Anda di halaman 1dari 15

STATUS UJIAN PSIKIATRI

I. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis kelamin Status perkawinan Pendidikan terakhir Pekerjaan Suku bangsa Agama Alamat sekarang Tanggal MRS Cara MRS Tanggal pemeriksaan Tempat pemeriksaan : Tn. Max Pieter : 57 tahun : Laki Laki : Belum Menikah : SD : Petani : Minahasa/ Indonesia : Kristen Protestan : Tondano, Watulambon : 10 Oktober 2010 : Pasien datang dengan keluarga : 22 Januari 2013 : Poli Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

II. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT A. Pemeriksaan fisik Keadaan umum Kesadaran Tanda vital Kepala Thoraks Abdomen : Tampak sehat : Compos Mentis : T : 120/80 mmHg, N : 80x/m, R : 20x/m, S : 36C : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterus -/: Rhonki -/-, Wheezing -/: Datar, lemas, peristaltik (+) normal Hepar/Lien : Tidak teraba Ekstremitas : Edema (-), turgor kembali cepat, akral hangat

B. Pemeriksaan neurologis GCS TRM : E4M6V5 : Tidak ada

Mata

Kaku kuduk Tanda Lasegue Tanda Kernig Tanda Brudzinski I Tanda Brudzinski II

: Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada : Tidak ada

: Gerakan normal searah, pupil bulat isokor, refleks cahaya +/+

Pemeriksaan Nervus Kranialis a. Nervus Olfaktorius (N.I) Tidak dilakukan evaluasi b. Nervus Optikus (N.II) Tidak dilakukan evaluasi c. Nervus Okulomotoris (N.III), Nervus Troklearis (N.IV), dan Nervus Abducens (N.VI) Selama wawancara berlangsung dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata yang wajar (pasien mampu melirikkan bola matanya ke kiri dan ke kanan). Selain itu, bola mata pasien dapat mengikuti penlight kiri-kanan dan atas-bawah d. Nervus Trigeminus (N.V) Selama wawancara berlangsung terlihat pasien dapat tersenyum, dan wajah simetris. e. Nervus Facialis (N.VII) Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat tersenyum dan wajah simetris f. Nervus Vestibulokoklearis (N.VIII) Selama wawancara berlangsung, pasien mampu memahaminya dengan suara yang keras, yaitu pasien butuh beberapa detik untuk menjawab pertanyaan tapi

jawabannya tidak tepat. Hal ini member kesan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan pasien terlihat stabil dan tidak terjatuh. g. Nervus Glossofaringeus (N.IX) Tidak dilakukan evaluasi h. Nervus Aksesorius (N.XI)

Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan gejala ekstrapiramidal (Tremor, Bradikinensia, Rigiditas)

C. Pemeriksaan penunjang Tidak dilakukan pemeriksaan

III.

RIWAYAT PSIKIATRIK Diperoleh dari :

Autoanamnesis, tanggal 22 Januari 2013

A. Keluhan utama. Pasien merontak dan merusak barang serta sering bicara sendiri. B. Riwayat gangguan sekarang -Autoanamnesis : Anamnesis diperoleh dari pasien, karena pasien saat itu dapat menjawab dengan baik dan benar, walaupun terkadang pasien menjawab tidak berhubungan dengan pertanyaan serta kadang tidak mau menjawab pertanyaan sama sekali. Menurut pasien, keluhan merontak dan merusak barang pertama kali timbul saat remaja, timbul terutama saat pasien marah marah. Kemudian kambuh lagi sejak tahun 1999 yang lalu. Pasien merontak dan mengeluarkan kata kata makian serta melemparkan barang kearah keluarga pasien. Pasien kemudian dibawa ke poliklinik RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dan dirawat inap selama setahun disana sebelum akhirnya dipulangkan untuk rawat jalan. Kemudian keluhan yang sama kambuh kembali karena dimarahi orang tuanya pada tahun 2010 dan dibawa ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang dan dirawat inap kembali sampai sekarang. Pasien mengaku sering mendengar suara yang tidak diketahui laki laki atau perempuan, dan berbisik bisik di telinganya, kadang terdengar seperti mendengung, tapi kadang terdengar jelas seperti mengatakan kepadanya peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Pasien

juga pernah mengeluhkan bahwa mengalir darah dari telinga pasien, tapi setelah diperiksakan, tidak ditemukan kelainan atau penyakit di telinga pasien. Sekitar lebih kurang 1 tahun yang lalu pasien terlihat mulai sering menyendiri dan sering bicara sendiri atau tertawa sendiri. Pasien sering menghayal dan acuh terhadap hal hal di sekitarnya. Saat ini pasien sudah bisa berkomunikasi dengan baik walaupun terkadang masih terlihat bingung saat hendak menjawab pertanyaan.

C. Riwayat gangguan sebelumnya. 1. Riwayat gangguan psikiatrik sebelumnya. Menurut anaknya pasien mulai merontak-merontak dan marah-marah sejak remaja, pernah masuk ke rumah sakit jiwa pada tahun 1999 dan kembali lagi pada tahun 2010. 2. Riwayat gangguan medis. Tidak ada gangguan medis lainnya. 3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif. Pasien tidak pernah menggunakan zat-zat psikoaktif dan alkohol.

IV.

RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI. 1. Riwayat prenatal dan perinatal. Tidak dapat diperoleh data karena tidak ada keluarga pasien yang dapat ditanyakan. Pasien anak ketiga dari empat bersaudara. 2. Riwayat masa kanak awal (usia 1 3 tahun) Tidak dapat diperoleh data karena tidak ada keluarga pasien yang dapat ditanyakan. 3. Riwayat masa kanak pertengahan (usia 4 11 tahun) Pasien bersekolah sampai lulus SD. 4. Riwayat masa kanak akhir dan remaja Pasien tidak bersekolah lanjut ke SMP karena kendala biaya. Hubungan dalam keluarga kurang harmonis. Pasien memiliki sedikit teman. Pasien sering merontak dan melempar barang kalau marah.

5. Riwayat masa dewasa Riwayat pendidikan : Pasien bersekolah sampai lulus SD. Riwayat pekerjaan : Pasien bekerja sebagai petani. Riwayat perkawinan : Pasien belum pernah menikah Kehidupan beragama : Pasien beragama Kristen Protestan dan jarang beribadah Riwayat social : Hubungan pasien dengan orang sekitar kurang cukup baik. Pasien merupakan pribadi yang pendiam dan tenang, tapi sering mengamuk bila marah. Riwayat pelanggaran hukum : Pasien tidak pernah terlibat dalam masalah hokum Situasi kehidupan sekarang : Saat ini pasien tinggal dengan kedua orang tua dan adiknya di Tondano, tinggal dalam rumah sederhana, memiliki 2 kamar dan satu kamar mandi. Riwayat keluarga : Pasien merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pasien berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah kebawah. Tidak ada dikeluarga yang sakit seperti pasien SILSILAH KELUARGA/GENOGRAM

Faktor Herediter : Tidak ada

Pasien

V.

PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS. a. Deskripsi umum 1) Penampilan

Pasien adalah seorang pria. Rambut warna hitam keputihan dan pendek, ekspresi wajah terlihat murung, kontak mata dengan pemeriksa cukup. Pasien berpakaian tidak rapi dan kelihatan agak kusam, menggunakan baju kaus oblong warna putih dan celana pendek. Tubuh kurus, kulit sawo matang, berperawakan pendek. Perawatan dan kebersihan diri cukup terawat, Pasien tampak cukup tenang selama wawancara namun terkadang terlihat sering menghayal . 2) Perilaku dan aktivitas psikomotor Saat wawancara pasien duduk melihat ke arah pemeriksa, juga sering menengok ke kiri dan kanan. Setelah ditanya, pasien menatap pembicara dengan ekspresi yang datar dan bercerita. Pasien terkadang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan katakata yang jelas dan tepat

3) Sikap terhadap pemeriksa. Pasien cukup kooperatif (pasien cukup tepat menjawab pertanyaan) walau kadang kadang menjawab tidak berhubungan dan ekspresi terlihat datar.

B. Mood dan Afek Mood Afek Keserasian : normal/biasa/eutimik : tidak sesuai : serasi

C. Karakteristik bicara Selama wawancara, pasien sering diam dan tidak menjawab pertanyaan, kalau pasien menjawab, jawabannya kadang tidak benar, artikulasi jelas, bicara agak lambat, pasien butuh waktu beberapa detik setelah ditanya sebelum menjawab pertanyaan itu.

D. Gangguan persepsi Ada halusinasi auditorik berupa suara yang tidak diketahui pria atau wanita yang sering bercerita kepada pasien, tetapi saat ditanya tentang hal apa, penderita mengaku tidak tahu apa yang dikatakan.

E. Pikiran Bentuk pikiran : tidak ada gangguan spesifik pada bentuk pikiran Isi pikir : Pasien mempunyai halusinasi auditorik dan waham somasi.

F. Kesadaran dan fungsi kognitif Tingkat kesadaran : Kompos mentis Orientasi - Orientasi waktu : baik baik baik agak sulit berkonsentrasi

- Orientasi tempat : - Orientasi orang Perhatian dan mudah teralih. : Daya konsentrasi :

: pada saat wawancara pasien mampu memusatkan perhatian

Daya ingat : Immediate

: cukup baik (saat ditanyakan kembali nama pemeriksa

pasien dapat mengingat dengan jelas) Recent : cukup baik (saat ditanyakan kemarin pasien makan apa pasien bisa menjawab walaupun ragu ragu) Recent past : cukup baik (saat ditanya kapan hari ulang tahun pasien, pasien menjawab 2 bulan yang lalu) Remote : kurang baik (saat ditanya tentang kejadian yang membawa

pasien masuk ke rumah sakit, pasien mengatakan tidak mengetahuinya.)

G. Daya nilai Daya nilai sosial : sukar dievaluasi Uji daya nilai : sukar dievaluasi

Penilaian realitas : sukar dievaluasi

H. Tilikan

Derajat tilikan

: Derajat 1(Penyangkalan penuh bahwa dirinya sakit)

I. Taraf dapat dipercaya

: dapat dipercaya

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA. Berdasarkan anamnesis, didapatkan pasien laki - laki, Suku Minahasa, agama Kristen Protestan, pendidikan lulus SD, dulu bekerja sebagai petani tapi saat ini tidak bekerja, tinggal di Tondano. Pasien dibawa ke RS. Prof. V. L. Ratumbuysang oleh keluarganya karena pasien merontak dan merusak barang, sering tertawa sendiri, dan sering bicara sendiri. Menurut pasien, keluhan pertama kali timbul sejak pasien masih remaja. Pasien sering merontak dan melempar barang ketika marah marah. Pasien pernah masuk Rumah Sakit pada tahun 1999 dan dirawat inap selama setahun. Keluhan yang sama timbul kembali pada tahun 2010 dan dirawat inap di rumah sakit sampai sekarang. Sejak lebih kurang 1 tahun yang lalu pasien terlihat mulai sering menyendiri dan sering bicara sendiri atau tertawa sendiri. Pasien sering menghayal dan acuh terhadap hal hal di sekitarnya. Pasien mengaku sering mendengar suara yang tidak diketahui laki laki atau perempuan, dan berbisik bisik di telinganya, kadang terdengar seperti mendengung, tapi kadang terdengar jelas seperti mengatakan kepadanya peristiwa yang akan terjadi selanjutnya. Pasien juga pernah mengeluhkan bahwa mengalir darah dari telinga pasien, tapi setelah diperiksakan, tidak ditemukan kelainan atau penyakit di telinga pasien. Pada pemeriksaan status mental, didapatkan kontak mata cukup dengan pemeriksa, pasien berpenampilan cukup rapi dan kelihatan kusam. Selama wawancara pasien duduk tenang, pasien terlihat murung. Pasien kadang tidak dapat menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang jelas dan tepat. Mood pasien eutimik dengan jawaban baik, afek tidak sesuai, serta kesesuaian ekspresi sesuai dengan isi pikiran. Pasien menoleh saat dipanggil namanya. Perhatian pasien mudah teralih.

Terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi audiotorik, jenis suara tidak diketahui atau kadang mendengung, dan isi suara mengatakan apa yang akan terjadi padanya selanjutnya. Arus pikiran tidak ditemukan gangguan hanya saja sedikit lupa lupa untuk ingatan jangka pendek.

Isi pikir ditemukan adanya waham somasi dimana pasien merasa mengalir darah dari telinga walaupun telah diperiksakan telinganya tidak terdapat gangguan. Kesadaran kompos mentis, orientasi, daya cukup baik. Tilikan pasien adalah derajat 1. Tidak didapatkan adanya halusinasi dari pasien saat wawancara berlangsung. Tidak ada kelainan pada pemeriksaan fisik interna dan neurologi.

VII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV Aksis V : Skizofrenia residual : Tidak ada diagnosis : Tidak ada diagnosis : Tidak ada diagnosis : GAF 51-60 gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.

VIII. PROBLEM A. Organobiologi B. Psikologi halusinasi auditorik, waham somasi, Mood eutimik, afek tidak sesuai. : Tidak ada :

C. Lingkungan dan sosial ekonomi: Pasien sulit berkomunikasi dengan tetangga Pasien berasal dari keluarga kurang mampu

IX. PERENCANAAN TERAPI A. Psikofarmako Haloperidol 5 mg 2x1 tablet

Trihexiphenidil 3x1/2 tablet Diazepam 5 mg 1x1 tablet pada malam hari

B. Psikoterapi dan intervensi psikososial 1) Terhadap pasien Memberikan edukasi terhadap pasien agar memahami gangguannya lebih lanjut, efek samping yang muncul, pentingnya kepatuhan dan keteraturan minum obat, perbaikan fungsi sosial dan pencapaian kualitas hidup yang lebih baik. Memberikan pengertian bahwa gangguan ini dapt disembuhkan, memotivasi dan memberi dukungan kepada pasien sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. 2) Terhadap keluarga Menyampaikan informasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dan

menyarankan untuk senantiasa member dukungan selama masa pengobatan, pasien lebih sering diajak berkomunikasi serta keluarga harus member dukungan kepada pasien untuk banyak beraktivitas terlebih di luar rumah dan berinteraksi dengan orang lain. Pasien tidak boleh sampai menyendiri, sebisa mungkin ada aktivitas yang menyibukkan dirinya. Jelaskan kepada keluarga mengenai berbagai kemungkinan penyebab penyakit, perjalanan penyakit, dan pengobatan sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi pasien untuk minum obat dan control secara teratur serta mengenali gejala-gejala kekambuhan. Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga dalam proses penyembuhan pasien.

X. PROGNOSIS Ad vitam : bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad malam

XI. ANJURAN Dianjurkan kepada keluarga pasien agar mengawasi pasien sehingga pasien mengonsumsi obatnya dengan teratur. Usahakan pasien berada dalam pengawasan keluarga, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Memberikan pengertian kepada keluarga akan pentingnya peran keluarga pada perjalanan penyakit.

XII. DISKUSI Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis. Dari anamnesis ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan Skizofrenia Residual. Gejalanya diawali denan gejala positif, dan dalam waktu minimal 1 tahun telah timbul gejala negative. Dalam kasus ini dapat dilihat bahwa awalnya pasien pertama kali masuk rumah sakit karena pasien sering mengamuk dan merusak barang saat marah. Pasien juga pernah mengeluhkan bahwa mengalir darah dari telinga pasien, tapi setelah diperiksakan, tidak ditemukan kelainan atau penyakit di telinga pasien. Gejala gejala ini merupakan gejala positif dari pasien skizofrenia. Keluhan yang sama juga dialami pasien pada tahun 2010 dan akhirnya dibawa kembali ke rumah sakit dan dirawat inap. Kemudian 1 tahun berikutna pasien menjadi pasif, yakni dengan menarik diri dari pergaulan social dan sering menyendiri dan bicara serta tertawa sendiri. Pasien skizofrenia residual mempunyai riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau, dimana pasien ini memenuhi criteria untuk diagnosis skizofrenia residual, yaitu pasien sudah pernah sakit seperti ini dan dirawat sampai sembuh. Berdasarkan PPDGJ III menempatkan skizofrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali dengan gejala positif yang menonjol, namun minimal dalam waktu satu tahun terakhir dan telah timbul gejala negative, sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau untuk memenuhi criteria diagnostic skizofrenia, serta tidak terdapat penyakit otak lainnya ataupun dementia. Gejala gejala tersebut didapatkan pada pasien sehingga pasien didiagnosis skizofrenia residual. Pada pasien diberikan Haloperidol 5 mg 2x1 tablet, Trihexiphenidil 3x1/2 tablet, dan Diazepam 5 mg 1x1 tablet pada malam hari. Trihexiphenidil dan haloperidol yang efek samping sedative lemah digunakan terhadap sindrom psikosi dengan gejala dominan apatis, menarik diri, afek tumpul kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif, waham, halusinasi, dll. Diazepam diberikan sebagai obat penenang sehingga diberikan pada malam hari.

Skizofrenia dapat berupa kondisi yang sangat mengkhawtirkan dan dapat berhubungan dengan penurunan fungsi social, sehingga diperlukan dukungan, nasehat, dan pendidikan yang baik terhadap pasien, keluarga dan orang orang sekitarnya. Dalam hal ini pasien diberikan edukasi agar memahami gangguannya, cara pengobatan, efek samping yang dapat muncul, serta pentingnya kepatuhan dan keteraturan dalam minum obat sehingga pasien sadar dan mengerti akan sakit yang dialaminya, sehingga menjalani penobatan secara teratur tanpa rasa terpaksa. Keluarga pasien juga harus diberikan edukasi dan terapi psikososial berupa penyampaian informasi seperti yang tersebut diatas sehingga keluarga pasien dapat memahami dan menerima kondisi pasien, serta mampu memberikan dukungan dan pengawasan pada pasien dalam menjalani pengobatan.

XIII. Wawancara Psikiatri Wawancara dilakukan di ruang Poli Jiwa RS Prof. dr. V.L. Ratumbuysang pada tanggal 22 Januari 2013. Keterangan : A: Pemeriksa B : Pasien

A B A B A B A B A B A B A

: Selamat siang, bapak. : Selamat siang : Perkenalkan saya dokter muda, kalau boleh tahu nama bapak siapa ? : Max Pieter, dokter : Kalau boleh tahu, bapak pe umur sekarang berapa ? : 57 tahun. : Bapak tinggal dimana kang ? : Tondano : Tondano sebelah mana kang bapak? : Watulambon, dok. : bapak asalnya dari mana dang ? : Dari Tondano noh dok : Kalau boleh tau, bapak so kawin belum, pak ?

B A B A B A B A B A B A B A B

: Nyanda kawin kita dok. : Bapak terakhir sekolah apa? : Cuma sampe SD dok. : Bapak kerja apa dang dulu? : Petani dok : Bapak agama apa kang? : Kristen protestan. : Bapak ja masuk gereja? : Kadang kadang dok. Kalo datang malas nda mo pigi. : Mar bapak ja berdoa toh? : ada dok. Mar jarang le. : Bapak masih ingat kapan bapak masuk kesini? : Pas 2 ato 3 tahun dulu, dok. : Kong kiapa dang bapak boleh datang kemari? : Kita nentau le dok. Cuma kita p keluarga yang bawa kamari pa kita. Kita nentau le kiapa dorang bawa kamari.

A B A B

: Sapa da bawa dang pa bapak? : Kita pe mama papa deng kita pe kakak dok. : Dari kapan dang bapak barasa bagini dang? : So lama skali dokter. Memang kita ja bola bale masuk sini dok. Tuhari so bae kata kong dapa kase pulang. Mar kita p mama papa bawa bale ulang kamari dok pas tu tahun itu. : Bapak masih inga bulan bulan apa tu waktu itu dorang da bawa pa bapak? : waktu itu kwa dok da bulan terang. Kita inga skali noh da malam malam itu da bulan pe terang.

A B

A B

: Bapak masih inga nda bapak waktu kacili bagaimana? : Kita kwa dulu dok waktu kacili tukang pang marah. Kalo so ba marah biasa kita ja mangamu deng suka balempar tu barang barang di rumah. Papa biasa ja pukul noh kalo kita so bagitu.

A B

: Kiapa bapak suka bamarah deng balempar dang? : Pastiu noh kita dok pa dorang. Salalu cuma ja marah marah pa kita terus gara gara kita kata biongo. Datang kita pe pastiu kita mangamu noh kong balempar barang tu boleh

ambe pa dorang. Nentau le kiapa ta suka ja ba lempar. Cuma da ta pikir suka mo balempar noh. A B A B : Ada suara yang bapak ja dengar, ja ba suruh pa bapak? : Ada noh dok, mar tu suara cuma rupa ja kase tau tu mo jadi sabantar dok. : Rupa bagaimana itu kang bapak? : Rupa kalo kita pe papa mo datang ba marah pa kita, tu suara so bilang dari pertama pa kita kalo kita pe papa mo datang bamarah noh. A B A B A B A B A B A B A B : Bapak tau tu suara rupa suara cewek ato cowok? : Nentau le dok. Kita nda dapa dengar jelas soalnya rupa Cuma ofu bagitu ja ba datang. : Ofu? Maksudnya rupa ba mendengung bagitu? : Io dokter. Pokoknya bagitu noh. : Ooh Io kote, pak da berapa saudara bapak? : Ada empat dokter. : Ada berapa kakak ato adek? Bapak anak ke berapa dang? : Ada 2 kakak kita dengan satu ade. Kita anak ketiga dok. : Pa bapak pe keluarga ato saudara saudara lain ada yang sakit sama dengan bapak? : Nyanda dok. : Oma, opa, om atau tante dang nda ada? : kita nentau dok, mar kita tahu nda ada noh. : Bapak pe hubungan dengan bapak pe keluarga bagaimana dang? : Sekarang so nda pernah baku dapa dengan dorang, dok. Dorang so nda pernah datang kamari. Jadi kita so nentau. A B A B A B A B A : Bapak dang tu hari di rumah ja main sama sama dengan kakak adek? : Jarang dok. Soalnya dorang pastiu ja main deng kita karena kita kata tukang ba marah. : Bapak pe teman teman dang? : Cuma sadiki dok yang ja suka main deng kita. : Maaf pak, mo tanya dang, ada orang dekat yang so meninggal akhir akhir ini? : Nentau le dok, kita so nda pernah dengar kabar dari orang rumah skarang. : Maaf lagi pak, mar bapak pe orang tua masih hidup dang pak? : Ada noh dok, masih di rumah dorang. : Dorang ja datang kamari ba lia pa bapak?

B A B A B A B A B A B A B A B A

: So nda pernah dok. : Bapak pernah da sakit sakit lain sebelumnya? : Tuhari dok kita pe telinga da badarah dok. : Oh io? Kong da periksa pa dokter dang? : Io dok. Mar dokter bilang nyanda apa apa kata. : Bapak pernah da kecelakaan kendaraan bermotor dang? : Nyanda pernah dok. Nda ada oto kita. : Motor dang nda ada? : Nyanda dok. Cuma biasa ja bajalan kaki. : Ooh Bapak sekarang dang barasa apa? : Kadang kadang kita masih ja dengar tu suara noh dok. : Ja dengar sering sekali pak? Masih sama dia ja bilang bilang pa bapak? : So kadang dokter. Cuma ja datang datang bagitu. Kadang le nda dapa dengar jelas. : Bapak sekarang masih suka ba marah marah dengan mengamuk dang? : So nda dokter. So nda ja mengamuk. : Bapak, terakhir ini bapak. Bapak bilang ulang neh kita mo bilang apa Anjing, ayam, kucing : Anjing, ayam, kucing : Oke dang bapak. Kita so klar tanya tanya pa bapak. Mar pak kalau masih ada yang kurang kita boleh bale toh mo tanya ulang pa bapak

B A

B A B

: Boleh no. : Makasih neh bapak atas bapak pe waktu. Kita somo pigi dulu Permisi bapak : Sama sama dokter.

Anda mungkin juga menyukai