Anda di halaman 1dari 5

Pendahuluan : Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti

kondisi. Vertigo merupakan subtype dari dizziness yang secara devinitif merupakan ilusi gerakan dan paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya lingkungan sekitar kita rasakan berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan linear atau miring tetapi gejala seperti ini lebih jarang dirasakan. Kondisi ini merupakan gejala kunci yang menandakan adanya gangguan sistem vestibuler dan kadang merupakan gejala kelainan labirin. Namun, tidak jarang vertigo merupakan gejala dari gangguan sistemik lain (misalnya, obat, hipotensi, penyakit endokrin dan sebagainya). Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Pengertian Menurut Collins (1997) vertigo merupakan perasaan dimana penderita merasa dirinya berputar atau ia merasa dunia sekelilingnya berputar. Vertigo juga dapat diartikan sebagai gerakan atau rasa gerakan tubuh atau lingkungan sekitarnyadiikuti dengan gejala dari susunan saraf otonom sebagai akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Patofisiologi Rasa pusing atau vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat. Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian tersebut: 1. Teori Konflik Sensorik Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari berbagai reseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan proprioseptik atau ketidakseimbangan masukan sensorik dari sisi kanan dan kiri. Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus, ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau rasa melayang, berputar ( berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan teori rangsangan

berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses pengolahan sentral sebagai penyebab 2. Teori Neural Mismatch Gejala timbul akibat adanya mismatch (ketidaksesuaian) antara pengalaman geakan yang sudah disimpan di otak dengan gerakan yang sedang berlangsung. Rangsangan yang baru tersebut dirasakan asing atau tidak sesuai dengan harapan di otak dan rangsangan kegiatan yang berlebihan di SSP. Bila berlangsung terus menerus akan muncul suatu adaptasi (sensory rearrangement theory) 3. Teori Ketidak Seimbangan Saraf Otonomik Teori ini didasarkan atas kerja obatanti vertigo dimana gejala muncul akibat ketidakseimbangan saraf otonom akibat rangsangan gerakan yang bisa mengarah pada dominasi saraf parasimpatis atau simpatis 4. Teori Neurohumoral (sinaps) Munculnya sindroma vertigo berawal dari pelepasan corticotrophin releasing factor (CRF) dari hipotalamus akibat rangsangan gerakan. CFR meningkatkan sekresi stress hormone dimana akan merangsang korteks limbic/hipokampus dan lokus coeruleus kea rah simpatis atau parasimpatis. Bila sindroma tersebut berulang akibat rangsangan/latihan maka siklus perubahan dominasi saraf simpatis dan parasimpatis akan timbul bergantian sampai terjadi perubahan sensitivitas (hiposensitif) reseptor dan jumlah reseptor (down regulation) serta penurunan terhadap influx kalsium. 5. Teori Rangsangan Berlebihan Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsangan yang berlebihan menyebabkan hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu. Akibatnya akan timbul vertigo, nistagmus, mual dan muntah. 6. Teori Neurohum Oral Diantara teori histamine (Takeda), teori dopamine (Kohl) dan teori serotonin (Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmitter tertentu dalam

mempengaruhi sistem saraf otonom yang menyebabkan timbunya gejala vertigo. Klasifikasi Berdasarkan gejala klinis yang menonjol, vertigo dapat dibagi atas :

Vertigo paroksimal Vertigo kronis Vertigo serangan mendadak/akut berangsur berkurang

Berdasarkan lokasinya vertigo dibagi atas perifer dan sentral yang secara umum dapat dibedakan dari riwayat penyakit. Vertigo perifer melibatkan baik bagian akhir vestibula (kanalis semi sirkularis) atau neuron perifer termasuk nervus VIII pars vestibula. Vertigo sentral dihasilkan dari kelainan yang terjadi pada batang otak (nucleus vestibularis, fasikulus longitudinalis medialis), serebelum (lobus flokulonodularis atau traktus vestibuloserebellaris) dan korteks lobus temporalis.

Vertigo Perifer Terdapat tiga jenis vertigo perifer yang paling sering dialami yaitu BPPV, vesribular neuritis dan penyakit meniere. Penyebab vertigo perifer lainnya antara lain: fistel perilymph, labirinitis, obat ototoksik, trauma kapitis dan neuroma akustikus. 1. Benign Paroxysmal Positioning Vertigo (BPPV) BPPV merupakan satu dari penyebab terbanyak vertigo dan yang paling mudah diobati. Keluhan vertigo yang berakhir kurang dari 1 menit, biasanya terjadi pada pagi hari saat bangun atau kepala berpaling dari tempat tidur. Mekanisme patofisiologinya dipercaya akibat debris di kanalis semi sirkularis (63% di posterior). Sering disertai gejala mual, muntah dan nistagmus perifer. BPPV dibedakan dengan vertigo posisional sentral yang disebabkan kelainan di batang otak atau serebelum dimana dengan tanda khas nistagmus vertical yang tak membaik dengan pengulangan posisi. 2. Vestibular Neuritis Vertigo rotasional yang berat dngan onset akut, disertai nistagmus spontan, ketidakstabilan postur dan nusea tanpa diikuti disfungsi auditorik. Gejala biasanya mencapai puncak dalam 24 jam, membaik setelah beberapa hari-minggu. Meski kerusakan berupa hilangnya fungsi vestibular unilateral permanen, tetap terjadi perbaikan dengan adanya kompensasi otak. 3. Penyakit Meniere

Serangan yang khas diawali dengan rasa penuh di telinga, penurunan daya pendengaran serta tinnitus disertai keluhan ketidakstabilan postur, nistagmus dan mual selama beberapa menit-beberapa jam. Penyakit Meniere disebabkan oleh hidrops endolimfatik yang berakhir dengan degenerasi sel-sel rambut pada koklea dan neuro epitel di kanalis semi sirkularis. Penyakit ini sering terjadi pada usia 30-50 tahun.

4. Neuroma Akustikus Neuroma akustikus (schwanoma) merupakan tumor infratentorial yang biasanya mengenai usia 40-50 tahun dan lebih sering pada wanita. Tumor ini tumbuh dari pars vestibularis nervus VII di kanalis auuditorius internus. Gejala awal berupa kehilangan pendengaran unilateral. Pada tahap berikutnya akan timbul vertigo, nistagmus dan gangguan keseimbangan. 5. Labirinitis Pada viral labirinitis hamper sama dengan vestibular neuritis, tetapi pada penyakit ini lebih dari 50& penderita menunjukan gangguan pendengaran. Sering muncul 10-14 hari setelah penyakit morbili, parotis, varicella, herpes. Selain itu labirinitis juga dapat sebagai komplikasi dari otitis media kronik atau mastoiditis juga operasi telinga tengah. Semu bentuk labirinitis dapat menimbulkan gejala vertigo dan gangguan pendengaran.

Vertigo Sentral Pada sebagian besar kasus sindroma vertigo sentral disebabkan disfungsi dari induksi suatu lesi, tetapi sebagian kecil disebabkan proses patologis dari berbagai struktur mulai nucleus sampai kortek vestibularis. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan vertigo sentral adalah: 1. Vaskular a. Insufisiensi Vertebrobasilar Insufisiensi vertebrobasiler merupakan penyebab terpenting dari vertigo dan disekuilibrium pada orang lanjut, karena member kontribusi baik komponen perifer maupun sentral dan sistem vestibuler. Biasanya dihasikan dari aterosklerosis dengan insufisiensi sirkulasi kolateral.

b. A c. A d. A e. 2. S 3. S 4. S 5. S

Diagnosis Anamnesis Pertama-tama ditanyaan bentuk vertigonya: melayang, goyang, berputar atau sebagainya. Perlu diketahui juga keadaan yang memprovokasi timbulnya vertigo: verubahan posisi kepala dan tubuh, keletihan atau ketegangan. Profil waktu apakah timbulnya akut atau perlahan-lahan, hilang-timbul, paroksimal, kronik, progresif atau membaik. Apakah juga ada gangguan pendengaran yang biasanya ditemukan pada lesi vestibuler atau n.vestibularis. Penggunaan obatobatan seperti streptomisin, kanamisin, salisilat, antimalaria dan lain-lain yang dketahui ototoksik/vestibulotoksik dan adanya penyakit sistemik seperti anemia, penyakit jantung, hipotensi, hipertensi, penyakit paru juga perlu ditanyakan. Juga kemungkinan trauma akustik Pemeriksaan Fisik

Anda mungkin juga menyukai