Anda di halaman 1dari 54

PANEL SISTEM PENGISIAN CHARGING SYSTEM TYPE KONVENSIONAL DAN IC REGULATOR

PROYEK AKHIR

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Diploma III guna meraih gelar Ahli Madya

Disusun Oleh: Nama Nim Program Studi Jurusan : Agung Slamet Waluyo : 5250303518 : Teknik Mesin D3 : Teknik Mesin

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Proyek Akhir ini telah dipertahankan dihadapan sidang panitia ujian Proyek Akhir Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada:

Hari Tanggal

: : Pembimbing,

Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT NIP. 132093247 Penguji II Penguji I,

Drs. Abdurrahman, M.Pd NIP. 131476651

Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT NIP. 132093247

Ketua Jurusan Teknik Mesin,

Ketua Program Studi,

Drs. Pramono NIP. 131474226

Drs. Wirawan Sumbodo, MT NIP. 131876223 Mengetahui Dekan Fakultas Teknik

Prof. Dr. Soesanto NIP. 130875753

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO : 1. Awal mula dari kesuksesan adalah semangat yang tinggi. 2. Kepandaian bukan segalanya dibanding kreatifitas. 3. Orang yang ragu ragu dalam mengerjakan sesuatu yang telah direncanakan maka dia akan menuai kekecewaan.

PERSEMBAHAN : 1. Ayah dan ibu tercinta 2. Adikku yang manis 3.Orang yang kukasihi

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya sehingga dapat menyelesaikan penulisan laporan proyek akhir dengan judul Panel Sistem Pengisian (Charging System) Type Konvensional dan IC Regulator. Terselesaikannya laporan proyek akhir ini tidak terlepas dari bantuan, saran dan sumbangan moril dari berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Soesanto, Dekan Fakultas Teknik yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan proyek akhir ini. 2. Bapak Drs. Pramono, ketua jurusan Teknik Mesin. 3. Bapak Drs. Wirawan Sumbodo, MT, Kaprodi Teknik Mesin DIII 4. Bapak Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT, Dosen pembimbing laporan proyek akhir. 5. Bapak Widi Widayat, S.Pd, Dosen pembimbing lapangan. 6. Serta semua pihak yang telah membantu pelaksanaan proyek akhir ini hingga terselesaikannya laporan ini. Penulis telah berusaha sesuai dengan kemampuan yang dimiliki dalam menyusun laporan ini. Namun penulis mengharap adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.

iv

Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga laporan ini memberi manfaat kepada penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya. Semarang, Juli 2006

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............i HALAMAN PENGESAHAN.........ii MOTTO DAN PERSEMBAHAN..iii KATA PENGANTAR...iv DAFTAR ISI...vi DAFTAR GAMBARviii DAFTAR LAMPIRAN........x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .1 B. Tujuan dan Manfaat.......2 BAB II. PANEL SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) TYPE KONVENSIONAL DAN IC REGULATOR A. Prinsip Pembangkitan Tenaga Listrik...4 1. Induksi Elektromagnetik..4 2. Prinsip Generator Arus Bolak Balik (AC)5 3. Arah Gaya Gerak Listrik12 4. Prinsip Generator...13 5. Generator Arus Bolak Balik....14 B. Sistem Pengisian..15 1. Sistem Pengisian Dengan Type Konvensional..15 2. Sistem Pengisian Dengan Type IC Regulator17

vi

C. Konstruksi Dan Cara Kerja Sistem Pengisian.18 1. Type Konvensional18 2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional...25 3. Type IC Regulator..31 4. Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator....34 5. Keuntungan Dan Kerugian Dari Masing Masing Type Altenator.40 BAB III. PENUTUP A. Kesimpulan..42 B. Saran....42 DAFTAR PUSTAKA43 LAMPIRAN...44

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Induksi Elektromagnet...........4 2. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak Balik.6 3. Kumparan Penghasil Elektromagnet.....7 4. Pembangkit Dan Grafik Arus Satu Phase..8 5. Pembangkit Dan Grafik Arus Bolak Balik Tiga Phase......9 6. Penyambungan Type Delta......10 7. Penyambungan Type Bintang (Y)...11 8. Sirkuit Penyearah.....12 9. Hukum Tangan Kanan.....12 10. Prinsip Generator.....14 11. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak balik....15 12. Konstruksi Sistem Pengisian...16 13. Konstruksi Altenator Dan Bagiannya..19 14. Konstruksi Puli....19 15. Konstruksi Rotor Coil..........20 16. Konstruksi Stator Coil.....21 17. Konstruksi Silikon Diode....22 18. Konstruksi Frame....23 19. Konstruksi Regulator...24 20. Rangkaian Sistem Pengisian....25

viii

21. Cara Kerja Intern Pengisian Pada Posisi Mesin Mati......26 22. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Rendah...28 23. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Tinggi....30 24. Gambar Altenator Type IC Regulator.32 25. Terminal IC regulator......33 26. Skema Dasar IC Regulator..33 27. Cara Kerja IC Regulator..34 28. Skema Arus Pada Posisi Kunci Kontak ON Mesin Mati....35 29. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator.....36 30. Skema Pembangkitan Arus Oleh Altenator.........37 31. Terbukanya Sirkuit Regulator Sensor......38 32. Terbukanya Pada Sirkuit B Altenator......39 33. Terbukanya Pada Sirkuit Rotor Coil....40

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Proyek Akhir Lampiran 2. Surat keterangan selesai Tugas Akhir Lampiran 3. Surat pernyataan selesai bimbingan Lampiran 4. Surat keterangan penetapan dosen pembimbing Lampiran 5. Surat tugas penguji Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pada suatu kendaraan (mobil) sumber tenaga yang berupa arus listrik diperoleh dari baterai dimana kapasitas baterai sangatlah terbatas, bila pada mobil hanya mengandalkan baterai saja sebagai sumber listrik, akibatnya hanya dalam beberapa jam saja arus baterai akan habis. Untuk itu pada mobil dilengkapi dengan pembangkit tenaga listrik AC yang biasa disebut Altenator. Penggunaan Alternator dapat menghasilkan arus listrik yang lebih besar dari pada dinamo karena Altenator adalah generator listrik 3 phase yang dilengkapi dengan rectifier untuk mensuplai tenaga listrik DC dan biasanya terdiri dari generator 3 phase dan rectifier. Alternator mempunyai beberapa keunggulan diantaranya, arus yang dibangkitkan oleh Alternator lebih mampu mencukupi kebutuhan listrik untuk menggerakkan peralatan tambahan yang sekarang ini banyak digunakan pada mobil, umur penggunaan sikat lebih panjang, dan pada saat putaran tanpa beban Alternator akan tetap mengisi baterai. Walaupun mobil yang digunakan tidak berjalan tetapi mesin dalam keadaan hidup, sistem pengisian akan tetap bekerja dengan baik. Sistem kelistrikan pada mobil diantaranya sistem stater untuk menghidupkan mesin, sistem pengapian, sistem pengisian, dan perlengkapan listrik lainnya. Menurut Daryanto (1999 : 334) sistem pegisian akan mengisi baterai selama kendaraan berjalan atau mesin berputar supaya baterai terisi penuh

untuk memberikan arus yang cukup pada bagian-bagian kelistrikan selama mesin bekerja. Baterai hanya dapat diisi oleh arus DC, untuk merubah arus AC menjadi DC digunakan retifier atau dioda yang biasanya di pasang pada bagian dalam Alternator. Mengingat kegunaan dari baterai yang mempunyai fungsi yaitu menyuplai arus listrik pada kendaraan tersebut tentu akan menyebabkan turunnya kemampuan atau tegangan baterai. Hal ini akan mempengaruhi kinerja sistem kelistrikan yang ada pada kendaraan. Oleh karena itu sistem kendaraan harus mempunyai sistem pengisian yang baik agar baterai selalu dalam kondisi terisi penuh. Sistem pengisian pada mobil mempunyai peranan yang sangat penting, untuk itu kondisinya harus diperhatikan. Kondisi sistemnya harus dalam keadaan baik guna mendukung kelangsungan hidup suatu mesin. Hal-hal yang mendasari penulis memilih judul Panel Sistem Pengisian (Charging System) type konvensional dan IC Regulator adalah sebagai berikut: Untuk mengkaji lebih dalam tentang Sistem Pengisian Konvensional dan IC Regulator. Sistem pengisian merupakan salah satu dari sistem kelistrikan vital pada mobil perlu dipahami cara kerja dan aliran arus listrik. Untuk memudahkan penganalisaan dan memperbaiki kerusakan pada sistem pengisian pada type Konvensional dan IC Regulator. B. Tujuan Dan Manfaat Proyek Akhir Tujuan yang diperoleh antara lain:

a. Untuk mengkaji lebih mendalam sistem pengisian dengan altenator type konvensional dan yang dilengkapi IC Regulator. b. Mengetahui indikasi-indikasi terjadinya kerusakan pada sistem pengisian. Adapun manfaat yang diperoleh dari pembahasan sistem pengisian dengan type Konvensional dan IC Regulator adalah sebagai berikut : a. Dapat mengerti dan memahami tentang sistem pengisian dengan type Konvensional dan IC Regulator. b. Dapat membantu meningkatkan pemahaman dalam hal indikasi terjadinya kerusakan sistem pengisian. c. Dapat memperbaiki jika terjadi kerusakan pada sistem pengisian type Konvensional dan IC Regulator.

BAB II PANEL SISTEM PENGISIAN (CHARGING SYSTEM) TYPE KONVENSIONAL DAN IC REGULATOR

A. PRINSIP PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK 1. Induksi elektromagnetik Bila garis gaya magnet dipotong atau dilewati arus listrik yang bergerak di antara medan magnet, akan timbul gaya gerak listrik pada penghantar dan arus akan mengalir apabila penghantar tersebut bagian dari sirkuit lengkap. (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)

Gambar 1. Induksi Elektromagnet (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)

Seperti ditunjukan pada gambar 1, jarum Galvanometer (Ammeter yang dapat mengukur arus yang sangat kecil) akan bergerak karena gaya gerak listrik yang dihasilkan pada saat penghantar digerakkan maju mundur di antara kutub

utara dan kutub selatan magnet, maka gaya gerak listrik mengalir dari kanan ke kiri.

2. Prinsip Generator Arus Bolakbalik (AC) Untuk menghasilkan arus searah, arus bolakbalik juga bisa diubah menjadi arus searah dengan rectifier (dioda). Altenator mobil menggunakan kumparan pembalut (stator coil), bertujuan untuk mendinginkan altenator yang panas karena aliran arus dalam kumparan yang dibangkitkan dengan volume tinggi secara terus menerus. Prinsip kerja pembangkit arus bolak-balik (AC) dapat dilihat pada gambar 2 yaitu gambar point (1) rotor mulai berputar dari 0 sampai 180 pada porosnya dan menghasilkan tegangan yang positif (+). Gambar point (2) menunjukkan saat stator tidak menghasilkan arus dan tegangan listrik (lampu padam) dan gambar point (3) rotor bergerak terus pada putaran 180 sampai 360 pada saat tegangan yang dihasilkan adalah negatif terjadi proses seperti yang pertama. (-), kemudian seterusnya

Gambar 2. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak balik (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Komponen kelistrikan pada mobil menggunakan tegangan 12 24 volt, listrik yang dibangkitkan pada saat magnet berputar besarnya tergantung pada kecepatan magnet, melalui proses elektromagnet semakin cepat kumparan membangkitkan GGL dan tegangannya berubah ubah, maka untuk menghindari tegangan yang berubah ubah dan diharapkan tegangan tetap di dalam kumparan, dilakukan dengan cara mengganti magnet permanen dengan elektromagnet, yang garis gaya magnetnya berubah ubah sesuai dengan putaran altenator. Elektromagnet mempunyai inti besi dengan kumparan yang dililitkan di sekelilingnya, saat arus mengalir melalui kumparan, inti besi tersebut menjadi magnet. Jadi pada saat altenator berputar pada kecepatan rendah, maka arus naik. Sebaliknya jika altenator berputar pada kecepatan tinggi arus menurun.

Gambar 3. Kumparan Penghasil Elektromagnet (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Pada mobil sekarang ini umumnya menggunakan altenator dengan arus bolak-balik tiga phase, pada saat magnet berputar didalam kumparan, elektromagnet akan dibangkitkan pada ujung kumparan, dan listrik yang terjadi adalah arus bolak-balik dan jumlah serta arahnya berubah secara periodik, hubungan antara pembangkit arus dalam kumparan dan posisi dari magnet dapat dilihat pada gambar. Jumlah terbesar dari arus yang dibangkitkan ketika magnet N dan S sedang menutupi kumparan tetapi arus mengalir dalam arah berlawanan setiap setengah dari putaran magnet. Listrik yang dibentuk dalam sebuah gelombang dalam cara ini disebut arus bolak-balik satu phase. Perubahan dari 360 dalam grafik menunjukkan satu siklus dan banyaknya perubahan yang terjadi dalam satu detik disebut frequency.

Gambar 4. Pembangkit dan Grafik Arus AC Satu Phase (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Pada kedudukan nomor 1, rotor berada pada posisi tegak lurus terhadap penghantar sehingga tidak ada perpotongan antara garis gaya magnet dengan penghantar dan tidak terbangkit tegangan listrik. Rotor terus berputar, garis-garis gaya magnet sudah berpotongan dengan penghantar, sehingga pada posisi pada nomor 2 kedudukan rotar sudah bergerak 90 dan garis gaya magnet yang paling kuat memotong penghantar, hasilnya tegangan maksimum akan terbangkit. Perpindahan dari posisi nomor 2 ke nomor 3, memperkecil garis gaya magnet yang terpotong sehingga arus induksi melemah dan akhirnya sama sekali tidak ada. Perpindahan posisi nomor 3 pada posisi nomor 4 sama dengan posisi nomor 1 dan nomor 2, tetapi kutub magnet sudah berubah posisi sehingga arus induksi yang dihasilkan arahnya terbalik.

Gambar 5. Pembangkit dan Grafik Arus Bolak Balik Tiga Phase (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2) Perpindahan dari posisi nomor 4 ke posisi nomor 5, sama dengan posisi nomor 2 pada posisi nomor 3, yaitu pembangkit lemah. Dengan berputarnya rotor 360, maka dihasilkan arus bolak-balik. Kurva tegangan seperti tegangan yang terdapat pada gambar biasanya disebut gelombang sinus. Untuk membangkitkan arus listrik dengan lebih efisien, altenator mobil menggunakan tiga kumparan yang dirangkai seperti pada gambar diatas. Masing masing kumparan A, B, C berjarak 120, pada saat magnet berputar diantara kumparan, maka arus listrik bolak-balik akan dibangkitkan pada masing-masing kumparan. Penyambungan kumparan tiga phase ada dua cara yaitu :

a. Penyambungan Delta ( delta connection)

Gambar 6. Penyambungan Type Delta (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2) Dengan penyambungan delta, ketiga kumparan tersebut dihubungkan (disambungkan) antara ujung dengan ujungnya seperti gambar. Jika terjadi hal semacam ini jumlah listrik yang dihasilkan lebih besar pada kecepatan tinggi, tetapi akan berkurang agak besar pada putaran rendah. Oleh karena ini, tipe ini jarang dipakai karena pada putaran rendah arus yang dihasilkan kurang rata. b. Penyambungan Model Bintang (Y) Dengan menggunakan model bintang atau Y, kumparan dihubungkan bersama hanya satu kumparan-kumparan itu disambungkan disebut terminal netral (N) dan tegangan pada tempat ini adalah tegangan netral, tegangan netral ini dipakai untuk mengontrol regulator. Oleh karena itu, tipe bintang menghasilkan arus listrik yang cukup sama pada putaran rendah maka kumparan tipe ini sering dipakai pada altenator.

10

Gambar 7. Penyambungan Type Bintang (Y) (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Arus dari stator adalah arus bolak balik tiga fase seperti terlihat seperti pada gambar, sebelum arus ke baterai arus akan melewati dioda selain ke baterai arus juga akan mengalir ke massa namun arus tidak dapat mengalir lagi stator karena dicegah oleh dioda.

11

Gambar 8. Sirkuit Penyearah (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

3. Arah gaya gerak listrik

Gambar 9. Hukum tangan kanan (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)

12

Arah gaya gerak listrik yang ditimbulkan di dalam penghantar di antara magnet bermacam-macam, mengikuti arah gaya medan magnet dan gerakan penghantar. Arah garis gaya magnet dapat dimengerti dengan menggunakan hukum tangan kanan fleming (fleming right hand rule) seperti terlihat pada gambar 9, dengan ibu jari, telunjuk dan jari tengah kanan dibuka dengan sudut yang tepat satu sama lain, telunjuk akan menunjukkan garis gaya magnet, ibu jari akan menunjukkan arah gerakan penghantar dan jari tengah menunjukkan arah gaya gerak listrik.

4. Prinsip Generator Bila satu buah penghantar disambung dari ujung ke ujung, maka akan timbul gaya gerak listrik yang dihasilkan bila sebuah penghantar diputar dalam medan magnet, sebenarnya gaya yang dihasilkan sangat kecil. (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2, 1994 :5). Bila penghantar terbentuk dalam dua kumparan, jumlah total gaya gerak listrik yang dibangkitkan menjadi lebih besar. Demikian juga tenaga listrik yang dihasilkan, generator

membangkitkan tenaga listrik dengan jalan memutar sebuah kumparan di dalam medan magnet. Ada dua macam arus listrik, arus searah dan arus bolak-balik dan tergantung cara menghasilkan listrik generator.

13

Gambar 10. Prinsip Generator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)

Bila penghantar terbentuk dalam dua kumparan, jumlah total gaya gerak listrik yang dibangkitkan menjadi lebih besar. Demikian juga besarnya tenaga listrik yang dihasilkan. Generator membangkitkan tenaga listrik dengan jalan memutar sebuah kumparan di dalam medan magnet. Ada dua macam arus listrik, arus searah dan arus bolak balik dan tergantung pada cara menghasilkan listrik generator.

5. Generator arus bolak-balik Bila arus listrik yang dibangkitkan oleh kumparan diberikan melalui slip ring dan brush sehingga kumparan dapat berputar, besarnya arus yang mengalir ke lampu akan berubah pada saat yang sama, demikian arah alirannya. (PT. Toyota Astra, 1994 : 4). Pada saat kumparan berputar, arus yang dihasilkan pada setengah putaran pertama akan dikeluarkan dari brush pada sisi A, mengalir melalui lampu

14

dan kembali ke brush pada sisi B. Pada setengah putarannya selanjutnya, arus akan diberikan dari B dan kembali ke A. Lihat gambar 11.

Gambar 11. Prinsip Kerja Generator Arus Bolak balik (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2) Generator arus bolak-balik memberikan arus yang dihasilkan oleh kumparan dalam medan magnet. Altenator yang digunakan pada sistem pengisian mobil menggunakan dioda untuk menyearahkan arus (menyearahkan menjadi arus searah) sebelum dialirkan ke sistem pengisian.

B. SISTEM PENGISIAN 1. Sistem Pengisian dengan Type Konvensional Baterai (accu) pada mobil berfungsi untuk memberikan tenaga listrik dalam jumlah yang sesuai kebutuhan listrik pada komponen-komponen listrik pada mobil seperti motor starter, air conditioner, tape, lampu-lampu besar, power window, serta berbagai accecories mobil lainya, tetapi kapasitas baterai sangat terbatas sehingga tidak dapat mensuplai kebutuhan listrik secara terus menerus.

15

Gambar 12. Konstruksi Sistem Pengisian (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Oleh karena itu baterai harus terisi penuh agar dapat mensuplai kebutuhan listrik setiap saat, sehingga komponen-komponen listrik pada mobil dapat digunakan sewaktu-waktu, untuk itu pada mobil diperlukan suatu sistem pengisian (charging system) yang mampu memproduksi listrik secara kontinu agar baterai selalu terisi penuh. Sistem pengisian diperlukan untuk mencukupi kebutuhan listrik setiap waktu pada mobil dengan cara memproduksi arus listrik dan memberikannya ke baterai agar baterai selalu terisi penuh. Alat yang digunakan untuk menghasilkan arus listrik bolak balik adalah alternator, padahal baterai membutuhkan arus listrik searah, maka sebelum dimasukan ke baterai perlu disearahkan dahulu oleh dioda, sedangkan untuk mengatur tegangan digunakan regulator.

16

Pada awalnya, sistem pengisian (charging system) pada kendaraan menggunakan generator DC (direct current) atau arus searah sebagai pembangkit listriknya, pada masa itu penggunaan generator DC dianggap memadai karena kebutuhan listrik pada kendaraan relatif sedikit. Dewasa ini banyak kendaraan dipasang perlengkapan yang

membutuhkan tenaga listrik yang cukup banyak. Dengan kondisi yang seperti itu ternyata generator DC tidak mampu memenuhi kebutuhan listrik secara maksimal. Untuk mengatasi kekurangan ini maka produsen kendaraan tidak menggunakan generator DC lagi, sebagai penggantinya dipasang generator AC (alternating current) atau arus bolak-balik yang lazimnya disebut alternator. Kebanyakan mobil dilengkapi dengan alternator arus bolak-balik, karena arus AC lebih baik dibandingkan dinamo yang menghasilkan arus DC, baik dari segi konstruksinya maupun dari segi kemampuan memproduksi ataupun mensuplai tenaga listrik dan ketahanannya. Pada mobil yang dibutuhkan adalah arus searah, maka arus bolak-balik harus disearahkan.

2. Sistem Pengisian dengan type IC Regulator Alternator dengan IC Regulator dibuat dengan ukuran yang lebih kecil dan ringan menggunakan IC Regulator yang kecil sebagai hasil teknologi semikonduktor. Alternator IC Regulator mempunyai perbedaan sebagai berikut: (Nippon Denso, Altenator dan Sistem Pengisian : Buku Pedoman Siswa) a. Dengan memakai IC Regulator arus Rotor bertambah besar (tahanan kumparan rotor lebih kecil), sehingga tersedia daya keluaran yang lebih besar.

17

b. Tidak ada perubahan tegangan (lebih stabil) sehingga tidak dibutuhkan pengkalibrasian. Tanpa ada komponen yang bergerak sehingga tahan getaran dan lebih tahan lama. c. Memakai rangkaian kompensasi suhu sehingga tegangan pengaturan lebih stabil. IC Regulator merupakan suatu sistem yang akan memutus arus rotor dengan menggunakan transistor dan dioda zener untuk menggantikan kerja relay pada regulator type kontak poin.

C. KONSTRUKSI DAN CARA KERJA SISTEM PENGISIAN 1. Type konvensional A. Konstruksi Sistem Pengisian Tipe Konvensional Alternator berfungsi untuk merubah energi mekanik yang didapatkan dari mesin menjadi tenaga listrik. Energi mekanik mesin dihubungkan oleh pully yang memutarkan rotor sehingga membangkitkan arus bolak-balik pada stator yang diubah menjadi arus searah oleh dioda sebelum digunakan oleh komponenkomponen kendaraan yang membutuhkan ataupun untuk mengisi baterai kendaraan. Bagian utama dari sebuah Alternator terdiri dari sebuah rotor yang membangkitkan elektromagnetik, stator yang membangkitkan arus listrik dan dioda yang menyearahkan arus listrik. Sebagai tambahan terdapat pula brush yang mengalirkan arus ke rotor coil untuk membentuk garis gaya magnet, bearing

18

untuk memperhalus putaran motor dan fan untuk mendinginkan rotor, stator, dan dioda. Semua bagian tersebut dipegang oleh front dan rear frame.

Gambar 13. Konstruksi Alternator dan Bagiannya (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Konstruksi Alternator terdiri dari: a. Puli (Pully) Puli berfungsi untuk tali kipas.

Gambar 14. Konstruksi Puli (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

19

b. Kipas (Fan) Fungsi kipas untuk mendinginkan diode dan kumparan-kumparan pada Alternator.

c. Rotor coil Rotor tersusun dari inti kutub magnet (pole core), Field coil (rotor koil), slip ring dan rotor shaft. Field coil tersebut digulung dengan cara penggulungan yang arahnya sama dengan putarannya, dan masing-masing ujungnya

dihubungkan pada slip ring, kedua inti kutub dipasang pada kutub ujung kumparan sebagai penutup field coil. Garis gaya magnet akan timbul pada saat arus mengalir, salah satu kutub menjadi kutub N dan yang lain menjadi kutub S. Slip ring tersebut dibuat dari logam baja putih (stainless stell) dengan permukaan yang berhubungan dengan brush dan dikerjakan sangat halus. Slip ring dipisahkan dari poros rotor (rotor shaft).

Gambar 15. Konstruksi Rotor Coil (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

20

d. Stator coil Stator terdiri dari inti magnet dan kumparan, bagian depan dan belakang dipasang frame sebagai pelindung. Gulungan terdiri dari kawat tembaga yang dilapisi dengan lapisan tipis yang bersifat isolator. Di bagian dalam terdapat slotslot yang terdiri dari tiga kumparan yang terdiri dari tiga kumparan yang bebas. Inti magnet bertugas sebagai saluran garis-garis gaya magnet. Gulungan kawat pada stator berjumlah tiga pasang yang dipasangkan secara segi tiga atau bintang, namun yang paling banyak dipakai adalah hubungan bintang, arus listrik yang dihasilkan adalah arus bolak balik tiga phase.

Gambar 16. Konstruksi Stator Coil (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

e. Rectifier (silicon diode) Pada diode holder terdapat tiga buah diode positif dan tiga buah diode negative. Arus yang dibangkitkan oleh alternator dialirkan dari diode holder pada posisi positif sehingga terisolasi dari end frame. Selama proses penyearah, diode menjadi panas sehingga diode holder bekerja meradiasikan panas ini dan

21

mencegah diode menjadi terlalu panas. Pada model yang lama bagian diode positif (+) mempunyai rumah yang lebih besar dari bagian negative (-). Selain perbedaan tersebut ada lagi perbedaannya yaitu strip merah pada diode positif dan strip hitam pada diode negatif.

Gambar 17. Konstruksi Silicon Diode (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

f. Frame Mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pendukung rotor dan sebagai pemegang dengan mesin, kedua frame mempunyai beberapa saluran udara untuk meningkatkan kemampuan pendinginan.

22

Gambar 18. Konstruksi Frame (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

g. Konstruksi Regulator Tegangan listrik yang dihasilkan dari alternator tidak selalu konstan atau sama hasilnya. Karena hasil listrik dari alternator tergantung dari kecepatan putaran motor, makin cepat putaran motornya, makin besar pula listrik yang dihasilkan demikian pula sebaliknya makin rendah putaran motor, maka makin rendah pula listrik yang dihasilkan. Rotor berfungsi sebagai magnet. Adapun magnet yang dihasilkan adalah magnet listrik, maka dengan menambah atau mengurangi arus listrik yang masuk ke rotor coil akan mempengaruhi daya magnet tersebut sehingga hasil pada stator coil pun akan terpengaruh. Jadi hasil alternator salah satunya sangat dipengaruhi oleh adanya arus listrik yang masuk ke rotor coil.

23

Gambar 19. Konstruksi Regulator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals Of Electricity Step 2)

Fungsi regulator adalah mengatur besar kecilnya arus yang masuk ke dalam rotor, sehingga arus yang dihasilkan dari stator coil akan tetap konstan atau sama menurut harga yang telah ditentukan walaupun putaran mesin berubah ubah. Selain daripada itu regulator juga berfungsi untuk mematikan lampu tanda pengisian, lampu tanda pengisian akan secara otomatis mati apabila alternator sudah menghasilkan arus listrik. Regulator terdiri dari titik-titik kontak, kumparan magnet (coil magnet) dan tahanan (resistor).

h. Aplikasi dalam Sistem Pengisian (charging system) Sirkuit atau rangkaian dari system pengisian yang menggunakan regulator dua titik kontak seperti yang ditunjukkan dalam gambar di bawah ini. Kebutuhan tenaga yang menghasilkan medan magnet (magnetic flux) pada rotor Altenator disuplai dari terminal F, arus ini diatur dalam arti ditambah atau dikurangi oleh regulator sesuai dengan tegangan terminal B dan dipakai untuk

24

mensuplai kembali beban-beban yang terjadi pada lampu besar (head light), wiper, radio dan lain-lain dalam penambahan untuk kembali mengisi baterai. Lampu pengisian akan menyala bila alternator tidak mengirimkan jumlah arus listrik yang normal. Hal tersebut terjadi bila tegangan dari terminal N alternator kurang dari jumlah yang ditentukan. Seperti ditunjukan pada gambar dibawah ini, apabila sekering terminal IG putus, arus listrik tidak akan mengalir ke rotor dan akibatnya alternator tidak dapat membangkitkan arus listrik. Walaupun sekering charge (CHG) putus alternator akan tetap berfungsi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan bantuan sirkuit pengisian.

Gambar 20. Rangkaian Sistem Pengisian (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

2. Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional a. Kunci Kontak ON, Mesin Mati. Bila kunci kontak dihidupkan (ON), maka arus field dari baterai akan mengalir ke rotor dan membangkitkan rotor coil. Pada saat itu juga arus dari

25

baterai akan mengalir ke lampu indikator dan lampu menyala. Secara keseluruhan mengalirnya arus listrik sebagai berikut:

Gambar 21. Cara Kerja Intern Pengisian Pada Posisi Mesin Mati (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

1). Arus yang ke field coil. Terminal (+) baterai fusible link kunci kontak (IG switch) fuse terminal IG regulator point PL 1 point PL o terminal F regulator terminal F alternator brush slip ring rotor coil slip ring brush terminal E alternator massa body. Akibatnya rotor terbangkitkan dan timbul kemagnetan yang selanjutnya arus tersebut disebut arus medan (field current). 2). Arus ke lampu indicator

26

Terminal (+) baterai fusible link kunci kontak IG (IG switch) fuse lampu CHG terminal L regulator titik kontak Po titik kontak P1 terminal E regulator massa body. Akibatnya lampu indicator (lampu CHG) menyala.

b. Mesin Dari Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang. Sesudah mesin hidup dan rotor pada alternator berputar, tegangan / voltage dibangkitkan dalam stator coil, dan tegangan netral dipergunakan untuk voltage relay, karena itu lampu charge jadi mati. Pada waktu yang sama tegangan yang di keluarkan beraksi pada voltage regulator. Arus medan (field current) yang ke rotor dikontrol dan disesuaikan dengan tegangan yang dikeluarkan terminal B yang beraksi pada Voltage regulator. Demikianlah salah satu arus medan akan lewat menembus atau tidak menembus resistor R, tergantung pada keadaan titik kontak PO. Bila gerakan PO dari voltage relay, membuat hubungan dengan titik kontak P2, maka pada sirkuit sesudah dan sebelum lampu pengisian (charge) tegangannya sama sehingga arus tidak akan mengalir ke lampu dan akhirnya lampu mati. Untuk jelasnya aliran arus pada masing-masing peristiwa sebagai berikut: a. Tegangan netral Terminal N alternator terminal N regulator magnet coil dari voltage relay terminal E regulator massa body.

27

Akibatnya pada magnet coil dari voltage relay akan terjadi kemagnetan dan dapat menarik titik kontak Po dan P1 dan selanjutnya Po akan bersatu dengan P2 dengan demikian lampu pengisian (charge) jadi mati.

Gambar 22. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Rendah (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2) b. Tegangan yang keluar (output voltage) Terminal B alternator terminal B regulator titik kontak P2 titik kontak Po magnet coil dari voltage regulator terminal E regulator massa body. Akibatnya pada coil voltage regulator timbul kemagnetan yang dapat mempengaruhi posisi dari titik kontak (point) PLo akan tertarik pada PL1 sehingga pada kecepatan sedang PLo akan mengambang (seperti pada gambar rangkaian). c. Arus yang ke field (field current)

28

Terminal B alternator IG switch fuse terminal IG regulator point PL1 point PL2 resistor R terminal F regulator terminal F alternator rotor coil terminal E alternator massa body. Dalam hal ini jumlah arus / tegangan yang masuk ke rotor coil biasanya melalui dua saluran. 1. Bila kemagnetan di voltage regulator besar dan mampu menarik PLo dari PL1 maka arus yang mengalir ke rotor coil akan melalui resistor R. Akibatnya arus akan kecil dan kemagnetan yang ditimbulkan rotor coil pun kecil (berkurang). 2. Sedangkan jika pada saat voltage regulator lemah dan PLo tidak tertarik pada PL1 maka arus yang ke rotor coil akan tetap melalui poin PL1 ke PLo.

Akibatnya arus tidak melalui resistor dan arus yang masuk ke rotor coil akan normal kembali. d. Output current Terminal B alternator baterai dan beban massa body c. Mesin dari Kecepatan Sedang ke Kecepatan Tinggi Bila putaran mesin bertambah, voltage yang dihasilkan oleh kumparan stator menjadi naik, dan gaya tarik dari kemagnetan kumparan voltage regulator menjadi lebih kuat. Dengan gaya tarik yang lebih kuat, field current yang ke rotor akan mengalir terputus-putus (intermittently), akan tetapi selama mesin berputar tinggi arus dapat mengalir ke rotor coil. Dengan kata lain, gerakan titik kontak PLo dari voltage regulator kadang-kadang membuat hubungan dengan titik kontak PL2.

29

Bila gerakan titik kontak PLo pada regulator berhubungan dengan titik kontak PL2, field coil akan dibatasi. Bagaimana pun juga, point Po dari voltage relay tidak akan terpisah dari point P2, sebab tegangan neutral terpelihara dalam sisa flux dari rotor. Aliran arusnya adalah sebagai berikut: a. Voltage Neutral (tegangan netral) Terminal N alternator terminal N regulator magnet coil dari voltage relay terminal E regulator massa body. Arus ini sering disebut juga neutral voltage b. Output voltage Terminal B alternator terminal B regulator point P2 point Po magnet coil dari N regulator terminal E regulator. Ini yang disebut dengan output voltage.

Gambar 23. Cara Kerja Rangkaian Pengisian Pada Posisi Kecepatan Tinggi (PT. Toyota Astra Motor Fundamental of Electricity Step 2)

30

c. Tidak ada arus ke Field Current Terminal B alternator IG (switch) fuse terminal IG regulator resistor R terminal F regulator terminal F alternator rotor coil point PLo ground (no. F.C) terminal E alternator massa (F current). Bila arus resistor R mengalir terminal F regulator rotor coil massa, akibatnya arus yang ke rotor ada, tetapi jika PLo menempel PL 2 maka arus mengalir ke massa sehingga yang ke rotor coil tidak ada. d. Output Current Terminal B alternator baterai / load masa.

3. Type IC Regulator a. Konstruksi Konstruksi pada alternator type IC Regulator hampir sama dengan yang ada pada type konvensional, yang membedakan keduanya adalah hanya pada penggunaan IC Regulatornya saja dimana dengan penggunaan IC Regulator maka konstruksi alternator menjadi lebih praktis dan lebih baik dibanding dengan type konvensional.

31

Gambar 24. Gambar Alternator Type IC Regulator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Disini akan ditambahkan beberapa komponen yang ada pada Alternator dengan type IC Regulator dimana di dalam type konvensional tidak ada. Komponen tersebut adalah: 3. IC Regulator IC Regulator mempunyai fungsi membatasi tegangan yang dikeluarkan alternator dengan mengatur arus field yang mengalir pada rotor coil. Perbedaan antara keduanya adalah pemutusan arus, sedangkan pada regulator type poin pemutusan arus oleh relay. IC (Integrited Circuit) adalah sirkuit yang dikecilkan yang terdiri dari bagian-bagian listrik dan elektronik kecil (transistor, dioda, resistor, kapasitor, dan lain-lain).

32

Gambar 25. Terminal IC Regulator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

R1

R2

Gambar 26. Skema Dasar IC Regulator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Lihat gambar 26 di atas, dalam sirkuit diagram IC regulator pada saat tegangan output terminal B rendah tegangan baterai mengalir ke Tr1 melalui resistor R1 dan Tr1 ON pada saat itu arus field ke rotor coil mengalir dari B rotor coil F Tr1 E.

33

Putaran rendah : B R1 B Tr1 E Tr1 massa. Mengakibatkan Tr1 ON. Stator Rotor Coil F C Tr1 Massa. Putaran tinggi : B R1 DZ B Tr2 E Tr2 Massa. Mengakibatkan Tr2 ON. Stator Coil B R1 C Tr2 E Tr2 Massa. Mengakibatkan Tr1 OFF. Pada saat tegangan output pada terminal B tinggi, tegangan yang lebih tinggi itu dialirkan ke dioda zener (ZD) dan bila tegangan (ZD) menjadi penghantar akibatnya Tr2 ON dan Tr1 OFF. Alternator pada gambar tersebut adalah compact alternator dengan netral point dioda. Pada alternator, IC regulator yang mengatur arus perangsang (exceting current). IC berfungsi sebagai detektor rotor coil open circuit dan untuk lampu peringatan pengisian.

Gambar 27. Cara Kerja IC Regulator (PT. Toyota Astra Fundamentals of Electricity Step 2) 4. Cara Kerja Sistem Pengisian IC Regulator 1. Kunci kontak ON, mesin mati

34

Bila kunci kontak ON, maka tegangan baterai mengalir ke terminal IC Regulator. Tegangan akan dideteksi oleh MIC dan Tr1 ON, arus perangsang mengalir ke rotor coil melalui baterai dan terminal B. Lihat gambar dibawah ini:

Gambar 28. Skema Arus Pada Posisi Kunci Kontak ON Mesin Mati (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Untuk mengurangi pengeluaran arus baterai pada saat kunci kontak ON seperti ini, MIC mempertahankan arus perangsang pada harga yang kecil (0,2 A) dengan ON OFF pada Tr1 dengan cara terputus-putus. Tegangan terminal P adalah 0 dan ini dideteksi oleh MIC dan mengakibatkan Tr2 OFF, Tr3 ON sehingga lampu peringatan pengisian menyala.

2. Pembangkitan arus oleh alternator (tegangan dibawah standar)

35

Gambar 29. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

Bila alternator mulai membangkitkan arus, maka tegangan terminal P naik MIC merubah Tr1 dan ON OFF putus-putus menjadi terus ON ini menyebabkan baterai mengalirkan arus perangsang yang cukup ke rotor coil. Pada saat tegangan terminal P naik, MIC membuat Tr3 OFF dan Tr2 ON dan lampu peringatan pengisian mati. Jalannya rotor coil berputar stator coil menghasilkan arus B alternator mengisi baterai. Arus N alternator N relay kumparan positif, maka lampu mati karena tidak dapat massa. Kontak poin semula F IG berpindah F B. Dioda zener tidak menjadi penghantar bila output alternator dibawah tegangan regulator. Demikian arus yang mengalir ke Tr1 terputus oleh zener dioda.

3. Pembangkitan arus oleh alternator (mencapai tegangan standar)

36

Pengisian tetap tidak menyala bila Tr1 ON dan tegangan terminal S mencapai harga standar, kondisi seperti ini dideteksi oleh MIC dan Tr1 OFF. Apabila tegangan terminal S turun di bawah standar maka MIC mendeteksi penurunan ini dan Tr1 ON lagi. Pengulangan proses ini terminal S akan terus pada harga standar tegangan terminal P tinggi MIC mempetahankan Tr3.

Gambar 30. Skema Pembangkit Arus Oleh Altenator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

4. Terbuka pada sirkuit regulator sensor (Terminal S) Bila sirkuit regulator sensor terbuka pada saat alternator berputar (tidak ada input dari terminal S) yang dideteksi oleh MIC Tr1 ON dan OFF untuk

mempertahankan tegangan terminal B antara 13,3 V dan 16,3 V. Bila MIC

37

mendeteksi (tidak ada input dari terminal S) Tr2 OFF dan Tr3 ON menyebabkan lampu peringatan menyala.

Gambar 31. Terbukanya Sirkuit Regulator Sensor (PT.Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

5. Terbuka pada terminal B alternator Pengisian baterai yang tidak dapat berlangsung sehingga MIC mempertahankan tegangan terminal B 20 V dengan basis tegangan terminal P membuat Tr1 ON dan Tr2 OFF. Bila pengisian baterai tidak terus berlangsung maka tegangan baterai tentu akan menurun, Tegangan baterai turun dibawah 13V, ini dideteksi oleh MIC selanjutnya Tr2 OFF dan Tr3 ON dan menyebabkan lampu peringatan menyala.

38

Gambar 32. Terbuka Pada Sirkuit B Altenator (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

6. Terbukanya sirkuit rotor coil Bila rotor coil terbuka pengisian baterai berhenti dikarenakan pembangkitan listrik berhenti dan tegangan output terminal P menjadi nol. Bila kondisi ini tidak ada pembangkitan listrik tegangan terminal P nol, kondisi ini dideteksi oleh MIC dan Tr2 OFF sedangkan Tr3 ON lampu peringatan menyala.

39

Gambar 33. Terbukanya Pada Sirkuit Rotor Coil (PT. Toyota Astra Motor Fundamentals of Electricity Step 2)

5. Keuntungan dan kerugian dari masing-masing type altenator Keuntungan yang dimiliki alternator dengan type IC Regulator : a. Tidak memerlukan penyetelan karena sudah secara otomatis sistem pengaturan tegangan dilakukan oleh komponen IC Regulator. b. Dapat mengalirkan arus medan yang lebih besar dibandingkan altenator dengan regulator type kontak poin. c. Pemakaian IC Regulator dalam sistem pengaturan tegangan akan membuat tegangan lebih stabil, daripada menggunakan regulator type kontak poin. d. Konstruksinya lebih ringkas karena IC Regulator tidak memerlukan banyak tempat dan cukup hanya dengan diletakkan pada ruang Altenator.

40

Kerugian yang dimiliki alternator dengan type IC Regulator : a. Mudah terpengaruh oleh tegangan dan suhu yang tidak wajar karena komponen IC Regulator terdiri dari komponen elektronik yang kebanyakan rentan terhadap pengaruh suhu dan tegangan yang tidak wajar.

Keuntungan yang dimiliki alternator dengan type konvensional : a. Harganya lebih murah dibandingkan dengan type IC Regulator karena bahan dan komponen yang dipakai dalam pembuatannya tidak sebanyak dan sebaik type IC Regulator. b. Perawatannya lebih mudah karena komponen yang dipakai masih dapat dibongkar dan diperbaiki sendiri. c. Konstuksinya tidak terlalu rumit pada regulatornya sehingga dalam perawatan, perbaikan dan penyetelannya lebih mudah. Kerugian yang dimiliki altenator type konvensional : a. Memerlukan penyetelan dalam pengaturan tegangan karena dalam Altenator type konvesional masih memakai Regulator type kontak point. b. Dari segi konstruksi kurang praktis karena memerlukan banyak tempat untuk meletakkan regulatornya.

41

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil bahasan yang telah diuraikan dapat ditarik beberapa kesimpulan : 1. Sistem pengisian berfungsi mengembalikan tegangan baterai agar selalu terisi penuh setelah digunakan pada sistem sistem kelistrikan pada mobil. 2. Dalam Altenator type konvensional dan IC Regulator perbedaannya adalah bentuk pengatur tegangannya yaitu regulatornya. 3. Altenator berfungsi untuk merubah energi mekanik yang didapatkan dari mesin menjadi tenaga listrik. 4. Bagian utama dari sebuah altenator adalah sebuah rotor yang membangkitkan elektromagnetik, stator yang membangkitkan arus listrik dan dioda yang menyearahkan arus listrik. B. Saran Dengan memahami fungsi dan prinsip kerja sistem pengisian maka untuk dapat memperpanjang umur sistem pengisian pada kendaraan disarankan : 1. Lakukanlah pemeriksaan pada sistem pengisian secara berkala untuk jangka waktu 3 bulan atau setelah kendaraan menempuh jarak tertentu. 2. Analisis dahulu pada sistem pengisian sebelum melakukan perbaikan.

42

DAFTAR PUSTAKA

Toyota Astra Motor, 1996, New Step 1 Training Manual. Jakarta : PT Toyota Astra Motor Toyota Training Manual Step 2, 1994, Fundamentals Of Electricity, Jakarta : PT. Toyota Astra Motor Toyota Astra Motor, 1995, Step 2 Engine Group. Jakarta : PT. Toyota Astra Motor Nippon Denso. Altenator dan Sistem Pengisian : Buku Pedoman Siswa Daryanto 1999, Reparasi Sistem Kelistrikan Mobil : PT. Bumi Aksara.

43

44

Anda mungkin juga menyukai