Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Air merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia, tanpa air manusia tidak dapat memenuhi berbagai kebutuhannya sehari-hari. Air yang digunakan oleh manusia berasal dari mata air, sungai, danau, bendungan, sumur, maupun dari sumbersumber air baku yang dapat dimanfaatkan baik secara langsung ataupun melalui serangkaian tahapan proses rekayasa teknologi. Setiap proses pemanfaatan sumber daya untuk aktifitas manusia akan selalu menghasilkan product dan by-product yang mengakibatkan perubahan pada elemen yang terkait secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan aktifitas yang dilakukan manusia. Sungai sebagai salah satu elemen lingkungan yang memiliki multifungsi dalam aktifitas manusia maupun perkotaan yang tidak dapat lepas dari pengaruh rangkaian aktifitas tersebut, khususnya sebagai sumber air baku dan air minum dan badan air penerima air buangan yang pada umumnya adalah by-poduct. Pada kenyataannya sungai-sungai di Kota Bandung ini sering dijadikan sebagai media akhir pembuangan limbah domestik dan non domestik baik yang mengalami pengolahan ataupun yang tidak mengalami pengolahan sehingga beresiko terhadap turunnya daya dukung sungai. Turunnya daya dukung sungai terlihat dari adanya pencemaran air sungai yang dapat mengganggu biota air, kualitas air sungai, dan kesehatan masyarakat. Kota Bandung merupakan kota yang menjadi pusat dari berbagai aktifitas domestik, industri, pertanian, dan aktifitas lainnya sudah tentu sangat bergantung pada sungaisungai yang berada di wilayahnya terutama Sungai Citarum dan anak-anak sungainya. Berdasarkan hal tersebut melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung pemerintah setempat melakukan pemantauan terhadap sungai-sungai yang ada di Kota Bandung dan terdapat 16 buah sungai yang dapat diketahui kondisi kualitasnya. Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten yang terdapat di DAS

Cipamokolan serta Sungai Cidurian, dan Sungai Cihalarang, Sungai Ciparungpung yang

I-1

terdapat di DAS Cidurian merupakan 6 dari 16 buah sungai yang dipantau kualitasnya. Sampai tahun 2011 ke-6 sungai tersebut memiliki status mutu air D (tercemar berat) dan terdapat parameter kualitas air sungai yang tidak memenuhi standar baku mutu menurut SK. Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D, dengan kata lain ke-6 sungai ini dalam keadaan tercemar berat. Permasalahan yang terjadi dikarenakan adanya kegiatan industri, domestik serta kegiatan masyarakat setempat yang mengambil badan sungai. Banyak pula ditemui bangunan-bangunan yang permanen dan semi permanen yang sebagian dari itu menghadap ke sungai. Hal tersebut terlihat dari warna air sungainya yang berubah menjadi cokelat bahkan sampai hitam dan mengeluarkan bau yang tidak sedap. Dalam upaya mendukung kegiatan perkuliahan, penulis sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan tertarik untuk melakukan Kerja Praktik (KP) di Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH) Kota Bandung selama kurang lebih 2 bulan mengenai evaluasi kualitas air permukaan dalam hal ini adalah air sungai mulai dari hulu sampai ke hilir. 1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari pelaksanaan Kerja Praktik ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan kualitas air DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian yang dilakukan oleh BPLH Kota Bandung. Tujuan pelaksanaan Kerja Praktik adalah :

Mengevaluasi kualitas air permukaan DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian; Membandingkan kualitas air permukaan DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian dengan standar baku mutu menurut Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000;

Mengetahui upaya pengelolaan kualitas air permukaan DAS Cipamokolan dan Sungai Cidurian yang diterapkan oleh BPLH Kota Bandung;

Merekomendasikan pengelolaan terhadap pengendalian pencemaran air DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian.

I-2

1.3

RUANG LINGKUP

1. Daerah pemantauan DAS Cipamokolan yang meliputi Sungai Cipamokolan, Sungai Cikiley, dan Sungai Cisaranten; 2. Daerah pemantauan DAS Cidurian yang meliputi Sungai Cidurian, Sungai Cihalarang, dan Sungai Ciparungpung; 3. Parameter yang dipantau adalah fisika, kimia, dan mikrobiologi; dan 4. Peraturan yang digunakan adalah SK. Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D. 1.4 BAB I SISTEMATIKA PENYUSUNAN : PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup, metode pelaksanaan, pelaksana kerja praktik, dan sistematika pembahasan laporan ini. BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI KERJA PRAKTIK

Berisi tentang gambaran mengenai lokasi kerka praktik yaitu BPLH Kota Bandung, lokasi pemantauan, kondisi dari DAS Cipamokolan dan DAS Cidurian. BAB III : STUDI PUSTAKA

Bab studi pustaka ini memuat literatur-literatur yang berhubungan dengan pemantauan kualitas air permukaan (sungai) seperti parameter-parameter yang dipantau menurut SK. Gubernur Jawa Barat No. 39 Tahun 2000 tentang Peruntukkan Air dan Baku Mutu Kualitas Sungai Citarum dan Anak-anak Sungainya di Jawa Barat, Golongan B, C, dan D. Parameter-parameter yang dipantau diantaranya parameter fisik, parameter kimia, dan parameter mikrobiologi seperti warna, DHL, mangan, amoniak, BOD, COD, DO, dan sebagainya.

I-3

BAB IV :

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang data pemantauan air sungai, analisis hasil pengamatan, dan permasalahan-permasalahan yang ada di lapangan, disertai solusi dan cara pemecahan masalah yang ada. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisi hasil analisis dan pembahasan mengenai pemantauan kualitas air sungai sesuai dengan tujuan yang yang ingin diketahui. Sedangkan saran berisi rekomendasi pengelolaan yang membuat pelaksanaan pemantauan kualitas air sungai menjadi lebih baik.

I-4

I-5

Anda mungkin juga menyukai