Anda di halaman 1dari 3

AKTUALISASI PERAN PEMUDA DALAM MENANGKAL BAHAYA KORUPSI

Berbagai perilaku amoral manusia kian menyeruak di tengah kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Salah satunya, antara lain, perilaku koruptif dan maraknya kongkalikong antara satu lembaga dengan lembaga lainnya. Persoalan ini timbul akibat adanya perubahan drastis kondisi lingkungan sosial masyarakat Indonesia, dimana sistem sosial sudah jenuh dan masyarakat sudah mentok. Orang per orang akhirnya mencari terobosan sendiri-sendiri yang instan, reaktif dan agresif. Berbagai perilaku koruptif tersebut menerabas keyakinan bahwa bangsa Indonesia itu berakhlak mulia, manusiawi, penuh kekeluargaan, peduli kepada sesama, adil dan beradab, sebagaimana dalam perspektif Pancasila. Jelas ini berarti ada kesenjangan antara nilai-nilai positif dan perilaku negatif. Jika bangsa ini diumpamakan sebagai individu, ada kesenjangan antara diri ideal yang baik dan diri aktual sehari-hari yang buruk. Sistem sosial yang sudah jenuh menekan dan membuat orang-orang merasa terpojok. Tak tersedia pilihan. Untuk mencapai tujuan, orang terpaksa membuat terobosan sendiri-sendiri dengan cara yang tidak tepat dan benar. Mereka seringkali menjadi tawanan dirinya karena ketidakmampuannya melepaskan atau menyelamatkan diri dari dorongan hawa nafsu. Pada posisi yang demikian itu, dia tidak lagi mampu melepaskan diri dari kungkungan kepentingan dan posisi dirinya, seseorang akan sulit dan tidak mampu lagi membedakan yang benar dan yang salah. Umpamanya, kita terjebak lalu lintas macet di jalan. Kalau ikut aturan, kita terpaksa terima antre berjam-jam. Lalu ada orang-oang yang nekat mencari terobosan dengan naik trotoar atau melawan arus. Berikutnya mengenai kelakuan menyontek saat ujian berlangsung, terobosan ini dilakukan sebagai upaya mendapatkan nilai sebaik-baiknya agar bisa lulus ujian, padahal kenyataannya berapa orang yang nyontek tapi tidak lulus juga. Demikian pula berapa banyak orang yang tidak nyontek tapi nyatanya bisa lulus. Selanjutnya soal meraih kekayaan dengan jalan korupsi, pemberitaan di media massa dan elektronik sudah tak mengejutkan kita lagi, bagaimana para pejabat menyalahgunakan kewenangannnya. Mereka menjadi tidak amanah

akibat godaan harta dan kekayaan. Berbagai cara pintas mereka lakukan, tanpa berfikir jernih lagi, bagaimana bahayanya korupsi bagi kehidupan sosial masyarakat dan dampaknya untuk generasi penerus bangsa kelak. Persoalan ini berakar dari manajemen sistem yang buruk dan tidak berjalan baik. Kita tak punya individu, lembaga, sistem atau pranata yang bisa menginterupsi sistem yang menyimpang. Tidak ada fungsi yang mampu mengoreksi, mengevaluasi, dan memfasilitasi masalah dalam masyarakat untuk menemukan jalan keluar. Hal ini jika dibiarkan maka akan menjerumuskan bangsa Indonesia dalam krisis. Perilaku korupsi dan manipulasi dalam jabatan maupun harta dapat dikategorikan sebagai pengkhianatan atas cita-cita bangsa dan ideologi negara. Potensi-potensi bangsa Indonesia, utamanya para pemuda, akan terhambat akibat persoalan korupsi ini. Gerbong kereta bangsa lokomotifnya adalah para pemuda. Justru ironisnya sekarang begitu banyak persoalan kesempatan mendapatkan pendidikan yang layak. Masih banyak siswa yang kesulitan menjangkau pendidikan yang bermutu karena akses ke sekolah harus ditempuh berkilo-kilo meter jauhnya, begitu banyak bangunan sekolah yang rusak, dan terhentinya mimpi para pemuda berprestasi karena tidak mendapat bantuan dari pemerintah. Persoalan korupsi tidak bisa diselesaikan dalam sekejap, memang dalam hal ini pemerintah dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki wewenang yang besar dalam menindak para koruptor. Meski begitu sebagai generasi muda kita harus merasa terpanggil untuk menginspirasi dan memotivasi publik agar ikut memberantas korupsi di Indonesia. Para pemuda bisa membantu masyarakat meningkatkan kecerdasannya dalam menangkal sifat-sifat koruptif dengan memanfaatkan ruang publik, media massa, jaringan internet, media sosial, organisasi kampus, organisasi keagamaan, komunitas-komunitas, dan semua wadah dialog. Berbagai cara dapat ditempuh seperti menghidupkan organ-organ sosial di semua tingkatan, memberikan pendidikan untuk menumbuhkan kesadaran dalam berfikir dan menanamkan karakter kuat sebagai suatu bangsa. Menyajikan teladan perilaku bermoral, berakhlak mulia, inovatif, kreatif, dan produktif. Melakukan pembinaan bahwa prestasi dan sukses itu bisa diraih hanya bila ditempuh dengan jalan kerja keras, usaha yang terus-menerus, dan pantang menyerah.

Misalnya, sebagai pekerja seni, generasi muda bisa membuat karya-karya seni yang mempunyai pesan. Seperti membuat film pendek anti korupsi atau menyusun lagu bertemakan anti korupsi. Sementara bagi para pelajar dapat berkontribusi dengan cara disiplin terhadap waktu, berkata dan berperilaku jujur, menyalurkan kreativitas, serta berprestasi sesuai jalurnya. Melalui momen Sumpah Pemuda kali ini, mari kita mengingatkan kembali cita-cita Para Pemuda, yaitu: 1. Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. 2. Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. 3. Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Dari pemaparan yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat keluar dari krisis bahaya korupsi, bangsa ini tidak hanya memerlukan trasformasi institusional, tetapi juga membutuhkan transformasi budaya yang mengarahkan warga bangsa pada kehidupan etis dengan menempatkan moralitas pada jantung kehidupan spiritualitas.

Anda mungkin juga menyukai