Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh : Zahrotul aimah, Sked J500 070 048 KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENDAHULUAN
Tujuan penulisan
Menambah tingkat pengetahuan bagi mahasiswa kedokteran
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Prostat
Kelenjar prostat adalah salah satu organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli-buli dan membungkus uretra posterior.
Berbentuk seperti pyramid terbalik dan merupakan organ kelenjar fibromuskuler yang mengelilingi uretra pars prostatica. Prostat merupakan kelenjar aksesori terbesar pada pria; tebalnya 2 cm dan panjangnya 3 cm dengan lebarnya 4 cm, dan berat 20 gram.
Definisi BPH
Adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer. Merupakan pembesaran kelenjar prostat yang bersifat jinak yang hanya timbul pada laki-laki yang biasanya pada usia pertengahan atau lanjut
Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat; tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua)
Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat (1) (2) (3) (4) (5) Teori Dihidrotestosteron, Adanya ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron, Interaksi antara sel stroma dan sel epitel prostat, Berkurangnya kematian sel (apoptosis), dan Teori Stem sel.
Patofisiologi
Sebagian besar hiperplasia prostat terdapat pada zona transisional, sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer Pertumbuhan kelenjar ini sangat bergantung pada hormon testosteron, yang di dalam sel- sel kelenjar prostat hormon akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT) dengan bantuan enzim 5 reduktase. Dihidrotestosteron inilah yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel- sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat
Pembesaran prostat
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan menghambat aliran urine
Diteruskan ke seluruh bagian buli- buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter aliran balik urine dari bulibuli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter
Untuk dapat mengeluarkan urine, buli- buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu
perubahan anatomik buli- buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli- buli.
berlangsung terus
Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (colok dubur) ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml. Derajat 2 : Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol, batas atas masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml. Derajat 3 : Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi total.
Pemeriksaan Fisik
Buli-buli yang terisi penuh dan teraba massa kistus di daerah supra simfisis akibat retensi urine. Kadang-kadang didapatkan urine yang selalu menetes yang merupakan pertanda dari inkontinensia paradoksa
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium a. Sedimen urin b. Kultur urin c. Faal ginjal d. Gula darah e. Penanda tumor PSA 2. Pemeriksaan PA 3. Pencitraan a. Foto polos b. Pemeriksaan ultrasonografi transrektal c. Sitoscopi d. Ultra sonografi transabdominal
Retensi urine akut ketidak mampuan untuk mengeluarkan urin, distensi kandung kemih, nyeri suprapubik Retensi urine kronik residu urin > 500ml, pancaran lemah, buli teraba, tidak nyeri Infeksi traktus urinaria Batu buli Hematuri Inkontinensia-urgensi Hidroureter Hidronefrosis - gangguan pada fungsi ginjal
Komplikasi
Penatalaksanaan
Tujuan terapi hyperplasia prostat adalah (1) memperbaiki keluhan miksi, (2) meningkatkan kualitas hidup, (3) mengurangi obstruksi intravesika, (4) mengembalikan fungsi ginjal jika terjadi gagal ginjal, (5) mengurangi volume residu urine setelah miksi (6) mencegah progrefitas penyakit.
Gejala sedang
Tes diagnostic /berat (AUA8) Uroflow Residu urin postvoid
Pilihan terapi
Terapi non-invasif
Watchful waiting
Terapi medis
Operasi
Berkurangnya semen-4%
Terapi kombinasi Terapi invasi minimal Transuretral microwave heat Sedang-berat 9-11 Urgensi/frekuensi-28-74% Infeksi-9% Prosedur kedua dibutuhkan-10-16% TUNA Sedang 9 Urgensi/frekuensi-31% Infeksi-17% Prosedur kedua dibutuhkan-23% Operasi TURP, laser & operasi sejenis Berat 14-20 Retensi urinaria-1-21% Urgensi&frekuensi-6-99% Gangguan ereksi-3-13% Sedang 6-7 kombinasi
1. Keparahan obstruksi yang lamanya 7 hari dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Jikakeparahan obstruksi diperiksa dalam dua minggu, maka akan diketahui sejauh mana tingkat keparahannya. Jika obstruksi keparahannya lebih dari tigaminggu maka akan lebih dari 50% fungsi ginjal hilang. 2. Prognosis yang lebih buruk ketika obstruksi komplikasi disertai dengan infeksi
Prognosis