinemia
Penggunaan Farmakologi Foto terapi dan transfusi tukar
Pencegahan primer menyusui bayi 8 12 kali perhari untuk beberapa hari pertama + tidak memberikan cairan tambahan Pencegahan sekunder wanita hamil harus diperiksa golongan darah ABO dan rhesus serta penyaringan serum untuk antibodi isoimun yang tidak biasa. Evaluasi laboratoruim pengukuran kadar bilirubin
Penyebab kuning a) Bayi yang mengalami peningkatan bilirubin direk atau konjugasi harus dilakukan analisis dan kultur urin. b) Bayi sakit dan ikterus pada umur atau lebih dari 3 minggu harus dilakukan pemeriksaan bilirubin total dan direk untuk mengidentifikasi adanya kolestasis. c) Jika kadar bilirubin direk meningkat, dilakukan evaluasi tambahan mencari penyebab kolestasis d) Pemeriksaan kadar G6PD direkomendasikan untuk bayi ikterus yang mendapat fototerapi dan dengan riwayat keluarga atau ernis/asal geografis yang menunjukan kecenderungan defisisensi G6PD atau pada bayi dengan respons fototerapi buruk.
a) b)
Pengelolaan bayi dengan ikterus yang mendapat ASI Observasi semua fase awal bayi, pertimbangkan untuk merangsang pengeluaran jika feses keluar dalam waktu 24jam. Segera mulai menyusui dan beri sesering mungkin. Menyusui yang sering dengan waktu yang singkat lebih efektif dibandingkan dengan menyusui yang lama dengan frekuensi yang jarang walaupun total waktu yangdiberikan sama.
c)
d) e)
f)
Imunoglobin intravena digunakan pada bayi dengan Rh yang berat dan inkompatibilitas ABO untuk menekan isoimun dan menurunkan tindakan transfusi ganti. Phenobarbital merangsang aktivitas dan konsentrasi UPGDT dan Ligandin serta dapat meningkatkan jumlah tempat ikatan bilirubin. Pencegahan hiperbilirubinemia dengan metalloprotoporphyrin. Zat ini efektif sebagai inhibitor kompetitif dari heme oksigenase, yang diperlukan untuk katabolisme heme menjadi biliverdin.
Penggunaan Farmakologi
Lakukan pemeriksaan laboratarium : Bilirubin total dan direk, Golongan darah (ABO Rh), Tes antibodi direk (Coombs), Serum albumin, Pemeriksaan darah tepi lengkap dengan hitung jenis dan morfologi, Jumlah retikulosit, ETCO (bila tersedia), G6PD (bila terdapat kecurigaan berdasarkan etnis dan geografis atau respon terhadap terapi kurang) dan Urinalisis Bila anamnesis dan tampilan klinis menunjukan kemungkinan sepsislakukan pemeriksaan kultur darah, urin, dan liquor untuk protein, glukosa, hitung jenis dan kultur.
Tindakan
Bila bilirubin total 25mg atau 20 mg pada bayi sakit/bayi <38 minggu, lakukan pemeriksaan golongan darah dan cross match pada pasien yang akan direncanakan transfusi ganti.
Bayi dengan penyakit autoimun hemolitik dan kadar bilirubin total meningkat walau telah dilakukan foto terapi intensif/ dalam 2-3mg/dL kadar transfusi ganti, berikan imunoglobin intravena 0,5-1 g/kg selama 2 jam dan boleh diulang bila perlu 12 jam kemudian.
Kadang ditemukan kelainan, seperti gangguan minum, letargi, dan iritabilitas. Ini bersifat sementara dan hilang sendirinya.
Hipoglikemia
Gangguan keseimbangan asam basa Hiperkalemia Gangguan kardiovaskular (Perforasi pembuluh darah, Emboli, Infark, Aritmia, Volume overload, Arrest) Perdarahan(Trombositopenia, Defisiensi faktor pembekuan) Infeksi
Hemolisis
Graft-versus host disease Lain-lain: hipotermia,hipertermia dan kemungkinan terjadinya enterokolitis nekrotikans.
Komplikasi Hiperbilirubinemia
Enselopati manifestasi klinis yang timbul akibat efek toksik bilirubin pasa sistem saraf pusat yaitu basal ganglia dan berbagai nuclei batang otak. Keadaan ini tampak pada minggu pertama sesudah bayi lahir
Kernikterus perubahan neurapatologi yang ditandai oleh diposisi pigmen bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama ganglia basalis, pons, dan cerebelum.
Prognosis
berpengaruh buruk apabila bilirubin indirek telah melalui sawar darah otak.