Anda di halaman 1dari 35

Antibiotik merupakan obat yang sering digunakan saat ini.

Penggunaan antibiotik yang rasional sangatlah penting karena kesalahan penggunaan akan menyebabkan efek yang berlawanan atau resisten. Penggunaan antibiotik harus memperhatikan : 1. Apakah antibiotik diperlukan pada pengobatan pasien? 2. Pemilihan antibiotik 3. Bentuk sedian obat antibiotik 4. Monitoring pada pemberian antibiotic a. Perlukah pemberian antibiotik Penggunaan antibiotik digunakan pada penyakit yang disebabkan bakteri. Perlu diingat bahwa tidak semua demam disebabkan oleh infeksi dan tidak semua infeksi disebabkan oleh infeksi. Banyak penyakit infeksi disebabkan oleh virus dan antibiotik tidak dapat sepenuhnya dapat membunuh virus ataupun oleh bakteri sekunder. Walau penyebab dari suatu penyakit diketahui adalah suatu bakteri tapi terkadang tidak diperlukan suatu pengobatan antibiotik. Infeksi kecil pada daerah tertentu misal kulit, maka pengobatan yang efektif adalah pengobatan lokal antiseptik. Pada penyakit infeksi dengan pus maka harus dikerok pusnya dahulu agar tidak menimbulkan sisa atau resiko terjadinya penyakit tersebut. b. Pemilihan antibotik. Kesembuhan dari suatu penyakit sangat tergatung dari pemilihan terapi. Faktor-faktor yang berpengaruh dari pengobatan pasien ini adalah : Etiologi penyakit Pasien Antibiotik

Etiologi penyakit Pengobatan agen penyebab tergantung dari kombinasi dari temian klinis dan laboratorium. Pada instansi tertentu pemberian antibiotik merupakan terapi terapan yang wajib. Diagnosis klinis dijadikan dasar atas pemberian dari suatu antibiotik. Laporan dari ahli bakteriologi kadang atau sering digunakan sebagai dasar5 pemberian antibiotik. Uji sensitifitas juga diperlukan, karena ditakutkan akan ketidak cocokan terai.

Pasien Beberapa faktor yang didapatkan dari pasien dapat digunakan sebagai dasar pemilihan antibiotik. Salah satu contihnya adalah faktor umur. Tua dan mudanya pasien dapat menimbulkan efek yang berbeda. Pada bayi dapat timbul efek yang tidak dapat diharapkan karena organ dari bayi masih belum sempurna dalam memetabolisme dan mengekskresikan obat antibiotik. Antibiotik dapat menumbulkan terjadinya efek samping yang tidak diinginkan, misal hipersensitifitas, toxicitas. Ibu hamil juga merupakan pasien yang perlu sangat hati-hati dalam pemakaian antibiotik. Pemakaian antibiotik yang terus menerus atau dosisnya rendah dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Antibiotik Dokter dan klinisi kesehatan harus mempunyai banyak pengetahuan akan pemberian antibiotik. Antibiotik memiliki macam-macam kemampuan yang berbeda-beda. Misalnya ada yang dapat menembus barier sawar otak atau tidak. Kadang anti biotik satu dengan yang lain memiliki efek yang berbeda, ada yng menguntungkan ada pula yang malah memberikan efek toksik. Maka dari itu seorang dokter harus tahu juga interaksi antara antibiotik satu dengan yang lain. Juga jgan lupa dalam pemberian antibiotik harus melihat harga dari suatu obat bagi seorang pasien.cara pemberian antibiotik ini juga dipertimbangkan agar tercapai pengobatan yang rasional. Pemilihan regimen Parenteral atao oral Pemilihan hal ini didasarkan bisa tidaknya pasien meminum obat, jika tidak maka diberikan secara parenteral. Durasi pemberian obat Kebanyakan antibiotik diberikan selama 5-7hari . walau gejala penyakit pasien tidak ada, tetapi pemberian antibiotik harus diteruskan sampai obat yang diberika habis. Disebabkan dapat terjadinya resistensi

Monitoring efisiensi Respon pertama Pada 3 hari pemberian antibiotik perlu adanya monitoring karena seorang dokter dapat menentukan : o Melanjutkan pengobatan apa tidak o Meningkatkan level dari antibiotik baik dari oral maupun parenteral. o Menghentikan terapi jika target dari pengobatan tercapai atau didapatkan diagnosis baru. Laporan antibiotik yang tidak konsisten Jika pengobatan yang diberika tidak membutuhkan adanya antibiotik wala hasil lab didapatkan hasil bakteri. Maka tidak perlu diberikan antibiotik karena imune dalam tubuh sendiri dapat menyelesaikan penyakit tersebut dan jik a diberikan maka dapat menimbulkan efek resistensi. Jika dalam diagnosis baru didaptakan adanya bakteri yang berbahya maka perlu diberikan antibiotik. Penyebab antibiotik tidak respon pada penyakit i) etiologi dari infeksi yang salah ii) diagnosi yang salah iii) kesalahan pemilihan natibiotik iv) antibiotik tidak mencapai target organ v) pemberisihan tempat infeksi yang kurang vi) ada infeksi secunder vii) demam antibiotik viii) host yang tidak merespon perubahan pemberian intravena ke oral seharusnya pemberian oral merupakan terapi yang diajurkan. Namun saat pemberian intravena diubah menjadi oral hal ini masih penuh perdebatan.

SURGICAL CHEMOPROPHYLAXIS
Menggunakan antibiotic profilaksis menunjukkan pencegahan infeksi luka bekas infeksi. Ketika employed rationally significant reductions in morbidity and mortality and savings in resources can be achieved. However when used excessively and in situations when its benefit has not been proven, perioperative antibiotics can lead to unjustifiably high costs of medical care. Single dose regimens or very short courses are unlikely to lead to emergence of bacterial resistance but routine prolonged courses have been clearly associated with increased rates of resistance. Surgical operations can be divided into four broad categories : 1. clean (eg breast, thyroid and hernia operations) 2. clean contaminated (eg upper gastrointestinal and biliary) 3. contaminated (eg colorectal and trauma surgery within 4 hours of injury) 4. dirty (eg perforated intestinal viscus, trauma surgery after 4 hours of injury) Prophylaxis is generally recommended for clean-contaminated and contaminated operations. In clean operations prophylaxis maybe justified if the consequence of infection is very serious eg in cardiac operations and orthopaedic implants. Another factor which should be considered in determining probability of infection is the patient himself. Factors that reduce host defenses eg old age, malignancy, malnutrition, steroid therapy, etc will increase the risk of infection. In using antibiotics for surgical chemoprophylaxis the following principles should be adhered to: 1. It is important to distinguish between prophylaxis and treatment. Prophylaxis is given when no infection exists previously. When an infection is already present, even when clinically not evident, treatment should be given. 2. Prophylaxis should be given only in certain conditions where the benefits clearly outweigh the risks. The cost of prophylaxis should also be considered.

3. The antibiotic should be directed at the most likely contaminating organism for that particular procedure. Choice of antibiotic will also depend on whether the patient has been in hospital for a prolonged period and the current pattern of antibiotic resistance in the hospital. In general the agent selected should (a) be of low toxicity (b) have an established safety record (c) reach a useful concentration in the relevant tissues. 4. The route of administration, timing and duration of giving the antibiotic is planned to achieve the maximum concentration of the antibiotic in the tissues during and shortly after the operation. Antibiotics are preferably given by the intravenous route at the time of induction of anaesthesia. In most instances a single preoperative dose would suffice. Where surgery is prolonged additional intraoperative doses may be given. There is no evidence that there is any benefit in extending prophylaxis beyond 24 hours after the operation. 5. Topical antibiotics are not recommended with the exception of opthalmic surgery and cases of extensive skin loss. 6. Surgical chemoprophylactic regimens should be reviewed regularly and changes made if necessary.

Endoscopic procedures Antibiotic profilaksis untuk tindakan endoscopic dibagi menjadi 2 alasan : 1) Untuk mencegah endocarditis (see table below for degree of risk) 2) Untuk mencegah komplikasi dari infeksi

Anda mungkin juga menyukai