Anda di halaman 1dari 19

B.

DRAFT ARTIKEL ILMIAH

Rencana Publikasi Rencana Judul

: Jurnal Fenomena DPPM UII : Peningkatan Produktifitas Tanaman Pangan Berbasis Daya Dukung Lingkungan di Kabupaten Gunungkidul

ABSTRAK Karakter lingkungan fisik diindikasikan menjadi penghambat pengembangan pertanian di Kabupaten Gunungkidul. Di sisi lain curah hujan yang ada sebenarnya termasuk tinggi dan imbangannya masih surplus terhadap kebutuhan air. Potensi ini memerlukan kajian untuk memanfaatkan secara optimal dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian. Penilitian ini bertujuan untuk menganalisis daya dukung lahan pertanian dan daya dukung sumberdaya air, dan menyusun strategi penngkatan produktifitas tanaman pangan. Hasil penelitian menunjukkan daya dukung lahan pertanian Kabupaten Gunungkidul secara umum adalah buruk/terlampaui. Daya dukung sumberdaya air secara potensial adalah aman, namun secara faktual tergolong rawan terhadap kekeringan. Setiap musim kemarau, penduduk di 11 kecamatan selalu membeli air untuu memenuhi kebutuhan domestik. Dalam sektor pertanian, lahan sawah rata-rata hanya bisa di aliri air irigasi pada musim penghujan. Lahan kering sebagaian besar diusahakan dengan sawah tadah hujan saat penghujan dan tegalan saat kemarau. Hasil analisis memberikan arahan strategi untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan sistem irigasi hemat berbasis pemanenan air hujan. Keywords : Daya Dukung Lahan Pertanian, Daya Dukung Sumberdaya Air, Produktifitas Tanaman Pangan, dan Pemanenan Air Hujan

PENDAHULUAN Sektor pertanian di Kabupaten Gunungkidul memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB, yaitu 35,4 % (BPS, 2006), namun produktivitas pertanian masih tergolong rendah. Kekeringan atau ketersediaan air merupakan permasalahan klasik yang diindikasi kuat menjadi faktor penghambat pengembangan pertanian (Widodo, 2007). Karakter lingkungan fisiknya memiliki akuifer air tanah yang sangat dalam serta kemampuan tanah yang kurang baik dalam menyerap dan menyimpan air. Dinas Kimpraswil Propinsi DIY (2006) melaporkan bahwa curah hujan di Kabupaten Gunungkidul sebenarnya termasuk tinggi dan imbangannya masih surplus terhadap kebutuhan air. Potensi ini memerlukan kajian untuk memanfaatkan secara optimal dalam upaya peningkatan produktivitas pertanian.

113

Penelitian ini berupaya menjawab beberapa permasalahan dengan mempelajari dan menganalisis secara komprehensif. Permasalahan yang ada terbagi dalam beberapa pertanyaan antara lain : 1. Bagaimana daya dukung lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul? 2. Bagaimana daya dukung sumberdaya air di Kabupaten Gunungkidul? 3. Bagaimana stretegi meningkatkan produktifitas tanaman pangan berdasarkan daya dukung lingkungan di Kabupaten Gunungkidul?

METODOLOGI Bahan yang digunakan adalah data numerik/statistik serta data spasial, sedangkan alat yang digunakan adalah peralatan studio. Metode analisis yang dilakukan meliputi : 1. Analisis daya dukung lahan pertanian Konsep daya dukung lahan pertanian yang digunakan adalah konsep yang dikemukakan oleh Soemarwoto (1984). Formula penilaian daya dukung lahan pertanian adalah : f Pn TP = Z ( 1 a ) b Ltot Keterangan : TP Z f Pn Ltot b a Z = LL1 + LL2 + + LLn Keterangan Z LL1,2,..n K : : luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak (Ha/orang) : luas jenis lahan pertanian 1,2,,n ( dalam hal ini terdiri dari lahan pertanian sawah dan tegalan) (Ha) : kebutuhan hidup layak (Rupiah/orang/tahun), dalam hal ini menggunakan konsep Sayogyo (1982) yaitu setara dengan 320 Kg beras/kapita/tahun. : tekanan penduduk terhadap lahan pertanian : luas lahan yang diperlukan untuk hidup layak (Ha/orang) : fraksi petani terhadap jumlah anggota rumah tangga : jumlah penduduk (orang) : luas lahan pertanian total (Ha) : fraksi luas lahan milik sendiri : fraksi pendapatan dari luar pertanian (LL1 x K/N1) + (LL2 x K/N2) + . + (LLn x K/Nn)

114

N1,2,..,n DDL = 1/TP

: Produktivitas tanaman pada setiap jenis lahan pertanian (Rupiah/Ha/tahun).

dimana, DDL : daya dukung lahan pertanian TP : tekanan penduduk Analisis terhadap nilai hasil perhitungan dapat ditentukan sebagai berikut : 1. DDL < 1 atau TP > 1, artinya daya dukung lahan pertanian buruk atau terjadi tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. 2. DDL > 1 atau TP < 1, artinya daya dukung lahan pertanian baik atau tidak terjadi tekanan penduduk terhadap lahan pertanian. a. 1-2, artinya DDL aman bersyarat b. > 2, artinya DDL aman 3. DDL =1, daya dukung lahan pertanian optimal atau terjadi keseimbangan antara penduduk dengan lahan pertanian.

2.

Analisis daya dukung sumberdaya air a. Ketersediaan/Potensi Air (PSA) Ketersediaan air dihitung berdasarkan potensi air yang bersumber dari hujan (meteorologis), airtanah, dan mata air. Potensi Air Permukaan (Meteorologis) 1. 2. RO = P EA PAM = 35% x RO x Luas Wilayah Keterangan :
RO P EA PAM : run off (mm/tahun) : presipitasi / curah hujan (mm/tahun) : evapotranspirasi aktual (mm/tahun) : potensi air permukaan (m3/tahun)

Potensi Airtanah (PAT) PAT = Tebal aquifer x Luas wilayah Potensi Mata Air (PMA) PMA = n x Dma Keterangan :
n : jumlah mata air Dma : Total debit setiap mata air

Potensi Sumberdaya Air (PSA) dapat ditentukan dengan formula : PSA = PAM + PAT + PAM

115

b. Kebutuhan Air (KA) Kebutuhan air terdiri dari kebutuhan manusia (domestik), ternak, perikanan, pertanian, dan industri. Penghitungannya dilakukan didasarkan pada standar dengan asumsi tertentu (Ditjen SDA Departemen Kimpraswil, 2003), yaitu : 1. Kebutuhan air domestik untuk daerah pedesaan sebesar 80

liter/hari/kapita, dan untuk perkotaan sebesar 100 liter/hari/kapita, 2. Kebutuhan air untuk 5 ternak yaitu 40 untuk liter/hari/ekor untuk 6

sapi/kerbau/kuda,

liter/hari/ekor

kambing/domba,

liter/hari/ekor untuk babi, dan 0,6 liter/hari/ekor untuk unggas, 3. Kebutuhan air untuk perikanan 7 mm/hari/ekor untuk kolam dengan kedalaman < 70 cm, 4. Kebutuhan air untuk pertanian, 1 liter/detik/ha untuk padi sawah (asumsi 3 kali masa tanam; 100 hari), 0,3 liter/detik/ha untuk palawija, padi lahan kering, dan tanaman tegalan/kebun ( asumsi 180 hari). 5. Kebutuhan air untuk industri, didasarkan pada jumlah karyawan dengan asumsi kebutuhan 500 liter/hari/karyawan. Berdasarkan nilai ketersediaan dan kebutuhan air, ditentukan daya dukung sumberdaya air (DDA) dengan formula : DDA = PSA / KA HASIL DAN PEMBAHASAN a. Daya Dukung Lahan Pertanian Lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul secara umum tergolong kritis, kecuali pada wilayah Ledok Wonosari. Areal lahannya tergolong luas dan didominsasi lahan pertanian kering. Beberapa komoditi yang berkembang adalah padi, holtikultura, dan palawija, dan tanamn perkebunan. Tabel 1. menunjukkan produkivitas pertanian untuk sawah dan non sawah. Produktifitas komoditi sawah masih mengungguli non sawah, yaitu rata-rata Rp. 8,309,405.99/Ha/tahun, padahal lahan non sawah jauh lebih luas. Hal ini disebabkan rendahnya nilai produktifitas lahan non sawah. Tabel 1. Produktivitas Pertanian di Kabupaten Gunungkidul (Rp/Ha) No Kecamatan Produktivitas Sawah 5,659,772.73 6,762,970.59 94,741,935.48 Produktivitas Bukan Sawah 3,608,865.62 4,905,913.52 9,208,093.44 Produktivitas Pertanian Total 4,634,319.17 5,834,442.05 51,975,014.46 116

1 Panggang 2 Purwosari 3 Paliyan

No

Kecamatan

4 Saptosari 5 Tepus 6 Tanjungsari 7 Rongkop 8 Girisubo 9 Semanu 10 Ponjong 11 Karangmojo 12 Wonosari 13 Playen 14 Patuk 15 Gedangsari 16 Nglipar 17 Ngawen 18 Semin Gunungkidul

Produktivitas Sawah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 20,276,891.30 17,232,885.25 6,893,346.77 9,315,652.17 13,027,803.62 14,308,539.11 14,121,375.00 5,872,683.92 13,449,348.94 13,287,829.36

Produktivitas Bukan Sawah 12,594,734.67 5,073,549.23 7,656,423.82 6,107,206.07 5,298,632.62 9,621,846.19 12,262,734.32 9,746,771.93 9,713,252.40 8,896,033.79 8,132,107.68 8,571,750.47 8,519,070.53 13,680,008.32 10,421,135.99 8,309,405.99

Produktivitas Pertanian Total 6,297,367.34 2,536,774.62 3,828,211.91 3,053,603.04 2,649,316.31 4,810,923.10 16,269,812.81 13,489,828.59 8,303,299.59 9,105,842.98 10,579,955.65 11,440,144.79 11,320,222.76 9,776,346.12 11,935,242.47 10,798,617.67

Sumber : Analisis Data BPS (2009)

Sebagai daerah agraris, kontribusi riil pertanian akan terasa jika produktifitasnya mampu mendukung kebutuhan penduduknya. Berdasarkan produktifitas lahan pertanian dan kebutuhan hidup layak penduduknya dapat diketahui bahwa rata-rata 1 orang membutuhkan sekitar 0,26 Ha untuk bisa hidup layak (Tabel 2) atau total membutuhkan 181.075.66 Ha. Kebutuhan lahan ini lebih besar dibandingkan dengan luas lahan yang tersedia. Kondisi ini sudah mengisyaratkan lahan yang ada tidak mampu mendukung penduduk atau daya dukung telah terlampaui. Tabel 2 menunjukkan tingginya tekananan penduduk terhadap lahan pertanian atau rendahnya daya dukung lahan tersebut. Hampir di semua kecamatan daya dukung lahan sudah terlampaui. Beberapa kecamatan yang belum pun sudah masuk aman bersyarat, tidak ada yang daya dukungnya tergolong aman. Tabel 2. Kebutuhan Lahan Layak dan Daya Dukung Lahan Pertanian Kabupaten Gunungkidul Luas Lahan Lahan layak Kebutuhan Daya Kecamatan Pertanian per kapita lahan layak Dukung Keterangan (Ha) (Ha/jiwa) (Ha) Lahan 0.69 Buruk/terlampui Panggang 9980 0.598 15884.75 0.95 Buruk/terlampui Purwosari 7176 0.437 8221.33 0.91 Buruk/terlampui Paliyan 5808 0.233 7004.54 1.58 Aman Bersyarat Saptosari 8782 0.172 6090.14 0.80 Buruk/terlampui Tepus 10493 0.426 14387.37 1.04 Aman Bersyarat Tanjungsari 7101 0.282 7461.41

No 1 2 3 4 5 6

117

No Kecamatan

Luas Lahan Lahan layak Kebutuhan Daya Pertanian per kapita lahan layak Dukung Keterangan (Ha) (Ha/jiwa) (Ha) Lahan 0.89 Buruk/terlampui 7 Rongkop 8347 0.354 10248.95 1.06 Aman Bersyarat 8 Girisubo 9421 0.408 9712.32 0.97 Buruk/terlampui 9 Semanu 10644 0.224 12062.25 1.30 Aman Bersyarat 10 Ponjong 10449 0.172 8792.94 0.82 Buruk/terlampui 11 Karangmojo 8012 0.214 10692.04 0.37 Buruk/terlampui 12 Wonosari 7551 0.298 22592.11 0.89 Buruk/terlampui 13 Playen 10526 0.243 12978.84 1.09 Aman Bersyarat 14 Patuk 7204 0.250 7211.10 0.86 Buruk/terlampui 15 Gedangsari 6814 0.233 8617.58 1.08 Aman Bersyarat 16 Nglipar 7387 0.250 7456.12 0.59 Buruk/terlampui 17 Ngawen 4659 0.207 8614.98 0.86 Buruk/terlampui 18 Semin 7892 0.196 10073.54 148246 0.90 Buruk/terlampui Gunungkidul 0.260 181075.66

Sumber : analisis (2010)

Daya dukung lahan pertanian yang telah melampui ambang, jika tanpa dilakukan peningkatan produktifitas berarti butuh penambahan areal pertanian. Cara kedua ini sangatlah sulit jika tanpa intervensi pemerintah. Artinya, untuk mengimbangi upaya mempertahankan lahan pertanian, juga penting perannya untuk meningkatkan produktifitas komoditi pertanian. Selain dalam hal lahan, prediksi dapat pula dilakukan pada sisi kependudukan. Prediksi terutama untuk daerah yang daya dukungnya masih baik. Salah satu faktor paling berpengaruh adalah pertumbuhan penduduk yang terus meningkat. Jika tidak dilakukan upaya peningkatan produktifitas dan mempertahankan areal pertanian, terlihat pada Tabel 3 kondisi kecamatan yang baik daya dukungnya juga mengkhawatirkan. Tabel 3. Proyeksi Daya Dukung Lahan Pertanian Kabupaten Gunungkidul Jumlah Jumlah Penduduk Penduduk Eksisting Optimal 26561 18795 30005 35511 33794 26448 28978 23825 53732 18252 17943 27212 56008 26957 27530 25813 25277 51859 Waktu DDL Terlampaui (tahun) -125 -15 -33 152 -75 13 -39 20 -12

No Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu

118

No Kecamatan
10 11 12 13 14 15 16 17 18 Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Gunungkidul

Jumlah Jumlah Penduduk Penduduk Eksisting Optimal 51257 49897 75687 53517 28899 37040 29856 41518 51453 696773 66621 40895 27669 47472 31577 32034 32352 24558 44089 623925

Waktu DDL Terlampaui (tahun) 87 -66 -335 -40 29 -48 27 -14 -51 -23

Sumber : analisis (2010)

Kondisi daya dukung yang masih baik ternyata juga sudah mengkhawatirkan. Tabel 3 menyajikan bahwa di beberapa kecamatan tinggal puluhan tahun akan terlampaui. Kondisi paling baik adalah Kecamatan Saptosari yang masih 125 tahun lagi. Hal ini disebabkan produktifitas lahannya tinggi dengan penduduk relative tidak besar. Fakta di atas menguatkan bahwa prioritas pengembangan pertanian adalah peningkatan pertanian lahan kering. Mendasarkan pada analisis sebelumnya yang menggambarkan sebagian besar wilayah Gunungkidul termasuk kritis, terutama dikarenakan ketersediaan air yang kurang dapat dijangkau, maka perlu pengembangan teknologi pertanian lahan kering dengan mendayagunakan sumberdaya air yang paling mudah didapat, yaitu air hujan, tentunya didukung intensifikasi pertanian yang optimal.

b. Daya Dukung Sumberdaya Air Ketersediaan air di suatu wilayah memperhitungkan ketersediaan air secara meteorologis, airtanah dan mata air. Ketersediaan air meteorologis menggunakan pendekatan dari besarnya curah hujan dan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi merupakan jumlah air total yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi. Evapotranspirasi merupakan gabungan dari proses evaporasi dan transpirasi yang juga disebut sebagai Consumtive Use. Evaporasi adalah proses penguapan, yaitu perubahan dari zat cair menjadi uap air atau gas dari semua bentuk permukaan kecuali vegetasi. Sedangkan transpirasi adalah perjalanan air dalam jaringan vegetasi (proses fisiologis) dari akar tanaman ke permukaan daun dan akhirnya menguap ke atmosfer. Besarnya laju transpirasi kurang lebih sama dengan laju evaporasi apabila pori-pori daun 119

(stomata) terbuka. Proses pembukaan pori-pori daun dikendalikan oleh besarnya pembukaan diameter pori-pori daun. Ketika pori-pori daun menutup, proses transpirasi tetap berlangsung tetapi dengan laju yang sangat lambat (Asdak, 2000).

Evapotranspirasi dapat terjadi dalam dua keadaan, yaitu terjadi pada saat cukup air disebut evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi yang terjadi sesungguhnya, dalam arti kondisi pemberian air seadanya atau disebut evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial lebih dipengaruhi oleh faktor meteorologis, sedangkan evapotranspirasi aktual lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah. Ketersediaan air di daerah penelitian ini dihitung dengan menggunakan pendekatan curah hujan dan evapotranspirasi adalah dengan asumsi curah hujan sebagai input air di daerah ini dan evapotranspirasi aktual sebagai kehilangan air yang sesungguhnya. Tabel 4. Potensi Air Meteorologis di Kabupaten Gunungkidul Evapo Curah Luas Potensi Air transpirasi Run Off Kecamatan Hujan Wilayah Meteorologis Aktual (mm/thn) (mm/thn) (Ha) (m3/thn) (mm/thn) Panggang 2254 1586 668 9980 23333240 Purwosari 2071 1203 868 7176 21800688 Paliyan 1755 1148 607 5807 12336972 Saptosari 1965 1192 773 8783 23762407 Tepus 2875 1273 1602 10491 58823037 Tanjungsari 1614 1137 477 7163 11958629 Rongkop 1950 1285 665 8346 19425315 Girisubo 1137 1024 113 9457 3740244 Semanu 1639 1147 492 10839 18664758 Ponjong 2123 1215 908 10449 33206922 Karangmojo 1665 1120 545 8012 15282890 Wonosari 1893 1232 661 7551 17469239 Playen 2434 1321 1113 10526 41004033 Patuk 2347 1336 1011 7204 25491354 Gedangsari 1960 1130 830 6811 19785955 Nglipar 2209 1330 879 7387 22726106 Ngawen 2137 1338 799 4659 13028894 Semin 1632 1143 489 7892 13507158 Gunungkidul 1981 1231 750 148533 389899125

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Sumber : Berbagai Stasiun Hujan di Kabupaten Gunungkidul (2008)

Tabel di atas menunjukkan rata-rata potensi air meteorologi hampir sama di seluruh kecamatan. Nilai tertinggi ada di Kecamatan Tepus dan tertendah di Girisubo. Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh di atas digunakan untuk menentukan

120

ketersediaan air. Potensi ketersediaan air Kabupaten Gunungkidul sebenarnya cukup melimpah, baik berasal dari curah hujan, airtanah, dan mata air. Data airtanah menggunakan data sumur bor yang ada. Potensi ketersediaan air tersaji pada Tabel 5. Tabel 5. Ketersediaan Air Potensial di Kabupaten Gunungkidul (m3/tahun) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Kecamatan Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Gunungkidul Meteorologis 23333240 21800688 12336972 23762407 58823037 11958629 19425315 3740244 18664758 33206922 15282890 17469239 41004033 25491354 19785955 22726106 13028894 13507158 419466475 Sumber Air (Airtanah dan Mata Air) 8534586,95 9774,7 1220443,2 0 16272576 0 141912 0 91044432 15827714 0 87052,5 51100 86140 0 19710 0 34675 133330116 Total 31867827 21810463 13557415 23762407 75095613 11958629 19567227 3740244 109709190 49034636 15282890 17556291 41055133 25577494 19785955 22745816 13028894 13541833 552796592

Sumber : analisis berbagai sumber (2010)

Aspek selanjutnya adalah kebutuhan air. Hasil perhitungan menunjukkan kebutuhan air di Kabupaten Gunungkidul relatif besar, kebutuhan non domestik lebih besar dibandingkan domestik. Hal ini terutama disebabkan oleh sektor peternakan, dimana banyak dimiliki warga petani. Tabel 6 menunjukkan kebutuhan yang terbesar berturut-turut adalah untuk pertanian, domestik, industri, peternakan, dan perikanan. Tabel 6. Kebutuhan Air di Kabupaten Gunungkidul (m3/tahun)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 Kecamatan Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Domestik 775581 548814 876146 1036921 986785 772282 846158 695690 Pertanian 12991104 9740736 7607520 11381472 13598928 9202896 10817712 12209616 Ternak 84057 70725 116104 100804 131363 165917 125532 94449 Non Domestik Perikanan Industri 36968 317003 30905 342918 32178 500963 43407 307878 254578 389273 33910 465558 27364 283970 36432 291818 Jumlah 13429132 10185284 8256764 11833560 14374141 9868280 11254579 12632314 Kebutuhan Total 14204713 10734098 9132910 12870481 15360926 10640562 12100736 13328004

121

No

Kecamatan

Domestik

9 Semanu 1961218 10 Ponjong 1496704 11 Karangmojo 1456992 12 Wonosari 4143863 13 Playen 1562696 14 Patuk 1054814 15 Gedangsari 1081568 16 Nglipar 871795 17 Ngawen 1212326 18 Semin 1502428 Gunungkidul 22882781 Sumber : Analisis Data BPS (2009)

Pertanian Ternak 13794624 165969 15330384 178518 11964672 131160 10107504 163655 14357088 196775 12345696 128637 12210912 118638 10299312 131411 8891856 89644 15264288 154322 212116320 2347679

Non Domestik Kebutuhan Total Perikanan Industri Jumlah 38333 662110 14661036 16622254 433210 580898 16523010 18019714 316427 709378 13121636 14578628 196531 1437370 11905059 16048922 558472 693683 15806017 17368714 170769 661745 13306846 14361660 196745 519030 13045325 14126893 63436 799168 11293326 12165121 28782 864868 9875150 11087475 352498 1026380 16797488 18299916 2850943 10854005 228168947 251051728

Daya dukung sumberdaya air di Kabupaten Gunungkidul masih tergolong baik. Hal ini dipengaruhi factor curah hujan yang tinggi serta potensi sumber air dari sungai bawah tanah yang sedang dimanfaatkan. Waktu akan terlampui terlihat variatif antar kecamatan, dimana rata-rata adalah 164,26 tahun lagi (Tabel 7). Untuk itu perlu

diperhatikan optimalisasi pemanfaatan airhujan dan air bawah tanah. Prioritas lebih baik untuk airhujan karena lebih rendah biayanya. Tabel 7. Daya Dukung Air dan Proyeksinya di Kabupaten Gunungkidul
No Kecamatan Surplus/Defisit (m3/tahun) Daya Dukung 2,24 2,03 1,48 1,85 4,89 1,12 1,62 0,28 6,60 2,72 1,05 1,09 2,36 1,78 1,40 1,87 1,18 0,74 2,20 Jml Waktu DDA Jumlah Pertumbuhan Penduduk Terlampaui Penduduk Penduduk (%) Optimal (tahun) 26561 0,3010 59589 268,83 18795 0,3009 38189 235,99 30005 0,3010 44541 131,42 35511 0,3010 65563 203,99 33794 0,3010 165210 528,04 26448 0,3009 29724 38,87 28978 0,3008 46858 160,01 23825 0,3011 6686 -422,69 53732 0,3009 354639 628,09 51257 0,3009 139479 333,22 49897 0,3012 52307 15,69 75687 0,3010 82796 29,87 53517 0,3009 126500 286,29 28899 0,3012 51468 191,91 37040 0,3013 51878 112,00 29856 0,3009 55823 208,32 41518 3,7456 48788 4,39 51453 0,3010 38075 -100,20 696773 0,4817 1534241 164,26

1 Panggang 17663113 2 Purwosari 11076365 3 Paliyan 4424505 4 Saptosari 10891925 5 Tepus 59734687 6 Tanjungsari 1318067 7 Rongkop 7466491 8 Girisubo -9587761 9 Semanu 93086936 10 Ponjong 31014922 11 Karangmojo 704262 12 Wonosari 1507369 13 Playen 23686419 14 Patuk 11215834 15 Gedangsari 5659062 16 Nglipar 10580694 17 Ngawen 1941418 18 Semin -4758083 GUNUNGKIDUL 301744864 Sumber : analisis (2010)

Potensi air hujan yang tinggi dapat ditunjukkan dengan daya dukung air meteorologis di Kabupaten Gunungkidul yang baik, kecuali untuk Kecamatan Girisubo 122

dan Semin. Kabupaten Gunungkidul membutuhkan rata-rata 59,85% dari air hujan total untuk memenuhi kebutuhan air totalnya (Tabel 8). Gambar 1 menunjukkan air hujan masih mampu mendukung kebutuhan total hingga tahun 2115-an, sedangkan untuk kebutuhan domestik dan pertanian masih hingga tahun 2130-an. Tabel 8. Daya Dukung Air Meteorologis di Kabupaten Gunungkidul
No Kecamatan Ketersediaan Kebutuhan Meteorologis Total (m3/tahun) (m3/tahun) 23333240 14204713 21800688 10734098 12336972 9132910 23762407 12870481 58823037 15360926 11958629 10640562 19425315 12100736 3740244 13328004 18664758 16622254 33206922 18019714 15282890 14578628 17469239 16048922 41004033 17368714 25491354 14361660 19785955 14126893 22726106 12165121 13028894 11087475 13507158 18299916 419466475 251051728 Surplus/ % Air Daya Defisit Meteorologis Dukung (m3/tahun) Optimal 9128527 1,64 60,88 11066590 2,03 49,24 3204062 1,35 74,03 10891925 1,85 54,16 43462111 3,83 26,11 1318067 1,12 88,98 7324579 1,61 62,29 -9587761 0,28 356,34 2042504 1,12 89,06 15187208 1,84 54,26 704262 1,05 95,39 1420316 1,09 91,87 23635319 2,36 42,36 11129694 1,77 56,34 5659062 1,40 71,40 10560984 1,87 53,53 1941418 1,18 85,10 -4792758 0,74 135,48 168414748 1,67 59,85

1 Panggang 2 Purwosari 3 Paliyan 4 Saptosari 5 Tepus 6 Tanjungsari 7 Rongkop 8 Girisubo 9 Semanu 10 Ponjong 11 Karangmojo 12 Wonosari 13 Playen 14 Patuk 15 Gedangsari 16 Nglipar 17 Ngawen 18 Semin GUNUNGKIDUL
Sumber : analisis (2010)

Gambar 1. Proyeksi Daya Dukung Air Hujan di Kabupaten Gunungkidul

Analisis daya dukung air di atas memberikan gambaran bahwa potensi air di Kabupaten Gunungkidul sebenarnya tinggi dan mampu mendukung kehidupan penduduk dan segala sektor yang ada. Potensi ini masih bertambah besar jika ditambah

123

dengan sungai bawah tanah yang melimpah airnya, tetapi membutuhkan teknologi dan biaya besar untuk memanfaatkannya. Dengan demikian, pemanfaatan yang paling implementatif adalah dengan air hujan. Rekayasa pemanfaatan yang tidak mahal dan terjangkau perlu diciptakan. Selain domestik, sektor pertanian perlu mendapatkan prioritas untuk menyediakan air untuknya mengingat sebagian besar penduduk menggantungkan hidup dengan bertani.

c.

Strategi Peningkatan Produktifitas Tanaman Pangan Analisis sebelumnya telah menunjukkan bahwa sebagian besar daya dukung

lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul adalah rendah atau sudah terlampaui. Arahan pengelolaan yang bisa dilakukan secara umum adalah dengan program intensifikasi sistem pertanian, pembangunan sarana irigasi yang memadai, dan perbaikan sarana irigasi yang ada Beberapa hal diindikasikan sebagai penyebab rendahnya daya dukung lahan pertanian, yaitu kekritisan lahan, kekurangan suppy air, dan kurangnya diversifikasi tanaman. Diantara ketiga hal tersebut faktor air menjadi isu yang paling menarik. Daerah Gunungkidul merupakan daerah kritis yang termasuk rawan kekeringan. Secara aktual, setiap musim kemarau selalu terjadi kekurangan air. Analisis daya dukung sumberdaya air menunjukkan bahwa sebenarnya beberapa wilayah masih surplus. Dua sumber air terdapat berkecukupan bahkan melimpah, yaitu dari curah hujan yang relatif tinggi dan potensi sungai bawah tanah yang melimpah. Melihat kenyataan ini, terdapat keterkaitan solusi yang dapat diimplementasikan untuk mengatasi masalah pertanian. Benang merah solusi tersebut adalah potensi air hujan dan sungai bawah tanah yang perlu dimanfaatkan secara optimal. Pemanfaatan sungai bawah tanah sedang diupayakan melalui eksplorasi di Bribin. Upaya ini membutuhkan teknologi tinggi dan memakan biaya besar pula. Eksplorasi saat ini dilakukan dengan bantuan riset Pemerintah Jerman. Penelitian ini tidak akan mengupas potensi ini karena lebih diprioritaskan untuk sumber air baku, sudah dilakukan penelitian, dan biaya yang tidak mungkin terjangkau jika harus diupayakan masyarakat. Satu-satunya potensi sumber air yang memungkinkan bisa diupayakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian adalah dari air hujan. Selama ini pemanfaatan air hujan hanya dilakukan untuk air baku dan belum optimal. Sangat

124

sedikit pemanfaatan air hujan untuk pertanian, kecuali dengan tampungan alami, misal dengan telaga, embung, atau melalui sungai. Ke depan perlu rekayasa teknis untuk mengoptimalkan pemanfaatan air hujan. Alternatif-alternatif upaya penyediaan air yang direkomendasikan dengan pengelolaan air hujan adalah sebagai berikut : 1. Panen air hujan dengan embung dan bendung-bendung kecil

Gambar 2. Foto Contoh Embung 2. Panen air hujan dengan penampungan air hujan

Gambar 3. Foto Contoh Penampungan Air Hujan 3. Panen air dengan memanfaatkan polder-polder sungai.
Polder

Gambar 4. Sketsa Polder Sungai

125

4. Panen air hujan dengan membuat tampungan air pada batuan dasar sungai.

Gambar 5. Foto Contoh Tampungan Air pada Batuan Dasar Sungai 5. Panen air hujan dengan membuat sumur di pinggir sungai

Gambar 6. Foto Sumur Penampung Air di Pinggir Sungai 6. Panen air hujan dengan cara optimalisasi bukit dan kolam.

Gambar 7. Sketsa Pemanfaatan Air Hujan dengan Kolam Bawah Bukit

126

Gambar 8. Foto Contoh Pemanenan Air Hujan di Lereng Bukit 7. Panen air hujan dengan cara penampungan di lahan pertanian kering

Gambar 9. Foto Contoh Pemanenan Air Hujan di Lahan Pertanian Kering 8. Perbaikan embung dan bendung yang rusak dan tidak dimanfaatkan lagi. Upaya pemanfaatan air hujan juga perlu dikaitkan dengan rekayasa sistem irigasi yang efisien. Hal ini penting dilakukan, karena sumber yang terbatas dengan kebutuhan banyak maka perlu penghematan penggunaan dengan manfaat yang optimal. Implementasi ini juga mesti didukung dengan pemilihan tanaman, dalam hal ini direkomendasikan dengan tanaman palawija yang sesuai untuk tegalan serta diselingi tanaman tahunan untuk daerah sangat kritis. Permasalahan yang muncul kaitannya dengan pengembagan irigasi salah

satunya adalah budaya penggunaan air irigasi secara berlebihan saat penghujan, sehingga mengurangi cadangan untuk kemarau. Hal ini akan menimbulkan kesia-siaan karena hanya banyak menguap, dan bahkan kurang baik untuk tanaman pertanian. Hal ini selain disebabkan oleh kesadaran dan pemahaman yang kurang dari petan juga karena teknik irigasi yang selama ini dikembangkan kurang beorientasi pada efisiensi penggunaan irigasi. Untuk itu program yang relevan segera ditindaklanjuti adalah Pengembangan Teknik Efisiensi Irigasi. Beberapa model teknik irigasi yang

127

berorientasi pada efisiensi dan efektifitas telah banyak berkembang di negara-negara agraris lain. Berdasarkan kondisi fisik dan sosial di Gunungkidul, terdapat beberapa model yang bisa dipertimbangkan untuk bisa ditindaklanjuti kelayakan dan pengembangannya, antara lain : a. Irigasi melalui pipa tanam berporus

Gambar 10. Sketsa Teknik Irigasi Dengan Pipa Tanam Berporus b. Pengelolaan petak lahan dengan adanya saluran air irigasi

Gambar 11. Foto Contoh Saluran Irigasi Dalam Petak Lahan c. Saluran irigasi sistem terasering

Gambar 12. Sketsa Teknik Saluran Irigasi Pada Lahan Terasering

128

d. Teknik irigasi dengan pipa berlubang

Gambar 13. Foto Contoh Teknik Irigasi Dengan Pipa Berlubang e. Teknik irigasi dengan bak penampungan dan pipa aliran (Pitcher irrigation)

Gambar 14. Sketsa Pitcher Irrigation f. Teknik irigasi dengan lubang tanah di pangkal tanaman

(b) Gambar 15 Foto Contoh Teknik Irigasi Dengan Lubang Tanah : (a) di tiap pangkal tanaman, (b) untuk beberapa tanaman (petak kecil)

(a)

129

h. Teknik irigasi dengan semprotan menyebar (Sprinkler irrigation)

(a)

(b)

Gambar 16. Sprinkler Irrigation : (a) Sketsa; (b) Foto contoh i. Teknik irigasi dengan pipa semprot menggantung (Pivot irrigation)

Gambar 17. Foto contoh Pivot irrigation

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Nilai daya dukung lahan pertanian Kabupaten Gunungkidul adalah 0,90, berarti kondisinya buruk atau telah terlampaui. Kategori daya dukung aman bersyarat dimiliki Kecamatan Saptosari, Semanu, Ponjong, Playen, dan Nglipar. 2. Nilai daya dukung sumberdaya air Kabupaten Gunungkidul adalah 2,20, berarti kondisinya aman. Kategori daya dukung buruk/terlampaui dimiliki Kecamatan Girisubo dan Semin. 3. Sebagian besar Kabupaten Gunungkidul rawan terhadap kekeringan aktual. Ratarata 10-11 Kecamatan membutuhkan pengiriman air setiap musim kemarau. 4. Sistem irigasi di Kabupaten Gunungkidul masih belum efektif dan belum adaptif terhadap karakter lingkungannya.

130

5.

Strategi utama peningkatan produktifitas tanaman pangan di Kabupaten Gunungkidul adalah pengembangan sistem irigasi yang efisien dan berbasis pemanenan air hujan.

Saran 1. Pengembangan pertanian hendaknya lebih memprioritaskan pertanian lahan kering dengan mengupayakan optimalisasi pengelolaan pengairan. 2. Perlu dilakukan penelitian desain dan kelayakan sistem irigasi yang efisien berbasis pemanenan air hujan

131

Anda mungkin juga menyukai