Anda di halaman 1dari 14

REFRAT

Mola Hidatidosa Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Ambarawa

Disusun oleh : Deputri Anandhyta 12202221114

Pembimbing : dr. Hary Purwoko, Sp.OG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA 2013

LEMBAR PENGESAHAN

REFRAT MOLA HIDATIDOSA Diajukanuntuk memenuhi syarat mengikuti Kepanitraan Klinik di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Ambarawa

Telah disetujui Tanggal:

Disusun oleh : Deputri Anandhyta 12202221114 Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta

Ambarawa,

2013

Pembimbing :

dr. Hary Purwoko, Sp.OG

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya lah penulis akhirnya dapat menyelesaikan refrat yang berjudul Mola Hidatidosa. Penyusun menyadari bahwa penyusunan Refrat ini baik dari segi isi dan bahasannya sangat jauh dari sempurna. Tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak lain, sulit rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan Presentasi Kasus ini, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Hary Purwoko, Sp.OG atas bimbingan dan sumbangan pikirannya dalam menyelesaikan refrat ini. Akhirnya penulis berharap Refrat ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis juga berharap mendapatkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penyusunan presus ini.

Ambarawa, Juli 2013

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i HALAMAN PENGESAHAN ....ii KATA PENGANTAR............iii DAFTAR ISI iv BAB BAB BAB I. II. III. PENDAHULUAN....1 TINJAUAN PUSTAKA ......4 KESIMPULAN .21

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penyakit trofoblastik gestasional adalah sekelompok penyakit yang berasal dari khorion janin. Terdiri dari mola hidatidosa, mola invasif, koriokarsinoma dan tumor trofoblastik plasental site ( PSTT) yang ditandai oleh proliferasi jaringan trofoblastik yang abnormal. Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili koralis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara negara barat. Dinegara negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Dinegara negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Risiko terhadap pengembangan kehamilan mola hidatidosa kedua adalah 1% hingga 3%, atau sebanyak 40 kali lebih besar daripada risiko terhadap perkembangan kehamilan mola pertama. Mola hidatidosa merupakan penyakit wanita dalam masa reproduksi, diketahui terjadi lebih sering pada wanita yang lebih muda dari 20 tahun dan pada mereka yang lebih tua 40 tahun. Penyebab terjadinya mola belum sepenuhnya diketahui secara pasti namun ada faktor faktor yang dapat
menyebabkan seperti, faktor ovum, imunoselektif, sosioekonomi rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus dan faktor kromosom. Kematian pada mola

hidatidosa

disebabkan

oleh

perdarahan,

infeksi,

payah

jantung

atau

tirotoksikosis. Di negara maju kematian mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2 %dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Penanganan mola hidatidosa sendiri tidak terbatas pada evakuasi kehamilan mola saja, tetapi juga

membutuhkan penanganan lebih lanjut berupa monitoring untuk memastikan prognosis penyakit tersebut.

I.2 Perumusan Masalah 1. Apa definisi Mola Hidatidosa? 2. Apa etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa? 3. Bagaimana epidemologi Mola Hidatidosa? 4. Bagaimana perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan Mola Hidatidosa parsial? 5. Bagimana pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis Mola Hidatidosa? 6. Bagaimana penatalaksanaan mola hidatidosa? 7. Apa komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa? I.3 Tujuan 1. Mengetahui definisi Mola Hidatidosa 2. Mengetahui etiologi dan gejala klinis Mola Hidatidosa.Mengetahui epidemologi Mola Hidatidosa. 3. Mengetahui perbedaan antara Mola Hidatidosa sempurna dan Mola Hidatidosa parsial. 4. Mengetahui pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakan diagnosis. 5. Mengetahui penatalaksanaan mola hidatidosa. 6. Mengetahui komplikasi dan prognosa dari mola hidatidosa

I.4 Manfaat 1. Manfaat Khusus Bagi kalangan medis diharapkan dengan adanya penulisan Refrat ini pengetahuan mengenai etiologi, patogenesis, gejala klinis, dan faktor predisposisi terhadap kasus mola hidatidosa dapat dipahami, sehingga dapat ditegakkan diagnosis secara dini. 2. Manfaat Umum Bagi masyarakat luas diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenal penyakit mola hidatidosa, sehingga wanita yang sedang hamil memeriksakan kandungannya secara rutin.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili koralis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh vili korialisnya mengalami perubahan hidropik. II.2 Epidemiologi Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara negara barat. Dinegara negara barat dilaporkan 1:200 atau 2000 kehamilan. Dinegara negara berkembang 1:100 atau 600 kehamilan. Biasanya dijumpai lebih sering pada umur reproduksi (15-45 tahun) dan pada multipara. Jadi dengan meningkatkan paritas kemungkinan menderita mola lebih besar. II.3 Etiologi
Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui, faktor faktor yang dapat menyebabkan antara lain: 1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan. 2. Imunoselektif dari Tropoblast 3. Keadaan sosioekonomi yang rendah 4. Paritas tinggi 5. Kekurangan protein 6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

II.4 Patogenesis

Ada beberapa teori yang dapat menerangkan patogenesis penyakit ini.


1. Teori missed abortion.

Kematian mudigah pada usia kehamilan 3-5 minggu saat dimana seharusnya sirkulasi fetomaternal terbentuk menyebabkan gangguan peredaran darah. Sekresi dari sel-sel yang mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-substansi yang berasal dari sirkulasi ibu diakumulasikan ke dalam stroma villi sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista tersebut menyerupai cairan ascites atau edema tetapi kaya akan HCG. 2. Teori neoplasma Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas,yang mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari vili berubah menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan janin. Gelembunggelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur. Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus. II.5 Klasifikasi Mola Hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

II.5 Manifestasi Klinis Amenorea dan tanda-tanda kehamilan Mual, muntah, dan pusing yang gejalanya lebih hebat Perdarahan pervaginam. Pendarahan rata-rata terjadi pada 12-14 minggu kehamilan. Sifatnya bisa sedikit-sedikit,atau sekaligus banyak hingga

menyebabkan syok. Pada keadaan lanjut perdarahan terkadang keluar gelembung. Pembesaran uterus lebih besar dari kehamilan. Namuna ada beberapa kasus uterus lebih kecil atau sama dengan usia kehamilan, dikarenakantrofoblas tidak begitu aktif (dying mole) a. b. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi, tidak terdengarnya DJJ pada usia kehamilan sudah setinggi tali pusat, dan tidak di temukan balotemen. Preeklamsia atau eklamsia yang terjadi sebelum usia kehamilan 24 minggu. Emboli sel trofoblas ke paru-paru. Mola hidatidosa sering disertai kista lutein dan umumnya kista menghilang setelah jaringan mola dikeluarkan. Biasa disertai tirotoksitosis Anamnesa Keluhan Pasien yang mengarah kedalam mola hidatidosa. Pemeriksaan Fisik inspeksi Muka dan terkadang badan kelihatan pucat kekuning-kunigan yang disebut sebagai mola face Gelembung mola yang keluar Palpasi Uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen Auskultasi Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola hidatidosa parsial mungkin dapat didengar BJJ) c. Pemeriksaan Dalam Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian- bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina

II.7 Diagnosis

d.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan kadar HcG yang mengalami peningkatan dalam darah dan urin Pemeriksaan USG: lebih spesifik pada trimester 2 dengan gambaran kavum uteri berisi massa ekogenik bercampur bagian-bagian anekoik vesikular berdiameter antara 5-10 mm. Gambaran tersebut dibayangkan seperti sarang lebah (Honey comb) atau badai salju (snow storm) Perasat sonde uterus (Hanifa): Sonde dapat masuk tanpa tahanan dan diputar 360 derajat dengan deviasi kurang dari 10 derajat. Test Acosta Sison: pengeluaran gelembung mola dengan tang abortus Foto Thoraks jika ada emboli udara Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tiroroksikosis Histopatologik: Edema stroma vili, tidak ada pembuluh darah pada vili/degenerasi hidropik dan poliferasi sel-sel trofoblas.

II.8 Diagnosis Banding 1. Kehamilan ganda 2. Abortus iminens 3. Hidroamnion 4. Kario Karsinoma II.9 Pengelolaan Mola Hidatidosa 1. Perbaiki keadaan umum Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, transfusi darah pada anemia berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan menghilangkan ataumengurangi penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosis. 2. Pengeluaran Jaringan Mola a. Vakum Kuretase Setelah keadaan umum baik, dilakukan vakum kuretase tanpa pembiusan. Memperbaiki kontraksi diberikan uterotonika. Bila

kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase menggunakan sendok tumpul dilakukan 24 jam kemudian. Sebelum kuretase dengan kuret tumpul terlebih dahulu siapkan darah untuk menjaga bila terjadi pendarahan banyak. Tidakan kuret cukup dilakukan 1 kali saja, asal bersih. Kuret kedua hanya dilakukan bila ada indikasi. a. Histerektomi Histerektomi dilakukan pada wanita cukup umur dan cukup mempunyai anak. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dan anak hidup 3 orang. Tidak jarang histerektomi dilakukan bila saat pemeriksaan histopatologik sudah tampak adanya tanda-tanda keganasan berupa mola invasif/koriokarsinoma. 3. Pemeriksaan Tindak Lanjut Hal ini perlu dilakukan mengingat adanya kemungkinan keganasan setelah mola hidatidosa. Test hCG harus mencapai nilai normal 8 minggu setelah evakuasi. Lama pengawasan sekitar 1 tahun. Pasien juga disarankan untuk tidak hamil dahulu dan memakai kontrasepsi kondom, diagfragma atau pantang berkala. II.10 Prognosis Kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Di negara maju kematian mola hampir tidak ada lagi. Akan tetapi, di negara berkembang masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 2,2 %dan 5,7 %. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma. Karena diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, tingkat kematian saat ini dari mola hidatidosa pada dasarnya adalah nol.Tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasanmenjadi koriokarsinoma. Sekitar 20% wanita dengan mola lengkap berkembang kearah keganasan trofoblas. Keganasan trofoblas gestasional

(yaitu, neoplasiatrofoblas gestasional) hampir 100% dapat disembuhkan. Bila terjadi keganasan,maka pengelolaan secara khusus divisi Onkologi Ginekologi.

BAB III KESIMPULAN Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar di mana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili koralis mengalami perubahan berupa degenerasi hidropik. Prevalensi mola hidatidosa lebih tinggi di Asia, Afrika, Amerika latin dibandingkan dengan negara negara barat. Penyebab mola
hidatidosa tidak diketahui namun ada faktor faktor yang dapat menyebabkannya seperti, faktor ovum, imunoselektif dari tropoblast , sosioekonomi rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. Ada

beberapa teori yang dapat menerangkan patogenesis mola seperti teori missed abortion dan teori neoplasma. Klasifikasi Mola Hidatidosa ada komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.dan inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin. Manifestasi klinis tersering adalah amenorea dan tanda-tanda kehamilan, Mual, muntah, pusing yang gejalanya lebih hebat, perdarahan pervaginam, pembesaran uterus lebih besar dari kehamilan. Diagnosis mola hidatidosa ditentukan dari anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang. Pengelolaan Mola Hidatidosa terdiri dari perbaiki keadaan umum, pengeluaran jaringan mola dan pemeriksaan tindak lanjut. Prognosis kematian pada mola hidatidosa disebabkan oleh perdarahan, infeksi, payah jantung atau tirotoksikosis. Sebagian dari pasien mola akan segera sehat kembali setelah jaringannya dikeluarkan, tetapi ada sekelompok perempuan yang kemudian menderita degenerasi keganasan menjadi koriokarsinoma.

DAFTAR PUSTAKA Prawiroharjo, S, dkk. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Price, Sylvia A., Wilson, Loraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. 2006.

Anda mungkin juga menyukai