Anda di halaman 1dari 2

JUVENILE OSSIFYING FIBROMA PADA MAXILLA Abstrak.

Juvenile ossifying fibroma adalah tumor jinak dari jaringan penunjang fibrosa pada tulang yang jarang terjadi pada anak-anak. Lesi ini secara lokal bersifat agresif dan menyebar secara cepat, dan karena tumor ini memiliki tingkat kekambuhan yang sangat tinggi maka eksisi lengkap sangatlah penting. Yang dilaporkan disini adalah sebuah kasus juvenile ossifying fibroma masif di maksila pada anak laki laki berumur 11 tahun. Jaring titanium digunakan untuk merekonstruksi bentuk muka setelah maksilektomi total sebelah kiri, sehingga didapatkan bentuk muka yang memuaskan.

Juvenile ossifying fibroma (JOF) adalah tumor jinak fibro-osseous jarang yang berkembang dari tulang kraniofasial pada individu dibawah 15 tahun. Secara histologi, tumor ini terdiri dari stroma fibrosa yang kaya akan sel, mengandung ikatan ikatan cellular osteoid tanpa dilingkari oleh osteoblastik, bersamaan dengan trabekula dari anyaman tulang. Lesi ini tidak berkapsul tapi memiliki batas yang tegas dari tulang sekitarnya. Biasanya tidak bergejala, dapat mencapai ukuran yang besar dan bersifat agresif, dan biasanya dalam literatur akan didiagnosa sebagai juvenile ossifying fibroma, aggressive ossifying fibroma, atau active ossifying fibroma. Berdasarkan sifat lesi yang agresif dan memiliki tingkat kekambuhan yang tinggi, maka deteksi dini dan operasi eksisi komplit sangatlah penting. Laporan Kasus Seorang anak laki laki berumur 11 tahun dipresentasikan pada bulan Agustus 2005 dengan pembengkakan yang progresif, tanpa rasa sakit pada muka sebelah kiri selama 2 minggu. Tidak ada riwayat keluarga atau riwayat penyakit dahulu yang bermakna. Pemeriksaan klinik menunjukan adanya massa berukuran cukup besar di muka sebelah kiri yang terlokalisasi pada maksila. Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya ekspansi secara besar-besaran dari tulang processus alveolaris maxilla sebelah kiri sampai ke palatum durum. Pada palpasi terdapat nyeri tekan yang minimal. Gigi molar

dan premolar di maksila kiri menghilang. Tidak teraba adanya pembesaran nodus limfatikus servikal ataupun submandibular, dan foto roentgen dada normal. Pada pemeriksaan x-ray radiografi (posisi Waters dan radiografi panoramik) menunjukkan adanya hiperdens homogen pada seluruh daerah maksila kiri dan sinus maksila, dan pengrusakan tulang serta invasi pada bagian molar di maksila sebelah kiri, penyangga zygomatikus, dan sebagian dari tulang zygomatikus. Molar dan premolar di maksila sebelah kiri menyatu. CT scan menunjukkan adanya pencampuran antara radiolusen dan radiodensitas, dan batas yang jelas dari massa osteolitik pada maksila sebelah kiri, sinus maksilaris, tulang alveolar dan kavitas nasal. Terdapat pengrusakan pada dinding medial dan antero-lateral, dan akar dari sinus maksila sebelah kiri. Bola mata dan nervus kranialis tidak dipengaruhi. Diagnosa tumor maksila sebelah kiri sudah dibuat. Karena lesi yang sangat besar, maka dilakukan maksilektomi total pada muka sebelah kiri. Tumor disingkirkan seluruhnya. Defek tulang dijembatani dengan jejaring titanium yang dilekuk untuk merekonstruksi bentuk muka dan menyokong isi orbita. Jaring titanium disesuaikan pada sisa daerah lateral zygoma, dan tulang nasal dan pinggir medial lubang nasal anterior. Rotasi dari flap palatum mukoperiosteal digunakan untuk menutupi bagian lubang antara mulut dan daerah nasal. Setelah operasi, pasien memiliki bentuk muka dan fungsi mulut yang baik, dan tidak ada deformitas muka. Secara mikroskop, lesi ini tidak memiliki kapsul, menampakkan infiltrasi ke struktur tulang sekitarnya serta terdapat pembentukan formasi tulang baru pada daerah perifer. Lesi terdiri dari jaringan fibrosa yang kaya akan sel yang terisi cellular osteoid tanpa adanya osteoblastik bersama dengan trabekula yang tipis pada tulang yang immatur yang mengandung lakuna yang kasar dengan disokong oleh osteosit dan ditandai oleh osteoblas yang besar. Pseudokista berbatasan dengan fibroseluler dan stroma myxoid. Gambaran mitosis tampak dalam stroma, khususnya dalam daerah yang kaya akan sel. Berdasarkan penemuan ini didiagnosa sebagai JOF Maksila.

Anda mungkin juga menyukai