Anda di halaman 1dari 12

Etiologi b.

Usia Ibu Angka kejadian prematuritas tertinggi ialah pada usia <20 tahun, dan multi gravida yang jarak kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah ialah pada usia antara 26-35 tahun. c. Keadaan sosial ekonomi Keadaan ini sangat berperan terhadap timbulnya BBLR. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini disebabkan oleh keadaan gizi kurang baik (malnutrisi) dan pengawasan antenatal yang kurang demikian pula kejadian prematuritas pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir dari perkawinan yang sah. d. Sebab lain Ibu perokok, ibu peminum alkohol dan pecandu obat narkotik. Faktor Janin Hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi, cacat bawaan, arteri umbilikus tunggal, dan polihidramnion. Faktor Lingkungan Tempat tinggal di dataran tinggi radiasi dan zat-zat racun. Patofisiologi Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang. Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal. Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar. Manifestasi Klinis 1. Fisik Bayi kecil Pergerakan kurang dan masih lemah Kepala lebih besar daripada badan BB <2500 gr 2. Kulit dan Kelamin Kulit tipis dan transparan Lanugo banyak Rambut halus dan tipis Genitalia belum sempurna 3. Sistem saraf Reflek menghisap, menelan, batuk belum sempurna 4. Sistem muskulus skeletal Komplikasi

Komplikasi dari BBLR, diantaranya: Bayi prematur: asfiksia, sindroma gawat nafas neonatus, hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, hiperbilirubinemia, perdarahan periintraventrikular, perdarahan paru dan enterokolitis nekrotikan. Bayi kecil masa kehamilan: hipoglikemia, asfiksia, infeksi, aspirasi mekoneum, polisitemia, hiperbilirubinemia, dan kelainan kongenital. Penatalaksanaan Prematuritas murni a. BB lahir kurang dari 1500 gr Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 37 C Bila tidak ada SGNN dapat diberi minum per oral susu rendah laktosa/ ASI dengan menghisap sendiri atau dengan pipa nasogastik. Bila tidak dapat memenuhi semua kebutuhan peroral, maka diberikan sebanyak yang dapat ditoleransi lambungnya dan sisanya diberikan dengan IVFD. b. BB lahir lebih dari 1500 gr Tanpa asfiksia, tidak ada tanda-tanda SGNN dan refleks isap baik rawat gabung dengan metode kangguru dan langsung diberi ASI / LLM. Dismaturitas a. BB lahir kurang dari 1500 gr Dirawat dalam inkubator, pertahankan suhu tubuh antara 36,5 37 C Bila refleks isap baik dan tidak ada SGNN dan refleks isap balik langsung diberi minum LLM/ ASI per oral lebih dini (2 jam setelah lahir). Bila refleks isap kurangdiberikan minum melalui pipa nasogastrik. b. BB lahir lebih dari 1500 gr Tanpa asfiksia, tidak ada tanda-tanda SGNN dan refleks isap baik rawat gabung dan langsung diberi LLM/ ASI lebih dini (2 jam setelah lahir). Bayi dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu dan kecil untuk masa kehamilan. Penatalaksanaannya sama dengan bayi prematur dengan BB lahir kurang dari 2500 gr. Pengkajian Tanda2 anatomis: Kulit kriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga, dan lengan, lemak jaringan sedikit (tipis). Kuku jari tangan dan kaki belum mencapai ujung jari Pada bayi laki2 testis belum turun Pada bayi perempuan labia mayora lebih menonjol Tanda fisiologis Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis, lebih banyak tidur dan lebih malas. Suhu tubuh mudah untuk menjadi hipotermia. Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang F. KEBUTUHAN NUTRISI BBLR Kebutuhan parentral -Bayi BBLR D 5% -Bayi BBLR > 1500 gr menggunakan Kebutuhan nutrisi enteral -BB 24 kali/ 24 jam -BB 1250 = 12 kali / 24 jam -BB >2000 gr = 8 kali / 24 jam Kebutuhan minum pada neonatus -Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari -Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari -Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari -Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari

INFEKSI NEONATORUM A. Definisi Inkfesi Neonatorum atau Sepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjadi pada bulan pertama kehidupan. yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah septisemia dan syok septik. (Doenges, Marylyn E. 2000, hal 871). Septisemia menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat besar. Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab dari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit). Pembagian Inkfesi: 1. Inkfesi dini terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi. 2. Inkfesi lanjutan/nosokomial yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi. B. Patofisiologi Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tibatiba dan berat, complement cascade menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian Faktor- factor yang mempengaruhi kemungkinan infeksi secara umum berasal dari tiga kelompok, yaitu : 1. Faktor Maternal a. Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih. b. Status paritas (wanita multipara atau gravida lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atua lebih dari 30 tahun c. Kurangnya perawatan prenatal. d. Ketuban pecah dini (KPD) e. Prosedur selama persalinan. 2. Faktor Neonatatal a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan faktor resiko utama untuk sepsis neonatal. Umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan.

Transpor imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit. b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik, khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas opsonisasi. c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens sepsis pada bayi laki- laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan. 3. Faktor Lingkungan a. Pada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi akibat alat yang terkontaminasi. b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bis menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat ganda. c. Kadang- kadang di ruang perawatan terhadap epidemi penyebaran mikroorganisme yang berasal dari petugas ( infeksi nosokomial), paling sering akibat kontak tangan. d. Pada bayi yang minum ASI, spesiesLactbacillus danE.colli ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu formula hanya didominasi olehE.col li. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu : a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilicus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini antara lain malaria, sifilis dan toksoplasma. b. Pada masa intranatal atau saat persalinan infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai kiroin dan amnion akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilkus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke traktus digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diatas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (mis. Herpes genitalis, candida albican dan gonorrea). c. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan diluar rahim (mis, melalui alat-alat; pengisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasagastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. 2.3 Tanda dan Gejala a. Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi, sklerema b. Saluran cerna : distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare, hepatomegali c. Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping hidung, merintih, sianosis. d. Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab, hipotensi, takikardi, bradikardia.

e. Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry f. Hematologi : ikterus,splenomegali, pucat, petekie, purpura, pendarahan. (Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008) Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik. Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice, muntah, diare, dan perut kembung Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan penyebarannya: a. Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau darah dari pusar b. Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan koma, kejang, opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau penonjolan pada ubun-ubun c. Infeksi pada tulang (osteomielitis) menyebabkan terbatasnya pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena d. Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan, nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat e. Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan perut dan diare berdarah 2.4 Komplikasi 1. Meningitis 2. Hipoglikemia, asidosis metabolik 3. Koagulopati, gagal ginjal, disfungsi miokard, perdarahan intrakranial 4. ikterus/kernikterus 2.5 Penatalaksanaan 1. Suportif Lakukan monitoring cairan elektrolit dan glukosa Berikan koreksi jika terjadi hipovolemia, hipokalsemia dan hipoglikemia Bila terjadi SIADH (Syndrome of Inappropriate Anti Diuretik Hormon) batasi cairan Atasi syok, hipoksia, dan asidosis metabolic. Awasi adanya hiperbilirubinemia Lakukan transfuse tukar bila perlu Pertimbangkan nurtisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima nutrisi enteral. 2. Kausatif Antibiotic diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya digunakan golongan Penicilin seperti Ampicillin ditambah Aminoglikosida seperti Gentamicin. Pada sepsis nasokomial, antibiotic diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawatan, namun sebagai terapi inisial biasanya diberikan vankomisin dan aminoglikosida atau sefalosforin generasi ketiga. Setelah didaapt hasil biakan dan uji sistematis diberikan antibiotic yang sesuai. Tetapi dilakukan selama 10-14 hari, bila terjadi Meningitis, antibiotic diberikan selama 14-21 hari dengan dosis sesuai untuk Meningitis. Pada masa Antenatal Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan. Pada masa Persalinan Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik. Pada masa pasca Persalinan Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

SINDROM GANGGUAN PERNAFASAN PADA NEONATUS Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dispnea, frekuensi pernafasan yang lebih dari 60 kali per menit ,adanya sianosis, adanya rintihan bayi saat ekspirasi serta adanya retraksi suprasternal,interkostal,epigastrium saat inspirasi.Penyakit ini merupakan penyakit membrane hialin,dimana terjadi perubahan atau kurangnya komponen surfaktan pulmoner komponen ini merupakan suatu zat aktif pada alveoli yang dapat mencegah kolapnya paru. Fungsi surfaktan itu sendiri adalah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara pada akhir ekspirasi. Penyakit ini terjadi pada bayi mengingat produksi surfaktan yang kurang . Pada penyakit ini kemampuan paru untuk mempertahankan stabilitas menjadi terganggu dan alveolus akan kembali kolaps pada setiap akhir ekspirasi dan pada pernafasan selanjutnya dibutuhkan tekanan negative intra thorak yang lebih besar dengan cara inspirasi yang lebih kuat . Keadaan kolapsnya paru dapat menyebabkan gangguan pentilasi yang akan menyebabkan hipoksia dan asidosis. Gangguan pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh beberapa sebab,apabila gangguan pernapasan tersebut disertai dengan tanda-tanda hipoksia (kekurangan oksigen),maka proknosisnya buruk dan merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Kalau seandainya bayi selamat dan tetap hidup akan beresiko tinggi dan terjadi kelainan neorologis dikemudian hari. PENYEBAB GANGGUAN PERNAFASAN a. penyakit parenkim paru-paru, misalnya penyakit membran hialin atelektatis b. kelainan perkembangan organ misalnya agenesis paru paru ,hemia diafragmatika c. obstruksi jalan nafas , misalnya trakeomalasia , makrolasia . PENILAIAN Tanda tanda gangguan pernafasan pada bayi baru lahir dapat diketahui dengan cara menghitung frekuensi pernafasan dan melihat tarikan dinding iga serta warna kulit bayi. CIRI CIRI BAYI YANG MENGALAMI GANGGUAN PERNAFASAN 1. Nafas bayi berhenti lebih 20 detik 2. Bayi dengan sianosis sentral ( biru pada lidah dan bibir ) 3. Frekuensi nafas bayi kurang 30 kali / menit 4. Frekuensi nafas bayi lebih 60 kali /menit , mungkin menunjukan tanda tambahan gangguan nafas. PENATALAKSANAAN Tindakan Yang Harus Dilakukan Pada Bayi Yang Mengalami Gangguan Pernafasan Antara Lain: 1. Beri oksigen dengan kecepatan sedang 2. Jika bayi menglami apnea : Bayi dirangsang dengan mengusap dada atau punggung bayi Bila bayi tidak mulai bernafas atau mengalami sianosis sentral , nafas megap megap atau bunyi jantung menetap kurang dari 100 kali /menit,lakukan resusitasi dengan memakai balon dan sungkup. 3. Kaji ulang temuan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik 4. Periksa kadar glukosa darah.Bila kadar glukosa kurang dari 40 mg, tangani sebagai hipoglikemia . 5. Berikan perawatan selanjutnya dan tentukan gangguan nafas berat manejemen spesifik menurut jenis gangguan nafasnya 6. Tentukan apakah gangguan nafas berat,sedang atau ringan Cara mencegah terjadinya gangguan pernafasan: Jadi untuk mencegah terjadinya ganguan pernapasan Segera lakukan resusitasi pada bayi baru lahir, apabila bayi : - tidak bernapas sama sekali / bernapas dengan megap-megap - bernapas kurang dari 20 kali per menit KLASIFIKASI GANGGUAN PERNAFASAN a. Gangguan nafas berat Dikatakan gangguan nafas berat adalah

Frekuensi nafas lebih dari 60x permenit dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau marintih saat ekspirasi b. Gangguan nafas sedang Dikatakan gangguan nafas sedang apabila Frekuensi nafas 60 90x permenit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral c. Gangguan nafas ringan Dikatakan gangguan nafas ringan adalah Frekuensi nafas 60 -90x permenit tanpa tarikan dinding dada tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral. DAFTAR PUSTAKA Kosim Soleh, dkk. 2005. Buku Panduan Manajemen Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Departemen Kesehatan RI : Jakarta.

KEJANG PADA NEONATUS 1. KEJANG A. Definisi Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak). Menurut Brown (1974) kejang adalah suatu aritma serebral. Kejang adalah perubahan secara tiba-tiba fungsi neurology baik fungsi motorik maupun fungsi otonomik karena kelebihan pancaran listrik pada otak (Buku Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar). Kejang bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggulangi kejang tersebut dengan obat antikonvulsan. Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau tidak dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang tidak menentu (involuntary movements) nistagmus atau mata mengedip-edip proksismal, gerakan seperti mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik yang berbeda-beda dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan kemungkinan Manifestasi kejang. B. Etiologi 1. Metabolik a. Hipoglikemia Bila kadar darah gula kurang dari 30 mg% pada neonatus cukup bulan dan kurang dari 20 mg% pada bayi dengan berat badan lahir rendah. Hipoglikemia dapat dengan/tanpa gejala. Gejala dapat berupa serangan apnea, kejang sianosis, minum lemah, biasanya terdapat pada bayi berat badan lahir rendah, bayi kembar yang kecil, bayi dari ibu penderita diabetes melitus, asfiksia. b. Hipokalsemia Yaitu: keadaan kadar kalsium pada plasma kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 8 mg/100 ml atau kurang dari 4 MEq/L

Gejala: tangis dengan nada tinggi, tonus berkurang, kejang dan diantara dua serangan bayi dalam keadaan baik. c. Hipomagnesemia Yaitu kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,2 mEg/l. biasanya terdapat bersama-sama dengan hipokalsemia, hipoglikemia dan lain-lain. Gejala kejang yang tidak dapat di atasi atau hipokalsemia yang tidak dapat sembuh dengan pengobatan yang adekuat. d. Hiponatremia dan hipernatremia Hiponatremia adalah kadar Na dalam serum kurang dari 130 mEg/l. gejalanya adalah kejang, tremor. Hipertremia, kadar Na dalam darah lebih dari 145 mEg/l. Kejang yang biasanya disebabkan oleh karena trombosis vena atau adanya petekis dalam otak. e. Defisiensi pirodiksin dan dependensi piridoksisn Merupakan akibat kekurangan vitamin B6. gejalanya adalah kejang yang hebat dan tidak hilang dengan pemberian obat anti kejang, kalsium, glukosa, dan lain-lain. Pengobatan dengan memberikan 50 mg pirodiksin f. Asfiksia Suatu keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir etiologi karena adanya gangguan pertukaran gas dan transfer O2 dari ibu ke janin. 2. Perdarahan intracranial Dapat disebabkan oleh trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin K, trombositopenia. Perdarahan dapat terjadi sub dural, dub aroknoid, intraventrikulus dan intraserebral. Biasanya disertai hipoglikemia, hipokalsemia. Diagnosis yang tepat sukar ditetapkan, fungsi lumbal dan offalmoskopi mungkin dapat membantu diagnosis. Terapi : pemberian obat anti kejang dan perbaikan gangguan metabolism bila ada. 3. Infeksi Infeksi dapat menyebabkan kejang, seperti : tetanus dan meningitis 4. Genetik/kelainan bawaan 5. Penyebab lain a. Polisikemia Biasanya terdapat pada bayi berat lahir rendah, infufisiensi placenta, transfuse dari bayi kembar yang satunya ke bayi kembar yang lain dengan kadar hemoktrokit di atas 65% b. Kejang idiopatik Tidak memerlukan pengobatan yang spesifik, bila tidak diketahui penyebabnya berikan oksigen untuk sianosisnya c. Toksin estrogen Misalnya : hexachlorophene C. Patogenesis Kejang pada neonatus seringkali tidak dikenali kerena bentuknya yang berbeda dengan kejang orang dewasa dan anak-anak. Penyelidikan sinemotografi dan EEG menunjukkan bahwa kelainan pada EGG sesuai dengan twitching dari muka, kedipan muka, menguap, kaku tiba-tiba dan sebagainya. Oleh karena itu, kejang pada bayi baru lahir tidak spesifikasi dan lebih banyak digunakan istilah fit atau seizure. Manifestasi yang berbeda-beda ini disebabkan morfologi dan organisasi dari korteks serebri yang belum terbentuk sempurna pada neonatus (Froeman, 1975). Demikian pula pembentukan dendrit, synopsis dan mielinasasi. Susunan syarat pusat pada neonatus terutama berfungsi pada medulla spinalis dan batang orak. Kelainan lokal pada neuron tidak disalurkan kepada jaringan berikutnya sehingga kejang umum jarang terjadi. Batang otak berhubungan dengan gerakan-gerakan seperti menghisap, gerakan bola mata, pernafasan dan sebagainya, sedangkan fleksi umum atau kekakuan secara fokal atau umum adalah gejala medula spinalis.

D. Klasifikasi Kejang Volve (1977)membagi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut : 1. Bentuk kejang yang hampir tidak terlihat (Subtle) yang sering tidak di insafi sebagai kejang. Terbanyak di dapat pada neonatus berupa : a. Deviasi horizontal bola mata b. Getaran dari kelopak mata (berkedip-kedip) c. Gerakan pipi dan mulut seperti menghisap, mengunyah, mengecap, dan menguap d. Opnu berulang e. Gerakan tonik tungkai 2. Kejang klonik multifokal (miogratory) Gerakan klonik berpindah-pindah dari satu anggota gerak ke yang lain secara tidak teratur, kadangkadang kejang yang satu dengan yang lain dapat menyerupai kejang umum. 3. Kejang tonik Ekstensi kedua tungkai, kadang-kadang dengan flexi kedua lengan menyerupai dekortikasi 4. Kejang miokolik Berupa gerakan flexi seketika seluruh tubuh, jarang terlihat pada neonatus 5. Kejang umum Kejang seluruh badan, sianosis, kesadaran menurun 6. Kejang fokal Gerakan ritmik 2-3 x/detik. Sentakan yang dimulai dari salah satu kaki, tangan atau muka (gerakan mata yang berputar-putar, menguap, mata berkedip-kedip, nistagmus, tangis dengan nada tinggi). E. Manifestasi a. Kejang tersamar Hampir tidak terlihat Menggambarkan perubahan tingkah laku b. Bentuk kejang : Otot muka, mulut, lidah menunjukan gerakan menyeringai Gerakan terkejut-kejut pada mulut dan pipi secara tiba-tiba menghisap, mengunyah, menelan, menguap Gerakan bola mata ; deviasi bola mata secara horisontal, kelopak mata berkedip-kedip, gerakan cepat dari bola mata Gerakan pada ekstremitas : pergerakan seperti berenang, mangayuh pada anggota gerak atas dan bawah Pernafasan apnea, BBLR hiperpnea Untuk memastikan : pemeriksaan EEG c. Kejang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai 1) Kejang klonik Berlangsung selama 1-3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran Dapat disebabkan trauma fokal BBL dengan kejang klonik fokal perlu pemeriksaan USG, pemeriksaan kepala untuk mengetahui adanya perdarahan otak, kemungkinan infark serebri Kejang klonik multifokal sering terjadi pada BBL, terutama bayi cukup bulan dengan BB>2500 gram Bentuk kejang : gerakan klonik pada satu atau lebih anggota gerak yang berpindah-pindah atau terpisah secara teratur, misal kejang klonik lengan kiri diikuti kejang klonik tungkai bawah kanan 2) Kejang tonik Terdapat pada BBLR, masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan pada bayi dengan komplikasi perinatal berat Bentuk kejang : berupa pergerakan tonik satu ekstremitas, pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai, menyerupai sikap deserebasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi

3) Kejang mioklonik Gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat, gerakan menyerupai refleks moro d. Gemetar Sering membingungkan Kadang terdapat pada bayi normal yang dalam keadaan lapar (hipoglikemia, hipokalsemia, hiperiritabilitas neuromuscular) Gerakan tremor cepat Tidak disertai gerakan cara melihatabnormal atau gerakan bola mata Dapat timbul dengan merangsang bayi, sedangkan kejang tidak timbul dengan perangsangan Gerakan dominan adalah gerakan tremor Pergerakan ritmik anggota gerak pada gemetar dihentikan dengan melakukan fleksi anggota gerak e. Apnea Pada BBLR pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti nafas 3-6 detik, sering diikuti dengan hiperapnea 10-15 detik Berhentinya pernafasan tidak disertai perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit Bentuk pernafasan disebut pernafasan periodik disebabkan belum sempurnanya pusat pernafasan di batang otak Serangan apnea tiba-tiba disertai kesadaran menurun pada BBLR dicurigai adanya perdarahan intracranial Perlu pemeriksaan USG 1. Manifestasi kejang pada BBL Tremor/gemetar Hiperaktif Kejang-kejang Tiba-tiba menangis melengking Tonus otot hilang diserati atau tidak dengan hilangnya kesadaran Pergerakan tidak terkendali Nistagmus atau mata mengedip ngedip paroksismal F. Diagnosis 1. Anamnesa a. Anemnesa lengkap mengenai keadaan ibu pada saat hamil b. Obat yang di minum oleh ibu saat hamil c. Obat yang diberikan dan yang diperlukan sewaktu persalinan d. Apakah ada anak dan keluarga yang sebelumnya menderita kejang dan lain-lain. e. Riwayat persalinan: bayi lahir prematus, lahir dengan tindakan, penolong persalinan, asfiksia neontorum f. Riwayat immunisasi tetanus ibu, penolong persalinan bukan tenaga kesehatan g. Riwayat perawatan tali pusat dengan obat tradisional h. Riwayat kejang, penurunan kesadaran, ada gerakan abnormal pada mata, mulut, lidah, ekstremitas i. Riwayat spasme atau kekakukan pada ekstremitas, otot mulut dan perut j. Kejang dipicu oleh kebisingan atau prosedur atau tindakan pengobatan k. Riwayat bayi malas minum sesudah dapat minum normal l. Adanya faktor resiko infeksi m. Riwayat ibu mendapatkan obat, misal: heroin, metadon, propoxypen, alkohol n. Riwayat perubahan warna kulit (kuning) o. Saat timbulnya dan lama terjadinya kejang 2. Pemeriksaan fisik

a. Kejang 1) Gerakan normal pada wajah, mata, mulut, lidah dan ekstremitas 2) Ekstensi atau fleksi tonik ekstremitas, gerakan seperti mengayuh sepeda, mata berkedip berputar, juling 3) Tangisan melengking dengan nada tinggi, sukar berhenti 4) Perubahan status kesadaran, apnea, ikterus, ubun-ubun besar menonjol, suhu tidak normal b. Spasme 1) Bayi tetap sadar, menangis kesakitan 2) Trismus, kekakuan otot mulut pada ekstremitas, perut, kontraksi otot, tidak terkendali dipicu oleh kebisingan, cahaya atau prosedur diagnostik 3) Infeksi tali pusat 3. Pemeriksaan laboratorium Gula darah, kalsium, fospor, magnesium, natrium, bilirubin, fungsi lumbal, darah tepi, dan kalau mungkin biakan darah dan cairan serebrospinal foto kepala dan EEG, pemeriksaan sedapat mungkin terarah. G. Prognosis Tergantung dari cepat lambatnya timbul kejang (makin dini timbulnya kejang, makin tinggi angka kematian dan gejala usia) beratnya penyakit, fasilitas laboratorium, cepat lambatnya mendapat pengobatan yang adekuat dan baik tidaknya perawatan. H. Penanganan (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal) 1. Prinsip dasar tindakan mengatasi kejang pada bayi baru lahir sebagai berikut: b. Mengatasi kejang dengan memberikan obat anti kejang-kejang (Misal : diazepam, fenobarbital, fenotin/dilantin) c. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan resusitasi d. Mencari faktor penyebab kejang e. Mengobati penyebab kejang (mengobati hipoglikemia, hipokalsemia dan lain-lain) 2. Obat anti kejang (Buku Acuan Nasional Maternatal dan Neonatal, 2002) a. Diazepam Dosis 0,1-0,3 mg/kg BB IV disuntikan perlahan-lahan sampai kejang hilang atau berhenti. Dapat diulangi pada kejang beruang, tetapi tidak dianjurkan untuk digunakan pada dosis pemeliharaan b. Fenobarbital Dosis 5-10 mg/kg BB IV disuntikkan perlahan-lahan, jika kejang berlanjut lagi dalam 5-10 menit. Fenitoin diberikan apabila kejang tidak dapat di berikan 4-7 mg/kg BB IV pada hari pertama di lanjutkan dengan dosis pemeliharaan 4-7 mg/kg BB atau oral dalam 2 dosis. 3. Penanganan kejang pada bayi baru lahir (Buku Acuan Nasional Maternal dan Neonatal, 2002) a. Bayi diletakkan dalam tempat yang hangat pastikan bahwa bayi tidak kedinginan. Suhu dipertahankan 36,5oC - 37oC b. Jalan nafas bayi dibersihkan dengan tindakan penghisap lendir di seputar mulut, hidung sampai nasofaring c. Bila bayi apnea dilakukan pertolongan agar bayi bernafas lagi dengan alat bantu balon dan sungkup, diberikan oksigen dengan kecepatan 2 liter/menit d. Dilakukan pemasangan infus intravena di pembuluh darah perifer di tangan, kaki, atau kepala. Bila bayi diduga dilahirkan oleh ibu berpenyakit diabetesmiletus dilakukan pemasangan infus melalui vena umbilikostis e. Bila infus sudah terpasang di beri obat anti kejang diazepam 0,5 mg/kg supositoria IM setiap 2 menit sampai kejang teratasi, kemudian di tambah luminal (fenobarbital 30 mg IM/IV) f. Nilai kondisi bayi selama 15 menit. Perhatikan kelainan fisik yang ada g. Bila kejang sudah teratasi, diberi cairan dextrose 10% dengan kecepatan 60 ml/kg BB/hari h. Dilakukan anamnesis mengenai keadaan bayi untuk mencari faktor penyebab kejang 1) Apakah kemungkinan bayi dilahirkan oleh ibu yang berpenyakit DM 2) Apakah kemungkinan bayi prematur

3) Apakah kemungkinan bayi mengalami asfiksia 4) Apakah kemungkinan ibu bayi mengidap/menggunakan narkotika i. Bila sudah teratasi di ambil bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk mencari faktor penyebab kejang, misalnya : 1) Darah tepi 2) Elektrolit darah 3) Gula darah 4) Kimia darah (kalsium, magnesium) j. Bila kecurigaan kearah pepsis dilakukan pemeriksaan fungsi lumbal k. Obat diberikan sesuai dengan hasil penelitian ulang l. Apabila kejang masih berulang, diazepam dapat diberikan lagi sampai 2 kali.

Anda mungkin juga menyukai