Anda di halaman 1dari 12

art ike lke do kt e ran.

co m

http://www.artikelkedo kteran.co m/875/farmako terapi-pada-gangguan-kecemasan.html

FARMAKOTERAPI PADA GANGGUAN KECEMASAN | Artikel Kedokteran


PENDAHULUAN Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu respons mental dan f isik terhadap situasi yang menakutkan dan mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respons f isiologis ketimbang respons patologis terhadap ancaman. Kecemasan merupakan suatu sinyal yang menyadarkan & memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (baik f isik maupun psikologik). Sehingga orang cemas tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan merupakan respons yang sangat diperlukan.1,2 Cemas pada umumnya terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress kehidupan sehari-hari. Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup.Sebaliknya, kecemasan patologis adalah respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitasnya atau durasinya. Kecemasan patologis menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom yang mengenai sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal dan bahkan genitourinarius. Respons kecemasan yang berkepanjangan ini sering diberi istilah gangguan kecemasan.1 Gangguan kecemasan berdasarkan ICD-10, terbagi atas 5 bagian besar yaitu: 1) gangguan panik, dengan ciri munculnya mendadak tanpa f aktor pencetus; 2) gangguan cemas umum, yaitu kecemasan yang diderita bersif at mengambang bebas dan berlangsung menahun (kronik); 3) gangguan f obik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau obyek tertentu (spesif ik); 4) gangguan obsesif kompulsif , yaitu kecemasan yang mendorong penderita secara menetap untuk mengulangi pikiran atau perilaku tertentu dan; 5) gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah penderita mengalami peristiwa yang sangat menegangkan. 1,2 Butir-butir diagnostik Sindrom Anxietas :2,3 Adanya perasaan cemas atau khawatir yang tidak realistik terhadap 2 atau lebih hal yang dipersepsi sebagai ancaman, perasaan ini menyebabkan individu tidak mampu istirahat dengan tenang (inability to relax) Terdapat paling sedikit 6 dari 18 gejala-gejala berikut : Ketegangan motorik : 1. Kedutan otot atau rasa gemetar

2. Otot tegang / kaku / pegal linu 3. Tidak bias diam 4. Mudah menjadi lelah Hiperaktivitas otonomik 6. Jantun berdebar debar 7. Telapak tangan basah / dingin 8. Mulut kering 9. Kepala pusing / rasa melayang : 5. Naf as pendek / terasa berat

10. Mual, mencret, perut rasa tidak enak 11. Muka panas / badan menggigil 12. Buang air kecil lebih sering 13. Sukar menelan / rasa tersumbat Kewaspadaan berlebihan Dan Penangkapan Berkurang 17. Sukar tidur 18. Mudah tersinggung Hendaya dalam f ungsi kehidupan sehari-hari, bermanif estasi dalam gejala : penurunan kemampuan bekerja, hubungan social dan melakukan kegiatan rutin. Syndrom anxietas dapat terjadi pada : Sindrom anxietas psikis : Gangguan anxietas Umum, Gangguan Panik, Gangguan Fobik, Gangguan Obsesif Konvulsif , Gangguan Stress Pasca-Trauma. Sidrom Anxietas Organik Sindrom Anxietas Situasional perpisahan. : Hyperthiroid, Pheochromocytosis, dll : Gangguan Penyesuaian + Anxietas, Gangguan Cemas : 14. Perasaan jadi peka / mudah ngilu 15. Mudah terkejut / kaget 16. Sulit konsentrasi pikiran

Sindrom Anxietas Penyerta : Gangguan Jiwa + anxiety, e.g. Skizof renia, Gangguan Paranoid, dll atau Penyakit Fisik + Anxiety e.g. Stroke, MCI, Kanker, dll. Kecemasan Patologis4 Neurofisiologi Penelitian yang terus berkembang mengenai struktur Susunan Saraf Pusat, mancakup amigdala sebagai asal dari kecemasan, juga melibatkan sistem neurotransmitter saraf yang kemudian menghasilkan dan memodulasi terjadinya gangguan kecemasan. 1. Sistem Noradrenergik Sentral. Badan sel pada sistem noradrenergik terutama berlokasi di lokus sereleus di pons rostral, dan mereka mengeluarkan aksonnya ke korteks serebral, sistem limbik, batang otak, dan medulla spinalis. Stimulasi pada lokus sereleus menghasilkan serangan panik, begitupun sebaliknya. 2. Neuron Gamma-aminobutyric acid (GABA) dari sistem limbik, terutama pada septohippocampal area, memodulasi terjadinya gangguan cemas menyeluruh, ketakutan, dan kewaspadaan. Kosentrasi GABA yang sangat tinggi pada reseptornya, dengan pengikatan oleh struktur benzodiazepin dapat menurunkan status kewaspadaan yang tinggi. 3. Sistem Serotonergik dan Neuropeptida adalah modulator penting disamping dua sebelumnya. Badan sel pada sebagian besar neuron serotonergik berlokasi di nucleus raphe di batang otak rostral dan berjalan ke korteks serebral, sistem limbik (khususnya amigdala dan hipokampus), dan hipotalamus. Pelepasan serotonin menyebabkan peningkatan kecemasan. Konsep Kognitif Perilaku Terbentuknya kecemasan melalui cara kognitif -perilaku terf okuskan pada reaksi perilaku dan pengolahan inf ormasi saat mengalami cemas. Penekanannya pada peranan pikiran-pikiran dan kepercayaan yang mencetuskan cemas, serta peran respon penghindaran dalam proses berf ikir yang disf ungsional. Pikiran salah ditandai dengan adanya kekhawatiran berlebihan mengenai kemungkinan terjadinya kejadian

negatif , serta dampak dari kejadian tersebut. Usaha untuk mengurangi kecemasan dengan menghindar ataupun dengan perilaku obsesif konvulsif menyebabkan terkuncinya reaksi kecemasan & membantu terjadinya perangsangan kronik serta anticipatory anxiety yang menjadi khas pada gangguan kecemasan. Konsep Psikodinamik Dalam hal ini Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan def ensif terhadap tekanan dari dalam. Untuk penanganan pasien gangguan kecemasan adalah kombinasi f armakoterapi dan psikoterapi. Namun, yang akan dibahas lebih lanjut adalah mengenai f armakoterapi yang berhubungan dengan etiologi neurof isiologi kecemasan. PENGGOLONGAN 3 Obat-obatan yang sering digunakan untuk anxiolitik (mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan kecemasan) adalah golongan : Benzodiazepin Diazepam, Chlordiazepoxide, Lorazepam, Clobazam, Bromazepam, Oxazolam, Clorazepate, Alprazolam, Prazepam. Non-Benzodiazepin Sulpiride, Buspirone, Hydroxine. Golongan Trisiklik (T C) Monoamin oksidase inhibitor (MAOI) Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) Tabel 2. Klasifikasi Obat Anxiolitik, nama dagang di pasaran dan dosis terapetiknya 2 Anxiolitik (tranquilizer minor) a. Golongan benzodiazepin Chlordiazepoxide Diazepam Lorazepam Bromazepam Chlorazepate Clobazam Alprazolam Clonazepam b. Golongan non-benzodiazepin Opipramol Insidon 50 300 Librium Valium Ativan Lexotan Tranxene Frisium Xanax Rivotril 15 -100 4 80 2 10 2 18 15 20 30 0,75 4 0,75 8 (mg)

Buspiron Hipnotika/antiinsomnia a. Khasiat Panjang Flurazepam Diazepam b. Khasiat Menengah Estazolam Nitrazepam c. Khasiat Pendek Triazolam Lorazepam Antidepresan a. Trisiklik Amitriptiline Imipramine b. Siklik atipik Amoxapine Maprotiline Mianserine c. Monoamine Inhibitor (MAOI) Moclobemide d. Serotonin Reuptake Inhibitor (SRI) Clomipramine e. Specific Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) Fluoxetine Fluvoxamine Paroxetine Sertraline ST RUKT UR KIMIAWI5 a. Benzodiazepin

Buspar Dalmadorm Valium Esilgan Mogadon, Dumolid Halcion Ativan Laroxyl Tof ranil Asendin Ludiomil Tolvon

10 60 15 30 4 80 1- 4 2,5 5 0,125 0,25 2 10 75 -300 75 300 200 300 10 225 20 60

Aurorix Anaf ranil Prozac Luvox Seroxat Z olof t

30 600 50 150 20 80 50 300 20 60 50 200

Rumus benzodiazepine terdiri dari cincin benzen (cincin A) yang melekat pada cincin aromatic diazepin (cincin B). Namun karena benzodiazepine yang penting secara f armakologis selalu mengandung gugus subtitusi 5-aril (cincin C) dan cincin 1,4-benzodiazepin, sehingga rumus bangun kimia golongan ini selalu diidentikkan dengan 5-aril-1,4,benzodiazepine.

R1

R2

R3

R2

R4

8 Subtitusi gugus 5-aril dan gugus penglepas electron pada posisi-7 dapat memperkuat ef ek. Ket : A = cincin benzene B = cincin 1,4-diazepin C = cincin 5-aril b. Non-benzodiazepin Non-benzodiazepin adalah kelas obat psikoaktif yang secara f armakologis; ef ek samping dan kegunaannya mirip dengan benzodiazepin, namun memiliki tingkat struktur kimia yang berbeda. Buspiron merupakan contoh dari golongan azaspirodekandion yang potensial berguna dalam pengobatan ansietas. c. Anti obsesif konvulsif dan Anti-panik Trisiklik Dikatakan trisiklik antidepresan karena karakteristik tiga cincin nukleus. Imipramin suatu derivat dibenzazepin, dan amitriptilin derivat dibenzodikloheptadin, merupakan antidepresi klasik yang karena struktur kimianya yang memiliki tiga cincin nucleus disebut sebagai antidepresi trisiklik. Obat yang sering digunakan adalah clomipramine. d. Reversible inhibitors of Monoamine oxydase-A Merupakan kelompok obat yang dapat digunakan untuk menghambat deaminasi oksidatif dari monoamine. Struktur kimia dari moclobemide: e. Selektive Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI) Serotonin ialah 3-(-aminoetil)-5-hidroksiindol. Pada mamalia, serotonin disintesis dari triptof an dalam makanan yang mula-mula mengalami hidroksilasi menjadi 5-hidroksitriptof an (5-HT P), dan kemudian mengalami dekarboksilasi menjadi 5-hidroksitriptamin (5-HT, serotonin). 5-HT terutama berf ungsi sebagai transmittor saraf triptaminergik diotak. Obat golongan SSRI adalah obat yang secara selektif menghambat ambilan serotonin. Pencarian terhadap molekul dengan selektivitas yang besar terhadap transpor serotonin memimpin pada pengenalan f luoxetine, antidepresan yang ef ektif dan lebih selektif dengan toksisitas otonomik yang minimal. Sejak saat itu, empat SSRIs diperkenalkan dalam bentuk aktif enantiomer, (S)-citalopram. Semua secara struktur berbeda dari molekul trisiklik. Obat-obat ini memiliki lebih sedikit ef ek samping dibanding trisiklik dan menjadi sangat terkenal. Struktur dari f luoxetine : FARMAKODINAMIK DAN FARMAKOKINET IK 3,5,6 a. Benzodiazepin Ef ek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan ef ek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti-konvulsi. Hanya dua ef ek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perif er : vasodilatasi koroner setelah pemberian dosis terapi benzodiazepin tertentu secara IV, dan blokade neuromuskular yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat tinggi. Walaupun benzodiazepin mempengaruhi aktif itas saraf pada semua benzodiazepin pengaruhnya lebih besar dari derivat lain, sedangkan langsung. Semua benzodiazepin mempunyai prof il f armakologi yang masing-masing derivat sangat bervariasi, sehingga indikasi kliniknya tingkatan, namun beberapa derivat sebagian lagi memiliki ef ek yang tak hampir sama, namun ef ek utama dapat berbeda.

Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP. Kerja benzodiazepin terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma aminobutirat (GABA) sebagai mediator. GABA dan benzodiazepin yang aktif secara klinik terikat secara selektif dengan reseptor GABA/ benzodiazepin/ chlorida ionof or kompleks. Pengikatan ini akan menyebabkan pembukaan kanal Cl- . Membran sel saraf secara normal tidak permeabel terhadap ion klorida, tapi bila kanal Cl- terbuka, memungkinkan masuknya ion klorida, meningkatkan potensial elektrik sepanjang membran sel dan menyebabkan sel sukar tereksitasi. Sindrom Anxietas disebabkan oleh hiperaktivitas dari system limbik susunan Saraf Pusat (SSP) yang terdiri dari dopaminergik, noradrenergic, serotoninergic Neurons yang dikendalikan oleh GABA-ergic neurons. Obat anti-anxietas Benzodiazepine yang bereaksi dengan reseptornya (benzodiazepine reseptors) akan meng-reinf orce the inhibitory action of GABA-ergic neurons, sehingga hiperaktivitas tersebut diatas mereda. Sif at f isikokimia dan f armakokinetik benzodiazepin sangat mempengaruhi penerapan klinisnya. Semua benzodiazepin dalam bentuk nonionik memiliki koef isien distribusi lemak:air yang sangat tinggi. Namun sif at liof iliknya dapat bervariasi lebih dari 50 kali, bergantung kepada polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepin. Benzodiazepin dan metabolit aktiknya terikat pada protein plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sif at lipof iliknya. Berkisar antara 70% pada alprazolam dan 99% pada diazepam. Kadar benzodiazepin pada cairan serebrospinal (CSS) kira-kira sama dengan kadar obat bebas dalam darah. Benzodiazepin dapat melewati sawar uri, dan diekskresikan ke dalam ASI. Benzodiazepin dimetabolisme secara ekstensif oleh beberapa system enzim mikrosom hati. Beberapa benzodiazepin dimetabolisme menjadi metabolit yang aktif . Metabolit aktif umumnya dimetabolisme lebih lambat dari senyawa asalnya, sehingga lama kerja benzodiazepin tidak sesuai dengan waktu paruh eliminasi obat asalnya. Metabolime benzodiazepin terjadi dalam tiga tahap yaitu: (1) desalkilasi; (2) hidroksilasi; dan (3) konyugasi. b. Buspiron (Non-Benzodiazepin) Buspiron memperlihatkan f armakodinamik yang berbeda dengan benzodiazepin, yaitu tidak memperlihatkan aktivitas GABA-ergik dan anti-konvulsi, interaksi dengan obat depresan susunan saraf pusat minimal. Buspiron merupakan antagonis selektif reseptor serotonin (5-HT IA); potensi antagonis dopaminergiknya rendah, sehingga resiko menimbulkan ef ek samping ekstrapiramidal pada dosis pengobatan ansietas kecil. Studi klinik menunjukkan, buspiron merupakan anti-ansietas ef ektif yang ef ek sedatif nya relatif ringan. Diduga resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil. Obat ini tidak ef ektif pada panic disorders. Ef ek anti-ansietas baru timbul setelah 10-15 hari dan bukan anti-ansietas untuk penggunaan akut. Tidak ada toleransi silang antara buspiron dengan benzodiazepin sehingga kedua obat tidak dapat saling menggantikan. c. Golongan Trisklik Golongan obat ini bekerja menghambat ambilan kembali neurotransmitter di otak. Dari beraneka jenis antidepresi trisiklik terdapat perbedaan potensi dan selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Ada yang sangat sensitif terhadap norepinef rin, ada yang sensitif terhadap serotonin dan adapula yang sensitif terhadap dopamin. Golongan trisiklik digunakan untuk gangguan kecemasan tipe obsesif konvulsif dan gangguan panik, berdasarkan hipotesis bahwa sindrom obsesif konvulsif ataupun panik berkaitan dengan hipersensitif itas dari neurotransmitter reseptors di SSP, dan mekanisme kerja obat ini adalah sebagai reuptake blockers pada celah sinaptik antar neuron, sehingga hipersensitivitas tersebut berkurang.

d. Monoamin Oksidase Inhibitor (MAOI) Monoamine oksidase dalam tubuh berf ungsi dalam proses deaminase oksidatif katekolamin di mitokondria. Proses ini dihambat oleh penghambat MAO karena terbentuk suatu kompleks antara penghambat MAO dan MAO. Akibatnya kadar epinef rin, norepinef rin, dan serotonin dalam otak naik. Penghambat MAO tidak hanya menghambat MAO, tetapi juga enzim-enzim lain, karena itu obat ini mengganggu metabolism banyak obat di hati. Penghambatan enzim ini sif atnya irreversible. Penghambatan ini mencapai puncaknya dalam beberapa hari, tetapi ef ek anti-depresinya baru terlihat setelah 2-3 minggu. Sedangkan mekanisme pemulihan baru terjadi setelah obat dihentikan 1-2 minggu. Penghambat MAO digunakan sebagai anti-depresi ataupun anti-panik, tetapi penggunaannya sangat terbatas dan mulai ditinggalkan karena toksik. e. Selektif Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). SSRI digunakan untuk gangguan kecemasan tipe obsesif konvulsif dan gangguan panik. Kerja obat ini mirip dengan golongan trisiklik, hanya saja mekanisme kerja lebih spesif ik sebagai serotonin reuptake blockers pada celah sinaptik antar neuron, sehingga hipersensitivitas serotonin tersebut berkurang. Disamping itu, ef ek samping dari golongan obat ini terutama pada kardiovaskular lebih kecil dibanding golongan trisiklik. PROFIL EFEK SAMPING 3,5 a. Anti-Anxietas (Benzodiazepin, Non-Benzodiazepin) Ef ek samping obat Anti-Anxietas dapat berupa : Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah). Relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah, dll) Potensi menimbulkan ketergantungan lebih rendah dari narkotika, oleh karena all therapeutic dose they have low re-inforcing properties. Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh ef ek obat yang masih dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat. Penghentian obat secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena) : pasien menjadi irritable, bingung, gelisah, insomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi, dll. Hal ini berkaitan dengan penurunan kadar Benzodiazepine dalam plasma. Untuk obat benzodiazepine dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala putus obatnya dibandingkan dengan benzodiazepine dengan waktu paruh panjang (misalnya, clobazam sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat). Ketergantungan relatif lebih sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alcohol (alcoholics), penyalahgunaan obat (drug-abusers), atau unstable personalities. Oleh karena itu, obat Benzodiazepine tidak dianjurkan diberikan pada pasien-pasien tersebut. Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian = 3 bulan (100 hari) dalam rentang dosis terapeutik. b. Anti-Obsesif Konvulsif dan anti-panik Ef ek samping obat anti-obsesif konvulsif dapat berupa : Ef ek anti-histaminergik (sedasi, rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun, dll) Ef ek anti-kolinergik (mulut kering, keluhan lambung, retensi urin, disuria, penglihatan kabur, konstipasi, gangguan f ungsi seksual, sinus takikardia, dll).

Ef ek anti-adrenergik alf a (perubahan EKG, hipotensi ortostatik) Ef ek neurotoksik (tremor halus, kejang-epileptik, agitasi, insomnia) Untuk pencegahan terhadap akibat yang merugikan dari ef ek samping tersebut, sebelum penggunaan obat perlu dilakukan pemeriksaan f isik dan laboratorium yang teliti. Ef ek samping yang tidak berat, umumnya dapat ditoleransi oleh penderita dan akan menghilang dalam waktu sekitar 3 minggu bila tetap diberikan dalam dosis yang sama.Ef ek samping trisiklik yang paling sering adalah mulut kering dan konstipasi, sedangkan golongan SSRI adalah nausea dan sakit kepala. Pada keadaan overdosis dapat terjadi intoksikasi trisiklik dengan gejala-gejala: eksitasi SSP, hipertensi, hiperpireksia, konvulsi, toxic convusional state (convusion, delirium, disorientation). Obat anti obsesif -konvulsif dan anti-panik golongan SSRI relatif lebih aman pada overdosis dibandingkan dengan golongan trisilkik. INT ERAKSI OBAT 3,5 a. Anti -anxietas Benzodiazepine + CNS depressants (Phenobarbital, alcohol, obat anti-psikosis, anti-depresi, opiates) potensiasi ef ek sedasi dan penekanan pusat napas, resiko timbulnya respiratory failure Benzodiazepine + CNS stimulants (amphetamine, caf f eine, appetite suppressants) = antagonisme ef ek anti-anxietas, sehingga ef ek Benzodiazepine menurun. Benzodiazepine + Neuroleptika = manf aat ef ek klinis dari Benzodiazepine mengurangi kebutuhan dosis neuroleptika, sehingga resiko ef ek samping neuroleptika mengurang. b. Anti Obsesif -Konvulsif dan Anti-Panik Golongan trisiklik + Haloperidol/ Phenothiazine = mengurangi kecepatan ekskresi dari trisiklik, sehingga kadar dalam plasma meningkat, sebagai akibatnya dapat terjadi potensiasi ef ek samping antikolinergik (ileus paralitik, disuria, gangguan absorbs, dll) Trisiklik/SSRI + CNS Depressant (alcohol, opioda, benzodiazepine, dll) menyebabkan potensiasi ef ek sedasi dan penekanan terhadap pusat pernapasan (dapat berakibat terjadinya respiratory f ailure). Trisiklik/SSRI + Obat simpatomimetik (derivat amf etamin), dapat membahayakan kondisi jantung. Trisiklik/SSRI + MAOI, tidak boleh digunakan bersamaan, dapat terjadi serotonin malignant syndrome. Perubahan dari satu obat ke obat lain membutuhkan selang waktu 2-4 minggu untuk washout period. Pemberian bersama trisiklik dan SSRI, umumnya meningkatkan kadar trisiklik dalam plasma, sehingga dapat terjadi gejala overdosis (intoksikasi trisiklik). CARA PENGGUNAAN 3,5 Pemilihan Obat a. Anti-Anxietas Golongan Benzodiazepine sebagai obat anti-anxietas mempunyai ratio terapeutik lebih tinggi dan lebih kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah, dibandingkan dengan meprobamate atau phenobarbital. Disamping itu, phenobarbital meng-induksi enzim mikrosomal di hepar, sedangkan golongan benzodiazepine tidak. Golongan Benzodiazepine = drug of choise dari semua obat yang mempunyai ef ek antianxietas, disebabkan spesif itas, potensi dan keamanannya. Spektrum klinis Benzodiazepine meliputi ef ek anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia,

premedikasi tindakan operatif . Diazepam / Chlordiazepoxide : broadspectrum

Nitrazepam / Flurazepam : dosis anti-anxietas dan anti-insomnia berdekatan (non dose-related), lebih ef ektif sebagai anti-insomnia. Midazolam : onset cepat dan kerja singkat, sesuaikebutuhsn untuk premedikasi tindakan operatif .

Bromazepam, Lorazepam, Clobazam : dosis antianxietas dan anti-insomnia berjauhan (doserelated), lebih ef ektif sebagai anti-anxietas. Beberapa spesif ikasi : Clobazam = 1,5 benzodiazepine = psychomotor performance paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang ingin tetap aktif . Lorazepam = short half life benzodiazepine & no significant drug accumulation at clinical dose, untuk pasien-pasien dengan kelainan f ungsi hati dan ginjal. Alprazolam = ef ektif untuk anxietas antisipatorik, onset of action lebih cepat dan mempunyai komponen ef ek anti-depresi. Sulpiride-50 = ef ektif untuk meredakan gejala somatik dari sindrom anxietas dan paling kecil resiko ketergantungan obat. b. Anti Obsesif Konvulsif dan Anti Panik Clomipramine masih merupakan obat yang paling ef ektif dari kelompok trisiklik dan masih dianggap sebagai f irs line drug dalam pengobatan terhadap gangguan obsesif konvulsif , juga terapi pada gangguan depresif yang menunjukkan aspek-aspek obsesif . Semua jenis obat anti-panik sama ef ektif nya untuk menanggulangi sindrom panik pada taraf sedang dan pada stadium awal dari gangguan panik. Bagi yang peka terhadap ef ek samping golongan trisiklik atau adanya penyakit organik sebagai penyulit, dapat beralih ke golongan SSRI dimana ef ek samping relatif lebih ringan. Pengaturan Dosis 3,5 Steady state (keadaan jumlah obat yang masuk kedalam badan sama dengan jumlah obat yang keluar dari badan) dicapai setelah 5 7 hari dengan dosis 2 -3 kali sehari (half lif e =< 24 jam). Onset of action cepat dan langsung memberikan ef ek. Ef ek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady state Pengaturan dosis tidak perlu seperti neuroleptika dan antidepressant. Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) naikkan dosis setiap 3 5 hari sampai mencapai dosis optimal dipertahankan 2 3 minggu diturunkan 1/8 x setiap 2 4 minggu dosis minimal yang masih ef ektif (maintenance dose) bila kambuh dinaikkan lagi dan bila tetap ef ektif pertahankan 4 8 minggu tapering of f . Lama Pemberian 5 Pada sindrom anxietas yang disebabkan f aktor situasi eksternal, pemberian obat tidak lebih dari 1 3 bulan. Pemberian yang sewaktu-waktu dapat dilakukan apabila sindrom anxietas dapat diramalkan waktu datangnya dan hanya pada situasi tertentu (anticipatory anxiety), serta terjadinya tidak sering. Penghentian selalu secara bertahap (stepwise) agar tidak menimbulkan gejala lepas obat (withdrawal symptoms).

PERHAT IAN KHUSUS 3,5 Kontra-indikasi : pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepine, glaucoma, myasthenia gravis, chronic pulmonary insuf f iciency, chronic renal or hepatic disease. Gejala Overdosis / Intoksikasi : Kesaaran menurun, lemas, jarang yang sampai dengan koma. Pernapasan, tekanan darah, denyut nadi menurun sedikit. Ataksia, disartria, conf usion, ref lex f isiologis menurun.

Terapi Suportif : Tata-laksana terhadap Respiratory Depression dan Shock Terapi Kausal : Benzodiazepine antagonist. Flumazenil (ANEXAT E) ampul 0,5 mg/5 cc (i.v.) Tidak ada kematian pada Diazepam sampai dengan 1400 mg dan Chlorazepoxide 6000 mg (benzodiazepine are the safest of ail psychotropic agents when taken in overdose). Ef ek teratogenik (khususnya pada semester I) berkaitan dengan obat golongan benzodiazepine yang dapat melewati placenta dan mempengaruhi janin. Pemberian obat golongan benzodiazepine pada saat persalinan (khususnya dosis tinggi) harus dihindarkan oleh karena dapat menyebabkan hypotonia, penekanan pernapasan, dan hypothermia pada anak yang dilahirkan. Pada penderita usia lanjut dan anak, dapat terjadi reaksi yang berlawanan (paradoxical reaction) berupa : kegelisahan, irritabilitas, disinhibisi, spastisitas otot meningkat, dan gangguan tidur. Untuk Gangguan Obsesif Konvulsif dan Gangguan Panik, pengobatan biasanya berjangka waktu lama. Hal ini perlu dijelaskan kepada penderita dan keluarganya, disamping menunjang kepatuhan berobat, juga karena harga obatnya cukup tinggi dan jumlah dosis yang digunakan juga agak tinggi. Sangat hati-hati pada penderita usia lanjut atau penderita dengan penyakit organik yang sulit menerima ef ek samping obat (penyakit jantung, pembesaran prostat, glaucoma, dll) Dengan dosis obat yang relatif tinggi, penderita harus menghindarkan mengendarai kendaraan atau menjalankan mesin yang membutuhkan perhatian penuh, resiko kecelakaan menjadi besar. Wanita hamil dan menyusui tidak dianjurkan menggunakan obat ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Kaplan and Sadock. 2000. Comprehensive Textbook Psychiatry 7th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins Publishers. 1. Romadhon, Yusuf Alam. 27 Juli 2009. Gambaran Klinik dan Psikofarmaka pada Penderita Gangguan Kecemasan . [online]. http://www.kalbe.co.id/f iles/dk/f iles/09_GambaranKlinikdanPsikof armaka.html 2. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga. Jakarta: PT Nuh Jaya. 3. Iosif escu, Dan V. and Mark H. Pollack. 2004. Massachusetts General Hospital Psychiatry Update and Board Preparation . New York: McGraw-Hill Medical Publishing Division. 4. Ganiswara, Sulistia G. (et.al). 1995. Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 5. Kent, Justine MD. 27 Juli 2009. Treating Anxiety Disorders With Medications . [online]. http://www.adaa.org/GettingHelp/2008/TreatingAnxietyDisordersWithMedications.asp

BACA JUGA:

Anda mungkin juga menyukai