Anda di halaman 1dari 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Minuman berkarbonasi sering dikonsumsi oleh masyarakat. Minuman

berkarbonasi terdiri dari Carbonated water (air soda), Bahan pemanis, Bahan perasa, Asam, Kafein dan Pewarna (Australian Beverages Council, 2004). Minuman berkarbonasi mempunyai efek samping pada kesehatan yang masyarakat sering abaikan. Salah satunya dalam kesehatan gigi yaitu pada demineralisasi enamel. Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90% bahan enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000). Sedangkan demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari enamel gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA) yang terdiri dari Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari hidroksiapatit tanpa merusak integritas strukturalnya. Enamel yang

terdemineralisasi lebih peka terhadap panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit dibanding enamel normal (Fitriafnida,2008). 1.2 Rumusan Masalah Apakah efek minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi enamel?

1.3 Tujuan Penulisan Mengetahui efek minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi enamel.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Enamel Enamel terdiri dari bahan anorganik (mineral) dan organik. Sekitar 90% bahan enamel pada manusia dewasa adalah bahan anorganik. Sisanya 4% dari substansinya adalah matriks organik (framework) dan air. Enamel adalah jaringan terkeras dari tubuh, kandungan mineral yang jauh melebihi kandungan mineral dentin (70%), dari sementum (50%), atau tulang (50%) (Melfi and Alley, 2000). Enamel mengandung jutaan rod atau prisma yang berjalan dari dentinoenamel junction menuju permukaan gigi. Prisma tersebut diperkirakan berdiameter 4 - 7 m pada gigi sulung dan 6 8 m pada gigi permanen. Di antara setiap prisma terdapat matriks protein. Selama pembentukan mahkota, matriks organik hampir selalu terlibat dalam menentukan ukuran dan orientasi kristal. Materi organik yang mengelilingi kristal dan mengisi ruangan yang ada di antara kristal-kristal tersebut adalah enamelin. Enamelin adalah protein bermolekul tinggi yang terdiri dari asam aspartat, serin, glisin, prolin, dan asam glutamat. Protein ini terus menetap pada email yang telah dewasa (Fitriafnida, 2008). 2.1.1 Struktur Enamel Enamel Rod (Prisma Enamel) Struktur dasar email adalah enamel rod atau prisma email yang berjalan tegak lurus terhadap dentino enamel junction (DEJ). Bentuk penampang melintang prisma email adalah seperti lubang kunci dengan bagian kepala (cylindrical shaped rod) dan daerah interprisma (interrod). Pada prisma email, terdapat kristal kristal apatit. Kristal kristal apatit yang terdapat pada pertengahan kepala prisma email berjalan paralel atau sejajar terhadap sumbu longitudinal prisma tersebut. Arah susunan kristal yang berbeda pada bagian

kepala dan interprismatik email menyebabkan perbedaan kelarutan kristal email + terhadap asam. Asam (ion H ) yang datang pada yang sejajar dengan sumbu kristal akan lebih mudah melakukan substitusi ion OH yang terletak pada sumbu kristal HA, dibandingkan apabila datang dari arah tegak lurus sisi panjang kristal (Melfi and Alley, 2000).

Figure 1 Batang enamel dari permukaan enamel dengan etsa asam, diambil dengan SEM (http://www.iob.uio.no)

Striae of Retzius (Garis Retzius) Garis Retzius adalah garis pertumbuhan incremental email. Secara longitudinal terlihat sebagai pita-pita gelap yang merefleksikan bidang berbentuk email yang berturut-turut. Secara melintang terlihat seperti cincin konsentris. Struktur dari garis Retzius ini masih belum jelas. Garis ini terlihat secara jelas pada gigi permanen, tetapi kurang jelas pada gigi susu setelah lahir dan jarang pada gigi susu sebelum lahir (Fitriafnida, 2008).

Figure 2 Retzius dan Dentino Enamel Junction (Fitriafnida, 2008)

Bands of Hunter-Schreger (Garis Hunter-Schreger) Garis yang terlihat sebagai garis terang gelap ini merupakan fenomena optis yang disebabkan pergantian arah batang (Fitriafnida, 2008). 2.1.2 Proses pembentukan enamel Proses pembentukan enamel dikenal dengan sebutan Amelogenesis.

Amelogenesis sebenarnya dimulai setelah awal pembentukan dentin, tapi lebih mudah untuk mempertimbangkan bangunan kontur enamel gigi lebih dulu. Ada lima tahapan dalam siklus kehidupan ameloblast yang penting : (UOP, 2006) 1. Sebelum diferensiasi odontoblasts, sel-sel epitel enamel bagian dalam berproliferasi untuk membentuk bentuk dasar gigi, yaitu mereka membentuk kontur dentinoenamel junction. Pada akhir tahap ini mereka menjadi pascamitotik, berakhir dengan sel yang terdiferensiasi (ameloblasts). 2. Diferensiasi ameloblast dimulai dengan pemanjangan sel-sel epitel enamel dalam, dan reorientasi organel intraseluler. Kebanyakan sel epitel yang terpolarisasi, mereka memiliki ujung basal yang duduk di membran basal dan akhir apikal yang terlibat dalam sekresi, penyerapan dll. Seperti sel-sel epitel enamel bagian dalam berdiferensiasi ke preameloblasts, 'kutub sekretorik' yang diorientasikan terhadap membran basal, yaitu menuju DEJ. Proses ini disebut 'repolarisasi'. 3. Dengan pembentukan dan mineralisasi dentin, para preameloblasts menjadi sepenuhnya terdiferensiasi sekretorik ameloblasts dan mereka mulai

mengeluarkan enamel matriks. Diferensiasi ameloblasts dimulai di ujung cusp dan incisal edge, dan hasil bawah puncak lereng ke leher rahim mahkota. Enamel pembentukan matriks terjadi pada siklus diurnal, dengan sekitar 4m enamel terbentuk setiap hari, dan matriks segera termineralisasi menjadi sekitar 30% mineral dari berat. Setiap ameloblast sekretorik terus mensintesis matriks sampai seluruh ketebalan enamel itu diprogram untuk mensekresi terbentuk.

4. Setelah sintesis dan sekresi matriks telah selesai, sekretorik ameloblast berdiferensiasi menjadi 'maturasi ameloblast'. Pematangan ameloblast

bertanggung jawab atas mineralisasi lanjutan enamel untuk akhirnya kekerasan, sekitar 96% mineral dari berat. Maturasi ameloblast sebenarnya siklus antara dua bentuk morfologi yang berbeda, yang disebut ameloblasts ruffle-ended dan ameloblasts smooth-ended. 5. Ketika proses maturasi sudah selesai, ameloblasts berdiferensiasi, dan bersamasama dengan sisa-sisa stratum intermedium, retikulum stellatte dan enamel epitel bagian luar, bentukan tersebut mengalami penurunan enamel epithelium. 2.1.3 Proses demineralisasi enamel Demineralisasi merupakan proses hilangnya ion-ion mineral dari enamel gigi. Kandungan mineral utama dari enamel adalah hydroxyapatite (HA) yang terdiri dari Ca10(PO4)6(OH)2. Sejumlah ion mineral dapat hilang dari hidroksiapatit tanpa merusak integritas strukturalnya. Enamel yang

terdemineralisasi lebih peka terhadap panas, dingin, tekanan, serta rasa sakit dibanding enamel normal (Fitriafnida,2008). Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan saliva yang tersaturasi dengan ion Ca2+ dan PO43-. HA reaktif terhadap ion hidrogen dengan pH 5.5 yang merupakan pH kritis untuk HA. H+ bereaksi dengan kelompok fosfat dalam lingkungan saliva yang dekat dengan permukaan kristal secara cepat. Proses itu dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43- menjadi HPO42- dengan tambahan H+ dan pada waktu yang sama H+ disangga (mengalami buffering). HPO42- kemudian tidak dapat berkontribusi terhadap keseimbangan HA normal sehingga kristal HA larut. Hal ini disebut dengan demineralisasi (McIntyre, 2005). Reaksi demineralisasi dapat diuraikan sebagai berikut: + 8H + (Ca10(PO4)6(OH)2) 6(HPO4) + 10Ca 2+ + 2H2O

Perubahan morfologis pasca demineralisasi yang dilihat menggunakan SEM menunjukkan pembesaran jalur interkristalin. Kehilangan mineral setelah serangan inisial karies berasal dari area interprismatik dan sekeliling prisma (Fitriafnida, 2008). 2.2. Minuman Berkarbonasi 2.2.1. Kandungan minuman berkarbonasi Jenis-jenis kandungan yang terdapat dalam soft drink menurut Australian Beverages Council (2004), meliputi antara lain: 1. Carbonated water (air soda) Air soda merupakan kandungan utama yang terdapat dalam soft drink yaitu sekitar 86%. Air soda berperan sebagai salah satu sumber air pada tubuh manusia. Di dalam air soda, terdapat kandungan gas berupa karbon dioksida (CO2). 2. Bahan pemanis Rasa manis yang terdapat dalam soft drink dapat berasal dari sukrosa atau pemanis buatan. Sukrosa merupakan perpaduan antara fruktosa dan glukosa yang termasuk dalam karbohidrat. Jumlah sukrosa yang terdapat dalam soft drink sekitar 10%. Pemanis buatan yang sering dipakai dalam soft drink ialah aspartam. Aspartam dibentuk dari perpaduan asam aspartat dengan fenilalanin dan bersifat 200 kali lebih manis dari gula sehingga hanya sedikit jumlah aspartam yang terkandung dalam soft drink. 3. Bahan perasa Bahan perasa terdiri dari bahan perasa alami dan bahan perasa buatan. Bahan perasa alami berasal dari buah-buahan, sayuran, kacang, daun, tanaman herbal, dan bahan alami lainnya. Bahan perasa buatan digunakan agar soft drink memberi rasa yang lebih baik.

4. Asam Asam berperan dalam menambah kesegaran dan kualitas pada soft drink. Asam yang dipergunakan yaitu asam sitrat dan asam fosfor. 5. Kafein Kafein berperan dalam meningkatkan rasa yang terkandung dalam soft drink. Kafein yang terkandung dalam soft drink berjumlah 14 sampai13 dari jumlah kafein yang terkandung dalam kopi. 6. Pewarna Pewarna bersamaan dengan gas CO2 merupakan bagian dari karakteristik soft drink. Pewarna terdiri dari pewarna alami dan pewarna buatan yang dapat digunakan. 2.2.2. Efek minuman berkarbonasi secara umum 1. Terkena asam urat di jari kaki Studi dari University of British Columbia menyatakan, hanya perlu dua porsi atau lebih dari minuman soda per hari untuk menyebabkan asam urat di kaki. Penyebabnya adalah kandungan fruktosa yang dapat meningkatkan asam urat. Pria peminum soda lebih tinggi mengalami risiko ini hingga 85 persen dibanding wanita (Haris and Tambunan, 2009). 2. Mengeroposkan tulang Konsumsi soft drink meningkat yang diikuti dengan penurunan konsumsi susu menyebabkan seseorang dapat mengalami penurunan asupan kalsium. Hal ini meningkatkan resiko terjadinya osteoporosis, terutama perempuan dan mengarah pada kejadian fraktur tulang (Jacobson, 2008).

3.Merapuhkan gigi Soda dapat mengikis lapisan enamel gigi dengan kandungan asam sitrat yang dimilikinya. Zat ini cukup asam. Studi yang dimuat Journal British Dental mengungkapkan, empat porsi soda per hari meningkatkan pengikisan pada gigi hingga 252 persen. Ini bisa menyebabkan gigi sensitif dan sakit (Fitriafnida, 2008). 4. Diabetes Konsumsi makanan dan minuman yang mengandung fruktosa memiliki sejumlah kecil insulin dibandingkan dengan asupan karbohidrat. Pada penelitian hewan, konsumsi fruktosa dapat menimbulkan resistensi insulin, impaired glucose tolerance, hiperinsulinemia, hipertriasilgliserolemia, dan hipertensi (Wolff dan Dansinger, 2008). Keadaan-keadaan ini dapat menyebabkan timbulnya diabetes. Diabetes ialah suatu sindrom kronik terjadinya gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein akibat ketidakcukupan sekresi insulin atau resistensi insulin pada jaringan yang dituju (Dorland, 2002). Dalam suatu studi yang melibatkan 91249 wanita dan dilakukan selama delapan tahun, terjadi peningkatan dua kali lipat penyakit diabetes pada mereka yang mengonsumsi satu atau lebih soft drink per hari dibandingkan dengan yang mengonsumsi kurang dari satu soft drink per bulan (Vartanian et al, 2007). 5. Memicu kanker pankreas Minum dua porsi soda per hari meningkatkan risiko kanker pankreas hingga dua kali lipat. Ini adalah jenis kanker yang sulit diobati. Efek saat pankreas bermasalah adalah pankreas gagal memroduksi insulin yang bisa membakar kelebihan gula pada tubuh. Jika sudah begini, penyakit akan merembet ke diabetes tipe 2 dan kemungkinan komplikasi penyakit lainnya. Faktor tinggi gula diduga kuat menjadi penyebab masalah di pankreas (Mueller, 2010). 6. Kelebihan Berat Badan (Overweight) dan Obesitas Overweight merupakan keadaan gizi lebih, dinyatakan dengan Indeks

Massa Tubuh (IMT) lebih besar dari 23 di daerah Asia Pasifik. Suatu keadaan yang melebihi overweight dinamakan obesitas (WHO, 2000). Obesitas ialah peningkatan berat badan sebagai akibat akumulasi lemak berlebihan dalam tubuh yang melebihi batas kebutuhan skeletal dan fisik (Dorland, 2002). Pada anak-anak dan remaja, obesitas berkaitan dengan intoleransi glukosa, hipertensi, dan dislipidemia. Konsumsi sugar-sweetened soft drink dapat menjadi faktor penting terhadap kejadian obesitas remaja (Giammattei et al, 2003). He et al (2010) melakukan studi intervensi berupa pengurangan 1,5 kaleng konsumsi soft drink setiap minggu selama satu tahun dan didapati hasil bahwa anak mengalami penurunan terhadap berat badan dan obesitas sekitar 7,7%. 2.3. Pengaruh minuman berkarbonasi terhadap demineralisasi gigi Demineralisasi enamel adalah rusaknya hidroksi apatit gigi yang merupakan komponen utama enamel akibat proses kimia. Kondisi demineralisasi enamel terjadi bila pH larutan disekeliling permukaan enamel lebih rendah dari 5,5, (umumnya pH minuman ringan berkisar 2,33,6) dan konsentrasi asam yang tidak berdisosiasi itu lebih tinggi di permukaan enamel, daripada di dalam enamel. Demineralisasi enamel terjadi melalui proses difusi, yaitu proses perpindahan molekul atau ion yang larut dalam air ke atau dari dalam enamel ke saliva karena ada perbedaan konsentrasi dari keasaman minuman di permukaan dengan di dalam enamel gigi (Prasetyo, 2005). Keasaman minuman (HL) yang mempunyai konsentrasi tinggi, dan pH awal minuman yang rendah akan berdifusi ke dalam enamel, melalui kisi kristal dan prisma tubuli enamel yang mengandung air dan matriks organik atau protein. Kerugian keasaman pada minuman kemungkinan lebih bermakna dibanding kerugian yang diakibatkan kandungan gulanya (Prasetyo, 2005). Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai adesi termodinamik yang sangat tinggi, sehingga minuman ini tidak mudah dihilangkan oleh saliva (Ireland et al, 2000). Hal ini disebabkan oleh beberapa

faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, pH dan kapasitas dapar minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam minuman (Lussi et al, 2000). Sebagaimana diketahui bahwa enamel sebagian besar terdiri dari hidroksiapatit (CalO (PO4)6 (OH)2) atau Fluoroapatit (CalO (PO4)6 F2), kedua unsur tersebut dalam uasana asam akan larut menjadi Ca2+; PO4-9 dan F-, OH-. Ion H+ akan beraksi dengan gugus PO4-9, F-, atau OH- membentuk HSO4-; H2SO4- HF atau H2O, sedangkan yang kompleks terbentuk CaHSO4; CaPO4 dan CaHPO4 (Ireland et al, 2000). Kecepatan melarutnya enamel dipengaruhi oleh derajat keasaman (pH), konsentrasi asam, waktu melarut dan kehadiran ion sejenis kalsium, dan fosfat. Minuman ringan yang menyebabkan demineralisasi enamel gigi adalah minuman yang mempunyai pH rendah dan kapasitas dapar tinggi. Kapasitas dapar adalah jumlah basa yang diperlukan untuk menaikkan pH minuman ke pH netral. Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam medium yang bersifat asam, yaitu pada pH 4,5 sampai 6 merupakan reaksi orde nol. Adapun pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan, bahwa semakin kecil atau semakin asam media, maka makin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari enamel gigi (Prasetyo, 2005). Reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel gigi dalam suasana asam ditunjukkan dengan persamaan reaksi sebagai berikut: (Prasetyo, 2005)

10

Figure 3 reaksi kimia pelepasan ion kalsium dari enamel dalam suasana asam (Prasetyo, 2005)

Mengingat bahwa kalsium merupakan komponen utama dalam struktur gigi, dan demineralisasi enamel terjadi akibat lepasan ion kalsium dari enamel gigi, maka pengaruh asam pada enamel gigi merupakan reaksi penguraian. Demineralisasi yang terus-menerus akan membentuk pori-pori kecil atau porositas pada permukaan enamel yang sebelumnya tidak ada. Porositas akan menyebabkan kekerasan permukaan enamel gigi akan berkurang (Prasetyo, 2005).

11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Minuman ringan yang berbahaya bagi enamel adalah minuman yang mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam dan mempunyai adesi termodinamik yang sangat tinggi (minuman berkarbonasi), sehingga minuman ini tidak mudah dihilangkan oleh saliva. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses demineralisasi, yaitu jenis dan konsentrasi asam minuman yang tidak berdisosiasi, kandungan karbohidrat dalam minuman, pH dan kapasitas dapar minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam minuman. 3.2 Saran Pembaca dapat mencegah agar suasana di dalam rongga mulut tidak terlalu asam, baik yang dihasilkan oleh bakteri atau makanan atau minuman, sehingga dapat mencegah pelepasan ion kalsium dari enamel gigi. Mengurangi proses demineralisasi dapat dilakukan dengan menghentikan difusi asam, yaitu mengurangi kontak asam dengan gigi, misal mengurangi intake asam atau minum minuman ringan dengan memakai sedotan, cara lain yaitu dengan menghentikan terbentuknya persenyawaan kompleks kalsium fosfat dengan meningkatkan ketahanan enamel melalui fluoridasi air minum atau topikal aplikasi dengan fluor atau penambahan ion fluor dalam minuman.

12

DAFTAR PUSTAKA Australian Beverages Council, 2004. What is a Soft Drink?, Australia. Available from:http://www.australianbevarages.org/scripts/cgiip.exe/WService=ASP0002/c c ms.r?PageId=10053.htm. accessed May, 2013. Dorland, WAN 2002, Dalam: Hartanto, H. et al. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. Fitriafnida 2008, Pengaruh Xylitol Terhadap Proses Remineralisasi Email Gigi: Uji Kekerasan Email Gigi , Jakarta: FKG UI. Giammattei, J, Blix, G, Marshak, HH, Wollitzer, AO and Pettitt J 2003, Television Watching and Soft Drink Consumption: Associations With Obesity in 11- to 13-Year-Old Schoolchildren, American Medical Association, Available from: http://archpedi.ama-assn.org/cgi/reprint/157/9/882.pdf., accessed 2013. Haris, Syafruddin and Tambunan, Taralan 2009, Hipertensi pada Sindrom Metabolik, Sari Pediatri, Vol. 11, No. 4, available from May,

http://www.idai.or.id/saripediatri/pdfile/11-4-6.pdf. , accessed May, 2013. He, FJ, Marrero, NM and MacGregor, GA 2010, Salt Intake Is Related to Soft Drink Consumption in Children and Adolescents: A Link To Obesity?, Hypertension JAHA, Available from:

http://hyper.ahajournals.org/cgi/content/full/51/3/629.pdf. Accessed May, 2013. Ireland AJ, Guinness NM, Sherriff M. An Investigation Into The Ability Of Soft Drink To Adhere To Enamel, Caries Res, vol.29, pp.4706. Jacobson, M.F., 2008. Liquid Candy -- How Soft Drinks Are Harming Americans' Health, Diet and Diabetes Homepage. Available from:

http://www.karlloren.com/diet/p24.htm. Accessed May, 2013. Lussi, A, Jaeggi, T and Ucharer, UJ 2000, Predition Of The Erosive Potential Of Some Beverages, Caries Res , vol.29, pp.34954.

13

McIntyre, JM, Dental Caries-The Major Cause of Tooth Damages. Pada Graham, JM and Hume, WR 2005, Preservation an Restoration of Tooth Structure, 2nd ed. ,Queensland: Knowledge Books and Software, pp.21-33. Melfi, RC and Alley, KE 2000, Permars Oral Embryology and Microscopic Anatomy, Pennsylvania: Lippincott Williams &Wilkins. Mueller, NT, Odegaard, A, Anderson, K, Yuan, JM, Gross, M, Koh, WP and Pereira, MA 2010, Soft Drink and Juice Consumption and Risk of Pancreatic Cancer: The Singapore Chinese Health Study, Cancer Epidemiol Biomarkers Prev, vol.19, p.447. Prasetyo, EA 2005, Keasaman Minuman Ringan Menurunkan Kekerasan Permukaan Gigi, Dental Journal, vol.38, pp. 60-63. UOP School of Dentistry 2006, Amelogenesis, Dentinogenesis and Root Formation, available from

http://pacificdds2009.com/courses/Q2/human_anatomy2/concise%20oral%20hist o/6%20Amelogenesis,%20Dentinogenesis%20and%20Root%20Formation.pdf, accessed May, 2013. Vartanian, LR, Schwartz, MB and Brownell, KD 2007, Effects of Soft Drink Consumption on Nutrition and Health: A Systematic Review and Meta- Analysis, American Journal of Public Health, Available accessed from: May,

http://ajph.aphapublications.org/cgi/content/short/97/4/667.pdf, 2013.

WHO, 2000. The Asia-Pacific Perspective: Redefining Obesity and Its Treatment, International Association for The Study of Obesity. Available from: http://www.diabetes.com.au/pdf/obesity_report.pdf, accessed May 2013. Wolff, E. and Dansinger ML 2008, Soft Drinks and Weight Gain: How Strong Is the Link?, Medscape J Med, Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2562148.htm. , accessed May 2013.

14

15

Anda mungkin juga menyukai