Anda di halaman 1dari 30

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia negara bencana, banyak orang yang berpikiran demikian mengingat

memang akhir-akhir ini banyak terjadi bencana di Indonesia. Mulai dari gempa, gunung

meletus, sampai dengan tsunami, dan yang parah lagi, mereka terjadi berturut-turut.

Terus berjalan mulai dari gempa, lalu tsunami, belum lama berselang kemudian muncul

kegiatan gunung api, belum selesai masalah gunung api, gempa kembali mengguncang

bahkan sampai memunculkan tsunami untuk yang kedua kalinya. Gempa ini belum

selesai di satu tempat saja, tetapi kemudian berlanjutan di daerah-daerah lain, yang

akhirnya bernasib sama.

Dari segala bencana yang terjadi itu mungkin yang cukup membuat kita semua

tercengang ialah bencana yang terjadi di Pulau Jawa. Pulau Jawa yang padat akan

penduduk dan dipercayai sebagian orang sebagai tempat yang aman ternyata membawa

kejutan juga bagi mereka. Hal itu dapat kita buktikan dari mulai terdengarnya kabar

bahwa aktivitas Gunung Merapi (gunung yang teraktif di Indonesia, bahkan hampir di

dunia) mulai meningkat. Ditandai dengan turunnya awan panas (wedhus gembel) dan
2

mulai mengeluarkan lava-nya. Belum selesai masalah Merapi, tiba-tiba saja gempa

besar terjadi di Yogyakarta. Banyak orang yang tak menyangka, Yogya yang tenang itu

telah diguncang gempa besar yang mencapai 6,2 skala richter (versi BMG-nya

Amerika), dan lebih parah lagi, telah memunculkan korban, bahkan korban tewas.

Masalah gempa telah selesai, selang 2 bulan kemudian, muncul kembali bencana dan

ini kembali terjadi di Pulau Jawa. Gempa mengguncang Pangandaran, tetapi tak cukup

hanya itu, tsunami juga sempat menyusul beberapa waktu setelah gempa. Seluruh

pesisir pantai selatan Jawa disapu oleh tsunami itu. Korban pun kembali bermunculan,

bahkan mencapai angka ratusan orang.

Dampak dari bencana itu tak hanya dialami oleh para korban saja, tetapi

perekonomian disana juga mengalami hal yang sama. Perekonomian di sana telah

hancur seiring dengan hancurnya usaha-usaha para warga yang berdomisili di daerah

pesisir pantai itu. Perekonomian di sana hancur terutama karena tsunami. Tsunami

membawa segala usaha yang dimiliki warga di sekitar daerah itu. Obyek wisata pesisir

Jawa juga telah hancur, orang menjadi harus berpikir dua kali bila masih ingin pergi ke

daerah pesisir. Mungkin ada beberapa hal yang telah dilakukan pemerintah untuk

mengatasi segala macam bencana itu, Pemerintah belajar dari pengalaman tsunami di

Aceh, mereka pun mulai memasang alat peringatan dini tsunami (buatan Jerman), di

beberapa daerah di Indonesia ini yang memiliki potensi diguncang gempa dan diguyur

tsunami. Tetapi tetap saja tidak berhasil. Bahkan beberapa dari alat-alat itu rusak

sehingga menjadi percuma.

Bila pemerintah tidak berhasil maka mungkin langkah yang satu-satunya dapat

dilakukan ialah dari warga sendiri. Warga mengusahakan agar dalam pembangunan
3

rumah mempertimbangkan aspek keamanan, dan pertimbangan itu didasarkan pada

pengalaman tsunami yang lalu. Pertimbangan ini juga dalam rangka untuk

meminimalkan kerugian yang akan dialami warga apabila tsunami benar-benar terjadi

lagi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, penulis memilih judul

dalam karangan ilmiah ini yaitu “Daerah Rawan Bencana Tsunami Akibat Pergerakan

Lempeng Tektonik di Indonesia”. Judul ini dipilih karena dalam makalah ini akan

dibahas tentang daerah-daerah di Indonesia yang rawan akan terjadinya tsunami yang

diakibatkan oleh tumbukan lempeng bumi dan bagaimana cara meminimkan kerugian

yang akan dialami warga baik material maupun korban.

B. Rumusan Masalah

1. Daerah mana sajakah di Indonesia ini yang memiliki potensi terkena

tsunami akibat tumbukan lempeng bumi di Indonesia?

2. Bagaimana cara mengantisipasi bencana tsunami dalam rangka

meminimalisasi kemungkinan kerugian akibat tsunami baik berupa kerugian

korban maupun kerugian materi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk menunjukkan daerah mana saja di Indonesia ini yang berada di zona

daerah rawan tsunami.


4

2. Untuk menunjukkan cara-cara mengantisipasi kemungkinan kerugian yang

besar akibat tsunami ini baik kerugian berupa korban maupun kerugian

berupa materi.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi pembaca dan masyarakat diharapkan dari penulisan karangan ilmiah ini

masyarakat luas dapat menjadi lebih tahu daerah di Indonesia yang rawan

akan terkena bencana tsunami.

2. Bagi penulis karya ilmiah ini digunakan sebagai dasar penulis untuk lebih

mendalami mengenai ilmu sosial (khususnya geografi) yang berkaitan

dengan bumi khususnya mengenai lempengan bumi.

3. Bagi dunia pendidikan diharapkan karangan ilmiah ini dapat memacu

penelitian lebih lanjut agar hasil yang didapat bisa lebih detail.

E. Ruang Lingkup Penulisan

Karangan ilmiah ini membahas tentang daerah-daerah mana saja di Indonesia ini

yang rawan akan terkena tsunami. Terutama yang dikarenakan tumbukan lempeng bumi

yang menyebabkan lempeng itu menjadi patah, sehingga menimbulkan tsunami di

daerah-daerah yang berada di sekitar patahan itu. Karangan ilmiah ini juga membahas

bagaimana cara mengantisipasi tsunami, agar jumlah korban jiwa dapat diminimalkan

dan jumlah kerugian yang dialami para korban dapat ditekan sekecil mungkin. Hal-hal

itu akan dibahas dan dilingkupkan di dalam wilayah Indonesia saja, dan lebih
5

lingkupnya lagi, atas dasar pengalaman tsunami Aceh dan Pantai Selatan Jawa beberapa

waktu lalu.

F. Sistematika Penyajian

Bab 1 : Pendahuluan

Membahas latar belakang masalah, yang menjelaskan mengapa topik

tsunami ini dipilih dan dibahas. Rumusan masalah yang berisi hal-hal

mengenai tsunami yang akan dibahas dalam karangan ilmiah ini, dan

dirumuskan dalam kalimat tanya. Tujuan penulisan yang berisi

tujuan penulis membuat karangan ilmiah ini. Manfaat penulisan yang

berisi segala manfaat yang dapat diperoleh dari makalah ini. Ruang

lingkup penulisan yang berisi batasan pembahasan masalah karangan

ilmiah ini. Sistematika penyajian yang berisi urutan penyajian hal-hal

yang dibicarakan dalam karangan ilmiah ini.

Bab 2 : Landasan Teori

Berisikan teori-teori dan pemikiran-pemikiran yang melandasi

penulisan karangan ilmiah, yang dapat dijadikan sebagai panduan

bagi pembaca untuk dapat memahami bahan yang dibahas di dalam

karangan ilmiah ini.

Bab 3 : Pembahasan

Membahas objek (tsunami) berdasarkan landasan teori. Dan

memberikan jawaban atas rumusan masalah yang terdapat pada

pendahuluan.
6

Bab 4 : Penutup

Bagian terakhir dari karangan ilmiah. Berisi kesimpulan dari

pembahasan dan saran kepada para pembaca.


7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Gelombang Tsunami

Tsunami merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Jepang. Dalam bahasa

Jepang kata tsu berarti pelabuhan dan kata nami berarti gelombang. Sehingga apabila

digabungkan, menjadi gelombang pelabuhan. Orang Jepang menamai gelombang itu

sebagai gelombang pelabuhan karena apabila akan terjadi tsunami, orang-orang akan

menuju ke pelabuhan dan menyaksikan bagaimana tsunami itu merusak. Arti

sebenarnya dari tsunami ialah serangkaian gelombang pasang1/gelombang raksasa yang

bergerak dengan kecepatan tinggi. Kecepatan tsunami dapat mencapai sekitar 750-970

km/jam. Tsunami merupakan gelombang laut berperiode panjang yang terjadi karena

adanya energi yang merambat ke dalam laut. Energi itulah yang kemudian digunakan

oleh air untuk memunculkan tsunami.

Tsunami yang terjadi di pesisir pantai sangat berbeda dengan tsunami yang baru

saja muncul dari kedalaman laut yang berada di laut lepas. Tsunami yang muncul di laut

1
Gelombang pasang yang kerap terjadi di lautan merupakan gelombang pasang yang terjadi karena adanya
gaya tarik antara bumi dan bulan. Gelombang pasang ini berbeda dengan gelombang pasang yang terjadi saat
tsunami.
8

lepas hanya memiliki ketinggian gelombang kurang dari 1 meter dengan panjang

gelombang sekitar 1000 kilometer. Di lautan lepas, gelombang sebesar ini tidak terasa

bahkan oleh kapal laut sekalipun, walaupun sebenarnya gelombang itu melaju dengan

sangat cepat. Tsunami di lautan lepas ini tidak terasa karena gelombangnya tertutupi

oleh gelombang laut biasa. Gelombang tsunami bukan merupakan gelombang tunggal

yang hanya terjadi sekali, tetapi gelombang itu berurutan, sama seperti di saat sesuatu

jatuh ke dalam air. Gelombang yang terbentuk berlapis-lapis dengan jarak antara 500-

600 kilometer antar gelombang. Di saat yang sama, di pantai, terjadi gejala awal

tsunami yaitu surutnya air laut secara mendadak.

Tsunami mulai melepaskan energinya saat mulai mendekati daerah pesisir.

Gelombang yang mulanya hanya berketinggian kurang dari 1 meter tersebut saat

mendekati pantai mulai kehilangan kecepatannya. Karena kecepatannya yang semakin

menurun maka gelombang-gelombang yang berada di belakang akan saling

bertumbukan dan bertumpukan sehingga memunculkan dinding air. Dinding air

berketinggian 15 sampai 30 meter ini memindahkan lebih dari 100.000 ton air untuk

setiap meter garis pantai. Tsunami yang luar biasa ini menerjang pantai dan

menimbulkan banyak korban jiwa.

B. Penyebab Terjadinya Tsunami

Tsunami dapat terjadi apabila terdapat sebuah gangguan yang menyebabkan

sejumlah besar air (laut) mengalami perpindahan. Berpindahnya sejumlah besar air itu

bisa disebabkan gempa bumi yang diakibatkan oleh tabrakan lempeng di dasar laut,
9

tanah longsor yang terjadi di dalam laut, aktivitas gunung api bawah laut yang

memuntahkan materialnya di dalam laut, dan jatuhya meteor ke laut.

1. Gempa Bumi

Gempa bumi yang terjadi di bawah laut merupakan faktor yang paling

sering mengakibatkan tsunami. Gempa yang disebut dengan gempa tektonik ini

kebanyakan diakibatkan oleh bergeraknya lempeng bumi yang berada di dasar

laut, dan kebetulan pergerakan lempeng bumi itu menabrak lempeng yang lain

di dasar laut. Seperti tsunami yang menerjang Aceh (2004), Flores (1992), dan

Jawa bagian selatan (2006).Lempeng tersebut mengalami pematahan atau

penyusupan lempeng yang satu ke bawah lempeng yang lain (daerah subduksi).

Sehingga muncul rekahan vertikal pada kerak bumi (di dasar laut). Gerakan

vertikal ini menyebabkan dasar laut naik dan turun secara tiba-tiba, sehingga

kesetimbangan air di atasnya menjadi terganggu. Apabila kesetimbangan air di

atasnya terganggu karena dataran dasar laut yang bergerak di bawahnya (entah

bergerak ke atas ataupun gerakan ke bawah menumbulkan sebuah cerukan),

menyebabkan air itu memperoleh energi dari pergerakan lempeng yang

kemudian digunakan untuk membentuk sebuah gelombang besar yang disebut

tsunami.

Tetapi tidak semua gempa dapat menyebabkan tsunami. Gempa itu harus

memenuhi beberapa syarat agar terjadi tsunami. Syarat itu yaitu:

a. Tipe sesaran (fault type). Tipa sesaran yang menyebabkan tsunami

yaitu tipe sesaran naik. Sesaran yang naik akan menekan air yang ada
10

di atasnya untuk berpindah dan bergerak sebagai awal dari lahirnya

tsunami.

b. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu. Apabila dua

lempeng telah bertemu, menabrak dan hasil dari tabrakan itu

menyebabkan salah satu dari lempeng tadi miring dan kemiringannya

hampir mencapai tegak lurus, maka kemungkinan terjadinya tsunami

akan lebih besar.

c. Kedalam pusat gempa. Tsunami dapat terjadi apabila episentrum

gempa (dimana lempeng saling bertumbukan) letaknya dekat dengan

permukaan laut (dangkal).

2. Longsor bawah laut

Longsor bawah laut yaitu peristiwa di mana tebing yang berada di dalam

laut atau dataran dasar laut yang mengalami peruntuhan dan longsor (ambles).

Sehingga sejumlah air yang berada di sekitar lokasi longsoran mengalami

perubahan ketinggian permukaan air secara mendadak. Air yang berubah

ketinggiannya itu kemudian menggunakan energi dari longsoran untuk

kemudian membuat gelombang besar yang menerjang kearah pantai.

Sebenarnya tsunami akibat longsoran bawah laut jarang terjadi. Tetapi

bila runtuhan yang longsor sebesar benua, maka bahayanya juga ada. Karena

semakin besar longsoran yang terjadi, jumlah air yang dipindahkan akan sangat

banyak. Sehingga tsunami yang terjadi pun semakin besar.


11

3. Aktivitas vulkanik (gunung berapi)

Aktivitas vulkanik berupa gunung meletus yang sangat besar dapat

menimbulkan tsunami. Gunung itu dapat berupa gunung di dalam laut maupun

gunung yang berada di permukaan laut dan hanya berupa pulau kecil di lautan.

Syarat utama yang harus dipenuhi agar terjadi tsunami yaitu, aktivitas vulkanik

yang terjadi berskala besar. Dalam artian bahwa aktivitas vulkanik yang berupa

gunung meletus itu terjadi dengan letusan yang sangat besar. Sehingga

gelombang kejut dan juga material yang keluar dari dalam gunung (baik

material dari semburan gunung berupa batuan piroclastic ataupun material dari

tubuh gunung itu sendiri yang hancur karena ledakan yang sangat besar) dapat

menimbulkan gangguan pada perairan di sekelilingnya dan berakhir dengan

munculnya gelombang tsunami.

Sebagai contoh letusan Gunung Krakatau pada Agustus 1883 di Selat

Sunda. Gunung Krakatau yang berupa pulau kecil itu meletus dengan sangat

hebat, bahkan gunung itu sendiri lenyap akibat dari letusan. Dampaknya pun

sangat besar. Tsunami terjadi dan menyerang pulau Jawa bagian barat dan

Sumatra bagian selatan.

4. Meteor

Meteor merupakan faktor yang sangat jarang dapat terjadi. Tetapi hal itu

tetap tidak bisa dihindari. Kejadian ini pernah terjadi pada saat masa prasejarah.

Dimana saat itu di bumi dipenuhi dinosaurus (itulah penyebab punahnya

dinosaurus). Pada dasarnya meteor yang jatuh ke bumi terutama jatuh di lautan

akan menimbulkan gelombang kejut yang sangatlah besar. Gelombang kejut itu
12

sangatlah besar, bahkan air pun dapat terbawa olehnya. Ditambah lagi dengan

bekas dari tabrakan yang menyebabkan sebuah kubah besar di dasar laut yang

kemudian terisi air dan air kembali membalik ke daratan. Mungkin meteor

merupakan faktor yang paling menakutkan karena dapat menyebabkan

kehancuran yang menyeluruh.

C. Proses Terjadinya Tsunami

Pada dasarnya tsunami dapat terjadi akibat adanya rekahan dan rekahan itu

menimbulkan perubahan ketinggian permukaan air laut secara tiba-tiba. Rekahan itu

dapat dikarenakan lempeng bumi di dasar laut bergerak dan saling bertabrakan dengan

lempeng bumi yang lain atau karena runtuhan dataran dasar laut yang kemudian

meninggalkan cerukan besar di dasar laut (seperti meteor yang jatuh ke laut). Syaratnya

untuk dapat menimbulkan tsunami, rekahan itu harus panjang dan sangat lebar. Ketika

rekahan itu terbentuk, secara tiba-tiba sejumlah besar volume air tersedot mengisi

rekahan yang baru saja terbentuk itu. Tetapi karena air akan segera menuju ke

ketinggian semula, air di sekitarnya dalam volume besar akan mengisi penurunan

permukaan air tersebut. Proses pengisian secara tiba-tiba itulah yang kemudian

menciptakan gelombang besar yang dapat menuju pantai dan menjadi gelombang

tsunami.

Apabila rekahan yang terbentuk itu dekat dengan daratan, tsunami dapat mudah

sekali terbentuk dan dengan mudahnya juga dapat menerjang pantai. Kekuatan

gelomang itu sangatlah besar, bahkan rumah batubata pun bisa hancur karenanya.
13

D. Dampak dari Terjadinya Tsunami

Energi yang dihasilkan oleh tsunami dapat mencapai 10% dari energi gempa

pemicunya. Dapat dibayangkan, gempa berkekuatan 9 skala Richter akan menghasilkan

energi yang setara dengan 100.000 kali kekuatan bom atom di Hiroshima, Jepang.

Bentuk pantai, bentuk dasar laut di wilayah pantai, sudut kedatangan gelombang, dan

bentuk depan gelombang tsunami yang datang ke pantai akan sangat berpengaruh

terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Umumnya karena perbedaan factor-faktor tadi,

tingkat keruskan yang dihasilkan oleh tsunami itu akan berbeda antara pantai yang satu

dengan yang lainnya walaupun letak kedua pantai itu saling berdekatan. Sebagai

contoh, daerah teluk akan mengalami kerusakan lebih parah daripada daerah pesisir

biasa.

Gelombang tsunami yang sangat besar itu dapat menghadirkan kehancuran total

pada wilayah yang diserangnya. Terutama di daerah pesisir, seperti daerah pesisir Aceh

yang terkena tsunami pada Desember 2004, hampir semua rumah dan segala macam

bangunan yang berada di sekitar pantai (radius sekitar 500 meter dari garis pantai)

mengalami kerusakan yang sangatlah parah. Begitu juga halnya dengan bangunan di

daerah pantai di pesisir Jawa bagian selatan saat terjadi tsunami pada Juli 2006. Tak

hanya bangunan, warga yang hidup di sekitar pantai pun menjadi korban. Bagi mereka

yang tidak sempt menyelamatkan diri saat terjadi tsunami, akan merasakan kekuatan

tsunami yang sangat besar, dan kebanyakan dari mereka tak akan selamat dihantam

gelombang yang sangat kuat.

Dampak terakhir dari tsunami pun akan terasa walaupun tsunami telah berlalu.

Korban yang selamat akan kesulitan dalam menjalankan kehidupan selanjutnya. Sarana
14

kehidupan telah hancur lengkap dengan sumber daya yang mendukung kehidupan

(perikanan, pertanian) sehingga warga yang selamat pun sama saja dengan mati

perlahan-lahan.
15

BAB III

PEMBAHASAN

Indonesia merupakan daerah yang rawan akan terjadinya gempa terutama

gempa tektonik. Hal ini dikarenakan letak Indonesia yang berada persis di tepi lempeng

bumi yaitu Lempeng Eurasia yang notabene masih sangat aktif bergerak. Gerakan

lempeng ini akan terus terjadi seiring dengan berjalannya siklus pergerakan lempeng

bumi 2 seperti yang terjadi pada jutaan tahun yang silam. 225 juta tahun silam, di bumi

ini hanya ada satu benua raksasa yaitu Pangaea. Karena adanya siklus pergerakan

lempeng, benua raksasa itu pada akhirnya terbelah seiring dengan berjalannya waktu,

dan itu masih terjadi hingga sekarang. Masing-masing daerah yang terbelah, bergerak

mengikuti pergerakan lempeng di bawahnya. Lempeng itu sendiri bergerak karena

sebenarnya, lempeng bumi ini seperti mengambang di atas lautan batuan cair di dalam

bumi.

Pergerakan yang terus terjadi pada masa silam itu menimbulkan gempa berskala

besar maupun kecil, dan setiap gempa memiliki kemungkinan terjadi tsunami. Hanya

2
Lempeng bumi selalu saja bergerak dengan siklus yang rutin tiap tahunnya (contoh : lempeng Amerika Utara
yang menopang Greenland setiap tahunnya bergerak sejauh 4 cm)
16

saja saat itu belum ada manusia sehingga dampak dari tsunami yang terjadi tak akan

berpengaruh. Tsunami sendiri dapat terjadi apabila memenuhi syarat kekuatan gempa

dan daerah patahan yang terjadi.

Indonesia merupakan salah satu dari pecahan benua besar tersebut, tetapi

nahasnya, Indonesia merupakan daratan yang berada di tepi lempeng bumi. Lempeng

Eurasia yang merupakan tempat Indonesia berpijak merupakan lempeng yang aktif.

Keaktifan ini merupakan faktor utama yang menyebabkan Indonesia sering bergoncang.

Hal ini lebih diperparah lagi dengan keadaan bahwa Indonesia merupakan daerah yang

berada di sekitar Ring of Fire yang merupakan barisan gunung berapi aktif yang

melingkar dari Pasifik, Jepang, dan sampai di Indonesia. Ring of Fire yang melewati

Indonesia, melengkung melintasi pantai uatara Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara dan

berhenti di Sulawesi Utara. Oleh karena itu, daerah-daerah yang dilalui oleh Ring of

Fire ini memang memiliki sejarah lengkap pengalaman digoncang gempa dengan

frekuensi yang cukup sering. Ring of Fire yang notabene masih sangat aktif ini

menyebabkan gempa karena adanya aktivitas vulkanik. Sekilas mungkin tidak masalah

apabila aktivitas vulkanik ini menyebabkan gempa dan episentrum gempa itu berpusat

di dasar tanah. Tetapi gempa itu akan berbahaya apabila gempa akibat aktivitas

vulkanik itu berpusat di dasar laut. Dampaknya, tsunami dapat terjadi.

A. Tsunami Akibat Pergerakan Lempeng Bumi

Dari beberapa penyebab terjadinya tsunami, yang paling berpontensi untuk

memunculkan tsunami ialah gempa bumi yang dikarenakan pergerakan lempeng bumi

(gempa tektonik). Tsunami dapat terjadi karena lempeng bumi yang bergerak dan
17

menimbulkan gempa, bertabrakan dengan lempeng bumi yang lain. Apabila hal itu

terjadi, lempeng yang ringan atau lempeng benua akan terangkat naik sedangkan

lempeng yang berat atau lempeng samudra akan menelusup ke bawah, sehingga

terbentuk patahan.

Sebagai akibat dari tabrakan, terjadi perubahan ketinggian permukaan bumi

secara tiba-tiba. Bila hal ini terjadi di daratan, dampaknya mungkin dapat menciptakan

dataran tinggi baru. Dataran tinggi ini berasal dari lempeng yang berada di bawahnya,

terdesak naik oleh lempeng lain.3 Apabila itu terjadi di lautan lepas tepatnya di dasar

laut, hasilnya akan berbeda. Air laut yang berada di atasnya akan dipaksa mengisi

patahan yang terbentuk, karena air laut tersedot secara tiba-tiba untuk mengisi cerukan,

bila cerukan itu telah dipenuhi, akan muncul gelombang balik sebagai pengganti

gelombang yang mengisi patahan (sifat air untuk yang berusaha mencapai ketinggian

semula apabila terjadi peruibahan ketinggian). Gelombang balik itulah yang dinamakan

dengan tsunami.

Kejadian ini sudah terbukti dengan terjadinya tsunami di Aceh pada 24

Desember 2004 dan di pesisir pantai selatan Jawa pada 17 Juli 2006. Pada kasus Aceh,

tumbukan terjadi antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Hasilnya,

patahan terbentuk hanya beberapa kilometer sebelah barat laut pantai utara Aceh. Aceh

pun hancur dimakan tsunami. Kasus berikutnya terjadi di pesisir pantai selatan Jawa.

Penyebabnya juga sama, karena tabrakan lempeng antara lempeng Indo-Australia

dengan lempeng Eurasia, yang kemudian memunculkan gempa berkekuatan sekitar 6,8
3
Beberapa dataran tinggi yang ada sekarang, merupakan salah satu akibat dari tabrakan lempeng. Sebagai
contoh dataran tinggi Himalaya dengan gunung Everestnya. Puncak gunung ini menurut pengamat, tiap
tahunnya rutin bertambah tinggi 8 cm. Ini bukti bahwa lempeng yang membentuk gunung jni masih terus
bergerak dan pergerakan itu saling menjauh antar lempeng yang bertabrakan.
18

skala richter dan dilengkapi dengan munculnya gelombang tsunami yang kemudian

menyerang pantai selatan Jawa.

B. Persebaran Lempeng Bumi di Indonesia

Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak antara dua benua

besar yaitu Benua Asia di sisi utara dan Benua Australia di sisi tenggara. Indonesia juga

diapit oleh dua samudra besar yaitu Samudra Hindia di sisi selatan dan barat, dan

Samudra Pasifik di sisi Timur. Kondisi di atas merupakan kondisi geografis dari

Indonesia. Bila ditilik lebih dalam menuju ke kedalaman bumi di bawah Indonesia,

akan didapati kondisi geologis Indonesia. Di sana terdapat sebuah lempeng benua yang

merupakan tempat sebuah benua berpijak (termasuk Indonesia di dalamnya).

Masyarakat khususnya warga Indonesia sebaiknya tahu bahwa negara kita ini

berpijak di atas beberapa lempeng yang terus bergerak aktif tiap tahunnya. Bila

dibayangkan, ini sama dengan keadaan di mana saat anak-anak sedang bermain duduk

di atas alas dan alas itu dipindah-pindah kesana-kemari. Begitulah keadaan Indonesia,

tidak hanya Indonesia, bahkan seluruh daratan di dunia ini. Semua daratan bergerak

rutin tiap tahunnya.

Indonesia merupakan salah satu dari beberapa daratan malang yang terus

bergerak-gerak itu. Indonesia sebenarnya merupakan negara kepulauan yang berpijak di

atas sebuah lempeng besar yaitu lempeng Eurasia. Lempeng Eurasia ini tidak hanya

memangku Indonesia saja, hampir seluruh Asia berada di atas lempeng ini. Indonesia

hanya menempati sebagian kecil saja dari lempeng Eurasia, itupun di daerah tepian
19

lempeng yang notabene kemungkinan mengalami goncangan apabila terjadi gangguan

pada lempeng sangat besar.

Sebenarnya tidak seluruh dari Indonesia dipangku oleh lempeng Eurasia.

Lempeng ini hanya membawa Indonesia bagian barat, tengah dan berakhir di Sulawesi.

Daerah Indonesia timur (Maluku, Irian Jaya) berada di atas Lempeng Carolina. Daerah

Indonesia bagian utara tepatnya daerah Laut Sulawesi berada di atas lempeng yang

berbeda lagi, yaitu Lempeng Filipina. Jadi pada dasarnya, Indonesia dibagi oleh tiga

lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Carolina, dan Lempeng Filipina. Lempeng

Carolina sendiri terbagi atas tiga buah lempeng mikro atau lempeng kecil, yaitu

Lempeng Sangihe, Lempeng Maluku, dan Lempeng Halmahera. Ketiga lempeng ini

juga merupakan lempeng yang aktif. Karena keaktifannya, bahkan telah membuat

hilang Lempeng Maluku. Lempeng Maluku didesak oleh dua lempeng lainnya dan

akhirnya tenggelam di bawah kedua lempeng tersebut. Kejadian ini terjadi dalam kurun

waktu bertahun-tahun.

C. Daerah Rawan Bencana Tsunami di Indonesia

Indonesia berdiri di atas beberapa buah lempeng bumi. Lempeng-lempeng itu

masing-masing masih bergerak bebas seiring dengan pergerakan batuan cair di

bawahnya. Masing-masing daerah di kepulauan Indonesia sama-sama mengalami

tantangan yang cukup berat yaitu menghadapi tsunami apabila telah terjadi sebuah

tabrakan lempeng yang berpotensi memunculkan tsunami. Bila dilihat, keadaan

Indonesia yang berupa negara kepulauan juga memiliki sisi ruginya. Semakin banyak
20

pulau di sebuah wilayah maka lempeng yang berada di bawahnya semakin banyak dan

aktif, sehingga sering sekali bergerak dan menimbulkan goncangan.

Beberapa daerah di Indonesia termasuk ke dalam daftar daerah yang berpotensi

terserang tsunami apabila terjadi gempa yang disebabkan tumbukan lempeng. Hal ini

dikarenakan, Indonesia yang berupa negara kepulauan memiliki beberapa lempeng yang

masih aktif hingga sekarang, dan pulau-pulau yang ada kebanyakan berada di atas

lempeng masing-masing (terutama Sulawesi, Pulau Halmahera di Maluku, dan Irian

Jaya). Apabila terjadi goncangan hebat yang berasal dari laut akibat dari tabrakan

lempeng yang satu dengan lempeng yang lainnya, maka daerah yang bersangkutan yang

berada di sekitar area tabrakan harus bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya

tsunami.

Menurut Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral, beberapa daerah yang rawan tsunami di Indonesia

yaitu :

1. Aceh 8. Bali

2. Sumatera Utara 9. NTB dan NTT

3. Sumatera Barat 10. Sulawesi Utara, Tengah, Selatan

4. Bengkulu 11. Maluku Utara dan Selatan

5. Lampung 12. Biak

6. Banten 13. Yapen dan Fak-Fak di papua

7. Pesisir Jawa dan DIY bagian selatan 14. Balikpapan


21

Dari sekian daerah yang rawan akan terjadinya tsunami, Pulau Kalimantan

merupakan satu-satunya pulau besar yang cukup aman akan terjangan tsunami. Daerah

yang berbahaya hanya sebagian Kalimantan bagian timur.

Gambar 1 : Daerah Rawan Tsunami di Indonesia

(sumber: Google.com/Daerah Rawan tsunami di Indonesia)

Wilayah-wilayah tersebut masuk ke dalam zona berbahaya. Zona rawan akan

terjadinya tsunami karena wilayah-wilayah tersebut terletak tepat di tepi lempeng-

lempeng bumi yang notabene masih aktif dan masih giat bergerak. Beberapa wilayah

mempunyai tingkat akan terjadinya tsunami yang cukup tinggi. Contohnya, daerah

pesisir barat Sumatera, pesisir Selatan Jawa, dan pesisir selatan Nusa Tenggara, rawan

akan terkena tsunami karena wilayah-wilayah tersebut terletak di tepi lempeng besar

Eurasia yang kerap bergerak dan menabrak Lempeng Indo-Australia sehingga

menghasilkan zona subduksi yang kerap kemudian diakhiri dengan munculnya tsunami.
22

Hal itu memang benar terjadi dan dapat dibuktikan dari pengalaman tsunami Aceh dan

pesisir selatan Jawa. Ini akibat dari menghujamnya Lempeng Indo-Australia menuju ke

bawah Lempeng Eurasia dan menghasilkan zona subduksi. Peristiwa ini diakhiri

dengan munculnya tsunami yang cukup besar melanda kedua daerah tadi.

Sedangkan daerah-daerah lain lagi yang juga rawan akan terkena tsunami

apabila terjadi pergerakan dan tabrakan lempeng yaitu, utara NTT, sebagian kecil pantai

barat Kalimantan, seluruh pesisir Sulawesi, seluruh pesisir maluku, dan pantai barat

Irian Jaya. Daerah-daerah ini rawan akan tsunami apabila terjadi kegiatan antara

Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik serta beberapa lempeng mikro yang memangku

Maluku.

Daerah-daerah tersebut merupakan daerah yang potensial akan terkena tsunami

apabila terjadi interaksi antara lempeng di mana dia berada dengan lempeng lain,

sehingga menimbulkan zona subduksi di dalam laut yang kemudian memicu terjadinya

tsunami.

D. Cara Mengantisipasi Tsunami

Hasil dari terjangan tsunami umumnya berupa kehancuran total pada sarana dan

prasarana umum baik di pantai maupun di daratan dengan jarak beberapa kilometer dari

garis pantai seperti gedung-gedung di sekitar pantai, lokasi wisata pantai, ladang-ladang

yang berada di sepanjang pantai, dan lain-lain. Hal seperti ini umum terjadi di lokasi

manapun yang terkena gelombang tsunami. Kerusakan tidak hanya terjadi pada sarana

dan prasarana umum, rumah-rumah dan permukiman penduduk pun juga hancur total.

Semua hancur karena kekuatan terjangan gelombang tsunami. Korban jiwa pun dapat
23

terjadi apabila tsunami yang terjadi cukup besar untuk menyeret sejumlah orang yang

berada di sepanjang pantai.

Sebenarnya dari gelombang tsunami yang terjadi, yang membahayakan ialah

gelombang balik (rundown). Karena gelombang balik itu berbalik kembali ke lautan

setelah menerjang daratan dengan kecepatan yang sangat tinggi. Apabila ada orang

terkena gelombang tsunami, sudah pastilah kemungkinan untuk selamat sangat sedikit.

Hal ini dikarenakan kekuatan manusia yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan

kekuatan arus berton-ton air laut yang menerjang.

Kejadian seperti ini terjadi di saat tsunami menerjang Aceh maupun pantai

selatan Jawa. Korban yang paling banyak yaitu pada saat tsunami di Aceh. Korban jiwa

mencapai 150.000 jiwa. Korban sebanyak itu belum termasuk dengan kerusakan total

terhadap sarana dan prasarana di sana. Tsunami yang terjadi di Aceh merupakan

tsunami yang terbesar sepanjang 40 tahun terakhir dengan jumlah korban terbanyak.

Agar dapat meminimalisasi korban yang akan dialami oleh para penduduk,

penduduk dapat mengantisipasi terjangan tsunami dengan cara :

1. Memanfaatkan tanaman-tanaman rawa seperti bakau, atau membuat lahan

gambut. Tanaman sejenis ini memiliki struktur akar yang kuat sehingga

tanaman ini tahan terhadap hantaman gelombang. Bila dihadapkan dengan

tsunami, sedikit banyak tanaman ini dapat memecah gelombang sehingga

tsunami yang terjadi relative lebih kecil.

2. Membangun tembok penghalang seperti yang ada di Jepang. Tembok itu

dibuat dari garis pantai, dengan ketinggian beberapa puluh meter. Tembok

ini digunakan sebagai penghalang sekaligus penghancur gelombang.


24

Tembok ini dibangun dengan tujuan untuk melindungi infrastruktur yang

berbatasan langsung dengan pantai.

3. Memanfaatkan tingkah laku hewan yang menjadi aneh beberapa saat

sebelum tsunami terjadi. Indera yang dimiliki oleh hewan lebih peka dari

pada manusia, sehingga apabila terjadi sedikit gangguan / getaran pada

ekosistem mereka, mereka akan menanggapinya dengan bertingkah laku

yang tidak wajar. Contoh : Kucing akan memilih bersembunyi beberapa saat

sebelum terjadi gempa dan tsunami. Burung-burung akan terbang menuju

kearah yang berlawanan dengan pantai beberapa saat sebelum terjadi

tsunami.

4. Dalam membangun permukiman hendaknya memperhatikan jarak aman

yaitu sekitar 5 km dari garis pantai. Jarak sepanjang ini dikatakan aman bagi

daerah yang rawan terjadinya tsunami. Dalam pembangunan rumah juga

sebaiknya memperhatikan struktur rumah. Rumah yang aman yaitu rumah

yang di depannya terdapat tembok-tembok kecil sebagai penghalang

gelombang yang datang menuju ke rumah itu sehingga sebagian gelombang

telah hancur sebelum sampai ke rumah.

Uraian di atas merupakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk

mengantisipasi terjangan tsunami. Apabila di suatu daerah belum terdapat sarana untuk

menghambat laju gelombang tsunami, ada beberapa hal yang dapat dilakukan penduduk

1. Apabila terjadi gejala awal tsunami yaitu surutnya air laut secara tiba-tiba

sebaiknya para penduduk segera pergi menuju ke daerah yang lebih tinggi

seperti bukit.
25

2. Tidak menuju ke bangunan bertingkat biasa seperti rumah berlantai dua.

Bangunan seperti itu masih kurang kuat menahan terjangan gelombang

tsunami dengan kecepatan tinggi. Apabila menuju ke bangunan sebaiknya

bangunan yang cukup kokoh seperti masjid, atau bangunan berlantai lebih

dari dua seperti hotel.

3. Tidak memanjat pohon seperti pohon kelapa atau pohon-pohon yang lain.

Pohon biasa tidak memiliki struktur akar yang kuat sehingga bila terkena

terjangan gelombang tsunami dengan kecepatanyang sangat tinggi, pohon

itu akan roboh.

4. Memperhatikan peringatan yang diberikan oleh orang-orang atau instansi

tertentu beberapa saat setelah terjadi gempa besar yang kemungkinan berasal

dari laut, karena gempa itu memungkinkan terjadinya tsunami.

E. TEWS

Saat ini pemerintah juga telah menerapkan system peringatan dini untuk

membantu memperingatkan penduduk akan bahaya awal terjadinya tsunami, alat itu

bernama TEWS (Tsunami Early

Warning System). Cara kerjanya

yaitu, di saat terjadi gempa dan

perubahan ketinggain air di laut

yang kemudian menciptakan

sebuah gelombang kecil dengan

kecepatan yang sangat tinggi.


(Sumber:Gempa Jogja, Indonesia & Dunia; Gramedia)

Gambar 2 : TEWS
26

TEWS akan menanggapinya dan mengirimkan sinyal menuju ke pusat pengendalian di

daratan. Sinyal itu lalu diteruskan ke pos-pos di daerah-daerah yang memiliki

kemungkinan terkena tsunami. Sehingga saat sirine tanda bahaya berbunyi, warga

dapat segera menyelamatkan diri.

Hanya saja kelemahannya waktu dari pengantaran sinyal dari TEWS menuju ke

pos dan sampai di daerah-daerah masih membutuhkan waktu yang cukup lama.

Kebanyakan dari pengalaman yang terjadi di Jepang, tsunami terjadi terlebih dahulu

sebelum peringatan akan datangnya tsunami tiba, akibatnya banyak korban tercipta dari

bencana tersebut.

Walaupun begitu, beberapa ilmuwan sekarang sedang mengembangkan TEWS

dengan daya respon yang tinggi sehingga sinyal bahaya bisa segera di terima

masyarakat sebelum tsunami terjadi dan masyarakat mempunyai waktu untuk

menyelamatkan diri sebelum tsunami menerjang. Saat ini Indonesia telah memiliki

beberapa sensor peringatan dini tsunami (TEWS) yang dibeli dari Jerman. Alat-alat itu

kemudian ditempatkan di beberapa lokasi yang rawan akan terjadi tsunami.


27

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Daerah-daerah di Indonesia yang termasuk dalam daerah rawan tsunami

yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten,

seluruh Pesisir Jawa dan Daerah Istimewa Yogyakarta bagian selatan, Bali,

Nusa Tenggara barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi

Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku bagian Utara, Maluku bagian Selatan,

Biak, Yapen dan Fak-Fak di Papua, dan Balikpapan. Daerah-daerah itu

merupakan daerah yang rawan akan terkena tsunami karena berada di sekitar

tepi lempeng bumi yang cenderung akan sering bergerak sehingga apabila

terjadi benturan antara lempeng yang menyebabkan patahan, dapat terjadi

tunami.

2. Untuk mengantisipasi bencana tsunami bagi daerah-daerah yang rawan akan

terkena tsunami bisa dengan cara : memanfaatkan tanaman yang berakar

kuat seperti bakau untuk menghalau sekaligus penghancur gelombang

tsunami, membangun tembok penghalang tinggi yang dibangun sepanjang


28

pantai guna menghalau terjangan tsunami, atau dengan memperhatikan

beberpa tingkah laku hewan yang akan menjadi aneh apabila akan terjadi

tsunami. Penduduk juga sebaiknya melakukan antisipasi terhadap

kemungkinan tsunami seperti membangun rumah di daerah yang aman

terhadap terjangan tsunami yaitu sepanjang 5 km dari garis pantai, penduduk

juga hendaknya membuat rumah dengan konstruksi yang cukup kuat dan

membuat beberapa tembok-tembok kecil yang berguna sebagai penghancur

gelomban tsunami yang datang. Pemerintah juga sebaiknya membuat

kebijakan untuk meletakkan alat peringatan dini tsunami (TEWS) di daerah-

daerah yang rawan akan tsunami untuk membantu penduduk agar dapat

menyelamatkan diri sesaat sebelum tsunami terjadi.

B. Saran

1. Bagi seluruh penduduk di negara ini sebaiknya menjadikan tsunami sebagai

bencana yang sepatutnya menjadi maklum, mengingat bahwa letak negara

kita ini berada di atas lempeng yang aktif bergerak dan kemungkinan

terjadinya tsunami sangat besar. Kejadian itu pun sudah rutin terjadi dalam

siklus tertentu. Jadi sudah sebaiknya bahwa tsunami itu dianggap sebagai

kejadian alam yang menuntut kita untuk lebih berhati-hati dan kita harus

tanggap terhadap ancaman-ancaman bencana itu.

2. Bagi dunia pendidikan, diharapkan diadakan penelitian lagi oleh pihak

tertentu untuk mengupas lebih dalam mengenai bencana yang menjadi

masalah negara ini. Karya ini masih merupakan karya awal dan masih belum

begitu detail. Sehingga diharapkan akan ada penelitian lagi untuk mengupas
29

lebih dalam mengenai tsunami di negara kita ini sehingga didapat data yang

lebih akurat untuk kemudian dapat digunakan untuk membantu penduduk

yang tinggal di sekitar daerah yang rawan akan terkena terjangan tsunami.
30

DAFTAR PUSTAKA

Hajianto, M. Analisis Teoritis Gempa Bumi; Belajar Dari Bencana Aceh. Pontianak Post, 9
Januari, 2005.

Ikawati, Yuni. Setelah Pangandaran, Berikutnya… http://www.lipi.go.id, 24 Juli, 2006.

Kompas. TEWS, Jitu hadapi Tsunami?. Kompas, 16 Agustus, 2006.

Nariman, Dahlan. Sistem Informasi Peringatan Bahaya Tsunami di Jepang. http://io.ppi-


jepang.org , Vol.3/XVII/Maret, 2005.

Sudarmono. Tsunami dan Penghijauan Kawasan Pantai Rawan Tsunami. http://io.ppi-


jepang.org , Vol.3/XVII/Maret, 2005.

Suntoyo. Perilaku Aneh Binatang Tanda Awal Bencana Tsunami.


http://www.beritaiptek.com , 18 Juni, 2005.

Sutowijoyo, AP. Tsunami, Karakteristiknya dan Pencegahannya. http://io.ppi-jepang.org,


Vol.3/XVII/Maret, 2005.

Winardi, A ., et al. Gempa Jogja, Indonesia & Dunia. Jakarta : PT Gramedia Majalah,
2006.

Anda mungkin juga menyukai